Anda di halaman 1dari 121

EDITORIAL

Pengantar Redaksi

Penanggung Jawab: Puji Syukur Alhamdulilllah kami


Dr. Ijun Rijwan Susanto, SKM., M.Kes panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Jurnal STIKes Budi Luhur Cimahi
Dewan Redaksi :
Volume 9. No. 2, Juli 2016 dapat
Karwati, SST., MM
Dr. Atira, S.Si., M.Kes diterbitkan.
Dr. Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes
Dengan diterbitkannya Jurnal STIKes
Yosi Oktri, S.Pd., SST., MM
Budi Rianto, S.Sos., MM Budi Luhur Cimahi ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat dan
pencerahan kepada masyarakat dan
Mitra Bestari:
lingkungan civitas akademika STIKes
Prof. Suminar Setiati Achamadi, Ph.D
Suparji, SST., SKM, M.Pd. Budi Luhur Cimahi yang dapat
Heru S.W. Nugroho, S.Kep., Ners., MM.Kes membawa visi dan misi Tri Dharma
Perguruan Tinggi sehingga

Tata Usaha: memunculkan inspirasi dan inovasi


Rahayu, S.Pd. dalam bidang kesehatan untuk
kepentingan kesejahteraan bangsa dan

Diterbitkan Oleh: Negara Republik Indonesia.


Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada para penulis kami ucapkan
Kepada Masyarakat.Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Budi Luhur Cimahi banyak terima kasih atas partisipasinya.
Semoga Jurnal ini dapat menjadi media
Alamat Redaksi: komunikasi dan penyebar luas
LPPM STIKes Budi Luhur Cimahi informasi tentang ilmu pengetahuan
Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi,
bagi kita semua, Amin.
Jawa Barat,Telp. 022-6674696,
Hp: 085222037309
Wassalam,
Alamt e-mail: atirahusaini@gmail.com
Elektronik. Jurnal:
www.stikesbudiluhurcimahi.ac.id.
Dewan Redaksi

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 148
DAFTAR ISI

Jurnal Kesehatan Budi Luhur Volume 9 No. 2, Juli 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN


MOTIVASI MELAKUKAN SENAM NIFAS
Winda Juliasha dan Nunung 151
Nurhayati..............................................................................................................................

MANFAAT KOMPRES TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK


YANG MENGALAMI DEMAM
Supiyanto, Mona Megasari, 163
Susanti..................................................................................................................................
GIZI DALAM PANDANGAN ISLAM
Nina 178
Aminah..................................................................................................................................

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI :


POST OVAREKTOMI SINISTRA A/I KISTA OVARIUM SINISTRA
Dedeh Sri Rahayu dan Dewi 191
Rahmawati ..............................................................................................................................................................................................

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER : CORONARY ARTERY DISEASE
Emy Salmiyah dan Dea 201
Permadi..................................................................................................................................

PENGALAMAN ORANGTUA DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN GIZI BURUK


Rahayu Savitri......................................................................................................................... 210
PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE
Atira, Irfan Hanafi, Anugrah Nurul Hudda................................................................................. 228
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELUARGA DALAM PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DBD 240
Pandith, Sri Wahyuni, Sandi Wijaya .....................................................................................

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK DENGAN PEMILIHAN ALAT


KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN 255
Rusmita Eli, Saputra Ilham....................................................................................................

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 149
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN
MOTIVASI MELAKUKAN SENAM NIFAS

THE KNOWLEDGE AND ATTITUDE MOTHER POST SECTIO OF CAESAREA WTHE


MOTIVATION DO GYMNASTICS PARTURITION

Winda Juliasha, Nunung Nurhayati


STIKep PPNI Jawa Barat

Abstrak
Salah satu upaya pencegahan terjadinya komplikasi post sectio caesarea adalah dengan
melakukan senam nifas yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai hari
kesepuluh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu post caesarea dengan motivasi melakukan senam nifas.
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan di RSKIA
Astana Anyar Kota Bandung dengan jumlah sampel 44 responden. Data dikumpulkan
dengan menyebar kuesioner penelitian pada tanggal 0214 Juni 2015. Uji statistik
menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya
responden (41,5%) berpengetahuan baik, sebagian besar responden (53,7%) memiliki sikap
yang tidak mendukung dan sebagian besar responden (53,7%) memiliki motivasi yang
cukup tentang senam nifas. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan motivasi melakukan senam nifas di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung
(0,494>0,05) dan tidak terdapat hubungan antara sikap dengan motivasi melakukan senam
nifas di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung (0,164>0,05). Hal ini dapat deisebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya kurangnya informasi, pengalaman, serta lingkungan yang
mendukung tentang senam nifas. Saran dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan
instrumen yang sudah baku agar diperoleh hasil yang lebih maksimal, serta tenaga
kesehatan lebih aktif untuk mengadakan pendidikan kesehatan tentang senam nifas. Kata
Kunci : pengetahuan, sikap, motivasi, post sectio caesarea.

Abstract

One of prevention is postpartum exercise, conducted since the first day to give birth until the
tenth day. The purpose of the research is to identify the relationship between the knowledge
and attitude of post caesarean mother with the motivation of doing postpartum exercise.
This research is analytic with cross sectional approach. Done in RSKIA Astana Anyar
Bandung with 44 respondents as samples. The data collected with spread questionnaires
conducted on 2 14 June 2015. Statistical tests using Rank Spearman. The results showed
almost half of the respondents (41.5%) knowledge is good, most respondents (53.7%) have
an attitude that doesn't support and most respondents (53.7%) have enough to do
postpsrtum exercise. In conclusion, there is no relationship between the knowledge with the
motivation of doing postpartum exercise in RSKIA Astana Anyar Bandung (0,494 > 0.05) and
there is no relationship between attitude with motivation do postpsrtum exercise in RSKIA
Astana Anyar Bandung (0,164 > 0.05). It can be cause by many factors such as lack of
information, experiences, and supportive environment about how to exercise. Author
suggest further research should use instruments that already raw so that maximum results
are obtain, as well as a more active health workers to conduct health education about how
postpartum exercise.

Keywords: knowledge, attitude, motivation, postpartum, caesarean section.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 150
A. PENDAHULUAN kegiatan yang penting pada periode post
Terkadang persalinan secara normal tidak operasi sectio caesarea untuk mencegah
dapat dilakukan karena membahayakan komplikasi (Fauza, 2013).
ibu atau bayinya. Oleh karena itu, proses
Selama masa nifas, banyak terjadi
persalinan dapat dilakukan secara sectio
perubahan pada ibu nifas baik secara
caesarea. Para ahli kesehatan berupaya
fisiologi maupun psikologi. Salah satu
untuk menekan jumlah kelahiran secara
upaya dari perbaikan kondisi ibu pasca
caesarea yang bukan karena indikasi
melahirkan adalah dengan melakukan
medis. Hal ini dikarenakan dampak dari
senam nifas. Tidak sedikit pula dokter atau
pasca persalinan caesarea cukup berat
bidan yang menganjurkan untuk
seperti infeksi, perdarahan, luka pada
dilakukannya mobilisasi dini pada ibu post
organ, komplikasi dari obat bius bahkan
sectio caesarea. Namun, karena
kematian (Sinsin, 2008).
ketidaktahuan dan ketakutan untuk
Pada tahun 2010 terdapat 15,3% ibu melakukan mobilisasi, banyak ibu-ibu post
yang melaporkan persalinan dengan sectio caesarea yang tidak melakukannya
operasi caesarea saat melahirkan anak (Suherni dkk, 2009).
terakhir pada periode lima tahun terakhir.
Senam nifas adalah senam yang
Berdasarkan tempat tinggal, di perkotaan
dilakukan sejak hari pertama melahirkan,
terdapat 19,3% ibu yang melaporkan
dilakukan setiap hari sampai hari
persalinan dengan operasi caesarea saat
kesepuluh. Mobilisasi dengan
melahirkan anak terakhir, sedangkan di
gerakangerakan sederhana dalam senam
pedesaan sebesar 11,1%. Di Jawa Barat
nifas sudah dapat dimulai 6 jam setelah
sendiri persalinan dengan operasi sebesar
persalinan secara spontan dengan
15,1% (Balitbangkes, KemKes RI,
indikasi tidak dibatasi oleh infus dan bila
Riskesdas, 2010). tanda-tanda vital normal atau ibu mampu
Sectio caesarea merupakan prosedur pergi ke kamar mandi dengan bantuan
operatif yang dilakukan di bawah dalam waktu satu atau dua jam setelah
anestesia sehingga janin, plasenta dan melahirkan (Suherni dkk, 2009).
ketuban dilahirkan melalui insisi dinding Senam pasca persalinan juga sangat
abdomen dan uterus. Prosedur ini penting dilakukan. Senam pasca
biasanya dilakukan setelah viabilitas persalinan adalah senam yang dilakukan
tercapai (usia kehamilan lebih dari 24 ibu-ibu setelah melahirkan untuk
minggu) (Fraser & Cooper, 2009). memulihkan, merawat dan
Tindakan operasi akan mengembalikan keindahan tubuh setelah
mengakibatkan penurunan melahirkan. Berdasarkan hasil penelitian
gangguan terhadap mobilisasi pasien. Fariana (2014) banyak faktor yang dapat
Oleh karena itu, mobilisasi merupakan menyebabkan ibu nifas tidak melakukan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 151
senam nifas diantaranya pendidikan, keseluruhan klien tidak mengetahui
pengetahuan, informasi, ekonomi dan mengenai senam nifas dan manfaatnya.
sosial budaya yang ada di masyarakat. Rata-rata klien hanya berbaring selama 1
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu hari setelah operasi. Namun dari 10 ibu
proses dengan menggunakan pancaindra post sectio caesarea, 4 diantaranya
yang dilakukan seseorang terhadap objek mengatakan mau melakukan senam nifas
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan sisanya 6 orang ibu post sectio
dan keterampilan (Hidayat, 2007). Sikap caesarea tidak mau melakukan senam
(attitude) merupakan konsep paling nifas disebabkan takut karena masih
penting dalam psikologi sosial yang terasa sakit dan khawatir akan
membahas unsur baik sebagai individu terlepasnya jahitan operasi. Tujuan
maupun kelompok. Melalui sikap, kita penelitin ini adalah untuk mengetahui
memahami proses kesadaran yang adanya hubungan antara pengetahuan
menentukan tindakan nyata dan tindakan dan sikap ibu post caesarea dengan
yang mungkin dilakukan individu dalam motivasi melakukan senam nifas di RSKIA
kehidupan sosialnya (Wawan & Dewi, Astana Anyar Kota Bandung.
2011).

Motivasi merupakan suatu konstruk yang B. METODE


dimulai dari adanya kebutuhan dalam diri Jenis penelitian yang digunakan dalam
individu dalam bentuk energi aktif yang penelitian ini adalah studi korelasi
menimbulkan timbulnya dorongan yang (Correlation Study), non-eksperimental.
berfungsi mengaktifkan, memberi arah Bentuk pendekatan waktu yang digunakan
dari suatu perilaku untuk memenuhi dalam pengumpulan data penelitian ini
kebutuhan (Khairani, 2013). Kurangnya adalah Cross Sectional. Penelitian ini
pengetahuan dan sikap yang cenderung dilaksanakan di ruang rawat nifas RSKIA
negatif dapat mengakibatkan Astana Anyar Kota Bandung dari tanggal
keinginan/dorongan untuk melakukan 02 Juni 2015 sampai 14 Juni 2015.
suatu hal menjadi rendah. Selain itu,
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini
pengalaman juga dapat mempengaruhi
adalah seluruh ibu post sectio caesarea
tingkat pengetahuan seseorang. Maka
yang ada di RSKIA Astana Anyar Kota
dari itu, pengalaman persalinan ibu yang
Bandung. Adapun jumlah sampel yang
lebih dari satu kali, dapat mempengaruhi
digunakan dalam penelitian ini
tingkat pengetahuan seorang ibu (Wawan
menggunakan rumus uji hipotesis
& Dewi, 2011).
(Hidayat, 2009) dan diperoleh jumlah
Setelah dilakukan studi pendahuluan
sampel adalah 41 responden. Penelitian
terhadap 10 orang ibu post sectio
ini menggunakan teknik nonprobability
caesarea, didapatkan data hampir
sampling jenis purposive sampling yaitu

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 152
cara pengambilan sampel untuk tujuan
motivasi, menggunakan skala Likert
tertentu (Hidayat, 2009).
dengan pilihan jawaban yaitu sangat
Jenis kuesioner yang digunakan dalam
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan
penelitian ini adalah kuesioner tertutup,
sangat tidak setuju.
dimana angket/kuesioner tersebut dibuat
Hasil uji statistik menggunakan
sedemikian rupa sehingga responden
Spearman Rank diperoleh hasil korelasi
hanya tinggal memilih atau menjawab
antara pengetahuan dengan motivasi
pada jawaban yang sudah ada (Hidayat,
melakukan senam nifas, diperoleh nilai
2009). Kuesioner untuk variabel
pvalue sebesar 0,494 > (0,05). Dapat
pengetahuan menggunakan bentuk
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
multiple choice yaitu pilihan tunggal A, B,
yang bermakna antara pengetahuan ibu
C dimana jawaban benar bernilai 1 dan
post sectio caesarea tentang senam nifas
salah nilainya 0. Instrumen pengetahuan
dengan motivasi melakukan senam nifas
dan sikap telah di uji validitas dengan nilai
di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung.
0,444 dan instrumen motivasi 0,688.
Hasil korelasi antara sikap dengan
Variabel sikap menggunakan pernyataan
motivasi melakukan senam nifas,
berskala Likert yang mempunyai pilihan
diperoleh p-value sebesar 0,164 >
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak
(0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Kuesioner
ada hubungan yang bermakna antara
untuk variabel
sikap ibu post sectio caesarea tentang
senam nifas dengan motivasi melakukan
senam nifas di RSKIA Astana Anyar Kota
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bandung 2015.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana Anyar
Kota Bandung 2015

Usia Frekuensi Persentase (%)


<20 tahun 5 12,2
21-30 tahun 13 31,7
31-35 tahun 9 22
>35 tahun 14 34,1
Total 41 100

Berdasarkan hasil penelitian yang responden (34,1%) memiliki umur > 35


disajikan dalam tabel 1 diatas tahun dan sebanyak 13 responden
menunjukkan bahwa sebanyak 14
(31,7%) berumur 21-30 tahun.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana
Anyar Kota Bandung 2015

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 153
Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1 anak 11 26,8
2-4 anak 27 65,9
>5 anak 3 7,3
Total 41 100

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa responden (26,8%) memiliki anak sebanyak 27


responden (65,9%) memiliki berjumlah 1 anak.

anak berjumlah 2-4 anak dan sebanyak 11

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA
Astana Anyar Kota Bandung 2015
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
SD 7 17,1
SMP 10 24,4
SMA 19 46,3
Perguruan Tinggi 5 12,2
Total 41 100

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 10 responden (24,4%) berpendidik


sebanyak 19 responden (46,3%) terakhir SMP. an
berpendidikan terakhir SMA dan sebanyak

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana
Anyar Kota Bandung 2015
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 35 85,4
PNS 1 2,4
Swasta 1 2,4
Wiraswasta 4 9,8
Total 41 100

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa responden (9,8%) bekerja sebagai sebanyak 35


responden (85,4%) bekerja wiraswasta.

sebagai ibu rumah tangga dan sebanyak 4


Tabel 5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana
Anyar Kota Bandung 2015
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 17 41,5
Cukup 12 29,3
Kurang 12 29,3
Total 41 100

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 154
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 12 orang (29,3%) memiliki
sebanyak 17 responden (41,5%) tingkat pengetahuan cukup dan kurang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang senam nifas.
dan

Tabel 6. Distribusi Sikap Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana Anyar Kota
Bandung 2015
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 19 46,3
Tidak Mendukung 22 53,7
Total 41 100

Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 19 responden (46,3%)


22 responden (53,7%) memiliki sikap memiliki sikap yang mendukung
yang tidak mendukung dan terhadap senam nifas.

