Disusun oleh :
1. Alfi Nuri
2. Ismi Mahmudah Fatin
3. Jihan Eva
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul Formulasi Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit Buah Delima
(Punica granatum L.), meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Definisi.............................................................................................3
2.1.1 Krim........................................................................................3
2.1.2 Hiperpigmentasi......................................................................3
2.1.3 Buah Delima...........................................................................4
2.2 Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit Buah Delima...................5
2.2.1 Preformulasi............................................................................5
2.2.2 Formulasi................................................................................9
2.2.3 Cara Pembuatan......................................................................9
2.2.4 Evaluasi Fisik..........................................................................10
2.2.5 Uji Stabilitas Fisik..................................................................12
2.2.6 Uji Cemaran Mikroba.............................................................13
2.2.7 Uji Aktivitas Penghambatan Tirosinase..................................14
2.2.8 Uji Iritasi.................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bentuk sediaan yang dipilih adalah krim karena penyebaran dari krim yang
merata dan mudah dibersihkan khususnya krim emulsi minyak dalam air.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu sediaan krim yang
berfungsi sebagai antihiperpigmentasi dari ekstrak kulit buah delima yang
baik, stabil, efektif, dan aman.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sediaan krim,
antihiperpigmentasi, dan buah delima.
2. Untuk mengetahui formulasi krim antihiperpigmentasi ekstrak kulit buah
delima.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan krim antihiperpigmentasi dari ekstrak
kulit buah delima.
4. Untuk mengetahui cara dan hasil evaluasi fisik, uji stabilitas fisik, uji
cemaran mikroba, uji aktivitas penghambatan tirosinase, dan uji iritasi dari
krim tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Definisi
2.1.1 Krim
2
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim
minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi, umumya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan
nonionik (Anief, 2008).
2.1.2 Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi melasma /Chloasma adalah gangguan kulit yang
umum diperoleh yang ditandai dengan bercak hiperpigmntasi lokal
pada kulit yang terpapar sinar matahari. Penyebaran melasma
melibatkan wajah dengan bagian tersering di dahi, pipi, dan bibir.
Sedangkan pada bagian leher dan lengan lebih jarang. Gangguan kulit
ini ditandai dengan warna coklat, dapat pula makula atau patch biru
abu-abu (Fauci, et al., 2008).
Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana
warna kulit berubah menjadi lebih gelap (kecoklatan, keabuan,
kebiruan, atau kehitaman). Kelainan ini dapat mengubah penampilan
dan menimbulkan keluhan estetika bahkan gangguan psikososial
(Sulistia, 2005).
2.1.3 Buah Delima
Buah delima (Punica granatum L) merupakan tanaman semak atau
perdu yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 5-8 m.Tanaman ini
berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di selatan India.
3
Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga
tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1.000 m dpl.
Tanaman tersebut sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur
dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam.
Klasifikasi ilmiah buah delima adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum L.
4
OTT : agen pengoksidas
c. Seil alcohol
Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol
Rumus empirik : C16H34O
Berat molekul : 242,44
Struktur : CH3(CH2)14CH2OH
Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-
10%, emolient 2-5%.
Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih,
granul, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat.
d. Paraffin cair
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental,
tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan
berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan
air; larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering
dan sejuk.
e. Isopropyl miristat
Nama Lain : 1-Methylethyl tetradecanoate
Sinonim : Estol IPM; HallStar IPM-NF; isopropyl
ester of myristic acid; Isopropylmyristat
Rumus Molekul : C47H34O2:
Berat Molekul : 270.5
Pemerian : Jelas tidak berwarna, cairan tak berbau
praktis dari viskositas rendah yang mengental pada sekitar 58oC. Ini
terdiri dari ester dari propan-2 ol dan jenuh asam lemak berat
molekul tinggi, terutama asam miristat.
Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol
(95%), etil asetat, lemak, alkohol lemak, minyak tetap, hidrokarbon
cair, toluena, dan lilin. Larut dalam banyak, kolesterol, atau lanolin.
Praktis tidak larut dalam gliserin, glikol, dan air.
f. Metil paraben
Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.
Rumus empirik : C8H8O3
5
Berat molekul : 152,15
Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%
Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas
Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,
OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan
asam kuat.
g. Propil paraben
Pemerian : putih, kristal, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam aseton dan eter;
etanol95%(1:1,1), etanol 50%(1:5,6), gliserin(1:250), mineral
oil(1:3330), PG(1:3,9), air(1:4350 pd 150) (1:2500) (1:225 pd 800C)
Fungsi : bahan pengawet
OTT : daya anti mikroba berkurang dengan adanya
surfaktan non ionik, berubah warna dengan adanya logam Fe, dapat
terhidrolisa oleh basa lemah dan asam kuat (HPE V p. 631)
h. Trietanolamin
Rumus empiris : C6H15NO3
Berat molekul : 149,19
Struktur formula : N(CH2CH2OH)3
Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi
Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai
kuning pucat, bau amoniak lemah
Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut
OTT : golongan amin dan hidroksi
i. Gliserin monostearat
Pemerian : putih sampai putih kekuningan; berupa
serbuk larut dalam etanol; eter dan kloroform; aseton panas, mineral
oil, tidak larut dalam air.
