Oleh :
Eksekutif Hukum V A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum persekutuan merupakan himpunan hukum atau ilmu hukum yang mempelajari
bentuk - bentuk kerjasama. Jika dikaitkan dengan dunia perniagaan disebut dengan hukum
persekutuan perniagaan / hukum perusahaan sebagai kerjasama bisnis yang bersifat komersil. Di
dalam hukum Inggris disebut istilah corporation law yang mencakup kerjasama yang bersifat
komersil ,dan non kormesil. Tetapi sebenarnya di dalam hukum Inggris ada pembedaan secara
tegas mengenai sifat komersial ,dan non komersial itu. Jika perlu menyebutkan sebagai business
corporation.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Istilah Maatschap
Persekutuan Perdata adalah Perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya.Persekutuan perdata adalah padanan dan terjemahan dari
burgerlijk maatschap. Di dalam common law system dikenal dengan istilah partnership. 2
C. Sejarah Maatschap
Sejarah Persekutuan Perdata Maatschap atau Persekutuan Perdata, adalah kumpulan dari
orang-orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun
dengan menggunakan nama bersama. Persekutuan Perdata sebenarnya adalah bentuk umum dari
Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire Venootschap).3 Dimana sebenarnya aturan dari
Persekutuan perdata, Firma dan Comanditaire Venootschap pada dasarnya sama, namun ada hal-
hal yang membedakan di antara ketiganya. Persekutuan ini diatur dalam bab ke VIII bagian
pertama dari buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Di Inggris Persekutuan
perdata dikenal dengan istilah Hukum Persekutuan dengan nama company law yakni adalah
himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama, baik yang berstatus
badan hukum (partnership) ataupun yang tidak berstatus badan hukum (corporation).4
1
R.Subekti dan Tjitrosudibyio, Kata Pengantar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Pradnya Paramita, Jakarta,
1978, Hlm.81.
2
Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, Hlm.1.
3
Rai Widjaya. 2002. Hukum Perusahaan (edisi Revisi). Megapoin: Kesaint Blanc-IKAPI. Bekasi Jawa Barat.
4
H.M.N Purwosatjipto, Pengertian Pokok Hukum dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, Hlm.17.
D. Dasar hukum: Sejarah Lahirnya Perserikatan Perdata
Di Inggris perserikatan perdata dikenal dengan istilah Hukum Persekutuan dengan nama
company law yakni adalah himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk
kerjasama, baik yang berstatus badan hukum (partnership) ataupun yang tidak berstatus badan
hukum (corporation) .
Di Belanda istilah Hukum Persekutuan dikenal dengan nama Vennot schapsretchts yang
lebih sederhana sekedar terbatas pada NV, Firma dan CV yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang, sedangkan Perserikatan Perdata (maatschap) yang dianggap sebagai
induknya diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata.5
“suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
kedalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya (Pasal
1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)”.7
"Sesuatu" disini dapat diartikan dalam arti luas, yaitu bisa berupa uang atau juga bisa
berupa barang-barang lain, ataupun kerajinan yang dimasukkan kedalam persekutuan sebagai
kontribusi dari anggota atau mitra yang bersangkutan. ‘kerajinan’ yang dimaksud juga bisa
berupa tenaga atau ketrampilan yang dimasukkan kedalam persekutuan karena hal ini merupakan
syarat mutlak bagi terbentuknya maatschap. Pendirian Maatschap dapat didirikan melalui
perjanjian yang sederhana, dan tidak ada pengajuan formal atau tidak diperlukan adanya
5
Handri Rahardo, SH. 2009. Hukum Perusahaan. Pustaka Yustisia. Yogyakarta.
6
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, Hlm.97.
7
Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, ke-19, KitabUndangUndangHukumDagangdanUndangUndangKepailitan,
PT PradnyaParamita, Jakarta
persetujuan Pemerintah. Demikian pula pendiriannya cukup secara lisan, tetapi bisa juga.
berdasarkan akta pendirian. Perjanjian bisa secara lisan , tetapi bisa juga berdasarkan akta
pendirian. Perjanjian bisa tertulis maupun lisan, atau bahkan bisa dinyatakan melalui tindakan-
tindakan atau perbuatan para pihak.