Tabel 7. Distribusi Motivasi Pasien Post Sectio Caesarea di RSKIA Astana Anyar Kota
Bandung 2015
Motivasi Frekuensi Persentase (%)
Baik 16 39
Cukup 22 53,7
Kurang 3 7,3
Total 41 100
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa responden (39%) memiliki motivasi yang sebanyak 22
responden (53,7%) memiliki baik untuk melakukan senam nifas.

motivasi yang cukup dan sebanyak 16

Tabel 8. Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea dengan Motivasi
Melakukan Senam Nifas di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung 2015
N % NMotivasi
% N % N %
Baik
Pengetahuan 6 35,3
Baik 11 Cukup
64,7 0 Kurang
0 17 Total
100 p-value
Cukup 6 50 6 50 0 0 12 100 0,49
4
Kurang 4 33,3 5 41,7 3 25 12 100
Total 16 39 22 53,7 3 7,3 41 100

Hasil korelasi antara pengetahuan pengetahuan ibu post sectio caesarea


dengan motivasi melakukan senam tentang senam nifas dengan motivasi
nifas, diperoleh nilai p-value sebesar melakukan senam nifas di RSKIA Astana
0,494 > (0,05). Dapat disimpulkan Anyar Kota Bandung.
bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara

Tabel 9. Analisis Hubungan Sikap Ibu Post Sectio Caesarea dengan Motivasi Melakukan
Senam Nifas di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung 2015

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 155
Motivasi
Total
Sikap Baik Cukup Kurang p-value
N % N % N % N %
Mendukung 9 47,4 10 52,6 0 0 19 100
Tidak
7 31,8 12 54,5 3 13,6 22 100 0,164
Mendukung
Total 16 39 22 53,7 3 7,3 41 100

semakin baik pengetahuan seseorang


Hasil korelasi antara sikap dengan tentang senam pasca persalinan maka
motivasi melakukan senam nifas,
semakin banyak ibu nifas yang melakukan
diperoleh p-value sebesar 0,164 > senam pasca persalinan. Namun apabila
(0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak
ibu nifas tidak mengetahui tentang
ada hubungan yang bermakna antara manfaat dari pada senam pasca
sikap ibu post sectio caesarea tentang
persalinan maka ibu nifas tidak akan
senam nifas dengan motivasi melakukan berminat untuk melakukan senam pasca
senam nifas di RSKIA Astana Anyar Kota
persalinan (Fariana, 2014).
Bandung.
Sebanyak 17 responden (41,5%)
berpengetahuan baik dan sebagian
PEMBAHASAN
responden (46,3%) memiliki tingkat
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan
pendidikan terakhir SMA. Tingkat
ini terjadi setelah orang mengadakan
pengetahuan siswa SMA yang masih
pengindraan terhadap suatu objek
kurang menjadikan mereka berada
tertentu. Pengetahuan sendiri dipengaruhi
ketidaktahuan akan perkembangan
oleh faktor pendidikan formal.
dirinya. Berdasarkan pernyataan
Pengetahuan sangat erat hubungannya
Notoatmodjo (2005) dimana diharapkan
dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi
bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas
maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Namun dalam hal
pula pengetahuannya. Namun hal tersebut
ini, pengetahuan responden mengenai
tidak mutlak (Notoatmodjo, 2005).
senam nifas tidak hanya diperoleh pada
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan formal, tetapi juga informal,
pengetahuan diantaranya faktor internal yaitu melalui tenaga medis, media,
dan eksternal. Faktor internal terdiri dari pengalaman atau lingkungan. Sehingga
pendidikan, pekerjaan dan umur. pendidikan nonformal dapat
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari mempengaruhi pengetahuan responden
lingkungan dan sosial budaya (Wawan & tentang senam nifas.
Dewi, 2011). Masih kurangnya informasi yang
Pengetahuan sangat berperan penting didapatkan responden kemungkinan
dalam kehidupan seseorang karena berasal dari kurangnya penyuluhan oleh

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 156
tenaga kesehatan tentang senam nifas Walaupun responden memiliki
atau kurangnya responden dalam pengetahuan tentang senam nifas yang
memanfaatkan media yang ada untuk baik, namun tidak selalu memotivasi
mendapatkan informasi seperti buku, responden untuk melakukan senam nifas
majalah, internet dan lain-lain sehingga tersebut. Hal ini dapat disebabkan masih
pengetahuan responden menjadi kurang kurangnya informasi yang tepat mengenai
(Ningrum, 2013). Berdasarkan hasil senam nifas, dan juga kesadaran ibu post
penelitian Paranita (2013) walaupun ibu sectio caesarea mengenai kebutuhan
nifas telah mendapatkan informasi dari masa nifas. Hal ini dapat dilihat dari data
tenaga kesehatan maupun dari media yang diperoleh dari kuesioner mengenai
massa cetak/elektronik, tetapi apabila pengertian, tujuan dan syarat senam nifas
keinginan untuk mengingat informasi itu dimana sebagian besar responden sudah
rendah maka akan menjadi informasi yang mengetahuinya. Namun pada pertanyaan
sekilas saja. mengenai manfaat, pelaksanaan, tahapan
dan keuntungan senam nifas, sebagian
Pengetahuan responden tentang senam
besar responden tidak dapat menjawab
nifas dapat diperoleh dari pengalaman
dengan benar. Responden masih belum
melahirkan. Pengalaman ini, dapat
dapat memahami dan mengaplikasikan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak
secara tepat mengenai senam nifas
karena pengalaman merupakan cara
sehingga responden tidak dapat
seseorang untuk memperoleh kebenaran
menganalisis, memodifikasi dan menilai
pengetahuan. Pengalaman yang baik
atau mengevaluasi senam nifas ini. Ibu
yang telah diperoleh di masa lalu akan
nifas yang sudah mempunyai pengalaman
digunakan dan diulang kembali dalam
melahirkan, banyak yang tidak melakukan
melakukan suatu tindakan. Pengetahuan
senam nifas. Responden merasa dapat
responden menjadi meningkat dan dapat
kembali pulih dengan sendirinya sehingga
menjadi dasar pembentukkan sikap serta
merasa tidak perlu dilakukannya senam
mendorong motivasi responden untuk
nifas. Selain itu, gangguan rasa sakit yang
melakukan senam nifas (Siswoto, 2012).
dirasakan setelah melakukan operasi
Berdasarkan penelitian yang telah
caesarea juga menjadi kekhawatiran
dilakukan, sebanyak 27 responden
responden untuk melakukan senam nifas.
(65,9%) memiliki 2-4 anak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
Namun, karena pengalaman melahirkan
sikap antara lain pengalaman pribadi,
sebelumnya yang tidak diiringi dengan
pengaruh orang yang dianggap penting,
melakukan senam nifas, sehingga
kebudayaan, media massa, lembaga
motivasi melakukan senam nifas pun
pendidikan & agama serta faktor
masih kurang.
emosional (Azwar, 2012). Komponen yang
dapat membentuk sikap ada 3 yaitu,

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 157
komponen kognitif (pengetahuan), mengenai senam nifas sehingga
komponen afektif (emosional) dan keyakinan (komponen kognitif) responden
komponen konatif mengenai manfaat senam nifas juga
kurang. Hal tersebut mempengaruhi
(perilaku). Hasil penelitian ini menyatakan
emosional (komponen afektif) responden
sebagian besar responden memiliki sikap
dimana timbulnya rasanya senang atau
yang mendukung, namun sikap tersebut
tidak untuk melakukan senam nifas. Hal
belum tentu membuat responden
ini didukung oleh hasil penelitian Budiarni
termotivasi untuk melakukan senam nifas.
(2012), diketahui bahwa kurangnya
Secara nyata sikap menunjukkan adanya
kepercayaan atau keyakinan responden
keyakinan seseorang mengenai objek
terhadap suatu objek, sehingga timbul
atau situasi yang disertai adanya
kecenderungan responden yang belum
perasaan tertentu dan memberikan dasar
sepenuhnya mendukung terhadap suatu
pada orang tersebut untuk membuat
objek.
respons atau berperilaku dalam cara
tertentu yang dipilihnya (Indarsita dkk, Perubahan sikap individu dapat dilakukan
2013). dengan memberikan pendidikan
kesehatan, karena di dalam pendidikan
Sikap responden tentang senam nifas
kesehatan terkandung unsur-unsur
juga dapat dipengaruhi oleh orang lain
komunikasi dan khususnya dalam upaya
dan kebutuhan emosional ibu sehingga
mengubah sikap individu. Pendidikan
terbentuk kepercayaan untuk melakukan
kesehatan juga terdapat berbagai
senam nifas. Data yang diperoleh dari
tahapan, salah satunya adalah tahapan
kuesioner yaitu terdiri dari pertanyaan
motivasi (Handayani, 2009). Berdasarkan
mengandung komponen yang membentuk
data yang diperoleh dari kuesioner,
sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif.
pernyataan tentang faktor-faktor yang
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dalam
mempengaruhi motivasi yang berasal dari
beberapa pertanyaan
luar, seperti keluarga atau petugas
komponenkomponen tersebut masih
kesehatan, masih kurang.
banyak responden yang menunjukkan
Motivasi seseorang yang disebabkan oleh
nilai negatif.
kemauan sendiri bukan dari dorongan luar
Tidak adanya pengalaman sama sekali
akan lebih menguntungkan dan
dengan suatu obyek, psikologis
memberikan keteraturan dalam
cenderung akan membentuk sikap negatif
melakukan aktivitas. Motivasi yang datang
terhadap obyek tersebut, pengaruh orang
dari luar individu bergantung dengan
lain yang dianggap penting dalam
sesuatu dan pengaruh orang lain bukan
kehidupan sosial sangat berpengaruh
berarti tidak penting dan tidak baik, sebab
dalam pembentukan sikap (Azwar, 2012).
kemungkinan besar keadaan seseorang
Masih kurangnya informasi yang tepat

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 158
itu dinamis dan berubah-ubah sehingga sebagian responden sudah memiliki
diperlukan motivasi ekstrinsik atau pengalaman melahirkan sebelumnya, baik
dorongan dari luar (Siswoto, 2012). secara normal/caesarea, namun setelah
melahirkan hampir keseluruhan
responden tidak pernah melakukan senam
D. KESIMPULAN DAN SARAN
nifas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
Berdasarkan hasil penelitian dan
persepsi responden tentang senam nifas
pembahasan mengenai hubungan
yang kurang sehingga motivasi responden
pengetahuan dan sikap ibu post sectio
pun kurang.
caesarea dengan motivasi melakukan
senam nifas di RSKIA Astana Anyar Kota 4. Tidak terdapat hubungan antara
Bandung yang dijabarkan pada bab pengetahuan ibu post sectio caesarea
sebelumnya, maka kesimpulan yang tentang senam nifas dengan motivasi
dapat ditarik dari penelitian ini adalah melakukan senam nifas di RSKIA Astana
sebagai berikut: Anyar Kota Bandung dengan dengan p-
value sebesar 0,494 > 0,05.
1. Hampir setengahnya responden (41,5%)
berpengetahuan baik tentang senam 5. Tidak terdapat hubungan antara sikap ibu
nifas. Hal ini disebabkan karena hampir post sectio caesarea tentang senam nifas
setengahnya responden memiliki dengan motivasi melakukan senam nifas
pendidikan terakhir SMA. Tingkat di RSKIA Astana Anyar Kota Bandung
pendidikan seseorang dapat dengan pvalue sebesar 0,164 > 0,05.
mempengaruhi pengetahuan seseorang.

