HK. Perusahaan CV, Firma, Ud DLL
HK. Perusahaan CV, Firma, Ud DLL
Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, maatschap adalah persekutuan yang didirikan atas dasar
perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan, yaitu perjanjian
konsensual (concensuelle overeenkomst) dan perjanjian riil (reele overeenkomst). Perjanjian
mendirikan maatschap adalah perjanjian konsensual, yaitu perjanjian yang terjadi karena ada
persetujuan kehendak dari para pihak atau ada kesepakatan sebelum ada tindakan-tindakan
(penyerahan barang). Pada maatschap, jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk
mendirikannya, meskipun belum ada inbreng, maka maatschap sudah dianggap ada.
Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian maatschap, sehingga perjanjian
maatschap bentuknya bebas. Tetapi dalam praktek, hal ini dilakukan dengan akta otentik ataupun
akta dibawah tangan. Juga tidak ada ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan
pengumuman bagi maatschap, hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang tidak menghendaki
adanya publikasi (terang-terangkan).
Perjanjian untuk mendirikan maatschap, disamping harus memenuhi ketentuan dalam Pasal
1320 KUHPerdata, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tidak dilarang oleh hukum;
b. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum; dan
c. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan maatschap akan dibagikan
diantara mereka. Menurut Pasal 1633 KUHPerdata cara membagi keuntungan dan kerugian itu
sebaiknya diatur dalam perjanjian pendirian maatschap. Bila dalam perjanjian pendirian tidak
diatur maka bagian tiap sekutu dihitung menurut perbandingan besarnya sumbangan modal yang
dimasukkan oleh masing-masing sekutu. Sekutu yang inbreng-nya hanya berupa tenaga, maka
bagian keuntungan/rugi yang diperolehnya sama dengan bagian sekutu yang memasukkan
inbreng berupa uang atau barang yang paling sedikit. Menurut pasal 1634 KUHPerdata, para
sekutu tidak boleh berjanji bahwa jumlah bagian mereka masing-masing dalam maatschap
ditetapkan oleh salah seorang sekutu dari mereka atau orang lain. Perjanjian yang demikian harus
dianggap tidak ada/tidak tertulis. Disamping itu, menurut Pasal 1635 KUHPerdata, para sekutu
dilarang memperjanjian akan memberikan keuntungan saja kepada salah seorang sekutu, tetapi
harus mencakup dua-duanya, yakni keuntungan (laba) dan kerugian. Bila hal itu diperjanjikan
juga maka hal itu dianggap batal. Namun sebaliknya, para sekutu diperbolehkan memperjanjikan
bahwa semua kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
Keanggotaan Maatschap
Pengurusan Maatschap
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636), yaitu:
1) Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian maatschap. Sekutu maatschap
ini disebut sekutu statuter (gerant statutaire);
2) Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini
dinamakan sekutu mandater (gerant mandataire).
Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan sekutu mandater:
1) Menurut Pasal 1636 (2) KUHPerdata, selama berjalannya maatschap, sekutu statuter
tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum, misalnya
tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam waktu lama, atau
keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu
pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik.
2) Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap itu sendiri. Atas pemberhentian
itu sekutu statuter dapat minta putusan hakim tentang soal apakah pemberhentian itu
benar-benar sesuai dengan kaidah hukum. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian
bila pemberhentian itu dipandang tidak beralasan.
3) Sekutu mandater kedudukannya sama dengan pemegang kuasa, jadi kekuasaannya
dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri.
Kalau diantara para sekutu tidak ada yang dianggap cakap atau mereka tidak merasa cakap
untuk menjadi pengurus, maka para sekutu dapat menetapkan orang luar yang cakap sebagai
pengurus. Jadi, ada kemungkinan pengurus maatschap adalah bukan sekutu. Hal ini dapat
ditetapkan dalam akta pendirian maatschap atau dalam perjanjian khusus.
Pembubaran Maatschap
Mengenai pembubaran maatschap, Pasal 1646 KUHPer mengatur bahwa suatu maatschap
hanya dapat berakhir apabila:
a. Lewatnya waktu untuk mana persekutuan telah diadakan;
b. Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan;
c. Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang sekutu;
d. Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
B. FIRMA
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang
antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan
untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemiliki
firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma diatur pada Pasal 15 sampai dengan 35 KUHD (Kitab Undang-undang Hukum
Dagang). Pengertian Firma adalah tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama atau firma.
