Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

SEMI SOLID DAN LIQUID


FORMULASI KRIM ANTIHIPERPIGMENTASI EKSTRAK
KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum L.)

Disusun oleh :
1. Alfi Nuri
2. Ismi Mahmudah Fatin
3. Jihan Eva

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah -52416 Telp. (0283) 6197571 Fax.
(0283) 6198450 Homepage website www.stikesbhamada.ac.id email stikes_bhamada@yahoo.com

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul Formulasi Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit Buah Delima
(Punica granatum L.), meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Slawi, November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.............................................................................................3
2.1.1 Krim........................................................................................3
2.1.2 Hiperpigmentasi......................................................................3
2.1.3 Buah Delima...........................................................................4
2.2 Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit Buah Delima...................5
2.2.1 Preformulasi............................................................................5
2.2.2 Formulasi................................................................................9
2.2.3 Cara Pembuatan......................................................................9
2.2.4 Evaluasi Fisik..........................................................................10
2.2.5 Uji Stabilitas Fisik..................................................................12
2.2.6 Uji Cemaran Mikroba.............................................................13
2.2.7 Uji Aktivitas Penghambatan Tirosinase..................................14
2.2.8 Uji Iritasi.................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperpigmentasi merupakan salah satu masalah kulit akibat dari
peningkatan zat pigmen kulit. Peningkatan sistesis melanin secara lokal atau
distribusi melanin yang tidak merata yang dapat menyebabkan pigmentasi
lokal atau spot.
Produk kosmetik yang mengandung zat kimia seperti hidrokuinon
mempunyai efek samping pengelupasan pada bagian kulit epidermis dan
menyebabkan kulit menjadi berwarna kemerahan dan menipis. BPOM telah
melarang penggunaan hidrokuinon di dalam kosmetik, sedangkan
mengizinkan asam retinoat hanya untuk pengobatan hiperpigmentasi.
Berdasarkan hal-hal itu, harus dihindarkan pemilihan zat kimia di dalam
kosmetik yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan kulit.
Pengembangan kosmetik yang berasal dari bahan alam sebagai pemutih
wajah difokuskan terhadap aktivitas menghambat enzim tirosinase yang
bekerja menghambat melanin. Bahan alam tersebut dapat berupa senyawa
yang berasal dari tanaman. dan memiliki keuntungan karena efek samping
yang ditimbulkan relatif lebih kecil apabila dibandingkan dari bahan kimia.
Senyawa aktif dari tumbuhan yang telah dikektahui sebagai pemutih antara
lain Morus alba L.(Moraceae) atau Glycyrrhizaglabra L. (Leguminosae).
Sementara itu, kulit buah delima (Punica granatum L.) merupakan salah
satu tanaman yang mempunyai aktivitas antihiperpigmentasi. Kulit buah
delima mengandung senyawa-senyawa polifenol seperti asam elegat dan asam
galat yang memiliki aktivitas sebagai inhibitor enzim tirosinase, dan juga
punicalagin adalah ellagitanin yang ditemukan pada delima. Asam elegat
memiliki afinitas terhadap tembaga pada active site dari tirosinase dan
menghambat aktivitasnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi krim antihiperpigmentasi dari ekstrak kulit buah delima.

1
Bentuk sediaan yang dipilih adalah krim karena penyebaran dari krim yang
merata dan mudah dibersihkan khususnya krim emulsi minyak dalam air.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu sediaan krim yang
berfungsi sebagai antihiperpigmentasi dari ekstrak kulit buah delima yang
baik, stabil, efektif, dan aman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sediaan krim, antihiperpigmentasi, dan buah
delima?
2. Bagaimana formulasi krim antihiperpigmentasi ekstrak kulit buah delima?
3. Bagaimana cara pembuatan krim antihiperpigmentasi dari ekstrak kulit
buah delima?
4. Bagaimana cara dan hasil evaluasi fisik, uji stabilitas fisik, uji cemaran
mikroba, uji aktivitas penghambatan tirosinase, dan uji iritasi dari krim
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sediaan krim,
antihiperpigmentasi, dan buah delima.
2. Untuk mengetahui formulasi krim antihiperpigmentasi ekstrak kulit buah
delima.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan krim antihiperpigmentasi dari ekstrak
kulit buah delima.
4. Untuk mengetahui cara dan hasil evaluasi fisik, uji stabilitas fisik, uji
cemaran mikroba, uji aktivitas penghambatan tirosinase, dan uji iritasi dari
krim tersebut.

