196804011993032001manaj Laba CSR Utk Kuliah Umum Uniba
196804011993032001manaj Laba CSR Utk Kuliah Umum Uniba
(CSR)
A. PENDAHULUAN
1
menunjukkan bahwa manajemen laba telah meluas dan ada di setiap pelaporan keuangan
yang disampaikan oleh perusahaan. Mereka memberikan suatu bukti bahwa manajemen laba
terjadi di setiap laporan keuangan kuartalan, dan tingkat manajemen laba terbesar ditemukan
pada kuartal ketiga. Ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba merupakan suatu
fenomena yang umum terjadi, tidak hanya pada peristiwa-peristiwa tertentu saja tetapi telah
sedemikian mengakar dalam kehidupan bisnis.
Penelitian-penelitian mengenai manajemen laba menunjukkan bahwa penggunaan
discretionary accrual menyebabkan terjadinya kesalahan dalam prediksi manajemen laba
(Bernard dan Skinner, 1996). Kesalahan tersebut disebabkan oleh kesulitan pengklasifikasian
akrual total kedalam bentuk discretionary accrual dan non-discretionary accrual, sehingga
penggunaan model akrual menjadi kurang tepat dan mengalami kesulitan (Aljifri, 2007).
Dechow (1995) menguji lima model akrual dan menemukan bukti bahwa tidak ada di antara
kelima model tersebut yang benar-benar tepat untuk mendeteksi manajemen laba. Kesalahan
memprediksikan dilakukan atau tidaknya manajemen laba, menyebabkan kesalahan dalam
menilai kualitas laba perusahaan sehingga menyebabkan bias dalam penilaian kinerja
perusahaan. Penelitian Algharaballi dkk. (2008) juga menguji kekhususan dan kekuatan
empat model untuk mendeteksi manajemen laba. Hasilnya adalah model Jones merupakan
model yang mempunyai kekuatan tertinggi dalam mendeteksi kenaikan laba yang
disebabkan manipulasi akrual.
Beberapa peneliti mencoba mengatasi kelemahan model akrual dengan mencari
faktor alternatif yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Penelitian baru-
baru ini menginvestigasi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax
differences) sebagai indikator manajemen laba (Mills dan Newberry, 2001; Phillips dkk.,
2003; Ratmono, 2004; Yuliati, 2004). Penelitian-penelitian tersebut didasari oleh literatur
akuntansi keuangan yang menegaskan bahwa book-tax differences dapat memberikan
informasi tentang laba berjalan (current earnings). Logika yang mendasarinya adalah
sedikitnya kebebasan yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal, menyebabkan
book-tax differences memberikan informasi tentang management discretion dan proses
akrual. Mills dan Newberry (2001) dan Phillips dkk. (2003) berpendapat bahwa para
manajer mempunyai banyak kebebasan dalam pelaporan keuangan dibanding pelaporan
pajak, dan dapat memanfaatkan kebebasannya tersebut untuk menaikkan laba akuntansi
dengan suatu cara tertentu tanpa menaikkan laba fiskal. Yuliati (2004) menemukan bahwa
kedua pengukur manajemen laba (akrual dan beban pajak tangguhan) memiliki pengaruh
2
yang positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba
untuk menghindari kerugian.
Fenomena manajemen laba merupakan topik yang telah lama muncul baik dalam
dunia akademik maupun bisnis. Penelitian De Angelo (1988), Holthausen dan Sloan (1995)
menunjukkan bahwa manajemen laba telah meluas dan ada dalam setiap pelaporan
keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Mereka memberikan bukti empiris bahwa
manajemen laba ada dalam setiap laporan keuangan kuartalan dan tingkat manajemen laba
yang terbesar ditemukan pada kuartal ketiga.
7
perusahaan yang dimanipulasi, dan pada akhirnya berimbas merusak reputasi perusahaan di
pasar modal (Fombrun, Gardberg, dan Barnett, 2000).