2. Sebagian besar responden (53,7%) SARAN:


memiliki sikap yang tidak mendukung 1. Bagi Pasien
tentang senam nifas. Hal ini dapat dapat Senam nifas bermanfaat bagi ibu nifas
disebabkan oleh pengetahuan responden baik yang melahirkan normal ataupun
tentang senam nifas yang masih kurang. secara caesarea untuk mencegah
Walaupun terdapat responden yang komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi
mengetahui tentang senam nifas, namun serta dapat membantu mempercepat
masih banyak responden yang tidak pemulihan. Diharapkan ibu nifas dapat
mengetahui tentang senam nifas secara meningkatkan motivasi untuk melakukan
tepat. senam nifas, mengingat manfaat dari
senam nifas tersebut, sehingga kegiatan
3. Sebagian besar responden (53,7%)
senam nifas pun dapat berjalan. 2. Bagi
memiliki motivasi yang cukup tentang
Perawat/Profesi Keperawatan Diharapkan
senam nifas. Hal ini dapat terjadi karena
bagi perawat atau tenaga kesehatan
pengalaman sebelumnya tentang senam
lainnya agar dapat memberikan
nifas yang masih kurang. Walaupun
pendidikan kesehatan kepada ibu nifas

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 159
tentang senam nifas. Sehingga ibu nifas Mempengaruhi Ibu Nifas
Melakukan Senam Pasca
menjadi tahu secara tepat tentang senam
Persalinan Di Wilayah
nifas dan dapat memotivasi ibu nifas untuk Kerja
Puskesmas Suka Mulia Kecamatan
melakukan senam nifas dengan baik dan
Darul Makmur
benar. Kabupaten Nagan Raya. STIKES
UBudiyah Indonesia Program
3. Rumah Sakit / Institusi Pendidikan Studi D-IV Kebidanan.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
Fraser, D. M., & Cooper, M. A. (2009).
diharapkan pihak rumah sakit sebagai Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta:
EGC.
tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak
dapat melakukan promosi kesehatan Handayani, Wahyu Rosidha. (2009).
mengenai senam nifas dan menjalankan Perbedaan Motivasi Untuk
Melakukan Senam Nifas Pada Ibu
program senam nifas di ruang rawat nifas Postpartum Yang Diberikan
agar ibu nifas tertarik dan berminat untuk Pendidikan Kesehatan Dengan
Yang Tidak Diberikan Pendidikan
melakukan senam nifas. Kesehatan. Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran
4. Peneliti Selanjutnya Universitas Diponegoro.
Instrumen penelitian ini masih
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian
menggunakan instrumen yang dibuat Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
sendiri oleh peneliti, sehingga disarankan
untuk penelitian selanjutnya . (2007). Riset
menggunakan instrumen yang sudah Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
baku, sehingga hasil penelitian dapat lebih
maksimal. Indarsita, Dina. Mariaty, S. Primursanti,
Ravina. (2013). Perilaku Remaja
dalam Hal Perubahan Fisiologis
Pada Masa Pubertas Di SMP
Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan. Jurnal Ilmiah
PANNMED Vol. 9 No.1 Mei -
DAFTAR PUSTAKA
Agustus 2014.
Azwar, (2012). Sikap Manusia Teori dan Khairani, Makmun. (2013). Psikologi
Pengukurannya. Edisi 2. Jakarta: Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Pustaka Pelajar.
Ningrum, Enggari Kurnia. (2013). Tingkat
Budiarni, Widya. (2012). Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6
Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Senam Nifas DI RSUD
dan Motivasi Dengan Kepatuhan Pandan Arang Boyolali. Sekolah
Konsumsi Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil. Husada Surakarta.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas
Notoatmodjo, S. (2005).
Diponegoro. Metodologi Penelitian Kesehatan
Ed. Rev. Jakarta: Rineka Cipta.
Fariana, Y. (2014). Faktor-Faktor Yang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 160
Paranita, Nara. Andayani, Ari. Salafas, Eti.
(2013). Gambaran Tingkat Siswoto, Haswita. (2012). Hubungan
Pengetahun Ibu Nifas Tentang Motivasi Ibu Hamil Dengan
Senam Nifas Di BPM Ny. Ruji Pelaksanaan
Aminah Pojoksari Kecamatan Senam Hamil Di Dusun Krajan
Ambarawa Kabupaten Semarang. Desa Jambewangi Wilayah Kerja
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Piskesmas Sempu Banyuwangi.
Peta Kesehatan Indonesia. (2012). Keperwatan Akademi Kesehatan
Persentase Ibu yang Melaporkan Rustida Banyuwangi.
Persalinan dengan Operasi Perut
Saat Melahirkan Anak Terakhir Suherni, Rahmawati, A., & Widyasih, H.
pada Periode Lima Tahun Terakhir (2009). Perawatan Masa Nifas.
Tahun 2010. Jakarta: Kementrian Yogyakarta: Fitramaya.
Kesehatan Republik Indonesia.
Wawan, A., & M, D. (2011). Teori &
Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
Anak Masa Kehamilan dan dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Persalinan. Jakarta: PT Eles Media Medika.
Komputindo.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 161
MANFAAT KOMPRES TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK
YANG MENGALAMI DEMAM

THE EFFECT OF TEPID SPONGE COMPRESS TOWARD BODY TEMPERATURE


DECREASE ON CHILDREN AGED CAUSED OF FEVER

Supiyanto1), Mona Megasari2), Susanti3) 1)

Prodi D3 Kebidananan STIKes Budi Luhur Cimahi 2) ,


3)
Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRAK

Tepid sponge merupakan alternatif teknik kompres hangat yang merupakan kombinasi
teknik blok dengan seka. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh anak usia 3-6 tahun akibat demam. Penelitian ini
merupakan eksperimen semu dengan rancangan With Control Group Pre test and Post test
Design. Populasi dalam penelitian ini tidak ditentukan. Metode pengambilan sampel
dilakukan secara accidental sampling diperoleh 15 anak untuk kelompok intervensi dan 15
anak untuk kelompok kontrol, total sampel 30 anak usia 3-6 tahun. Instrumen penelitian ini
adalah termometer digital. Pengolahan data analisis secara univariat dengan dan bivariat
dengan menggunakan uji t dependen. Berdasarkan analisis uji t dependen hasil penelitian
didapatkan P value= 0,000 < = 0,05. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh
kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak akibat demam. Disarankan
bahwa metode kompres tepid sponge sebagai masukan dalam pembuatan SOP sebagai
intervensi dalam asuhan keperawatan anak saat demam lebih dari 380 C.

Kata Kunci : Quasi Experiment, Demam, Suhu tubuh, Tepid Sponge.

ABSTRACT

Tepid sponge is an alternative technique which is a combination of a warm compress to wipe


block technique. The researcher would like to know the effect compresses tepid sponge to
decrease the body temperature of children aged 3-6 years fever in hospitals Cibabat
Cimahi. This research used a quasi-experimental design with test With Control Group Pre
and Post Test Design. The population on this research were not specified. The sampling
method performed by accidental sampling was obtained 15 children for the intervention
group and 15 children in the control group, total sample of 30 children aged 3-6 years old.
The instrument used in this study is a digital thermometer. Data processing univariate
analysis with arithmetic average (mean) and bivariate by using dependent t test. The
analysis result based on dependent t test results, the P value = 0.000 < = 0.05. The results
of the study concluded that there were an effect compresses tepid sponge to decrease the
body temperature of children aged 3-6 years old caus fever. The compress method tepid
sponge and made the results of this study as an input in the manufacture of SOP as
interventions in nursing care children during a fever of more than 38 0C.

Keywords: Quasi Experiment, fever, body temperature, Tepid Sponge.

A. PENDAHULUAN

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 162
Badan Kesehatan Dunia yang di Kuwait (Jalil, Jumah, &
(WHO 2011) mengemukakan Albaghli, 2007) menunjukan
jumlah kasus demam diseluruh bahwa sebagian besar anak
dunia mencapai 32 juta, anak usia 3 sampai 36 bulan
merupakan yang paling rentan mengalami serangan demam
terkena demam, walaupun gejala rata- rata 6 kali pertahun.
yang dialami anak lebih ringan dari
data yang di dapat pada
dewasa. Hampir semua daerah
tanggal 6 februari di RSUD Cibabat di
endemik, insidensi demam banyak
ruang perawatan anak dalam 3 bulan
terjadi pada anak usia 3-12 tahun
terakhir (November-Januari
(Jayanti, 2011). Di Brazil, dari
2015) dengan kasus penyakit
seluruh kunjungan ke fasilitas
lima terbesar pada anak dan rata- rata
kesehatan pediatrik, terdapat
usia anak yang di rawat dengan
sekitar 19% sampai 30% anak
penyakit yang bermanifestasikan
diperiksa karena menderita demam
demam, sebagai berikut :
(Alves, Almeida, 2008). Penelitian
menangani anak demam . Mereka
mengatakan hanya mengetahui
Hasil studi pendahuluan pada
sponge saja itupun jarang dilakukan
tanggal 6 februari 2015, dari 2 orang
karena harus menentukan nilai suhu
yang telah di wawancara yaitu kepala
tubuh anak demam yang dianjurkan
ruangan dan perawat
untuk dilakukan intervensi dan adanya
pelaksana mengatakan
persetujuan dari pasien juga orangtua
belum tahu tentang kompres
pasien. Jadi mereka hanya melakukan
tepid sponge yang dapat menurunkan
kompres selang seling yaitu kompres
suhu tubuh anak akibat demam,
panas (370 C) dan kompres hangat
sehingga mereka
(350 C) saat anak mengalami demam
belum menerapkan protap
Tabel 1. Jenis - Jenis Penyakit Pada Anak Yang Di Rawat Dengan Penyakit
Yang Bermanifestasikan Demam
Penyakit November Desember Januari Total
Ge 57 55 32 144
Dhf 24 45 64 133
Typoid 25 16 37 78
Bp 10 10 22 42
Fc 12 7 10 29

Total 128 133 165 426

(Sumber: Buku Ekspedisi Pasien Anak Yang Di Rawat RSUD Cibabat, 2014 & 2015)
kompres tepid sponge dalam

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 163
dengan suhu tubuh 39,0 0 C, serta adalah menurunkan suhu tubuh febris.
diberikan terapi obat antipiretik Teknik ini mulai dikembangkan dan
(Paracetamol, Sanmol) sesuai indikasi diteliti di negara maju seperti Amerika
dari dokter. dan Inggris. Hingga akhir- akhir ini
teknik ini terus diteliti dan meluas ke
Kebanyakan demam pada
negara lain seperti Brazil, Singapura,
anak- anak disebabkan oleh virus,
dan India (Alves et All, 2008). Teknik
terjadi relatif singkat, dan memiliki
tepid sponge merupakan kombinasi
konsikuensi yang terbatas. Selain itu,
teknik blok dengan seka. Teknik tepid
demam mungkin berperan dalam
sponge ini menggunakan kompres
meningkatkan perkembangan
blok tidak hanya di satu tempat saja,
imunitas spesifik dan non spesifik dan
melainkan langsung dibeberapa
dalam membantu pemulihan atau
tempat yang memiliki pembuluh darah
pertahanan terhadap infeksi (Wong,
besar seperti di leher, ketiak, dan lipat
2009). Dampak demam jika tidak
paha. Selain itu masih ada perlakuan
mendapatkan penanganan lebih lanjut
tambahan yaitu dengan memberikan
antara lain dehidrasi sedang hingga
seka dibeberapa area tubuh sehingga
berat, kerusakan neurologis, dan
perlakuan yang diterapkan terhadap
kejang demam (Valita, 2008).
klien pada teknik ini akan semakin
Kompres adalah salah satu
komplek dan rumit dibandingkan
metode fisik untuk menurunkan suhu
dengan teknik yang lain . Namun
tubuh bila anak mengalami demam.
dengan kompres blok langsung
Selama ini kompres dingin atau es
diberbagai tempat ini akan
menjadi kebiasaan yang diterapkan
memfasilitasi penyampaian sinyal ke
pada ibu saat anaknya demam.
hipotalamus dengan lebih gencar.
Selain itu, kompres alkohol juga
Selain itu pemberian seka akan
dikenal sebagai bahan untuk
mempercepat pelebaran pembuluh
mengompres. Metode kompres yang
darah perifer akan memfasilitasi
lebih baik adalah kompres tepid
perpindahan panas di tubuh ke
sponge (Kolcaba, 2007). Kompres
lingkungan sekitar yang akan semakin
tepid sponge dengan cara benar
mempercepat penurunan suhu tubuh
menurunkan demam lebih cepat 15
(Reiga, 2010). Efek tepid sponge
menit dari pada hanya dengan obat
selain menurunkan suhu tubuh, juga
anti piretik (Alves et All, 2008).
menyebabkan vasokontriksi pada
Tepid sponge awal prosedur, vasokontriksi ini
merupakan alternatif teknik menyebabkan anak merasa
kompres hangat yang marak diteliti. kedinginan bahkan sampai menggigil
Tujuan utama teknik kompres ini

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 164
terutama jika tidak dikombinasikan tahun akibat demam. Tujuan
dengan antipiretik. penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kompres tepid sponge
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap penurunan suhu tubuh anak
Tia setiawati (2009) tentang
usia 3-6 tahun akibat demam.
Pengaruh Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Dan
Kenyamanan Pada Anak Usia Pra
B. METODE
Sekolah Dan Sekolah Yang
Desain penelitian yang
Mengalami Demam Di Ruang
digunakan dalam penelitian ini
Perawatan Anak Rumah Sakit
adalah eksperimen semu (Quasi
Muhammadiyah Bandung jumlah
Experiment) dengan rancangan With
responden 50 anak di bagi 2
Control Group Pre test and Post test
kelompok 25 anak menjadi kelompok
Design. Dalam rancangan ini,
intervensi dan 25 anak merupakan
kelompok eksperimental diberi
kelompok kontrol, diketahui rata- rata
perlakuan sedangkan kelompok
perbedaan suhu tubuh antara
kontrol tidak. Pada kedua kelompok
sebelum dan sesudah tepid sponge
perlakuan diawali dengan pra- test,
pada kelompok intervensi adalah
dan setelah pemberian perlakuan
sebesar 0,970 C dengan standar
diadakan pengukuran kembali
deviasi 0,420 C, pada kelompok
(pasca-test) (Nursalam, 2013).
kontrol, rata- rata perbedaan
penurunan suhu tubuh antara Penelitian eksperimen

sebelum dan setelah diberi antipiretik merupakan penelitian yang

adalah 0,830 C dengan standar dimaksudkan untuk mengetahui ada

deviasi 0,540 C menunjukan tidak ada tidaknya akibat dari sesuatu yang

perbedaan rata- rata penurunan suhu dikenakan pada subjek selidik.

tubuh yang signifikan. Dengan kata lain penelitian


eksperimen mencoba meneliti ada
Berdasarkan hal
tidaknya hubungan sebab akibat.
tersebut, pentingnya penanganan
demam pada anak untuk Caranya adalah dengan

mencegah terjadinya membandingkan satu atau lebih

komplikasi yang akan memperparah kelompok eksperimen yang diberi

kondisi sakit anak, maka peneliti perlakuan dengan satu atau lebih

tertarik melakukan penelitian kelompok kontrol yang tidak

mengenai pengaruh kompres menerima perlakuan (Nursalam

tepid sponge terhadap 2013).


penurunan suhu tubuh anak usia 3-6

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 165
Variabel Penelitian Tabel 1 Definisi Operasional
penurunan suhu tubuh anak
Variabel
usia 3-6 tahun akibat demam.
berdasarkan hubungan
fungsionalnya dapat
dibedakan menjadi dua , yaitu :
Definisi Operasional
a. Variabelindependen (Variabel bebas) Definisi operasional adalah
definisi berdasarkan karakteristik
Variabel independen
yang diamati dari sesuatu yang
dalam penelitian ini
didefinisikan. Karakteristik yang
adalah kompres tepid

Kelompok Pre Intervensi Post Dibanding


Intervensi test test kan hasil
pre test
dan post
Subyek
Penelitian

Dibanding
Kelompok Pre Post
kan hasil
Kontrol test test
pre test
dan post

Gambar
1: Rancangan Penelitian
Modifikasi Setiawati
2009)
(
sponge. dapat diamati ( diukur) itulah yang
merupakan kunci definisi
b. Variabel dependen (Variabel
operasional ( Nursalam, 2009).
terikat)

Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah

Variabel Definisi Definisi


Konsepsional Operasional
Independen: Kompres Tepid Melakukan
Kompres sponge merupakan kompres
Tepid sponge Sebuah teknik
kompres hangat yang sponge
menggabungkan hangat sesuai
teknik kompres blok prosedur : Teknik
pada pembuluh Blok dan Seka
darah supervisal
dengan teknik seka.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 166
Dependen: Suhu tubuh Melakukan merupakan Menggun Ratara Inter
Penurunan prosedur akan ta val
Suhu tubuh keseimabanagan pengukuran suhu lembar penurun
antara produksi panas tubuh observasi an suhu
oleh tubuh dan menggunakan dan
tubuh
pelepasa panas dari termometer digital thermom
e dalam
tubuh.(Sodikin, 2012) di daerah aksila
ter digital derajat
celcius.