BAB II

ISI

2.1 Definisi
2.1.1 Krim

2
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim
minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi, umumya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan
nonionik (Anief, 2008).
2.1.2 Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi melasma /Chloasma adalah gangguan kulit yang
umum diperoleh yang ditandai dengan bercak hiperpigmntasi lokal
pada kulit yang terpapar sinar matahari. Penyebaran melasma
melibatkan wajah dengan bagian tersering di dahi, pipi, dan bibir.
Sedangkan pada bagian leher dan lengan lebih jarang. Gangguan kulit
ini ditandai dengan warna coklat, dapat pula makula atau patch biru
abu-abu (Fauci, et al., 2008).
Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana
warna kulit berubah menjadi lebih gelap (kecoklatan, keabuan,
kebiruan, atau kehitaman). Kelainan ini dapat mengubah penampilan
dan menimbulkan keluhan estetika bahkan gangguan psikososial
(Sulistia, 2005).
2.1.3 Buah Delima
Buah delima (Punica granatum L) merupakan tanaman semak atau
perdu yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 5-8 m.Tanaman ini
berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di selatan India.

3
Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga
tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1.000 m dpl.
Tanaman tersebut sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur
dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam.
Klasifikasi ilmiah buah delima adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum L.

2.2 Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit Buah Delima


2.2.1 Preformulasi
a. DMSO
Sinonim : Methylsulfoksida; Dimetilsulfoksida;
Methylsulfinylmethane
RumusMolekul : C2H6OS
Beratmolekul : 78,13 g/mol
Fungsi : pelarut
Pemerian : CairanTidakBerwarna
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, eter, benzena,
kloroform, danaseton.
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar
b. Asam strearat
Sinonim : Crosterene, hystrene, Pristerene
Rumus empiric : C18H36O2
Berat Molekul : 284,47
Struktur : CH3(CH2)16COOH
Fungsi : pengemulsi, solubilizing agent
Ointments/ krim : 1-20%
Pemerian : kristal atau serbuk putih atau kuning, bau
lemah
Kelarutan : larut dalam benzen,etanol, dan propilen
glikol; praktis tidak larut dalam air.

4
OTT : agen pengoksidas
c. Seil alcohol
Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol
Rumus empirik : C16H34O
Berat molekul : 242,44
Struktur : CH3(CH2)14CH2OH
Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-
10%, emolient 2-5%.
Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih,
granul, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat.
d. Paraffin cair
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental,
tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan
berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan
air; larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering
dan sejuk.
e. Isopropyl miristat
Nama Lain : 1-Methylethyl tetradecanoate
Sinonim : Estol IPM; HallStar IPM-NF; isopropyl
ester of myristic acid; Isopropylmyristat
Rumus Molekul : C47H34O2:
Berat Molekul : 270.5
Pemerian : Jelas tidak berwarna, cairan tak berbau
praktis dari viskositas rendah yang mengental pada sekitar 58oC. Ini
terdiri dari ester dari propan-2 ol dan jenuh asam lemak berat
molekul tinggi, terutama asam miristat.
Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol
(95%), etil asetat, lemak, alkohol lemak, minyak tetap, hidrokarbon
cair, toluena, dan lilin. Larut dalam banyak, kolesterol, atau lanolin.
Praktis tidak larut dalam gliserin, glikol, dan air.
f. Metil paraben
Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.
Rumus empirik : C8H8O3

5
Berat molekul : 152,15
Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%
Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas
Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,
OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan
asam kuat.
g. Propil paraben
Pemerian : putih, kristal, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam aseton dan eter;
etanol95%(1:1,1), etanol 50%(1:5,6), gliserin(1:250), mineral
oil(1:3330), PG(1:3,9), air(1:4350 pd 150) (1:2500) (1:225 pd 800C)
Fungsi : bahan pengawet
OTT : daya anti mikroba berkurang dengan adanya
surfaktan non ionik, berubah warna dengan adanya logam Fe, dapat
terhidrolisa oleh basa lemah dan asam kuat (HPE V p. 631)
h. Trietanolamin
Rumus empiris : C6H15NO3
Berat molekul : 149,19
Struktur formula : N(CH2CH2OH)3
Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi
Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai
kuning pucat, bau amoniak lemah
Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut
OTT : golongan amin dan hidroksi
i. Gliserin monostearat
Pemerian : putih sampai putih kekuningan; berupa
serbuk larut dalam etanol; eter dan kloroform; aseton panas, mineral
oil, tidak larut dalam air.
Fungsi : stabilizing agent dan emollient
OTT : bahan bersifat asam
Alasan : Stabilizer yang efektif dimana dpat melarutkan
komponen polar dan non polar pada emulsi o/w dan w/o
j. Gliserin
Sinonim : trihidroxypropane glycerol
Rumus empiric : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Fungsi : Antimikroba>20%, Emolient up to 30, Humektan
up to 30, Plasticizer, Solvent, Pemanis, Agen pengion
Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak
berbau, kental, larutan higroskopis, rasa manis seperti sukrosa.