Fungsi : stabilizing agent dan emollient
OTT : bahan bersifat asam
Alasan : Stabilizer yang efektif dimana dpat melarutkan
komponen polar dan non polar pada emulsi o/w dan w/o
j. Gliserin
Sinonim : trihidroxypropane glycerol
Rumus empiric : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Fungsi : Antimikroba>20%, Emolient up to 30, Humektan
up to 30, Plasticizer, Solvent, Pemanis, Agen pengion
Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak
berbau, kental, larutan higroskopis, rasa manis seperti sukrosa.
6
Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis
tidak larut, air mudah larut.
OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau
potasium permanganat.
k. Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.
Rumus empiris : C15H24O
Berat molekul : 220,35
Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%
Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat.
l. Aquadest
BM :18,02.
RM :H2O.
Pemerian :Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam
wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.
2.2.2 Formulasi
7
2.2.3 Cara Pembuatan
8
pada suhu 4C, suhu kamar, serta suhu 40C). Hasil dari pengukuran
nilai pH pada evaluasi fisik dapat dilihat pada grafik berikut:
9
Evaluasi viskositas diukur dengan menggunakan alat viscometer
Brookfield. Evaluasi sampel dilakukan selama 8 minggu dengan
penyimpanan pada suhu 4C, suhu kamar, serta suhu 40C). Hasil
pengukuran viskositas pada evaluasi fisik, didapatkan nilai viskositas
krim sebagai berikut:
10
a. Penyimpanan Berbagai Suhu
Penyimpanan krim pada berbagai suhu dilakukan pada suhu
rendah (4oC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40oC). Kedua formulasi
krim yang telah disimpan pada suhu 4oC mengalami perubahan
warna menjadi sedikit lebih muda, krim yang disimpan di suhu
kamar mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap, dan pada
penyimpanan di suhu 40oC mengalami perubahan warna yang cukup
signifikan menjadi lebih gelap terutama formula yang mengandung
1% ekstrak kulit buah delima. Perubahan warna yang berbeda ini
disebabkan oleh adanya faktor suhu yang mempercepat reaksi kimia
karena setiap kenaikan suhu sebesar 10oC dapat mempercepat reaksi
kimia 2 sampai 3 kalinya.
b. Metode Cycling Test
Metode cycling test dilakukan dengan penyimpanan sampel
krim pada suhu 4oC dalam waktu 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam
oven yang bersuhu 40oC selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan
sebanyak 6 siklus kemudian diamati adanya pemisahan fase atau
tidak. Pada pengujian metode cycling test, kedua formula yang diuji
menunjukkan hasil yang stabil karena tidak menunjukkan adanya
pemisahan fase antara fase minyak dan fase air.
c. Uji Mekanik (Centrifugal Test)
Uji mekanik atau uji sentrifugasi juga merupakan salah satu
indicator kestabilan fisik sediaan semipadat. Hukum Stokes
menunjukkan bahwa pembentukan krim merupakan suatu fungsi
gravitasi dan kenaikan gravitasi dapat mempercepat pemisahan fase.
Efek gaya sentrifugal dari sentrifugator dengan kecepatan 3750 rpm
selama 5 jam dianggap setara dengan efek gaya gravitasi yang akan
diterima krim dalam penyimpanan selama setahun. Pada uji mekanik
(centrifugal test), krim A (0,5%) tampak stabil secara fisik yang
ditandai dengan tidak adanya pemisahan antara fase air dan fase
minyak. Pada krim B (1%) tampak adanya sedikit pemisahan antara
fase air dan fase minyak, yang berarti bahwa formula krim B tidak
tahan efek gravitasi selama satu tahun.
11
2.2.6 Uji Cemaran Mikroba
Pengujian cemaran mikroba meliputi cemaran bakteri maupun
cemaran jamur dilakukan dengan metode tabung ganda menggunakan
media pertumbuhan FTM (Fluid Thioglycollate Medium). Pada hasil
pengujian cemaran mikroba yang meliputi cemaran bakteri dan jamur
adalah sama untuk semua sediaan, yaitu tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme pada tabung reaksi yang mengandung sediaan. Hal ini
menunjukkan bahwa metil paraben dan propil paraben yang berperan
sebagai pengawet dengan konsentrasi berturut-turut 0,2% dan 0,02%
efektif menghambat pertumbuhan bakteri pada sediaan krim tersebut.