Pendirian Firma
Bentuk usaha Firma diatur dalam perundangan warisan Belanda yaitu dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang (KUHD) Bab Ketiga, Bagian Kedua, Pasal 16 s/d 35. Didalamnya
Bagian Kedua tersebut juga diatur mengenai Persekutuan Komanditer/CV yang merupakan
bentuk khusus dari Firma.
Pasal 16 KUHD menerangkan pengertian Firma yaitu: tiap-tiap perserikatan yang didirikan
untuk menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama. Selanjutnya Pasal 17
KUHD menerangkan bahwa tiap-tiap pesero (sekutu) yang tidak dikecualikan dari satu sama
lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan
(persekutuan), pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga
dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkutpaut dengan perseroan/persekutuan itu, atau
yang para pesero/sekutu tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan (kuasa
yang diberikan) diatas.
Di dalam Firma, tiap-tiap pesero/sekutu secara tanggung menanggung bertanggung jawab
untuk seluruhnya atas segala perikatan dari Firma (Pasal 18 KUHD).
1. Para pihak yang berkehendak mendirikan Firma menyiapkan akta yang didalamnya
minimal memuat (Pasal 26 KUHD):
Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pendiri Firma;
Nama Firma yang akan didirikan (termasuk juga tempat kedudukan Firma);
Keterangan kegiatan usaha yang akan dilakukan Firma di kemudian hari;
Nama Sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama
Firma;
Saat mulai dan berakhirnya Firma;
Klausula-klausula yang berkaitan dengan hubungan antara pihak ketiga dengan
Firma.
2. Akta tersebut dibuat sebagai akta otentik yang dibuat di hadapan notaris (Pasal 22
KUHD)
3. Akta otentik tersebut selanjutnya didaftarkan pada register Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dimana Firma berkedudukan (Pasal 23 KUHD).
4. Akta yang telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri selanjutnya diumumkan dalam Berita
Negara.
Permodalan Firma
Pasal 1619 ayat (2) KUHPerdata menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dari persekutuan
perdata diwajibkan memasukan dalam kas persekutuan perdata yang didirikan itu:
a. uang;
b. benda-benda lain apa saja yang layak bagi pemasukan
c. tenaga kerja, baik fisik maupun tenaga pikiran
Menurut keilmuan danyurisprudensi, persekutuan perdata itu belum mencapai status badan
hukum, akan tetapi menurut Arrest H.G.H tanggal 7 januari 1926, persekutuan perdata itu
dinyatakan memiliki kekayaan sendiri. Putusan itu mendasarkan diri atas pasal 1618, 1640, 1641,
dan 1645 KUHPerdata, serta asas- asas yang mendukung pasal-pasal tersebut. Kekayaan itu
berdiri sendiri, terpisah dari kekayaan pribadi sekutu masing-masing. Penyendirian harta
kekayaan itu harus ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Kekayaan persekutuan perdata itu terdiri dari :
a. pemasukan (inbreng) dari masing-masing sekutu.
b. penagihan-penagihan kedalam, kepada sekutu-sekutunya, yaitu bunga-bunga dari
pemasukkan yang disanggupkan, tetapi belum masukdan lain-lain;
c. pergantian kerugian kepada persekutuan dari sekutu-sekutu yang karena kesalahannya
mengakibatkan kerugian bagi persekutuan;
d. penagihan-penagihan keluar kepada pihak ketiga.
Prof. Mr. J van Kan dalam anotasinya dibawah putusan H.G.H tanggal 7 Januari 1926
tersebut diatas, mengatakan bahwa adanya kekayaan sendiri bagi persekutuan firma sudah lama
diakui dalam keilmuan dan dalam yurisprudensi, walaupun pengakuan itu belum meluas sampai
dengan pengakuan bahwa persekutuan firma itu adalah badan hukum. Dengan adanya pengakuan
terhad ap adanya kekayaan tersendiri bagi persekutuan fima itu, maka dicapailah sekaligus dua
macam tujuan:
1. Persekutuan Firma dilindungi dari penuntutan pembagian kekayaan dari sekutu-
sekutunya, sebelum semua utang persekutuan dilunasi dahulu. (arrest H.R Tanggal 26
November 1897);
2. Dengan demikian persekutuan firma itu dilindungi terhadap penagihan- penagihan
prive dari para sekutu, karena kekayaan sendiri itu merupakan jaminan bagi semua
kreditur persekutuan bukan kreditur-kreditur para sekutu (Pasal 1131 KUHPerdata).