Populasi dan Sampel 2) Bersedia menjadi responden


b. Kriteria eksklusi
Metode pengambilan sampel
Kriteria eksklusi adalah
dilakukan secara accidental sampling menghilangkan atau mengeluarkan yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan subjek yang tidak memenuhi kriteria dengan
mengambil kasus atau responden inklusi dari studi karena berbagai yang kebetulan ada
dan tersedia
sebab. Kriteria eklusi dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
ini adalah sebagai berikut :
Menurut Gay dalam Hasan (2002) di
1) Responden dalam penurunan
dalam penelitian Quasi Eksperimen kesadaran pengambilan sampel boleh mengambil
2) Anak yang mengalami gangguan
ketentuan minimal sebanyak 14 orang termoregulasi atau kelainan pada dengan demikian,
untuk menghindari drop hipotalamus. out atau kesalahan peneliti menambah
sampe
l 1 menjadi 15. Total sampel yang
Teknik pengumpulan data diambil
peneliti sebanyak 30 orang anak,
a. Persiapan
15 orang anak pada kelompok intervensi
1) Peneliti melakukan pendekatan
dan 15 orang anak pada kelompok kepada keluarga dan calon kontrol.
responden serta memberi
Adapun kriteria sampel yang diambil penjelasan tentang tujuan penelitian harus
memiliki kriteria sebagai berikut : kepada responden dan orangtua a. Kriteria inklusi
responden
Kriteria inklusi adalah kriteria
2) Peneliti meminta
persetujuan umum subjek penelitian dari suatu kepada orang tua responden dan
populasi target yang terjangkau dan mendatangani lembar persetujuan akan diteliti .
(informed concent)
Kriteria inklusi dalam penelitian
b. Pelaksanaan ini
adalah sebagai berikut :
1) Pretest
1) Anak yang mengalami demam dengan suhu tubuh diatas 380 C Dilakukan pada
anak usia
3-6 tahun yang mengalami demam
dengan kriteria suhu di atas (380 C) peneliti melakukan pretest dengan
dan sesuai dengan kriteria inklusi, mengukur suhu tubuh responden

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 167
dengan termometer digital di diberikan secara drif pada cairan
aksila. Hasil pengukuran suhu infus responden sesuai dengan
dicatat dilembar observasi untuk anjuran dokter.
perbandingan dengan suhu
3) Post- test
setelah diberikan perlakuan.
Post test dilakukan setelah
2) Perlakuan pasien diberikan perlakuan pada
Setelah dilakukan pretest, kelompok intervensi dan kelompok
responden dibagi menjadi 2 kontrol. Pada post test dilakukan
kelompok, yaitu : kelompok kembali pengukuran suhu tubuh
intervensi dan kelompok control. a) dengan termometer di aksila setelah
Kelompok Intervensi 30 menit diberikan perlakuan, hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Setelah dilakukan pretest
kompres tepid sponge yang dapat
dengan cara diukur suhu tubuh
terlihat perbadingannya dari hasil pre
pasien didapat hasil suhu diatas
test dan post test dan dapat diketahui
(380 C). Responden diberikan
rata-rata penurunan suhu tubuh dari
perlakuan kompres tepid
kedua kelompok. Setelah dilakukan
sponge dengan suhu air kurang
hasil langsung di catat di lembar
lebih (400 C) untuk kompres
observasi.
blok dan suhu air (300 C- 350C)
untuk seka. Suhu air diukur
dengan menggunakan Instrumen penelitian
termometer air raksa, pasien di Instrumen yang digunakan dalam
kompres dengan teknik blok penelitian ini adalah termometer digital
pada daerah yang memiliki untuk mengukur suhu tubuh dan
pembuluh darah besar seperti termometer air raksa untuk mengukur panas
leher, ketiak dan lipat paha, dan air.
dilakukan juga seka selama 15-
Adapun alat-alat dan bahan yang
30 menit.
dipergunakan untuk kompres tepid
b) Kelompok kontrol sponge, sebagai berikut :
Setelah dilakukan
a. Untuk teknik blok, alat yang diperlukan
pretest dengan cara diukur
adalah :
suhu tubuh pasien didapat hasil
1). Pembalut atau kain segitiga atau
suhu diatas (38o C), pasien tidak
saputangan 6 buah
diberikan perlakuan kompres
tepid sponge hanya diberikan 2). Perlak kecil dan alasnya 2 buah
obat antipiretik saja yang 3). Mangkok 2 buah
diberikan secara oral atau 4). Bengkok 2 buah

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 168
5). Sampiran pemilihan sampel penelitian dengan
b. Untuk seka alat yang diperlukan adalah proses bimbingan selama 1 bulan.
: 5) Seminar proposal dilakukan pada
tanggal 31 Maret 2015
1). Ember atau baskom untuk
tempat air hangat 2 buah 6) Melakukan perbaikan proposal yang
telah diseminarkan
2). Lap mandi/ wash lap 2 buah
b. Tahap Pelaksanaan
3). Haduk mandi 2 buah
1) Mendapatkan izin dari RSUD
4). Selimut mandi 2 buah
Cibabat Cimahi untuk melakukan
5). Perlak 2 buah
penelitian mulai tanggal 13 Mei
6). Termometer digital dan
2015.
termometer air raksa masing-
masing 1 buah 2) Persetujuan responden untuk
dijadikan sampel penelitian.
c. Bahan : Air hangat dengan suhu
kurang lebih (400 C) untuk kompres 3) Memberikan informed consent.
teknik blok, air hangat dengan 4) Tahap penelitian terdiri dari
suhu (30-350 C) untuk seka. pengumpulan data pada tahap pre
test dengan melakukan pengukuran
suhu tubuh di aksila pada anak usia
Prosedur
3-6 tahun yang mengalami demam
penelitian a. Tahap
diatas 38 0C. Pada tahap perlakuan
Persiapan
untuk kelompok intervensi yang telah
1) Mencari fenomena dan
ditentukan diberikan kompres tepid
pembuatan judul penelitian
sponge, sedangkan untuk kelompok
2) Mencari data awal dan masalah / kontrol yang telah di tentukan tidak
fenomena yang telah ditemukan diberikan kompres tepid sponge
pada tanggal 06 dan 07 Februari hanya diberikan obat antipiretik saja.
2015 Dan pada tahap akhir yaitu post-test
dilakukan kembali pengukuran suhu
3) Mendapatkan izin dari pihak
tubuh diaksila setelah 30 menit
RSUD Cibabat Cimahi dan
perlakuan pada kedua kelompok.
melakukan studi pendahuluan di
RSUD Cibabat 5) Mencatat hasil pengukuran suhu pre
test, perlakuan yang diberikan, dan
Cimahi.
post test dilembar observasi.
4) Setelah didapatkan data awal
kemudian melakukan 6) Melakukan analisa data dan
penyusunan proposal dan bimbingan tutor hasil penelitian
kemudian menarik kesimpulan.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 169
c. Tahap Akhir ditujukan untuk membandingkan
1) Menyusun laporan penelitian (membedakan) apakah kedua mean
2) Presentasi hasil penelitian di sama atau berbeda. Gunanya adalah
sidang akhir untuk menguji kemampuan generalisasi
3) Perbaikan hasil sidang dan (signifikasi hasil penelitian yang berupa
pendokumentasian hasil perbandingan keadaan variabel dari dua
penelitian rata-rata

sampel/kelompok. (Riyanto, 2009)


Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah Etika Penelitian
dikumpulkan selanjutnya dilakukan Pencegahan timbulnya masalah etik,
pengolahan data dengan beberapa maka dilakukan hal sebagai berikut , yaitu
tahap, tahapannya yaitu Respect for Human Dignity, Respect
: Editing, Coding, Entry, dan Cleaning, for Privacy and Confidentiality,

Respect for Justice an


Analisa Data Inclusiveness, Balancing Harms and
Analisa data digunakan Benefit,
dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis Univariat Lokasi dan Waktu Penelitian


Analisa ini digunakan untuk Penelitian ini akan dilakukan pada
melihat gambaran distribusi frekuensi bulan Februari- Juni 2015 di RSUD Cibabat
central dengan mean dan persentase Kota Cimahi.
dari variabel.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Analisis Bivariat
Dalam tahap ini di gunakan uji t Berdasarkan Analisis Univariat
untuk melakukan analisis data. Uji t didapatkan hasil seperti yang tertera pada
Pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Suhu Tubuh Anak Usia 3-6 Tahun Akibat Demam
Sebelum dan Sesudah Diberikan Kompres Tepid Sponge
N Kelompok Mean Standar Minimum-
Deviasi Maksimum Sebelum
15 Intervensi 38,66 0,526 38,0-39,9
Kontrol 38,65 38,0-39,8 0,623
Sesudah 15 Intervensi 37,49 36,7-38,7
0,565
Kontrol 37,66 0,581 36,9-39,0

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 170
sebanyak 38,66 0C dengan standar
Berdasarkan tabel 3, didapatkan deviasi 0,526 0C dengan suhu minimum
hasil penelitian rata- rata suhu tubuh anak 38,0 0C dan suhu maksimum 39,9 0C.
sebelum diberikan kompres tepid sponge Dan
rata- rata suhu tubuh anak sebelum tidak deviasi 0,565 0C dengan suhu minimum
diberikan kompres tepid sponge 36,7 0C dan suhu maksimum 38,7 0C.
sebanyak 38,65 0C dengan standar Dan rata- rata suhu tubuh anak sesudah
deviasi 0,623 0C dengan suhu minimum tidak diberikan kompres tepid sponge
38,0 0C dan suhu maksimum 39,8 0C. sebanyak 37,66 0C dengan standar
Sedangkan hasil penelitian rata- rata deviasi 0,581 0C dengan suhu minimum
suhu tubuh anak sesudah diberikan 36,9 0C dan suhu maksimum 39,0 0C.
kompres tepid sponge

sebanyak 37,49 0C dengan standar


Berdasarkan Analisis Bivariat, data tertera pada Tabel 4, berikut:

Tabel 4 Hasil Analisis Pengaruh Kompres Tepid Sponge Terhadap Penurunan


Suhu Tubuh Anak Usia 3-6 Tahun Akibat Demam Sebelum dan
Sesudah Diberikan Kompres Tepid Sponge

Hasil
Penurunan Suhu Nilai Variabel Nilai Gabungan
Mea p T
SD SE N Df value Hitung
n
Sebelum
(Kelompok Intervensi) 38,66 0,526 0,135 15
0,000 24,819 14
Sesudah
(Kelompok Intervensi) 37,49 0,565 0,145 15
Sebelum (Kelompok
Kontrol) 38,65 0,623 0,160 15
Sesudah (Kelompok 0,000 15,095 14
Kontrol) 37,66 0,581 0,150 15

