KELOMPOK 4 :
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Penulis
A. Persekutuan Perdata
1
Vernon A Mosleeman, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Erlangga, Jakarta:1994 hlm 71-72
menjelaskan kemitraan sebagai kontrak antara dua atau lebih individu yang berkomitmen
untuk berbagi keuntungan di antara mereka (maatchap is eene overenkomst, waarbij dari
meerde individu zich verbinden untuk berbagi keuntungan (bertemu het oogmerk di
gemeenschaft).Sedangkan pendapat Johanes Ibrahim mengenai burgelijke maatschap atau
maatschap yang disebut juga dengan persekutuan perdata adalah suatu perjanjian kerja
sama antara beberapa orang yang mencari keuntungan tanpa perlu adanya badan hukum
terhadap pihak ketiga. Masing-masing pihak menanggung tindakan mereka sendiri
terhadap kemitraan, dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang terkait
dengan mereka. Menurut perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1618 KUH Perdata, apa
yang diatur dalam hal ini.2
Secara yuridis tentang persekutuan (maatschap) dimuat dalam Pasal 1618
KUHPerdata yang dirumuskan sebagai berikut: “Persekutuan adalah suatu persetujuan
dengan mana dua orang atau lebih mnengakibatkan diri untuk memasukkan sesuatu
dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya".
Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, bahwa Persekutuan adalah suatu perjanjian
antara dua orang atau lebih untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan
dicapai dengan jalan masing-masing memasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan
bersama.3
2. Jenis-Jenis Persekutuan Perdata
Sesuai dengan KUHPerdata sebagai sumber hukumnya Maatschap itu terbagi 2,
sebagai berikut:
4
Mulhadi, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia. Bogor:2010, hlm 42
masing-masing kepada orang lain atau kepada pihak ketiga (Pasal 1634 alinea
pertama KUH Perdata).
2. Sekutu dilarang membuat janji bahwa salah satu pihak akan menerima semua
manfaat (Pasal 1635 ayat 1 KUH Perdata).
c. Pengurusan Persekutuan Perdata
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal
1636), yaitu:
1. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian maatschap. Sekutu
maatschap ini disebut “sekutu statuter” (gerant statutaire);
2. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus
ini dinamakan “sekutu mandater” (gerant mandataire).
Perbedaan status hukum mitra hukum dan mitra titipan:
a) Berdasarkan Pasal 1636 ayat 2 KUH Perdata, selama maatschap, sekutu hukum
tidak boleh diberhentikan, kecuali karena alasan yang ditentukan oleh undang-
undang, seperti ketidakmampuan, kecerobohan (kecerobohan), penyakit kronis
yang tidak memungkinkan anggota direksi untuk melaksanakan tugasnya dengan
baik waktu atau situasi/peristiwa.
b) Maatschap sendiri yang memecat partner hukumnya. Setelah pemecatan, mitra
hukum dapat meminta hakim untuk memutuskan apakah pemecatan tersebut
benar-benar sesuai dengan hukum. Jika pemecatan dianggap tidak masuk akal,
mitra hukum dapat meminta kompensasi.
c) Mitra wajib memiliki status yang sama sebagai pemegang kekuasaan dan
karenanya dapat mencabut kekuasaannya setiap saat atau atas permintaan mereka
sendiri.
Jika tidak ada sekutu yang memiliki kemampuan atau merasa tidak memenuhi
syarat untuk bertindak sebagai pengurus, maka sekutu dapat menunjuk orang luar
yang berkompeten untuk bertindak sebagai pengurus. Oleh karena itu,
administrator Maatschap mungkin bukan sekutu. Hal ini dapat diatur dalam akta
pendirian Maatschap atau perjanjian khusus.5
5
Mulhadi, Op.cit. Jilid.2. hlm 75
d. Pembagian Keuntungan dan Kerugian
KUHPerdata tidak mengatur pembagian keuntungan kepada masing-masing
sekutu. Namun KUHPerdata memberikan pedoman untuk pembagian keuntungan ini,
seperti Pasal 1634, yang melarang janji untuk membagi keuntungan berdasarkan
keputusan salah satu mitra atau Berbagi lainnya kepada salah satu mitra dalam
kemitraan, tetapi diperbolehkan untuk menjanjikan bahwa hilangnya persekutuan
hanya akan ditanggung oleh salah satu sekutu.
Selain itu, dalam hal pembagian keuntungan dan kerugian, perlu juga
ditegaskan ketentuan Pasal 1630, Pasal 1632 dan Ayat 3 Pasal 1639, yang intinya
mewajibkan setiap sekutu pengelola menanggung kerugian yang diderita persekutuan.
Dalam hal ini, sekutu yang hanya memasukkan item atau uang ke dalam guild
tidak akan menderita kerugian melebihi Bagian pendapatannya dari beasiswa. Selain
itu, jika mitra bertindak dengan itikad baik tanpa cela, setiap biaya yang dikeluarkan
untuk tujuan manajemen tersebut harus diganti dari kemitraan, dan kemitraan harus
menghormati perjanjian yang dibuat oleh mitra bonafid. Atas nama Asosiasi
Manajemen Kemitraan.6
e. Tanggung Jawab Internal dan Eksternal
1. Tanggung Jawab Internal antara sekutu
Para sekutu Maatschap dapat mengadakan perjanjian khusus untuk
menunjuk salah satu dari mereka atau pihak ketiga sebagai administrator
Maatschap (grant mandataaire). Menurut Pasal 1637 KUH Perdata, pengurus yang
ditunjuk berhak melaksanakan segala tindakan pengurusan yang dianggapnya
perlu, sekalipun beberapa sekutu tidak setuju, asal dilakukan dengan itikad baik.