Beberapa ahli dan praktisi hukum mengatakan bahwa persekutuan firma mempunyai
kekayaan sendiri. Polak berpendapat bahwa para sekutu sangat berkepentingan agar utang-utang
persekutuan dapat dipenuhi dari kas persekutuan (gemeenschaaplijke kas). Kalau tidak demikian,
tiap-tiap sekutu dapat ditagih untuk pembayaran seuluruh utang persekutuan. Jika seorang sekutu
membayar utang-utang persekutuan tersebut, maka dia dapat minta gantirugi kepada sekutu
-sekutu lainnya.
Pembubaran Firma
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di
dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik;
2) Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3) Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4) Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5) Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh
Pengadilan.
Perlu diketahui, bahwa sebab-sebab berakhimya Firma adalah sama seperti maatschap dalam
menangani utang-piutang Firma, yang diantaranya : dana Firma yang digunakan Apabila
kekayaan Firma tidak cukup, maka mitra harus memberi kontribusi sesuai bagiannya. Bila
kekayaan Firma tersisa setelah pembayaran semua hutang-hutangnya, kekayaannya akan
dibagikan diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian Firma (Pasal 32 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang).
Perlu diketahui juga, bahwa keberadaan hidup Firma tidak terjamin karena bila ada anggota
yang meninggal dunia, maka Firma bubar karena sifatnya pribadi (personallife), maka tidak
dialihkan.
Perusahaan Perorangan/Usaha Dagang (UD) yang merupakan bentuk usaha paling sederhana
adalah usaha swasta yang pengusahanya satu orang. Yang dimaksud dengan pengusaha di sini
adalah pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang dimaksud dapat berupa uang, benda, atau
tenaga (keahlian), yang semuanya bernilai uang. Kemungkinan, bahkan sering terjadi, di dalam
operasionalnya sebuah perusahaaan perorangan melibatkan banyak orang. Orang-orang tersebut
merupakan pekerja atau buruh, sedangkan pengusaha atau pemilik perusahaan tetap jumlahnya
tunggal. Artinya, yang bertanggung jawab, menanggung risiko, dan menikmati keuntungan
hanya satu orang saja, sedangkan yang lainnya adalah orang yang bekerja di bawah pimpinan
pengusaha dengan menerima upah. Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal
pengambilan keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada.
Kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang besar untuk menghadapi berbagai
persaingan dan peluang bisnis.
Pengaturan UD
Belum terdapat pengaturan yang resmi dalam satu perundang-undangan khusus tentang usaha
dagang. Namun dalam praktek keberadaannya diakui masyarakat. Berbagai perundang-undangan
di bidang perpajakan, perizinan, dan lain-lain juga menyebutkan adanya bentuk usaha tersebut
walaupun tidak mengaturnya secara terinci. Oleh karena itu, sumber hukumnya adalah kebiasaan
dan jurisprudensi. Di luar negeri bentuk usaha dagang tersebut juga diakui keberadaannya,
sebagai one man corporation. Di Inggris dinamakan sole trader dan di Amerika Serikat
dinamakan sole proprietorship.
Pendirian UD
Karena belum diatur dalam undang-undang, maka tata cara pendirian usaha dagang ini cukup
sederhana. Tidak ada keharusan untuk membuat dalam bentuk tertulis dengan akta notaris.
Dalam hal ini diserahkan kepada pengusaha itu untuk menentukannya sendiri apakah cukup
didirikan secara lisan, dengan akta di bawah tangan, atau dengan akta notaris (akta otentik).
Walaupun demikian, dalam praktek usaha dagang seringkali didirikan dengan membuat akta
notaris. Pendirian dengan akta notaris ini memang lebih baik untuk kepentingan pembuktian.
Setelah usaha dagang terbentuk dengan atau tanpa akta notaris,terdapat beberapa kewajiban
hukum lainnya yang harus dilakukan pengusaha supaya dapat beroperasi di lapangan. Kewajiban
tersebut antara lain sebagai berikut :
3. Memperoleh Surat Izin Tempat Usaha (SITU) melalui pemerintah daerah setempat sesuai
dengan peraturan daerah di lokasi usaha.
Tanggung Jawab
Pengusaha yang mendirikan usaha dagang bertanggung jawab secara pribadi terhadap segala
risiko usaha dan terhadap pihak kreditur perusahaan. Tanggung jawab pribadi terhadap segala
perikatan perusahaan tersebut melekat dengan seluruh kekayaan (hak milik) pribadi yang ada
pada pengusaha tersebut. Di sini tidak ada pemisahan antara harta kekayaan perusahaan (Usaha
Dagang) dengan harta kekayaan pribadi pemilik perusahaan.