Oleh karena itu, manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri (entrenchment
strategy) untuk mengantisipasi ketidakpuasan stakeholder-nya ketika ia melaporkan kinerja
perusahaan yang kurang memuaskan. Strategi pertahanan diri manajer tersebut sebagai
upaya untuk tetap mempertahankan reputasi perusahaan dan melindungi karier manajer
secara pribadi. Salah satu cara yang digunakan manajer sebagai strategi pertahan diri adalah
mengeluarkan kebijakan perusahan tentang penerapan Corporate Social Responsibility
(CSR). CSR berkaitan dengan persoalan etika dan moral mengenai pembuat keputusan
kebijakan dan perilaku, seperti menempatkan persoalan komplek terhadap penjagaan
pelestarian lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan kerja,
hubungan dengan komunitas lokal, dan menjalin hubungan harmonis dengan pemasok dan
pelanggan (Castelo dan Lima, 2006). Pengungkapan informasi mengenai perilaku dan hasil
berkenaan dengan tanggung jawab sosial sangat membantu membangun sebuah citra
(image) positif diantara para stakeholders (Orlitzky, Schmidt dan Rynes, 2003). Citra positif
ini dapat membantu perusahaan untuk mendirikan ikatan komunitas dan membangun
reputasi perusahaan di pasar modal karena dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
menegosiasikan kontrak yang menarik dengan suplier dan pemerintah, menetapkan premium
prices terhadap barang dan jasa, dan mengurangi biaya modal (Fombrun et al., 2000).
Castelo dan Lima (2006) menjelaskan bahwa melalui praktik CSR, perusahaan dapat
menghasilkan lebih banyak perlakuan yang lebih menguntungkan berkenaan dengan
regulasi, serta mendapatkan dukungan dari kelompok aktivis sosial, legitimasi dari
komunitas industri, dan pemberitaan positif dari media, yang pada akhirnya reputasi
perusahaan tetap terjaga dengan baik.
Pengungkapan sosial perusahaan didefinisikan sebagai penyediaan informasi
keuangan dan non-keuangan yang berhubungan dengan interaksi organisasi dengan
lingkungan fisik dan sosial, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan atau laporan
sosial terpisah (Hackston dan Milne 1996). Pengungkapan sosial perusahaan meliputi rincian
dari lingkungan fisik, energi, sumber daya manusia, produk dan hal-hal yang terkait dengan
kemasyarakatan.
Gray et al., (1995) dalam Yuliana dan Purnomosidhi (2008) mengemukakan beberapa
teori yang melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial yaitu:
Teori ini memasukkan para pengguna laporan akuntansi yang lain selain para investor ke
dalam kriteria dasar pengguna laporan akuntansi sehingga suatu pelaporan akuntansi
dapat berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh semua unsur pengguna
laporan tersebut.
Studi ini berdasarkan pada economic agency theory. Teori tersebut membedakan antara
pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan dan menyiratkan bahwa pengelola
perusahaan harus memberikan laporan pertanggungjawaban atas segala sumber daya
yang dimiliki dan dikelolanya kepada pemilik perusahaan
Sektor ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik, sosial, dan kerangka
institusional tempat ekonomi berada. Studi sosial dan politik mencakup dua teori utama,
yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory.
Teori-teori lain yang mendukung praktik CSR yaitu teori kontrak sosial. Teori
tersebut menjelaskan bahwa perusahaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
komunitas.
Gray dkk. (2001) menyatakan pengungkapan sosial dan lingkungan dapat secara
khusus terdiri dari informasi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, aspirasi, dan
image publik yang berkaitan dengan lingkungan, penggunaan karyawan, isu konsumen,
9
energi, kesamaan peluang, perdagangan yang adil, tata kelola perusahaan dan sejenisnya.
Pengungkapan sosial dan lingkungan juga dapat terjadi melalui berbagai media seperti
laporan tahunan, iklan, kelompok terarah, dewan karyawan, buklet, pendidikan sekolah, dan
sebagainya.
14
SIMPULAN
15
berlawanan dengan teori akuntansi positif. Penelitian tentang manajemen laba pada tahun-
tahun terakhir banyak dihubungkan dengan corporate social responbility (sebagai contoh,
penelitiannya Lin dkk., (2008), perlindungan investor (Cahan, 2008, Sari, 2008, dan Nabar,
2007), dan corporate governance (Kamardin, 2009).