F. Permodalan
Adapun syarat-syarat pendirian dari Maatschap atas adanya Perjanjian harus memenuhi Pasal
1320 KUHPerdata ;
Dalam pendirian suatu Maatschap, para sekutu diwajibkan untuk berkontribusi bagi
kepentingan Maatschap tersebut. “Kontribusi” ini dalam istilah hukumnya disebut
“inbreng”(pemasukan ke dalam Perseroan). Para sekutu dapat berkontribusi dalam berbagai
bentuk, yaitu uang, barang, good will, dan know how. Good Will itu sendiri bisa berupa apa saja,
seperti: pangsa pasar yang luas, jaringan, relasi, ataupun Merek (brand image). Sedangkan Know
how bisa berupa keahlian di bidang tertentu, seperti: dalam Maatschap Kantor Hukum, bisa
berupa keahlian di bidang penanganan kasus kejahatan di dunia maya misalnya. Jadi bisa apa
saja, yang penting oleh para persero (sekutu) tersebut dianggap memiliki manfaat dan nilai
ekonomis.9
a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku
dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal, saat ini adalah
minimal Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah).
b. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain berbentuk
uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja.
c. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan.
d. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma.
8
RaiWidjaya, I.G., S.H., M.A., 2000, Hukum Perusahaan dan PeraturanPelaksanaanUndangUndang di Bidang
Usaha, Cetakanke-I, Kesaint Blanc, Jakarta.
9
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 102.
G. Organ Persekutuan
Akta Pendirian dapat mengatur mengenai sekutu yang ditunjuk sebagai pengurus
persekutuan (Sekutu Statuter). Setelah persekutuan didirikan para mitra persekutuan dapat
dengan perjanjian khusus menunjuk salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai
pengurus (Sekutu Mandater). Sekutu Statuter tidak dapat diberhentikan selama berjalannya
persekutuan kecuali atas dasar alasan-alasan tertentu menurut hukum. Sedangkan Sekutu
Mandater dapat di berhentikan setiap saat atau meminta agar kekuasaannya dicabut.10
Proses pendirian persekutuan perdata (maatschap) Pasal 1618 hingga papal 1652 kuhper
dan diartikan sebagai. Suatu persetujuan diamna dua orang atau lebih mengikat diri untuk
memasukan sesuatu kedalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang
terjadi karenanya (pasal 1618 kitab undang-undang hukum perdata)11
10
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 2005), hlm. 45.
11
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, Hlm.97.
12
Subekti R., Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 75.
13
Ali Chaidir, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1999), hal. 133.
Bila maatschap bubar, maka harta kekayaan maatschap akan dibagi kepada anggota
maatschap berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah dikurangi utang-utang terhadap pihak
ketiga. Bila kekayaan maatschap justru tidak cukup untuk membayar utang, maka utang tersebut
akan ditanggung bersama (tanggung renteng) oleh para sekutu berdasarkan perjanjian yang telah
dibuat sebelumnya. Pembubaran, Likuidasi dan Berakhirnya Status Badan Hukum Perseroan
Pembubaran:
Dasar pembubaran :
a. .Keputusan RUPS
b. Jangka waktu berdirinya telah berakhir
c. Dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga yang inkracht.
Likuidasi dilakukan oleh Likuidator, yaitu orang yang ditunjuk atau diangkat (oleh RUPS
atau Pengadilan) menjadi penyelenggara likuidasi mengatur dan menyelesaikan harta Perseroan.
Sejak likuidasi, Perseroan dapat melakukan perbuatan tidak hukum kecuali jika diperlukan untuk
pemberesan urusan Perseroan dalam rangka likuidasi14
Laporan Likuidasi Berakhirnya status badan hukum Perseroan karena likuidasi setelah
laporan pertanggung-jawaban akhir proses likuidasi dilunaskan dan dibebaskan
(releaseanddischarge) oleh RUPS atau setelah PN menerima. Likuidator memberitahukan kepada
14
Saliman Abdul R., Hermansyah, dan Jalis Ahmad. 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
(Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 111.
Menteri dan mengumumkan dalam Surat Kabar; Menteri mencatat berakhirnya status badan
hukum, menghapus nama Perseroan dari Daftar Perseroan, dan mengumumkan dalam Berita
Negara Status badan hukum Perseroan berakhir.
1. Bentuk Keanggotaan
Pembebanan pengurusan persekutuan perdata dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
Mengenai tanggung jawab, dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu tanggung jawab intern
para sekutu, dan tanggung jawab ekstern terhadap pihak ketiga. Untuk yang pertama (intern),
maka para sekutu dapat menunjuk salah seorang diantara mereka atau pihak ketiga untuk
menjadi Pengurus Maatschap guna melakukan semua tindakan kepengurusan atas nama
maatschap (Pasal 1637 KUHPer). Bila tidak dijanjikan demikian, maka setiap sekutu dianggap
secara timbal balik telah memberikan kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap
yang lain, bertindak atas nama maatschap dan atas nama mereka (Pasal 1639 KUHPer). Untuk
yang kedua (ekstern), dalam Pasal 1642 KUHPer dinyatakan bahwa “para sekutu tidaklah terikat
15
Johanes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Reflika Aditama, Bandung,
2006, hlm. 27-29.
masing-masing untuk seluruh utang maatschap dan masing-masing mitra tidak bisa mengikat
mitra lainnya apabila mereka tidak telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu.”16
Persekutuan Perdata merupakan kewajiban untuk mengganti kerugian apabila perikatan yang
sudah dijanjikan tidak dilaksanakan, sehingga jika perikatan itu benar-benar tidak dilaksanakan
maka sekutu yang bertanggung jawab dapat diganggu gugat untuk memenuhi prestasinya (Pasal
1642-1645 KUHPerdata) :
Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan piak ketiga, maka sekutu yang
bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun ia mengatakan bahwa dia berbuat untuk
kepentingan persekutuan.