Pendirian CV
CV dapat didirikan dengan hanya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang dengan menggunakan
akta notaris yang berbahasa Indonesia. Walupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya
akta notaris, namun dalam Undang-undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV
tidak mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah Calon
nama yang akan digunakan oleh CV tersebut, tempat kedudukan dari CV, Siapa yang akan
bertindak selaku Persero aktif, dan persero diam, serta maksud dan tujuan yang spesifik dari CV
tersebut (walaupun sebenarnya bisa mencantumkan maksdu dan tujuan yang seluas-luasnya).
Untuk menyatakan berdirinya CV sebenarnya sudah cukup dengan akta notaris, tetapi untuk
memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan negeri
setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan.
Untuk CV yang ingin mengikuti tender dari pemerintah semestinya mengurus kelengkapan
dibawah ini:
1) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP),
2) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3) Tanda daftar Perseroan (khusus CV)
4) Keanggotaan pada KADIN
Pengurusan ijin-ijin diatas dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan
pendirian CV dimasud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa: Copy kartu keluarga
Persero Pengurus (Direktur) CV, Copy NPWP Persero Pengurus (Direktur) CV, dan Copy bukti
pemilikan atau penggunaan tempat usaha, dimana: apabila milik sendiri, harus dibuktikan
dengan copy sertifikat dan copy pelunasan PBB tahun terakhir, apabila sewa kepada orang lain,
maka harus dibuktikan dengan adanya perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan
pembayaran pajak sewa (Pph) oleh pemilik tempat, dan Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4
lembar dengan latar belakang warna merah.
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam sekutu, yaitu sekutu
aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam perusahaan juga bertugas mengurus
perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu diam yang hanya memasukkan modal, tetapi tidak
terlibat di dalam pengurusan perusahaan. Akibatnya, terdapat juga dua macam tanggung jawab
sekutu CV. Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada kekayaan CV, tetapi juga
kekayaan pribadi (kalau diperlukan). Di sini persis sama dengan sekutu pada sebuah Fa. Lain
halnya dengan sekutu pasif yang hanya bertanggung jawab terbatas pada modal yang
dimasukkan saja.
Misalnya, A sebagai sekutu pasif pada CV ABC memasukkan modal Rp 1 juta, maka kalau
CV ABC tersebut mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga (katakanlah D) sebesar Rp 10
juta, A hanya wajib menanggung sebesar modal yang telah di investasikannya tersebut saja (yaitu
Rp 1 juta). A tidak perlu menambah uang untuk membayar sisa hutang perusahaan tersebut. Hal
ini tentunya berbeda dengan B dan C yang merupakan sekutu aktif dalam CV tersebut, yang
menyebabkan mereka bertanggung jawab tidak terbatas, baik secara sendiri-sendiri (A atau B)
maupun secara bersama-sama (A dan B). Apabila A dan B ini masing-masing memasukan modal
Rp 1 juta. Sebagai sekutu aktif mereka masih harus mengorbankan kekayaan pribadi untuk
menutupi sisa hutang perusahaan tersebut.
Dalam prakteknya, pengunduran diri seorang anggota tidak selalu membuat persekutuan
komanditer menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa seorang anggota persekutuan komanditer
yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap mempertahankan persekutuan yang ada.
Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma ataupun komanditer)
sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran diri atau pemberhentian) harus dilakukan
dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan diumumkan dalam Berita
Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka persekutuan tetap dianggap ada terhadap pihak
ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas nama
perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali apabila ditunjuk orang
lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian, atau semua pesero (berdasarkan suara
terbanyak) mengangkat seseorang untuk menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak mengatur
tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan kepada para pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa
orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan pembubaran harus mempertanggung jawabkan segala
usaha dan hasil-hasilnya kepada para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila
perseroan menderita kerugian karena perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang
ditugaskan ini selesai, maka pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persekutuan masih berjalan sehingga proses likuidasi benar-
benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan apabila terjadi kekurangan maka itu
adalah kerugian. Apabila suatu persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya
pun jatuh pailit karena hutang- hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang mereka yang
harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk pesero komanditer, di mana ia
hanya menanggung sebatas modal yang telah disetornya.
CONTOH AKTA PENDIRIAN CV