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 171
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil sponge (kelompok kontrol) pada anak
analisis bahwa rata- rata suhu sebelum usia 3-6 tahun akibat demam adalah
diberikan kompres tepid sponge 38,65 0C dengan standar deviasi 0,623,
dan ratarata suhu sesudah tidak
(kelompok intervensi) pada anak usia 3-6
tahun akibat demam adalah 38,66 0C diberikan kompres tepid sponge
dengan standar deviasi 0,526, dan (kelompok kontrol) 37,66 0
C adalah
ratarata suhu sesudah diberikan kompres
dengan stadar deviasi 0,581. Dari hasil
tepid sponge (kelompok intervensi) 37,49
0
C adalah dengan stadar deviasi 0,565. penelitian juga didapatkan nilai mean
Dari hasil penelitian juga didapatkan nilai perbedaan antara suhu sebelum dan
mean perbedaan antara suhu sebelum sesudah tidak diberikan kompres tepid
dan sesudah diberikan kompres tepid
sponge adalah 0,993 0C dengan standar
sponge adalah 1,173 0C dengan standar
deviasi 0,183. Sedangkan rata- rata suhu deviasi 0,255.
sebelum tidak diberikan kompres tepid Hasil uji statistik pada kelompok
intervensi di dapatkan nilai p value =
0,000, dan T-hitung = 24,819, dengan
tingkat kepercayaan 5% pada derajat
kebebasan (df) 14 di dapatkan nilai Ttabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 2,145, p value (0,000) < (0,05) rata- rata suhu tubuh anak sebelum
dan T-hitung (24,819) > T-tabel (2,145) diberikan kompres tepid sponge
0
maka Ho ditolak . Maka dapat disimpulkan mengalami demam diatas 38,0 C.
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Sedangkan rata- rata suhu tubuh anak
rata-rata suhu antara sebelum dan sesudah diberikan kompres tepid sponge
0
sesudah diberikan kompres tepid sponge. (Kelompok Intervensi) adalah 37,49 C
Sedangkan Hasil uji statistik pada dengan standar deviasi 0,565 0C. Hal ini
kelompok kontrol di dapatkan nilai p value memperlihatkan terdapat rata- rata
= 0,000, dan T-hitung = 15,095 dengan penurunan suhu tubuh anak usia 3-6
tingkat kepercayaan 5% pada derajat tahun akibat demam sesudah diberikan
kebebasan (df) 14 di dapatkan nilai kompres tepid sponge sebesar 1,173 0C
dengan standar deviasi. Hal ini
T-tabel sebesar 2,145, p value (0,000) <
menunjukan bahwa kompres tepid sponge
(0,05) dan T-hitung (24,819) > T-tabel
dapat menurunkan suhu tubuh anak usia
(2,145) maka Ho ditolak. Maka dapat
3-6 tahun akibat demam. Penurunan suhu
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang terjadi pada kompres tepid sponge
yang signifikan rata-rata suhu antara
karena pada metode ini dapat
sebelum dan sesudah diberikan kompres
menyebabkan hilangnya panas melalui
tepid sponge.
lebih dari satu proses cara hilang panas
dari tubuh .
Pembahasan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 172
Hal ini sesuai dengan teori yang memiliki efek vasodilatasi pembuluh darah
dikemukakan oleh Kozier (1995 dalam sehingga terjadi peningkatan aliran darah.
jurnal Pairi 2011) bahwa tepid sponge
Peningkatan aliran darah akan
adalah satu cara untuk menurunkan suhu
menurunkan viskositas darah dan
tubuh pada klien demam dengan cara
metabolisme lokal karena aliran darah
meningkatkan kehilangan panas tubuh
membawa oksigen ke jaringan.
dengan cara konduksi dan evaporasi.
Sedangkan rata- rata suhu tubuh
Proses konduksi terjadi karena adanya
anak usia 3-6 tahun sesudah tidak
kontak kulit dari benda dengan perbedaan
diberikan kompres tepid sponge
suhu, sedangkan evaporasi menyebabkan
0
(Kelompok Kontrol) adalah 37,66 C
hilangnya panas yang disebabkan
dengan standar deviasi 0.581. Hal ini
perubahan cairan menjadi gas. Pada
memperlihatkan terdapat rata- rata
teknik ini diyakini panas hilang melalui
penurunan suhu tubuh anak usia 3-6
proses radiasi, karena luasnya permukaan
tahun akibat demam sesudah tidak
tubuh yang kontak dengan atmosfir.
diberikan kompres tepid sponge sebesar
Hasil penelitian ini sejalan dengan
0,993 0C dengan standar deviasi 0,255.
penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hal ini menunjukan bahwa tidak
oleh Mailing Bortolomeus, Haryani Sri, Arif
diberikan kompres tepid sponge dapat
Syamsul (2012) di RSUD Tugurejo
menurunkan suhu tubuh anak usia 3-6
Semarang , hasil penelitian menunjukan
tahun akibat demam. Adapun faktor yang
ada pengaruh kompres tepid sponge
mempengaruhi penurunan suhu tubuh
terhadap penurunan suhu tubuh pada
anak yang tidak diberikan kompres tepid
anak umur 1-10 tahun dengan
sponge yaitu anak memakai pakaian yang
hipertermia. Di lihat dari hasil analisis uji
tipis dan menyerap keringat, dan
wilcoxon signed rank test di dapatkan nilai
pemberian obat antipiretik.
p- value 0,0001 < 0,005 dengan
Penelitian ini sejalan dengan yang
penurunan rata- rata sebesar 1,4 0C
dikemukakan oleh Saito (2013) bahwa
Pemberian kompres tepid sponge
penanganan demam terbagi menjadi dua
dalam penelitian ini selama 30 menit,
tindakan yaitu tindakan farmakologis dan
sesuai dengan waktu yang dapat
non farmakologis. Tindakan farmakologis
menunjukkan efek pemberian tepid
yaitu tindakan pemberian obat sebagai
sponge. Mengacu pada teori yang
penurun demam atau yang sering disebut
dikemukakan Kozier (dalam Suprapti
dengan antipiretik. Tindakan non
(2008)) bahwa panas mempunyai efek
farmakologis adalah tindakan penurunan
yang berbeda dalam tubuh, efek tersebut
demam dengan menggunakan terapi fisik
juga tergantung dari lamanya pemberian
seperti menempatkan anak di ruang
panas. Pemberian panas 15 30 menit

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 173
bersuhu dan bersirkulasi baik, mengganti suhu tubuh anak usia 3-6 tahun
pakaian anak dengan pakaian yang tipis mengalami penurunan baik setelah 30
dan menyerap keringat, memberikan menit dilakukan kompres tepid sponge.
hidrasi yang adekuat, dan memberikan
Diperoleh nilai p value = 0,000 dan
kompres .
T-hitung 24,819 dengan tingkat
Demam < 39 0C pada anak yang kepercayaan 5% pada derajat kebebasan
sebelumnya sehat pada umumnya tidak (df) 14 didapatkan nilai T-tabel 2,145).
memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > Dengan demikian dapat disimpulkan
39 0C, anak cenderung tidak nyaman dan bahwa p value = 0,000 < 0,05 atau
pemberian obat-obatan penurun panas Thitung 24,819 > T-tabel 2,145 .
sering membuat anak merasa lebih baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Menurut Sodikin (2012), Antipiretik yang dilakukan oleh Syltami Bardu (2014)
bekerja dengan cara menghambat didapatkan pada 15 anak balita yang
sikloksigenase hipothalamik, sehingga mengalami demam di Puskesmas
menghambat sintesis PGE2. Melalui Salaman 1 Kabupaten Magelang
pemberian dosis terapeutik paracetamol didapatkan penurunan suhu tubuh pada
akan menurunkan demam setelah 30 perlakuan tepid sponging 1.09C sehingga
menit, pencapaian maksimum dicapai tepid sponging lebih efektif menurunkan
sekitar 3 jam, dan demam akan timbul suhu tubuh karena tepid sponging
kembali 3-4 jam setelah pemberian. Perlu memberikan efek yang lebih luas pada
juga diperhatikan jenis makanan yang tubuh manusia dibandingkan dengan
dikonsumsi, sebab makanan yang plester kompres yang hanya berefek pada
mengandung kadar karbohidrat yang satu titik saja.
tinggi akan mengurangi absorpsi sehingga
Menurut Hamid (2011) water tepid
menghalangi penurunan demam.
sponge dengan cara benar dapat
Penurunan suhu tubuh anak usia 36 menurunkan demam lebih cepat 15 menit
tahun setelah diberikan kompres tepid dari pada hanya dengan obat atipiretik.
sponge (Kelompok Intervensi) sebesar Teknik water tepid sponge berpengaruh
1,173 0C dengan standar deviasi 0,183, terhadap penurunan suhu tubuh karena
sedangkan rata- rata penurunan suhu kompres blok langsung dilakukan di
tubuh anak usia 3-6 tahun sesudah tidak beberapa tempat yang memiliki pembuluh
diberikan kompres tepid sponge darah besar, sehingga menyebabkan
0
(Kelompok Kontrol) sebesar 0,993 C peningkatan sirkulasi darah serta
dengan standar deviasi 0,255, dimana peningkatan tekanan kapiler, tekanan O2 &
rata-rata perbedaan perubahan suhu CO2 dalam darah akan meningkat dan PH
0
keduanya ini adalah 0,18 C. Dari hasil dalam darah akan menurun .
penelitian dapat dilihat bahwa penurunan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 174
Hasil penelitian ini diperkuat dengan Saran
hasil penelitian Thomas (2009). Hasil Dapat dijadikan bahan masukan
penelitian ini menunjukkan penurunan bagi RSUD Cibabat dalam penanganan
suhu tubuh kelompok water tepid sponge demam dengan kompres tepid sponge
secara signifikan lebih cepat dibandingkan sebagai teknik non farmakologi yang juga
kelompok antipiretik. Namun, pada akhir 2 mudah untuk dilakukan tanpa efek yang
jam kelompok telah mencapai tingkat membahayakan bagi anak. Diharapkan
penurunan suhu tubuh yang sama. RSUD Cibabat dapat menerapkan metode
kompres tepid sponge dan menjadikan
hasil dari penelitian ini sebagai masukan
4. SIMPULAN DAN SARAN
dalam pembuatan SOP sebagai intervensi
Simpulan
dalam asuhan keperawatan anak saat
Berdasarkan pembahasan dari hasil
demam lebih dari 380 C.
penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1) Rata- rata suhu tubuh anak usia 3-6 tahun


DAFTAR PUSTAKA
akibat demam di RSUD Cibabat Kota
Cimahi sebelum diberikan kompres tepid
Ali, hamid. (2011). Kefektifan kompres
sponge (Kelompok tepid sponge yang dilakukan
ibu dalam menurunkan
Intervensi) adalah 38,66 0C. demam pada anak :
randomized control trial di
2) Rata- rata suhu tubuh anak usia 3-6 tahun puskesmas mumbulsari
akibat demam di RSUD Cibabat Kota kabupaten Jember.
Jurnal
Cimahi sesudah diberikan kompres tepid Tesis
sponge (Kelompok
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
Intervensi) adalah 37,49 0C. Keperawatan : Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar
3) Terdapat perbedaan yang signifikan rata-
Klien. Jakarta : PT Salemba
rata suhu antara sebelum dan sesudah Medika Jakarta.
diberikan kompres tepid sponge dengan
Aziz, Alimul. (2009). Pengantar Ilmu
uji statistik signifikan Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Pvalue = 0.000 ( 5%) . Ada pengaruh
kompres tepid sponge terhadap Bardu, Syltami. (2014). Perbandingan
efektifitas tepid sponge dan
penurunan suhu tubuh anak usia 3-6 plester kompres
tahun akibat demam di RSUD Cibabat dalam menurunkan suhu
tubuh pada anak usia balita
Kota Cimahi dilihat dari rata- rata yang mengalami
demam di
penurunan suhu tubuh kompres tepid
puskesmas salaman
0
sponge yaitu 1,173 C dengan 1
kabupaten Magelang. Jurnal
standar deviasi yaitu 0,183.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 175
Barbara, Hegner (2003).
Asisten Keperawatan
:Suatu Pendekatan Pairi, Agus .(2011). Efektifitas metode
Proses Keperawatan- Ed. 6. tepid sponge dan kompres
Jakarta : dingin dalam menurunkan
EGC, 2003. suhu tubuh anak demam di
Puskesmas Putri Ayu Kota
Budiman. (2011). Metodologi Penelitian Jambi . Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Bandung : PT Universitas Batanghari Jambi
Refika Aditama. Vol.11 No.3 Tahun 2011

Dahlan. (2011). Statistika untuk Potter & Perry. (2005). Buku Saku
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Keterampilan dan Prosedur
Arkans. Dasar Ed. 5. Jakarta : EGC.

Mailing Bortolomeus, Haryani Sri, Arif Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan Dan
Syamsul (2012). Pengaruh Analisiis Data Kesehatan.
kompres tepid sponge hangat Yogyakarta : Nuha Mediaka
terhadap penurunan suhu
tubuh pada anak umur 1-10 Supartini. (2007). Buku Ajar Konsep
tahun dengan hipertermia di Dasar Keperawatan Anak.
RSUD Tugurejo Semarang. Jakarta: Penerbit
Jurnal Buku Kedokteran EGC.

Istichomah (2007). Pengaruh teknik Sodikin. (2012). Prinsip perawatan demam


pemberian kompres terhadap pada anak. Yogjakarta
perubahan skala nyeri pada :
klien Kontusio Di RSUD Pustaka Belajar.
Sleman. Stikes Surya Global
Yogyakarta. Sugiyono. (2010). Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D.
Isneini, memed dkk. (2014). Efektifitas Bandung : Alfabeta.
penurunan suhu tubuh antara
kompres hangat dan water Setiawati. (2009). Pengaruh tepid sponge
tepid sponge pada pasien terhadap penurunan suhu
anak usia 6 bulan - 3 tahun tubuh dan kenyamanan pada
dengan demam di puskesmas anak usia pra sekolah dan
kartasura sukuharjo. Jurnal sekolah yang mengalami
demam di ruang perawatan
anak rumah sakit
Kozier. (2011). Buku ajar fundamental muhammadiyah Bandung.
keperawatan Edisi.7, Jakarta : EGC. Jurnal Tesis
Muscari & Mary, E. (2005). Panduan Wong. (2009). Buku ajar keperawatan
belajar keperawatan pediatrik pediatrik volume 2. Jakarta :
edisi 3. Jakarta: ECG. EGC.
Notoatmodjo, (2010). Metodologi Wong. (2009). Buku ajar keperawatan
penelitian kesehatan. Jakarta : pediatrik volume 1. Jakarta :
Rineka cipta
EGC.
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi
perkembangan anak dan
ilmu keperawatan.
remaja. Bandung : PT
Jakarta :
Remaja Rosdakarya.
Salemba Medika.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 176
-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 177
GIZI DALAM PANDANGAN ISLAM
NUTRITION IN ISLAMIC VIEW

Nina Aminah
Dosen STIKes Budi Luhur Cimahi

Abstrak
Para ahli gizi telah berusaha meneliti dan mengkaji untuk mengetahui berbagai kebutuhan
makanan yang dibutuhkan manusia. Hasil kajian tersebut dijadikan dasar yang menjadi
pijakan lahirnya pola hidup dan pola makan sesuai kondisi, lingkungan serta usia manusia,
itulah yang disebut gizi. Syariat Islam menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
beraneka ragam dan seimbang yang memang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang gizi dalam pandangan
Islam. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif (descriptive analysis),
menyelidiki dengan menentukan, menganalisa data-data kemudian menjelaskan data-data
tersebut, termasuk penelitian kepustakaan (library research). Sumber penelitian adalah
AlQuran dan as-Sunnah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan gizi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Islam mengatur masalah makanan tidak hanya enaknya saja atau nilai
gizinya saja, melainkan ada hal yang terpenting yaitu memilih makanan yang halal (bukan
haram) dan thayyib, menganjurkan mengkonsumsi makanan tidak berlebihan melainkan
seimbang berdasarkan kebutuhan tubuh manusia.