Bagi para investor, hasil penelitian manajemen laba dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan investasi dengan menggunakan informasi akrual sebagai komponen dari
earnings. Kreditor, analis keuangan, dan auditor disarankan untuk berhati-hati dalam
memahami laba yang dilaporkan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Mengingat laba
yang dilaporkan tersebut dapat dinaikkan, diratakan, atau diturunkan dengan memanfaatkan
fleksibilitas dari standar akuntansi keuangan dan regulasi.
Para pembuat standar akan tertarik pada akrual khusus yang digunakan untuk
mengelola laba, besaran dan frekuensi dari tindakan manajemen laba. Bagi regulator, sebagai
contoh Bank Indonesia dapat mendeteksi industri perbankan yang melakukan manajemen
laba, misalnya dengan memperhatikan karakteristik perbankan yang mempunyai akrual besar
sehingga mempunyai perbedaan yang besar antara laba dan arus kas operasinya dan
perbankan dengan struktur governance yang lemah. Bank Indonesia juga perlu hati-hati
dalam menyusun regulasi perbankan karena terbukti regulasi perbankan berhubungan
dengan manajemen laba.
Bagi BAPEPAM, hasil penelitian manajemen laba dapat digunakan sebagai bahan
membuat peraturan yang berkaitan dengan pengungkapan penuh agar meningkatkan
transparansi dalam pelaporan keuangan. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) agar mengupayakan
pembatasan pemilihan metoda akuntansi bagi manajemen dengan harapan meminimalkan
terjadinya manajemen laba yang dapat merugikan berbagai pihak. Disamping itu IAI juga
mengeluarkan cara atau teknik pendeteksian manajemen laba yang sulit untuk diteliti secara
langsung dalam laporan keuangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ali A. dan K. R. Kumar. 1994. The magnitudes of financial statement effects and
accounting choices: the case of the adoption of SFAS No. 87. Journal of Accounting
and Economics: 89-114.
Andayani, Wuryan. 2008. Pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba
melalui aktivitas riil. Prosiding seminar ketahanan ekonomi nasional UPN Veteran
Yogyakarta: 24-25 Oktober.
Ayres, F. Lucas. 1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need to Know.
Management Accounting. p.2729.
Bartov, Eli. 1993. The Time of Assets Sales and Earnings Manipulation. The Accounting
Review Vol. 68 No. 4 (October), p. 840-855.
Bernard, V.L., dan Skinner, D.J. 1996. What Motivates Managers Choice of Discreti-
onary Accrual?. Journal of Accounting and Economic 22: 313-325.
Beneish, M., dan M. Vargus. 2002. Insider Trading, Earnings Quality, and Accrual
Mispricing. The Accounting Review 77(4): 755-791.
Bergstresser, D., dan Philippon, T. 2006. CEO Incentives and Earnings Management.
Available on-line at http://pages.stern.nyu.edu/~tphilipp/papers/dbtp.pdf.
Bruns and Merchant. 1990. The Ethics of Managing Earnings: An Empirical Investigation.
Journal of Accounting and Public Policy. p. 7994.
Black, L. Ervin, Keith, F. Dellers, and Tracy, S. Manly. 1998. Earnings Management Using
Asset Sales An International Study of Countries Allowing noncurrent asset
revaluation. Journal of Business Finance and Accounting 25 NovDec: 1287 1317.
Cahan. S. F, G. Liu, dan J. Sun. 2008. Investor protection, income smoothing, and earnings
informativeness. Journal of International Accounting Research, 7 (1): 1-24.
Cheng, Q., and Warfield, D. T. 2005. Equity Incentives and Earnings Management. The
Accounting Review, 80 (April): 441-476.
17
Dechow, P. M R.G. Sloan, and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The
Accounting Review, April Vol. 70 No. 2.
Daley, Lane, and Philip Vigeland. 1993. The Effects of Debts Covenants and Political Costs
on The Choice of Accounting Method: The Case of Accounting for R&D Costs.
Journal of Accounting and Economics. p. 195211.
Fischer, Marily, and Kenneth Rosenzweig. 1995. Attitude of Students and Accounting
Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal
of Business Ethics. Vol. 14. p. 433444.
Graham, J.R. C.R Harvey dan S. Rajgopal. The economic Implications of corporate financial
reporting. Journal of Accounting and economics. Vol. 40: 3-73.