Tidak timbulnya mikroba pada media uji juga menunjukkan bahwa
sediaan krim dapat bertahan selama 60 hari waktu penyimpanan, tanpa
terjadi kontaminasi mikroba.
2.2.7 Uji Aktivitas Penghambatan Tirosinase
Uji aktivitas penghambatan tirosinase ekstrak kulit buah delima
dilakukan secara in vitro. Hasil pengujian aktivitas penghambatan
tirosinase dapat dilihat pada table berikut:
12
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas inhibisi yang
terjadi bergantung pada konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai
inhibitor. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka
makin besar hambatan yang terjadi. Hasil pengukuran yang dihitung
berdasarkan konsentrasi ekstrak di masing-masing krim, menunjukkan
bahwa adanya penurunan nilai IC50 apabila dibandingkan dengan
sampel ekstrak. Jadi, formula krim tersebut memiliki aktivitas
penghambatan terhadap tirosinase, dengan diketahui basis vanishing
cream tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap tirosinase.
Penurunan nilai IC50 dari ekstrak diduga terjadi karena hidrolisis
dari punicalagin pada proses pembuatan krim. Punicalagin merupakan
polifenol yang terdapat dalam jumlah dominan di buah delima,
diketahui merupakan ellagitanin yang terhidrolisis. Punicalagin yang
terhidrolisis akan menghasilkan galagildilakton, asam elegat, dan
glukosa di mana asam elegat dalam berbagai penelitian telah diketahui
dapat menghambat aktivitas dari tirosinase. Hal tersebut diperkirakan
menjadi penyebab sediaan krim ekstrak kulit buah delima memiliki
aktivitas penghambatan terhadap tirosinase yang lebih kuat dari
ekstraknya hingga sekitar 6 kalinya. Namun hasil pengamatan pada
minggu ke-8, aktivitas kedua krim terlihat menurun. Pada minggu ke-8,
nilai IC50 dari krim A meningkat menjadi 588 ppm, dan krim B
meningkat menjadi 409 ppm. Ini menunjukkan bahwa pada
penyimpanan hingga minggu ke-8 telah terjadi penurunan aktivitas
sebesar 1,5 sampai hampir 2 kali bila dibandingkan dengan aktivitas
pada minggu awal.
13
selama penyimpanan 60 hari. Hal ini diduga disebabkan karena
konsentrasi ekstrak kulit buah delima yangnditambahkan ke dalam krim
masih dalam batas aman, dengan analogi semakin besar konsentrasi zat
aktif yang ditambahkan ke dalam basis krim, maka akan semakin besar
pula kemungkinan terjadinya iritasi pada kulit sukarelawan. Oleh
karena itu dibuat asumsi pengujian iritasi sediaan krim
antihiperpigmentasi bahwa krim antihiperpigmentasi A dan B dengan
konsentrasi sebesar 0,5% dan 1% aman dalam pengujian.
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian formulasi krim antihiperpigmentasi dari
ekstrak kulitbuah delima merupakan formulasi yang baik, efektif, dan juga
aman. Krim dengan ekstrak kulit buah delima konsentrasi 1% tidak stabil.
Krim antihiperpigmentasi dengan ekstrak kulit buah delima 0,5% dan 1%
memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 363 ppm dan 290 ppm sehingga
keduanya tergolong memiliki aktivitas terhadap tirosinase.
3.4 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Fauci et al. 2008. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th ed. New York:
Mc Graw-Hill.
Sulistia Gan Gunawan (eds.) Farmakologi dan Terapi, 5th ed. Jakarta: FK
Universitas Indonesia; 2008
15
.
LAMPIRAN
16
17
A n t ih ip erp igm en t asi, yait u Dosis dan Aturan Pakai:
Oleskan krimdengan hati-
PunGra Cream
gan ggu an k u lit yan g u m u m
PunGra Cream d ip eroleh yan g d it an d ai d en gan
b ercak h ip erp igm n t asi lok al p ad a
hati
pada kulit yang terinfeksi, 3
k u lit yan g t erp ap ar sin ar 4 kali
Ekstrak kulit buahdelima m at ah ari. Ekstrak kulit buahdelima sehari
Ko m p o s is i:
T ia p 1 g r a m Pu n G ra c r e a m
m e n g a n d u n g e k s t ra k k u lit b u a h O B AT L U A R
d e lima 0 ,0 1 %
.
Ne tto : 1 5 g Ne tto : 1 5 g
Ex p . Da t e : Se p 2 0 2 0
Diproduksi oleh: PT.Sim i F a rm a
PT.Sim i F a r m a
T e g a l - In d o n e s ia T e g a l - In d o n e s ia
18