Dengan demikian, manajemen dapat bertindak atas nama persekutuan dan secara
efektif mengikat sekutu dengan pihak ketiga selama penunjukan (surat kuasa) dan
sebaliknya. Tentu saja, mitra masih bebas untuk mentransfer atau mengganti
administrator sesuai dengan otorisasi ini. Selama administrator yang ditunjuk ada,
mitra yang bukan administrator tidak memiliki wewenang untuk bertindak atas
nama Maaschap, juga tidak dapat mengikat mitra lain dengan pihak ketiga.
Jika tidak terdapat penunjukan secara spesifik mengenai pengurus, Pasal
6
Widya, Op,cit. Jilid.2. hlm 83
1639 KUHPerdata memutuskan bahwa setiap sekutu dianggap secara
timbal balik sudah memberi kuasa, agar yg satu melakukan pengurusan
terhadap yang lain, bertindak atas nama Maatschap serta atas nama mereka. Jadi,
berkenaan menggunakan tanggungjawab intern antara sekutu, kecuali dibatasi
secara tegas pada perjanjian pendirian Maatschap, setiap sekutu berhak bertindak
atas nama Maatschap dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga serta pihak
ketiga terhadap sekutu.7
2. Tanggung jawab sekutu Maatcshap dengan Pihak Ketiga
Berdasarkan Pasal 1642 s/d 1645 KUHPerdata, pertanggungjawaban
sekutu maatschap ialah sebagai berikut.
a. pada asasnya, Jika seseorang sekutu maatschap mengadakan korelasi hukum
menggunakan pihak ketiga, maka sekutu yg bersangkutan sajalah yang
bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan aturan yang dilakukan dengan
pihak ketiga itu, walaupun beliau berkata bahwa beliau berbuat untuk
kepentingan persekutuan.
b. Perbuatan sekutu baru mengikat sekutu-sekutu lainnya jika:
-sekutu tadi diangkat menjadi pengurus secara gerant statutaire
-ada ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain
-akibat perbuatannya atau keuntungannya sudah dinikmati oleh persekutuan.
c. Jika beberapa orang sekutu maatschap mengadakan hubungan aturan
menggunakan pihak ketiga.
persekutuan ialah suatu bentuk pemilikan yg sudah ada semenjak berabad-abad
yang lalu. dalam beberapa hal, perseku- tuan artinya suatu perluasan dari
pemilikan, namun ini dirancang untuk mencakup lebih dari satu pemilik.
Undang-undang persekutuan yg seragam (Uniform Partnership Act),
yang sudah disetujui oleh hampir seluruh negara bagian", mendefinisikan suatu
persekutuan menjadi suatu asosiasi dari dua atau lebih orang yg menjadi pemilik
beserta berasal suatu perusahaan. kewenangan untuk pembentukannya terletak
pada hukum awam "hak untuk perkumpulan sukarela. Jadi tidak akan ada
persekutuan Jika tidak ada maksud yang dinyatakan oleh seluruh kompanyon.
7
Mulhadi, Op.cit. Jilid.2. hlm 77
Dasar hukum bagi suatu persekutuan umumnya merupakan suatu dokumen tertulis
yang dianggap aturan Per sekutuan (Articles of Partnership).8
f. Pembubaran Persekutuan Perdata
d. Pengakhiran Oleh Beberapa atau Salah Seorang Sekutu, Menurut Pasal 1649
KUHPerdata, persekutuan perdata yang diadakan untuk waktu tidak tertentu dapat
dibubarkan atas kehendak beberapa atau seorang sekutu. Pembubaran yang
demikian terjadi dengan pemberitahuan penghentian kepada semua sekutu
8
Mulhadi, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia. Bogor:2010, hlm 49
lainnya. Pemberitahuan tersebut harus disampaikan dengan itikad baik, dan tidak
dilakukan secara tidak memberitahukan
e. Kematian Salah Satu Sekutu, Suatu persekutuan perdata menjadi bubar jika salah
seorang sekutu meninggal dunia. Persekutuan perdata juga bubar apabila salah
seorang sekutu dengan penetapan pengadilan dinyatakan berada di bawah
pengampuan. Demikian pula apabila salah seorang sekutu dinyatakan pailit oleh
pengadilan niaga, maka persekutuan perdata bubar.9
BAB III
PENUTUP
9
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta:1981
A. Kesimpulan
Persekutuan perdata merupakan padanan serta terjemahan dari burgerlijk maatschap
(private partnership). Pada sistem common law dikenal dengan kata partnership. kemudian pada
hukum Islam dikenal dengan kata sharikah atau shirkah. Persekutuan merupakan suatu bentuk
dasar usaha atau organisasi usaha.
persekutuan perdata berdasarkan Pasal 1618 KUHPerdata terdapat perjanjian antara
2 orang atau lebih mengikat diri untuk memasukkan sesuatu (inbrengen) ke pada persekutuan
menggunakan maksud membagi laba yang diperoleh karenanya. mengenai persekutuan Perdata
ini diatur pada dalam ketentuan-ketentuan pasal 1618 hingga dengan pasal 1652 KUHPer, buku
Ketiga, Bab Kedelapan, tentang perserikatan Perdata (Burgerlijk Maatschap). persekutuan
Perdata ini terdapat dua jenis, yaitu: persekutuan Perdata Jenis umum dan persekutuan Perdata
Jenis khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Mosleeman Vernon, 1994 Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta:Erlangga
Melati Hasibuan Melati, 2013 Pengantar Hukum Dagang Indonesia Medan: Universitas
Sumatera Utara
Widya. 2018. Analisis Badan Hukum untuk Konsultasi Pajak sesuai Anggaran Dasar
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Jurnal Hukum 2(01)