Gu, Z. dan C. Jevons Lee. 1999. How widespread is earnings management? the intra-year
timing evidence. Working Paper, Carnegie Mellon University.
Holthausen, R., D. Larcker, dan R. Sloan. 1995. Annual bonus schemes and the manipulation
of earnings. Journal of Accounting and Economics, Maret: 73-109.
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency
cost and ownership structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.
Kamardin, Hasnah. 2009. Corporate governance and board performance: Evidence from
Malaysia. Fifth International GABER Conference Proceedings, December, Kuala
Lumpur, Malaysia.
Lin C.H., C.H. Shen dan F.C. Kang. 2008. Corporate social responbility, investor protection,
and earnings management: some international evidence. Journal of Business
Ethics. 79: 179-198.
Mulford, Charles and Eugene Comiskey. 2002. The Financial Numbers Game Detecting
Creative Accounting Theory. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Moses D. 1994. Income Smoothing and incentives: empirical test using accounting changes.
The accounting review Vol. LXII. No. 2 (April): 358-377.
Maydew, Edward L.1997. Tax-Induced Earnings Management by Firms with Net Operating
Losses. Journal of Accounting Research, Spring: 83-96.
Mills. L dan K. Newberry. 2001. The Influence of Tax and Nontax Costs on Book-tax Repor-
ting Differences. The Journal of the American Taxation Association, 23(1):1-19.
Nabar. S., K.K. Boolert, dan U. Thai. 2007. Earnings management, investor protection, and
national culture. Journal of International Accounting Research. 6 (2): 35-54.
Pratama, Fajar Visnu, dan Rahmawati. 2007. The Influence Of Special Items To Core
Earnings In Management Earnings At Manufacturing Business Which Enlist In
Jakarta Stock Exchange, The Journal Accounting, Management, And Economics
Research Juli Vol.7 No.2.
Phillips, John., Morton Pincus dan Sonja Olhoft Rego. 2003. Earnings Management:
New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review. Vol 78:
491-521.
Rahmawati. 2006. Pengaruh asimetri informasi pada hubungan antara regulasi perbankan
dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja saham (Studi empiris pada
Industri Perbankan di Indonesia). Disertasi UGM. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.
--------------. 2007. Model Pendeteksian Manajemen Laba Pada Industri Perbankan Publik Di
Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan, JAM YKPN April.
19
-------------. 2008. Motivasi, Peluang, dan Batasan Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Jurnal ekonomi dan
bisnis (JEBI), Desember.
Rahmawati dan Mutiara Solikhah. 2008. The Ability Of Deffered Tax Expense In Detecting
Earnings Management At The Manufacture Companies Listed In The Indonessian
Stock Exchange, JAMER Vol. 8 No.1 January.
Rahmawati, Sri Seventy Pujiastuti, dan Anastasia Riani Suprapti. 2010. Model Strategi
Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Indonesia: Suatu
Pemeriksaan Pergeseran Klasifikasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Saham,
Pemilihan Metoda Akuntansi, Klasifikasi Akuntansi, Dan Pengaturan Waktu
Transaksi. Jurnal Akuntansi UNTAR, Januari tahun XIV no. 01.
Salno. Meilani. 1999. Analisis perataan penghasilan (income smoothing): faktor-faktor yang
mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja saham perusahaan publik di Indonesia.
Tesis S2 tidak dipublikasikan UGM.
Sari, Ratna Chandra. 2008. Investor protection, real activity manipulation and accrual
manipulation: Asian comparison. The 2 nd accounting conference, doctoral
colloquium, and accounting workshop, UI Depok 4-5 November 2008.
Scott William R. 2006. Financial Accounting Theory. Edisi Keempat. USA: Prentice Hall.
Surifah. 2001. Studi Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan
Perusahaan Publik Di Indonesia. Kajian Bisnis.
Subekti Dj, Rahmawati, Handayani Tri Wijayanti. 2008. Analisis Perbedaan Antara Laba
Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, Dan Aliran Kas Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Januari.
-----------------. 2008. Analisis Perubahan Aktiva Pajak Tangguhan Dan Kewajiban Pajak
Tangguhan Untuk Mendeteksi Manajemen Laba, JAM YKPN, Desember.
Yuliati. 2004. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Dalam Memprediksi Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi VII (Bali).
20