6
Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis
tidak larut, air mudah larut.
OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau
potasium permanganat.
k. Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.
Rumus empiris : C15H24O
Berat molekul : 220,35
Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%
Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat.
l. Aquadest
BM :18,02.
RM :H2O.
Pemerian :Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam
wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

2.2.2 Formulasi

7
2.2.3 Cara Pembuatan

Sediaan krim dibuat dengan cara melarutkan ekstrak dalam DMSO


dan akuades digunakan sebagai pelarut untuk trietanolamin, gliserin,
dan metil paraben pada suhu 70C dan digunakan sebagai fase air.
Bahan-bahan yang larut di dalam fase minyak yaitu asam stearat, setil
alkohol, isopropyl miristat, propil paraben,butilhidroksitoluen, parafin
cair, dan juga gliseril monostearat dipanaskan 70oC hingga melebur,
lalu dicampur dengan fase air lalu diaduk dengan homogenizer pada
suhu 70oC dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah terbentuk basis krim
kemudian dicampur dengan larutan ekstrak hingga homogen. Krim
yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam wadah tidak tembus
cahaya.

2.2.4 Evaluasi Fisik


Evaluasi fisik yang dilakukan pada sediaan krim
antihiperpigmentasi adalah sebagai berikut:
a. Organoleptis
Warna krim yang dihasilkan sesuai dengan ekstrak yang
ditambahkan. Formula yang mengandung ekstrak kulit buah delima
0,5% berwarna cokelat kekuningan, dan formula yang mengandung
ekstrak kulit buah delima 1% berwarna cokelat kekuningan yang
agak lebih gelap dibandingkan krim dengan kandungan ekstrak
0,5%. Kedua formula krim yang dihasilkan tersebut memiliki bau
khas seperti jamu dan bau tidak berubah selama waktu
penyimpanan Sediaan krim anti hiperpigmentasi diperoleh sifat-
sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi
setengah padat, dan cukup nyaman ketika dioleskan pada kulit.
b. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter yang telah
dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar standar pH 4 dan 7.
Evaluasi sampel dilakukan selama 8 minggu dengan penyimpanan

8
pada suhu 4C, suhu kamar, serta suhu 40C). Hasil dari pengukuran
nilai pH pada evaluasi fisik dapat dilihat pada grafik berikut:

Hasil pengukuran pH pada suhu 4oC selama 8 minggu terlihat


bahwa pH kedua formula krim mengalami kenaikan. pH kedua
formula krim pada suhu rendah mengalami perubahan ke arah basa.
Hasil pengukuran nilai pH selama penyimpanan pada suhu kamar
(25oC) mengalami penurunan. Hasil dari semua formula krim
memiliki rentang nilai pH 6,14-6,71 sehingga masih memenuhi
syarat pH sediaan topical yang aman untuk kulit yaitu 4-8. Kedua
formula krim menunjukkan nilai pH ke arah asam karena kandungan
ekstrak kulit buah delima berupa senyawa-senyawa polifenol bersifat
asam lemah. Sifat asam ini bahkan lebih kuat dari kebasaan yang
dimiliki oleh basis yang digunakan dalam formula (vanishing cream)
sehingga membawa pH krim ke arah asam. Pengukuran pH selama
penyimpanan pada suhu tinggi (40oC) mengalami penurunan. pH
krim cenderung mengarah ke pH asam. Hal ini mungkin disebabkan
terjadinya proses hidrolisis karena adanya peningkatan suhu.
c. Viskositas

9
Evaluasi viskositas diukur dengan menggunakan alat viscometer
Brookfield. Evaluasi sampel dilakukan selama 8 minggu dengan
penyimpanan pada suhu 4C, suhu kamar, serta suhu 40C). Hasil
pengukuran viskositas pada evaluasi fisik, didapatkan nilai viskositas
krim sebagai berikut:

Berdasarkan grafik di atas diketahui nilai viskositas yang


menunjukkan kekentalan dari sediaan. Hasil viskositas pada suhu
4oC, 25oC, dan 40oC selama penyimpanan 8 minggu menunjukkan
penurunan nilai viskositas pada kedua formula krim. Dari hasil
pengukuran viskositas pada evaluasi fisik, didapat viskositas krim
yang mengandung ekstrak kulit buah delima 0,5% dan 1% berturut-
turut sebesar 6.533 cps dan juga 3.340 cps. Nilai viskositas sediaan
krim yang dibuat masih berada di dalam rentang nilai viskositas
sediaan topical yang aman, yaitu 2.000-50.000 cps. Hasil tersebut
menandakan bahwa konsentrasi ekstrak kulit buah delima
mempengaruhi viskositas sediaan krim. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak kulit buah delima dalam sediaan krim, maka makin rendah
nilai viskositasnya.