Kata kunci: gizi, halal, haram, thayyib

Abstract
Nutrition experts have tried to research and study to know the needs of the food that
humans need. Results of these studies form the basis which became the foundation of
lifestyle and eating habits according to the conditions, the environment and human age, it is
called nutrition. Islamic law encourages to consume foods in diverse and balance which is
needed by the body. This study aims to get as much information as possible about nutrition
in the view of Islam. This research using descriptive analysis, investigated by determining,
analyzing the data and then explain the data, including library research. Research sources
are the al-Quran and as-Sunnah and other literature related to nutrition. The results show
that Islam governs the food is not delicious alone or nutritional value only, but the most
important thing is to choose food that is halal (not illegal) and thayyib, recommends eating in
a balanced diet, not excessive based on the needs of the human body.

Keywords: nutrition, halal, haram, thayyib

------------- 178
Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016

------------- 179
A. PENDAHULUAN energi, seperti karbohidrat, protein, dan
Islam mengajarkan untuk tidak lemak. Dari energi yang terbentuk dapat
mengharamkan makanan yang baik- dipergunakan untuk melakukan
baik yang telah dihalalkan Allah SWT gerakangerakan tubuh baik disadari
sebagai rezeki. Namun Islam ataupun tidak.(Maimunah Hasan,
memberikan batasan yang jelas, yaitu 2001). Para ahli gizi telah berusaha
syarat mengkonsumsi makanan- meneliti dan mengkaji untuk
makanan tersebut tidak berlebih- mengetahui berbagai kebutuhan
lebihan. Prinsipnya dalam Islam adalah makanan yang dibutuhkan manusia.
memperhatikan aspek keseimbangan Hasil kajian tersebut dijadikan dasar
dari setiap unsur-unsur makanan yang yang menjadi pijakan lahirnya pola
dibutuhkan tubuh. Al-Quran telah hidup dan pola makan sesuai kondisi,
membuat pondasi yang jelas dan bijak lingkungan serta usia manusia, itulah
dalam hal makanan tersebut. yang disebut gizi. Tercapainya
keseimbangan gizi tidak hanya untuk
Makanan yang seimbang adalah
kesehatan jasmani tetapi juga untuk
makanan yang ideal bagi tubuh
keseimbangan mental.
manusia, tentunya tetap
memperhatikan kualitas dan kuantitas Penelitian ini bertujuan mengungkap
apa yang kita konsumsi. Syariat Islam secara jelas tentang prinsip Islam
menganjurkan untuk mengkonsumsi berkaitan dengan makanan yang
makanan yang beraneka ragam dan bermanfaat bagi kesehatan manusia, yaitu
seimbang yang memang dibutuhkan gizi menurut pandangan Islam.
oleh tubuh.Dengan demikian maka Pembahasannya dimulai dari: pesan
tubuh manusia akan tumbuh dengan AlQuran tentang makanan yang halal,
sehat dan normal. Rasulullah makanan yang haram, dan makanan yang
thayyib. Selanjutnya mengungkap tentang
SAW bersabda: Orang mukmin yang
sumber-sumber makanan halalan
kuat lebih baik dan lebih disukai Allah
thayyiba: sumber makanan hewani,
dari pada mukmin yang lemah. (HR.
nabati, dan jenis minuman yang sehat.
Muslim dan Ibnu Majah).
Terakhir prinsip Islam menghendaki
Dalam melakukan fungsinya adanya pola makan yang seimbang dalam
tubuh memerlukan tenaga atau energi, mengkonsumsi makanan-makan bergizi
diantaranya zat-zat tersebut.
makanan yang mengandung
B. PENGETIAN GIZI DALAM
unsur karbon dapat
PANDANGAN ISLAM
digunakan sebagai bahan pembentuk

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 180
Pengertian makanan makanan adalah segala sesuatu yang
secara bahasa adalah, pertama menurut dikonsumsi manusia seperti: beras,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, gandung, ikan/daging, buah-buahan,
definisi makanan adalah segala apa yang sayuran, kacang-kacangan dan
boleh dimakan (seperi penganan, lauk sebagainya, dibumbui dengan rempah
pauk, kue dan lain-lain) (Departemen rempah yang melezatkan, dengan
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998). tujuan menghilangkan rasa lapar dan
memberi kekuatan pada tubuh
Sedangkan dalam buku-buku
manusia.
ensiklopedi, makanan berarti segala
apa yang boleh dimakan oleh manusia; Oleh karena itu, setiap bahan makanan
sesuatu yang dapat menghilangkan yang dikonsumsi oleh manusia harus
rasa lapar (Abdul Aziz Dahlan, 1997), memiliki kandungan nutrisi yang
dan dapat menguatkan badan. dibutuhkan manusia. Jadi berbicara
(Ensiklopedi Islam, 1994). Dengan tentang makanan, maka sangat erat sekali
demikian makanan adalah segala jenis kaitannya dengan nutrisi. Karena nutrisi
bahan yang bisa dimakan, dibutuhkan adalah ikatan kimia yang terdapat di
oleh tubuh dengan tujuan dalam bahan makanan yang diperlukan
menghilangkan rasa lapar, memberi tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
kekuatan karena dapat mengganti menghasilkan energi, membangun dan
jaringan tubuh dalam proses memelihara jaringan, serta mengatur
metabolism dalam tubuh manusia. proses-proses kehidupan (Sunita Al-
Makanan juga mengandung nilai Matsier, tth.). Dalam bahasa Inggris,
tertentu bagi berbagai kelompok nutrisi disebut dengan kata nutrient, yang
manusia, suku bangsa atau artinya segala sesuatu yang
perorangan, yakni unsur kelezatan, menumbuhkan, atau makanan yang
memberikan rasa kenyang dan nilai bergizi. Sedangkan kata gizi dari bahasa
yang dikaitkan dengan faktor-faktor lain, Arab ghidzdzg ghidz dan taghdziyah,
seperti emosi, perasaan, tingkat sosial, yang artinya sesuatu yang berhubungan
agama, kepercayaan, dan lain-lain dengan makanan (Hasan Shadily, 1983).
(Hasan Shadily, 1983). Dalam bahasa Maka alasan inilah penggunaan istilah gizi
Arab kata makanan berasal dari lafadz dalam judul tulisan ini.
al-athimah, yaitu dalam bentuk jamak
a. Pesan Al-Quran tentang Makanan
dari kata thaam. Secara etimologis
Islam memandang bahwa
makanan atthaam adalah segala
makanan merupakan salah satu faktor
sesuatu yang dijadikan untuk kekuatan
yang sangat penting dalam kehidupan
tubuh (Ahmad at-Thariqi, 1984). Maka

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 181
manusia. Karena makanan mempunyai Thayyib, yaitu baik, bergizi, sehat bagi
pengaruh yang besar terhadap fisik dan mental manusia, dalam artian
perkembangan jasmani dan tidak membahayakan manusia. 1)
rohani manusia. Islam mengatur masalah Makanan yang Halal
makanan tidak hanya enaknya saja atau
Kata halal berasal dari bahasa
nilai gizinya saja, melainkan ada hal yang
Arab halla, yahillu, hillan, yang artinya
terpenting yaitu untuk memilih makanan
membebaskan, melepaskan,
yang halal (bukan haram) dan thayyib.
memecahkan, membubarkan, dan
Sesuai firman Allah dalam alQuran: Hai
membolehkan (Abdul Aziz Dahlan, et. al.,
sekalian manusia, makanlah yang halal
1996). Tidak semua yang ada di dunia
lagi baik (thayyib) dari apa yang terdapat
otomatis halal dimakan atau digunakan.
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
Allah memerintahkan untuk makan
langkah-langkah syaitan; Karena
makanan yang halal. Makanan halal
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
adalah makanan yang tidak haram.
yang nyata bagimu. (QS. AlBaqarah [2]:
Makanan haram ada dua macam yaitu
168). Ayat serupa terdapat dalam QS. Al-
yang haram karena zatnya seperti babi
Maidah [5]: 88; Al-Anfl [6]:
bangkai, dan darah; dan yang haram
69; An-Nahl [16]: 114. karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti
Islam tidak sekedar menitik beratkan makanan yang tidak diizinkan oleh
kepada aspek materi semata, dan tidak pemiliknya untuk dimakan atau digunakan.
sekedar menitik beratkan aspek Tidak semua makan yang halal otomatis
pembinaan tubuh semata, akan tetapi baik. Karena yang dinamakan halal terdiri
Islam juga memperhatikan sesuatu dari 4 macam: wajib, sunnah, mubah, dan
yang berpengaruh terhadap akhlak, makruh (M. Quraish Shihab, 2005). Ada
jiwa (kepribadian) dan perilakunya. makanan yang halal, namun belum tentu
Bahkan makanan yang diharamkan, bergizi dan kurang baik kalau dikonsumsi.
makanan yang mubah, dan bagaimana Sedang yang dimaksud ayat di atas
norma kebiasaan makan (Ahmad adalah yang halal lagi baik. Menurut
Syauqi AlFanjari, 1999). Berdasarkan Yusuf Qardhawi, kombinasi antara yang
ayat di atas dapat dipahami bahwa halal dan yang haram dalam syariat Islam
kehalalan suatu makanan yang kita menunjukkan bahwa dalam Islam akan
konsumsi adalah terpenting yang perlu selalu ditemukan berbagai solusi dari
diperhatikan oleh umat Islam dalam hal segala kesempitan atau kesulitan yang
memilih makanan. Selanjutnya memilih dihadapi umat-Nya. Jika di satu pihak
makanan yang terdapat kesempitan karena secara
hukum dinyatakan haram misalnya, maka

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 182
di sisi lain akan ditemukan jalan keluar melampaui batas, Maka tidak ada dosa
dan keleluasaan yang sangat bermanfaat baginya. Sesungguhnya Allah Maha
sesuai dengan kepentingan manusia Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Yusuf Qardhawi, 1997). Itulah solusi (QS. Al-Baqarah [2]: 173); meminum
syariah Islam yang sangat indah khamar, berjudi, (berkorban) untuk
disampaikan dalam Al-Quran berkaitan berhala, mengundi nasib dengan
dengan masalah manusia. Pada panah, adalah perbuatan keji (QS.
prinsipnya segala sesuatu yang ada di Al-Maidah [5]: 90). Kedua, haram li
alam ini adalah halal bagi manusia, ghairih yaitu sesuatu yang pada
sampai ada dalil yang menyatakan bahwa mulanya disyariatkan, tetapi dibarengi
ada beberapa makanan yang secara oleh sesuatu yang bersifat mudarat
khusu diharamkan dalam Al-Quran. Dalam bagi manusia, keharamannya
Al-Quran: Tidakkah kamu perhatikan disebabkan adanya kemudharatan
sesungguhnya Allah telah menundukkan tersebut. Misalnya: shalat dengan
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit pakaian hasi ghashab, transaksi jual
dan apa yang di bumi dan beli saat shalat Jumat, puasa pada Hari
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya Raya Idul Fitri. Ada juga haram li
lahir dan batin (QS. Luqman [31]: 20); ghairih antara lain makanan yang pada
ayat sejenis (QS. Al-Baqara [2]: 29); dasarnya halal tetapi menjadi haram
( AlJatsiyah : 13). karena diperoleh dengan carayang
dilarang Allah, seperti: (1) hasil riba
2) Makanan yang Haram
(QS. Al-Baqarah [2]: 275276), (2)
Kata haram secara etimologis berarti:
makan harta anak yatim dengan batil
sesuatu yang dilarang mengerjakannya.
(QS. An-Nis [4]: 10), hasil pencurian
Haram dapat dibagi menjadi: (Fairuzah
atau korupsi, hasil rampasan, hasil
Tsabit, 2013) harm li dztih dan haram
suap (risywah), hasil judi, hasil
li ghairih. Pertama, harm li dztih
prostitusi, dan sebagainya. 3)
yaitu haram yang sejak semula
Makanan yang Thayyib
ditentukan syari keharamannya,
diantaranya: Sesungguhnya Allah Kata ath-thayyibt adalah jamak
Hanya mengharamkan bagimu athayyib, yakni baik. Seperti: dan
bangkai, darah, daging babi, dan menghalalkan bagi mereka segala yang
binatang yang (ketika disembelih) baik dan mengharamkan bagi mereka
disebut (nama) selain Allah. tetapi segala yang buruk (QS. Al-Arf [7]:
barangsiapa dalam keadaan terpaksa 157). Yang dimaksud athayyib di sini
(memakannya) sedang dia tidak adalah makanan-makanan yang baik,
menginginkannya dan tidak (pula) bergizi lagi sesuai dengan selera dan