Perbuatan tersebut baru mengikat sekutu-sekutu yang lain apabila :
o nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu yang lain; dan
o hasil perbuatan / keuntungannya itu telah nyata -nyata dinikmati oleh
persekutuan.
Apabila beberapa orang sekutu persekutuan perdata hubungan dengan pihak ketiga ,
maka para sekutu tidak dapat dipertangung jawabkan sama rata, meskipun pemasukkan
mereka masing-masing tidak sama, kecuali apabila dalam perjanjian yang dibuatnya
dengan pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggung jawaban masing-
masing sekutu menurut perjanjian itu.
Apabila seorang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga atas nama persekutuan, maka persekutuan dapat langsung menggugat pihak ketiga
itu.17
Pasal 1131 KUHPerdata: segala bentuk kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun
yang tetap baik yang sudah ada maupun yang akan ada merupakan jaminan bagi seluruh
perikatan; dan
Pasal 1132 KUHPerdata: harta benda tersebut merupakan jaminan bagi semua
kreditornya, hasil penjualan harta benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu
16
Rai Widjaya I. G., Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana Undang-Undang di Bidang
Usaha), (Bekasi: Kesain Blanc, 2005), hal. 1.
17
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : PT Citra Aditya Bhakti, 2005), hal 8.
menurut besar kecilnya piutang masing-masing kreditor kecuali bila diantara para
kreditor ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.18
Dengan demikian, dapat disimpulkan, kecuali dibatasi secara tegas dalam perjanjian, maka setiap
sekutu berhak untuk bertindak atas nama persekutuan dan mengikat para sekutu terhadap pihak
ketiga dan pihak ketiga terhadap sekutu, dengan catatan diberikan hak khusus bagi sekutu yang
tidak setuju untuk dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut untuk mengajukan keberatan pada
waktu yang telah ditentukan sehingga terbebas dari tanggung jawab atas tindakan tersebut.
18
Djoko Prakoso & Bambvang Riyadi, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia,
(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hlm. 120.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persekutuan Perdata (partnership / maatschap) menurut pasal 1618 KUHPerdata
adalah perjanjian antara dua orang atau lebih mengikatnya diri untuk meamsukkan
sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang
diperoleh karenanya.
Sesuai dengan sifat hukum perjanjian sebagai hukum pelengkap (optional law),
para pihak dalam hal ini para pendiri persekutuan dapat menentukan lain dalam anggaran
dasarnya. dengan kata lain sekalipun ada permintaan dari salah seorang sekutu untuk
membubarkan persekutuan,tidak berarti persekutuan bubar. artinya adalah bahwa jika
salah seorang atau beberapa orang sekutu keluar dari persekutuan, maka persekutuan
tetap berjalan. demikian juga halnya dalam hal memasukkan pihak ketiga tidak harus ada
izin dari dari sekutu lainnya asalkan dicantumkan dalam anggaran dasar persekutuan
perdata.
B. Daftar Pustaka
Jurnal
Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, Hlm.1.
Rai Widjaya. 2002. Hukum Perusahaan (edisi Revisi). Megapoin: Kesaint Blanc-IKAPI.
Bekasi Jawa Barat.
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, Hlm.97.
Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, ke-19, Kitab Undang Undang Hukum Dagang
dan Undang Undang Kepailitan, PT Pradnya Paramita, Jakarta
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, (Jakarta: Rajawali Press,
1999), hal. 102.
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, Hlm.97.
Subekti R., Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 75.
Saliman Abdul R., Hermansyah, dan Jalis Ahmad. 2005, Hukum Bisnis Untuk
Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005),
hal. 111.
Johanes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, Pola Kemitraan dan Badan Hukum,
Reflika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 27-29.
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : PT Citra Aditya Bhakti,
2005), hal 8.
Djoko Prakoso & Bambvang Riyadi, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia,
(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hlm. 120.
Buku
Rai Widjaya. 2002. Hukum Perusahaan (edisi Revisi). Megapoin: Kesaint Blanc-IKAPI. Bekasi
Jawa Barat.
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Buku 2 tentang Bentuk -
Bentuk Badan Hukum, Djambatan, Jakarta, 1988,