2.2.5 Uji Stabilitas Fisik

10
a. Penyimpanan Berbagai Suhu
Penyimpanan krim pada berbagai suhu dilakukan pada suhu
rendah (4oC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40oC). Kedua formulasi
krim yang telah disimpan pada suhu 4oC mengalami perubahan
warna menjadi sedikit lebih muda, krim yang disimpan di suhu
kamar mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap, dan pada
penyimpanan di suhu 40oC mengalami perubahan warna yang cukup
signifikan menjadi lebih gelap terutama formula yang mengandung
1% ekstrak kulit buah delima. Perubahan warna yang berbeda ini
disebabkan oleh adanya faktor suhu yang mempercepat reaksi kimia
karena setiap kenaikan suhu sebesar 10oC dapat mempercepat reaksi
kimia 2 sampai 3 kalinya.
b. Metode Cycling Test
Metode cycling test dilakukan dengan penyimpanan sampel
krim pada suhu 4oC dalam waktu 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam
oven yang bersuhu 40oC selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan
sebanyak 6 siklus kemudian diamati adanya pemisahan fase atau
tidak. Pada pengujian metode cycling test, kedua formula yang diuji
menunjukkan hasil yang stabil karena tidak menunjukkan adanya
pemisahan fase antara fase minyak dan fase air.
c. Uji Mekanik (Centrifugal Test)
Uji mekanik atau uji sentrifugasi juga merupakan salah satu
indicator kestabilan fisik sediaan semipadat. Hukum Stokes
menunjukkan bahwa pembentukan krim merupakan suatu fungsi
gravitasi dan kenaikan gravitasi dapat mempercepat pemisahan fase.
Efek gaya sentrifugal dari sentrifugator dengan kecepatan 3750 rpm
selama 5 jam dianggap setara dengan efek gaya gravitasi yang akan
diterima krim dalam penyimpanan selama setahun. Pada uji mekanik
(centrifugal test), krim A (0,5%) tampak stabil secara fisik yang
ditandai dengan tidak adanya pemisahan antara fase air dan fase
minyak. Pada krim B (1%) tampak adanya sedikit pemisahan antara
fase air dan fase minyak, yang berarti bahwa formula krim B tidak
tahan efek gravitasi selama satu tahun.

11
2.2.6 Uji Cemaran Mikroba
Pengujian cemaran mikroba meliputi cemaran bakteri maupun
cemaran jamur dilakukan dengan metode tabung ganda menggunakan
media pertumbuhan FTM (Fluid Thioglycollate Medium). Pada hasil
pengujian cemaran mikroba yang meliputi cemaran bakteri dan jamur
adalah sama untuk semua sediaan, yaitu tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme pada tabung reaksi yang mengandung sediaan. Hal ini
menunjukkan bahwa metil paraben dan propil paraben yang berperan
sebagai pengawet dengan konsentrasi berturut-turut 0,2% dan 0,02%
efektif menghambat pertumbuhan bakteri pada sediaan krim tersebut.
Tidak timbulnya mikroba pada media uji juga menunjukkan bahwa
sediaan krim dapat bertahan selama 60 hari waktu penyimpanan, tanpa
terjadi kontaminasi mikroba.
2.2.7 Uji Aktivitas Penghambatan Tirosinase
Uji aktivitas penghambatan tirosinase ekstrak kulit buah delima
dilakukan secara in vitro. Hasil pengujian aktivitas penghambatan
tirosinase dapat dilihat pada table berikut:

12
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas inhibisi yang
terjadi bergantung pada konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai
inhibitor. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka
makin besar hambatan yang terjadi. Hasil pengukuran yang dihitung
berdasarkan konsentrasi ekstrak di masing-masing krim, menunjukkan
bahwa adanya penurunan nilai IC50 apabila dibandingkan dengan
sampel ekstrak. Jadi, formula krim tersebut memiliki aktivitas
penghambatan terhadap tirosinase, dengan diketahui basis vanishing
cream tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap tirosinase.
Penurunan nilai IC50 dari ekstrak diduga terjadi karena hidrolisis
dari punicalagin pada proses pembuatan krim. Punicalagin merupakan
polifenol yang terdapat dalam jumlah dominan di buah delima,
diketahui merupakan ellagitanin yang terhidrolisis. Punicalagin yang
terhidrolisis akan menghasilkan galagildilakton, asam elegat, dan
glukosa di mana asam elegat dalam berbagai penelitian telah diketahui
dapat menghambat aktivitas dari tirosinase. Hal tersebut diperkirakan
menjadi penyebab sediaan krim ekstrak kulit buah delima memiliki
aktivitas penghambatan terhadap tirosinase yang lebih kuat dari
ekstraknya hingga sekitar 6 kalinya. Namun hasil pengamatan pada
minggu ke-8, aktivitas kedua krim terlihat menurun. Pada minggu ke-8,
nilai IC50 dari krim A meningkat menjadi 588 ppm, dan krim B
meningkat menjadi 409 ppm. Ini menunjukkan bahwa pada
penyimpanan hingga minggu ke-8 telah terjadi penurunan aktivitas
sebesar 1,5 sampai hampir 2 kali bila dibandingkan dengan aktivitas
pada minggu awal.

2.2.8 Uji Iritasi


Pengujian iritasi dari sediaan krim antihihiperpigmentasi ini
dilakukan dengan metode patch test untuk melihat perubahan yang
terjadi setelah dioleskan sediaan krim antihiperpigmentasi. Pada hasil
pengujian menunjukkan tidak terjadi iritasi pada kulit punggung tangan
20 orang sukarelawan, baik iritasi primer maupun iritasi sekunder

13
selama penyimpanan 60 hari. Hal ini diduga disebabkan karena
konsentrasi ekstrak kulit buah delima yangnditambahkan ke dalam krim
masih dalam batas aman, dengan analogi semakin besar konsentrasi zat
aktif yang ditambahkan ke dalam basis krim, maka akan semakin besar
pula kemungkinan terjadinya iritasi pada kulit sukarelawan. Oleh
karena itu dibuat asumsi pengujian iritasi sediaan krim
antihiperpigmentasi bahwa krim antihiperpigmentasi A dan B dengan
konsentrasi sebesar 0,5% dan 1% aman dalam pengujian.

BAB III
PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian formulasi krim antihiperpigmentasi dari
ekstrak kulitbuah delima merupakan formulasi yang baik, efektif, dan juga
aman. Krim dengan ekstrak kulit buah delima konsentrasi 1% tidak stabil.
Krim antihiperpigmentasi dengan ekstrak kulit buah delima 0,5% dan 1%
memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 363 ppm dan 290 ppm sehingga
keduanya tergolong memiliki aktivitas terhadap tirosinase.

3.4 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1995. Farmakope. Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Fauci et al. 2008. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th ed. New York:
Mc Graw-Hill.

Magdalena Bhakti A, Sriwidodo Bardi, Wiwiek Indriyanti, Firdha S.


Maelaningsih. 2016. Formulasi Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak
Kulit Buah Delima (Punica granatum L.). Sumedang: Jurnal IJPST
Volume 3, Nomor 1

Sulistia Gan Gunawan (eds.) Farmakologi dan Terapi, 5th ed. Jakarta: FK
Universitas Indonesia; 2008

15
.

LAMPIRAN

16
17
A n t ih ip erp igm en t asi, yait u Dosis dan Aturan Pakai:
Oleskan krimdengan hati-
PunGra Cream
gan ggu an k u lit yan g u m u m
PunGra Cream d ip eroleh yan g d it an d ai d en gan
b ercak h ip erp igm n t asi lok al p ad a
hati
pada kulit yang terinfeksi, 3
k u lit yan g t erp ap ar sin ar 4 kali
Ekstrak kulit buahdelima m at ah ari. Ekstrak kulit buahdelima sehari

Ko m p o s is i:
T ia p 1 g r a m Pu n G ra c r e a m
m e n g a n d u n g e k s t ra k k u lit b u a h O B AT L U A R
d e lima 0 ,0 1 %
.
Ne tto : 1 5 g Ne tto : 1 5 g

Ex p . Da t e : Se p 2 0 2 0
Diproduksi oleh: PT.Sim i F a rm a
PT.Sim i F a r m a
T e g a l - In d o n e s ia T e g a l - In d o n e s ia

18

Anda mungkin juga menyukai