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 183
kondisi yang memakannya, karena ada janganlah kamu mengikuti langkah-
makanan yang baik buat Si A tetapi tidak langkah syaitan
desuai buat Si B, misalnya karena ia
(QS. Al-Anm: 142).
mengidap penyakit tertentu. Air susu ibu
Thayyib menurut ilmu gizi yaitu yang
baik dan sesuai untuk anak berusia dua
mencukupi kebutuhan tubuh manusia
tahun ke bawah, tetapi tidak sesuai untuk
dalam pertumbuhannya. Kandungan
anak di atas itu M. (Quraish Shihab,
nutrisi dalam makanan yang diperlukan
2005). Maka yang dimaksud dengan
manusia terdiri dari enam macam yaitu,
thayyib adalah bermanfaat bagi tubuh
karbohidrat (hidrat arang), protein, lemak,
manusia karena bernilai gizi yang baik,
vitamin, mineral, dan air (H. Marsetyo dan
bisa menjadikan manusia tumbuh dengan
G. Kantasapoetra, 1991). Keenam zat gizi
sehat dan kuat.
ini adalah dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Menurut M. Quraish Shihab, (M. AlQuran dan as-Sunnah banyak
Quraish Shihab, 1999) thayyib dari segi menjelaskan tentang makanan bergizi
bahasa berarti lezat, baik, sehat, yang diperuntukkan manusia dan
menentramkan, dan paling utama. dibutuhkan untuk kesehatan dan kekuatan
Maka kata thayyib dalam makanan tubuhnya.
adalah: (1) makanan yang sehat,
b. Sumber-sumber Makanan Halal dan
makanan yang memiliki zat gizi yang
Thayyib
cukup dan seimbang; (2) proporsional,
1) Sumber Makanan Hewani
dalam artian sesuai dengan kebutuhan
a) Makanan yang Hidup di Darat
pemakan, tidak berlebihan, dan tidak
Makanan yang berasal dari binatang yang
berkurang.makan dan minumlah,
hidup di darat diantaranya adalah:
dan janganlah berlebih-lebihan.
dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali
Sesungguhnya Allah tidak menyukai
yang akan dibacakan kepadamu. (yang
orang-orang yang berlebih-lebihan.
demikian itu) dengan tidak menghalalkan
(QS.
berburu ketika kamu sedang mengerjakan
Al-Arf [7]: 31); (3) aman, tuntunan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan
makanan yang aman dirangkai dengan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-
perintah bertakwa. makanlah ia Nya... (QS. Al-Maidah [5]: 1). Kata
dengan sedap lagi baik akibatnya. bahmatu berarti sesuatu yang tidak
(QS. An-Nis [4]: 4). Pada akhirnya memiliki akal. Biasanya dikhususkan
pesan Allah tentang makanan adalah empat binatang ternak yang disebut al-
makanlah dari rezki yang telah anm yaitu unta, sapi, kambing, dan
diberikan Allah kepadamu, dan kerbau. Selanjutnya di surat lain: Dan dia

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 184
Telah menciptakan binatang ternak untuk b) Binatang yang Hidup di Laut
kamu; padanya ada (bulu) yang Binatang laut yang hidup di air asin dan
menghangatkan dan berbagai-bagai tawar dihalalkan oleh Allah
manfaat, dan sebahagiannya kamu
SWT., seperti: Dan Dia-lah, Allah yang
makan. (QS. AnNahl [16]: 5). Bahkan
menundukkan lautan (untukmu), agar
tidak hanya daginya saja, susunya juga
kamu dapat memakan daripadanya
menyehatkan: Dan Sesungguhnya daging yang segar (ikan) (QS. An-
pada binatang ternak itu benar-benar
Nahl [16]: 14); Dihalalkan bagimu
terdapat pelajaran bagi kamu. kami
binatang buruan laut dan makanan (yang
memberimu minum dari pada apa yang berasal) dari laut sebagai makanan yang
berada dalam perutnya (berupa) susu lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang
yang bersih antara tahi dan darah, yang dalam perjalanan (QS. Al-Maidah [5]:
mudah ditelan bagi orang-orang yang 96); Dan tiada sama (antara) dua laut;
meminumnya. (QS. An-Nahl [16]: 66). yang Ini tawar, segar, sedap diminum dan
Ayat di atas menjelaskan bahwa yang lain asin lagi pahit. dan dari masing-
manusia dianjurkan untuk masing laut itu kamu dapat memakan
mengkonsumsi daging, karena daging yang segar(QS.
kandungan nutrisinya sangat
Fthir [35]: 12). Bahkan dijelaskan dalam
dibutuhkan tubuh, seperti protein,
hadits: Laut adalah suci airnya dan halal
lemak, vitamin, mineral, zat besi, dan
bangkainya. (HR. Muslim dan lain-lain);
lain-lain. Asal bila dikonsumsi teratur
hadits lain: Dihalalkan untuk kita dua
dan tidak berlebihan. Unsur-unsur ini
macam bangkai; ikan dan belalang, dan
terdapat sebagai bagian dari berbagai
dua darah: hati dan limpa. (HR. Ahmad).
ikatan, terutama protein, lemak dan
karbohidrat, tersusun dari bahan-bahan Para ahli gizi sepakat bahwa asam lemak
sejenis masing-masing yang terdapat omega-3 dan omega-6 yang terdapat
dalam makanan dan mempunyai fungsi dalam ikan dan produk olahannya
dalam pertumbuhan dan penggantian (termasuk minyak ikan) mempunyai
bagian-bagian badan yang aus atau peranan penting dalampeningkatan
rusak: ikatan-ikatan ini diperlukan kecerdasan anak. Untuk membentuk
pulauntuk menghasilkan energibagi perkembangan otak janin dalam
segala kegiatan badan yang disebut kandungan, sangat dianjurkan agar ibi-ibu
kerja (Achmad Djaeni yang sedang hamil lebih banyak
mengkonsumsi ikan (Ali Khomsan, 2004).
Sediaoetama, 1976).
Manusia patut bersyukur karena Allah
SWT telah menciptakan lautan yang

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 185
begitu kaya dengan jenis-jenis ikan, maka untuk kesehatan: (1) buah Tin dan
seharusnya manusia memelihara zaitun (QS.
kelestarian alam lautan dan At-Tn: 1); (2) buah anggur (QS. An-Nahl
mengembangkan perikanan untuk [16]: 67, QS. Al-Isr [17]: 91, QS. Ar-
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 2) Rad [13]: 4); (3) buah kurma (QS. Qf
Sumber-sumber Makanan Nabati Tidak [50]: 9-10, QS. Al-Baqarah [2]: 266
ditemukan satu ayatpun yang secara Maryam [19]: 23-25); (4) delima, dan
eksplisit melarang makanan nabati kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
tertentu. Surat Abasa yang pula) zaitun dan delima yang serupa dan
memerintahkan manusia untuk yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya
memperhatikan makanannya di waktu pohonnya berbuah dan
menyebutkan sekian banyak jenis (perhatikan pulalah) kematangannya.
tumbuhan yang telah disiapkan Allah Sesungguhnya pada yang demikian itu
untuk kepentingan manusia dan binatang ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
(M. Quraish Shihab, 1999), Allah orang-orang yang beriman. (QS. Al-
berfirman: Maka hendaklah manusia itu Anm [6]: 99); (5) manna (QS. Al-
memperhatikan makanannya. Baqarah [2]: 57); (6) Jahe

Sesungguhnya kami benar-benar (QS. Al-Insn: 17); (7) baql, qitstsa, fm,
Telah mencurahkan air (dari langit), adas dan bashal (QS. Al-Baqarah [2]: 61).
kemudian kami belah bumi dengan Baql adalah sayur-sayuran yang tidak
sebaik-baiknya, lalu kami tumbuhkan mempunyai akar, seperti seledri, selada,
biji-bijian di bumi itu, anggur dan kol, dan sebagainya. Qitstsa adalah
sayur-sayuran, zaitun dan kurma, ketimun; fm artinya gandum, ada yang
kebun-kebun (yang) lebat, dan buah- mengartikan bawang putih; adas adah
buahan serta rumputrumputan, untuk kacang adas dan bashal yakni bawang
kesenanganmu dan untuk binatang- merah. 3) Minuman Kesehatan
binatang ternakmu. (QS.
a) Susu
Abasa [80]: 24-32). Kalaupun ada Islam memberi perhatian terhadap materi
tumbuhan tertentu yang kemudian ini dengan menyebut sebanyak lima kali;
melarang mengkonsumsinya, karena dua kali disebut secara jelas
alasan sesuatu yang buruk bagi menggunakan kata laban, dan tiga ayat
kesehatan badan seseorang. yang lain diisyaratkan binatang ternak
Begitupun di ayat lain diulangulang yang menghasilkan susu. Firman Allah:
disebut, karena baik Dan sesungguhnya pada binatang ternak
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 186
kamu. kami memberimu minum dari pada Al-Quran menegaskan
apa yang berada dalam perutnya (berupa) bahwa hendaknya para ibu
susu yang bersih antara tahi dan darah, menyusui anaknya, berkaitan dengan
yang mudah ditelan bagi orang-orang ayat yang membicarakan tentang
yang meminumnya. (QS. An-Nahl [16]: perceraian. Ini adalah peringatan agar
66). Bahkan dalam Al-Quran susu sang ibu memperhatikan makan
merupakan minuman yang disediakan bayinya, dan makanan terbaik bagi bayi
Allah di surga, adalah Air

Perumpamaan (penghuni) surge Susu Ibu. Firman Allah SWT: Para ibu
(jannah) yang dijanjikan kepada hendaklah menyusukan anak-anaknya
orangorang yang bertakwa yang di selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
dalamnya ada sungai-sungai dari air ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
yang tiada berubah rasa dan baunya, kewajiban ayah memberi makan dan
sungai-sungai dari air susu yang tidak pakaian kepada para ibu dengan cara
beubah rasanya (QS. Muhammad ma'ruf. Seseorang tidak dibebani
[47]: 15). melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya
Lemak susu merupakan bagian
dan seorang ayah karena anaknya, dan
terpenting dan terdapat pada krim
warispun berkewajiban demikian. Apabila
(kepala susu) (RH. Sudan, 1997).
keduanya ingin menyapih (sebelum dua
Hampir semua jenis vitamin ada di
tahun) dengan kerelaan keduanya dan
dalam susu, seperti vitamin A, B, C, dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa
K. Selain itu mineral-mineral, enzim-
atas keduanya. dan jika kamu ingin
enzim, pigmen. Mineral-mineral
anakmu disusukan oleh orang lain, maka
utamanya antara lain kalsium,
tidak ada dosa bagimu apabila kamu
phosphor, besi, dan nada juga mineral
memberikan pembayaran menurut yang
lainnya dalam jumlah kecil
patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
sepertibarium, tembaga, dan seng.
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
Enzim yang ada pada susu antara lain
yang kamu kerjakan. (QS.
lactase dan katalase reductase. Susu
adalah sumber kalsium dan phospor Al-Baqarah [2]: 233).
yang sangat penting untuk Pemberian ASI dapat
perkembangan tulang, karena pada memperkokoh hubungan batin antara ibu
usia tua akan terjadi proses kehilangan dan anak. Karena bayi yang berada dalam
masa tulang. b) ASI dekapan ibu, bukan saja
merasakan kehangatan kulit yang

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 187
lembut, tetapi juga kehangatan kulit yang itu mengandung glukosa,
lembut, tetapi juga kehangatan rangkulan fruktosa, air, sukrosa, dastrin,
dan dekapan ibu yang memberikan rasa zat-zat besi, zat asam, zat-zat lain.
aman (Zainul subhan, 1999). Air susu ibu Madu juga mengandung vitamin-vitamin
mempunyai kandungan gizi atau nutrin berikut: Vitamin B1, siamin + vitamin
yang sempurna dan seimbang untuk bayi. B2, riboflavin + vitamin B3, pantosianik
Air susu ibu adalah steril secara alami, + B5, Nikotenik + noasin + vitamin B6,
maka tidak akan terjadi radang pada predoksin + vitamin C, dan iskropik +
lambung atau usus. Praktis dan selalu vitamin K. Semua vitamin ini sangat
tersedia kapanpun seorang bayi dibutuhkan oleh tubuh manusia, dan
menginginkannya. kekurangan penyakit ini dapat
mengakibatka diserangnya oleh
3) Madu
berbagai macam penyakieimbangt.
Khasiat madu dalam Al-Quran
Vitamin tersebut bisa didapatkan pada
adalah sebagai berikut: Dan Tuhanmu
biji-bijian yang dikumpulkan oleh lebah
mewahyukan kepada lebah: "Buatlah
dari bungabunga tertentu. Madu juga
sarang-sarang di bukit-bukit, di
mengandung sekelompok zat yang
pohonpohon kayu, dan di tempat-
dapat mengurai. Diantaranya adalah
tempat yang dibikin manusia. Kemudian
anfortesa, zat ini dapat mengurai gula
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-
yang masih mengkristal menjadi halus,
buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
sehingga ia dapat dicerna dengan
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
mudah (Abdul
perut lebah itu ke luar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di Munim Qandil, 2003). Enzim-enzim yang
dalamnya terdapat obat yang ada dalam madu adalah: (1) enzim
menyembuhkan bagi manusia. invertase, (2) enzim amylase, (3) enzim
katalis, (4) memanfaatkan madu lebah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu
(Abdul Basith, 2012).
benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang c. Pola Makan yang Seimbang
memikirkan. (QS. An-Nahl [16]: 68-69). Al-Quran memberikan petunjuk tentang
Kata An-Nahl adalah bentuk jamak dari pola makan yang seimbang yang
kata An-Nahlatu yakni lebah, yang mengandung sejumlah zat yang
bermakna menganugerahkan. bermanfaat bagi pertumbuhan, kekuatan,
dan perbaikan sel-sel tubuh manusia,
seperti protein hewani, lemak, kalsium, zat
Berdasarkan hasil kajian dan
besi, dan garam. Adapun pola makan
penelitian di laboratorium, maka madu

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 188
yang seimbang adalah dengan itu, Rasulullah seperti
mengkonsumsi: daging, terutama daging diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
anak sapi panggang atau ikan susu segar,
Ibnu Hibban, menegaskan bahwa:
keju dan buah-buahan (Afzalur
Putra adam tidak memenuhkan suatu
Rahman, 2007). tempat yang lebih jelek dari pada perut.
Separuh sel tubuh berada di puncak Cukuplah bagi putra putri Adam
pertumbuhan, pengembangan, dan beberapa suap yang dapat
aktivitas. Seperempat sel berada dalam memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak
pertumbuhan yang seimbang, dan ditemukan jalan lain, maka (ia dapat
seperempat lagi mengalami kerusakan mengisi perutnya) dengan sepertiga
dan pergantian. Oleh karena itu, untuk makanan, sepertiga untuk
memberikan keseimbangan dalam minuman dan sepertiga untuk
proses ini akan sangat membantu
pernapasannya. (M. Quraish Shihab,
menjaga kesehatan manusia dan masa
2007). Dokter Rausy, seorang ilmuan
mudanya untuk waktu yang lama.
tertarik untuk meneliti salah satu kabilah di
(Abdul Basith, 2012). Islam
Yugoslavia yang rata-rata mencapai usia
menganjurkan mengkonsumsi makanan
seratus tahun. Setelah diteliti, terbukti
tidak berlebihan dan tidak kikir, firman
bahwa faktor penyebabnya adalah
Allah
makanan yang bergizi, sebab makanan
SWT: makan dan minumlah, dan pokok mereka adalah daging kambing dan
janganlah berlebih-lebihan. susu kambing serta madu. Mereka
Sesungguhnya Allah tidak menyukai senantiasa menjauhkan dari minuman
orang-orang yang berlebih-lebihan. keras dan daging babi.(Ahmad Syauqy Al-
(QS. Fanjari, 1999). Perintah untuk tidak
berlebih-lebihan dalam makan dan minum
Al-Arf [7]: 31). Rasulullah
adalah merupakan upaya preventif,
mengatakan bahwa kelemahan
karena kerakusan dalam makanan bisa
manusia adalah perutnya: Jika kamu
menyebabkan tidak sedikit efek negatif
harus makan, usahakanlah bahwa
bagi kesehatan seseorang.
kamu hanya mengisi sepertiga dari
perutmu dengan makanan, sepertiga
buat minuman dan sepertiga lagi untuk D. SIMPULAN DAN SARAN
dirimu sendiri (yakni dibiarkan kosong). Simpulan

Perut adalah rumah penyakit, Berdasarkan hasil penelitian yang

sedang berpantang adalah telah dilakukan mengenai gizi dalam

pangkal segala obat. Karena

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 189
pandangan Islam, maka dapat dalam Al-Quran, Bandung:
Remaja
disimpulkan bahwa:
Rosdakarya.
1) Islam mengatur masalah makanan tidak
Aminah, Nina. (2014), Studi Agama
hanya enaknya saja atau nilai gizinya Islam, untuk Perguruan
saja, melainkan ada hal yang terpenting Tinggi Kedokteran dan
Kesehatan, Bandung:
yaitu untuk memilih makanan yang halal Remaja Rosdakarya
(bukan haram) dan thayyib.
Al-Fanjari, Syauqi, Ahmad. (1999). Nilai
2) Makanan thayyib adalah bermanfaat bagi Kesehatan dalam Syariat
Islam, terj. Ahsin Wijaya dan
tubuh manusia karena bernilai gizi yang Totok Jumantoro, Jakarta:
baik, bisa menjadikan manusia tumbuh PT Bumi Aksara.
dengan sehat dan kuat. Al-Matsier, Sunita. (tth). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi, Jakarta: PT
3) Islam menganjurkan mengkonsumsi Gramedia Pustaka Utama.
makanan tidak berlebihan dan tidak kikir,
As-Sayyid, Muhammad, Basith, Abdul.
Al-Quran memberikan petunjuk tentang (2012), At-Taghdziyah
pola makan yang seimbang yang anNabawiyah, terj. Pola
Makan Rasulullah, Jakarta:
mengandung sejumlah zat yang
Penerbit Al-Mahira.
bermanfaat bagi pertumbuhan, kekuatan,
dan perbaikan sel-sel tubuh manusia, At-Thariqi, Ahmad. (1984). Ahkm al-
Athimah fi asy-Syariah
seperti protein hewani, lemak, kalsium, zat alIslmiyah, Riyadh.
besi, dan garam.
Berg, Alan. (1986). Peranan Gizi dalam
pembangunan Nasional,
Jakarta: Rajawali.
Saran
Direkomendasikan kepada setiap diri Dahlan, Aziz, Abdul et. al. (edit.). (1997).
Ensiklopedi Hukum Islam,
dengan pola makan halal, thayyib
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
(bergizi), dan seimbang gizi yaitu tidak Hoeve.
berlebihan (proporsional). Hendaknya
Ensiklopedi Islam. (1994). Jakarta: PT
ada penelitian lanjutan tentang bahaya Ichtiar Baru Van Hoeve.
mengkonsumsi jenis makanan yang Hasan, Maimunah. (2001). Al-Quran dan
haram dan bahaya mengkonsumsi Ilmu Gizi, Yogyakarta:
Madani Pustaka.
makanan secara berlebihan.
Khomsan, Ali. (2004). Peranan Pangan
dan Gizi untuk Kualitas Hidup,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana.
Aminah, Nina. (2013),
Pendidikan Kesehatan Marsetyo, H dan G. (1991).

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 190
Kantasapoetra, Ilmu Gizi,
Koreksi Gizi, Kesehatan dan _______, (1999). Wawasan Al-Quran,
Produktifitas Kerja, Jakarta: Bandung: Penerbit Mizan.
Rineka Cipta.
Qandil, Munim, Abdul. (2003). Resep Al-
Quran untuk Hidup sehat,
terj., Jakarta: CV. Cendikia
Sentra Muslim. _______, Quraish. (2007).
Membumaikan Al-Quran,
Qardhawi, Yusuf. (1997). Al-Hall wa Fungsi dan Peran Wahyu
al- Haram fi al-Islam, dalam Kehidupan
Kairo: Masyarakat, Bandung:
Maktabah Wahbah. Mizan Pustaka.

Rahman, Afzalur. (2007). Sudan, RH. (1997). Al-Quran dan


Ensiklopediana Ilmu Panduan Kesehatan
dalam Al-Quran, Masyarakat, Yogyakarta:
Bandung: Penerbit Mizania.
PT Dana Bhakti Prima.
Sediaoetama, Djaeni, Achmad. (1976) Subha Zainul. (1999).
Tripical Nutrition n, Tafsir
and Dietetics, terj. Kebencian, Studi bias
Lucius Nicholls, Ilmu Gender dalam Tafsir AlQuran,
Gizi dan Ilmu Diit di
Yogyakarta: LKis.
Daerah
Tropik,
Jakarta: PN Balai Pustaka. Tsabit, Fairuzah. (2013). Makanan Sehat
dalam Al-Quran, Tafsir bi al-
Shadily, Hasan (Red). Ilm dengan
(1983). Ensiklopedi PendekatanTematik,
Indonesia. Jakarta: Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Washfi, Muhammad. (2008), Al-Quran wa
Shihab, M. Quraish. (2005) Tafsir ath-Thib, terj. Menguak
AlMishbh, Pesan, Rahasia Ilmu Kedokteran
Kesan, dan dalam Al-Quran, Surakarta:
Keserasian Al-Quran, Indiva Pustaka.
Jakarta: Lentera Hati.

__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.2, Juli 2016 191
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI :
POST OVAREKTOMI SINISTRA A/I KISTA OVARIUM SINISTRA

NURSING CARE OF MRS.N WITH REPRODUCTIVE SYSTEM DISORDER : POST RIGHT


OVAREKTOMI BY INDICATION OF RIGHT OVARIAN CYSTS

Dedeh Sri Rahayu1) dan Dewi Rahmawati2) 1),


2)

Prodi D3 Keperawatan STIKes Budi Luhur

ABSTRAK
Di seluruh dunia, tahun 2007 terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosa kanker ovarium dan
125.000 diantaranya meninggal.Tujuan Peneltian untuk memberikan asuhan keperawatan
secara langsung yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan pada klien dengan kista ovarium. Metode Penelitian menggunakan
metode deskriftif berupa studi kasus. Untuk memperoleh data menggunakan teknik
observasi, wawancara, partisipasi aktif, studi kepustakaan, dan dokumentasi tentang kista
ovarium. Hasil Penelitian adalah Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien selama 7
hari terhitung dari tanggal 04 Juni sampai dengan 09 juni 2015 diperoleh diagnosa
keperawatan : Pada pre operasi ditemukan masalah keperawatan yaitu ansietas
berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi. Sedangkan pada post operasi
ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan mobilitas
fisik, dan gangguan pemenuhan istirahat tidur. Tahap perencanaan penulis menyusun
rencana tindakan sesuai dengan permasalahan yang ada, kemampuan, situasi dan kondisi.
Tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan penulis sesuai rencana yang telah disusun
sebelumnya. Pada tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan selama 7 hari, Dari 5
diagnosa pre dan post operasi yang didapat, ada satu diagnosa yang belum teratasi. Untuk
penatalaksanaannya memerlukan kerjasama dengan perawat ruangan agar masalah klien
dapat tertatasi semuanya. Simpula:berdasarkan hasil penelitian studi kasus perlu adanya
kerjasama antar perawat dan klien beserta keluarga untuk melakukan asuhan keperawatan
yang baik dan komprehensif.

Kata Kunci: Deskriftif, Kista, Ovarium.

ABSTRACT
All the world, in 2007 there were 204,000 women are diagnosed with ovarian cancer and
125,000 of them died. Aim : The ressearcher would like is implement nursing care that
covers aspects of bio-psycho-social and spiritual by using the nursing process approach that
includes assessment, planning, implementation, and evaluation of nursing in clients with
ovarian cysts.Methods : This study used descriptive case method. To obtain the data used
observation, interviews, active participation, literature study, and documentation of ovarian
cysts.Results : Nursing care was done on the client for 7 days from 04 June until 09 June
2015, it was obtained nursing diagnoses: In the preoperative anxiety found that nursing
problems associated with going to do surgery. While in the postoperative found nursing
problems that comfortable feeling pain disorders, impaired physical mobility, and the
fulfillment of restful sleep disorders. The planning stage authors develop an action plan in
accordance with the existing problems, abilities, circumstances and conditions. The stage of
implementation of the action by the author according to plan that had been developed
previously. In the evaluation phase after the action for 7 days, from 5 pre and postoperative
diagnoses were obtained, there is a diagnosis that has not been resolved. To its
management require cooperation with nurses in the room so that clients can resolve all
issues.Conclusion: The results of a case study based on the need for cooperation between
the nurse and the client and their family to do good nursing care and comprehensive.
Keywords : Descriptive, Ovarian Cysts

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 6 192


No. 2, Juli 201
A. PENDAHULUAN keluhan apabila sudah terjadi metastase,
sehingga 60 70% klien datang pada
Kista ovarium merupakan salah satu
stadium lanjut sehingga penyakit ini
tumor jinak ginekologi yang paling sering
disebut sebagai silent killer. Kanker
dijumpai pada wanita di masa
ovarium memiliki angka kematian tertinggi
reproduksinya. Sebagian besar kista
dari salah satu kanker ginekologi. Di
terbentuk karena perubahan kadar
seluruh dunia, tahun 2007 terdapat
hormon yang terjadi selama siklus haid,
204.000 wanita yang terdiagnosa kanker
produksi dan pelepasan sel telur dari
ovarium dan 125.000 diantaranya
ovarium. Kista ovarium adalah benjolan
meninggal (Harwono, 2011).
yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista Di Indonesia sekitar 25 50%
tersebut disebut juga kista fungsional kematian wanita subur disebabkan oleh
karena terbentuk selama siklus masalah yang berkaitan dengan
menstruasi normal atau setelah telur kehamilan dan persalinan serta penyakit
dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista sistem reproduksi misalnya kista ovarium
fungsional akan mengkerut dan menyusut (Depkes RI, 2011). Insiden di Indonesia
setelah beberapa waktu (setelah 1 3 kista ovarium ditemukan 2,39% - 11,7%
bulan). Kebanyakan kista tidak berbahaya pada semua penderita ginekologi yang
tetapi beberapa dapat menyebabkan dirawat (Wiknjosastro, 2005).
masalah seperti : pecah, pendarahan, Data dari Rekam medis RSUP
sakit atau sampai mengalami Hasan Sadikin Bandung penyakit ovarian
pembedahan. Kista ovarium yang bersifat cyst sebanyak 53 orang atau 5,6%.
ganas disebut juga kanker ovarium. Bedasarkan Interpretasi, distribusi
Kanker ovarium merupakan pembunuh frekuensi 10 penyakit terbesar gangguan
yang diam-diam, karena memang sistem reproduksi periode 01-30 Januari
seringkali klien tidak merasakan apa-apa, 2015 diagnosa kista ovarium menempati
kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah peringkat ke 5 dengan persentase 5.6%
lanjut. (Yatim, 2005). (53 orang). Tujuan penelitian untuk
Menurut WHO di Amerika Serikat mengetahui asuhan keperawatan secara
pada tahun 2001 diperkirakan jumlah langsung yang meliputi aspek bio-
penderita kanker ovarium sebanyak psikososial dan spiritual dengan
menggunakan pendekatan proses
23.400 dengan angka kematian sebesar
keperawatan di rumah sakit umum pusat
13.900 orang (CFR=59,4%). Angka
dr. Hasan Sadikin Bandung
kematian yang tinggi ini disebabkan
karena penyakit ini pada awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 6 193


B. METODE

1. TINJAUAN KASUS:
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur/ Tanggal Lahir : 44 Tahun/ 02 september
1970
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Buruh Harian Lepas
No. 2, Juli 201
nyeri 7 (0-10) berat, nyeri timbul pada saat
Status perkawinan : Belum Menikah
malam hari.

d. Riwayat kesehatan dahulu


2) Riwayat Kesehatan Klien mengatakan pada tahun
a. Alasan masuk 2002 klien pernah dioperasi
P0A0 (belum menikah), pengangkatan indung telur di
klien mengeluh adanya Rumah sakit Immanuel dan pada
benjolan di perut sejak 2 tahun 2010 klien pernah
bulan sebelum masuk dioperasi pengangkatan rahim di
rumah sakit, makin lama Rumah Sakit Hasan Sadikin
makin membesar dan Bandung.
pada awalnya sebesar
telur, tidak ada 3) Riwayat obsterti
keputihan ataupun a. Riwayat menstruasi
pendarahan dan klien
1) Menarche : 15 Tahun
mengatakan nyeri perut
2) Siklus : 21 Hari
saat haid.
3) Banyaknya : 100 cc
b. Keluhan utama Klien mengeluh nyeri perut 4) Lamanya : 3 hari
bagian bawah sebelah kiri 5) Keluhan : dismenorea (nyeri hebat)

c. Riwayat kesehatan sekarang Klien pada saat menstruasi

mengatakan nyeri perut bagian bawah 6) Keputihan : banyak


sebelah kiri, nyeri dirasakan seperti b. Pengkajian Fisik Secara Fokus
tersayat-sayat, nyeri bertambah apabila Adalah:
klien banyak bergerak dan nyeri
berkurang apabila klien istirahat, skala
No. 2, Juli 201

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 6 194


1). Sistem Reproduksi rahim di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Klien mengatakan genitalianya terdapat Bandung.
kateter, bentuk payudara simetris, tidak
2. Menurut teori klien dengan penyakit kista
adanya pembengkakan, tidak ada nyeri
ovarium klien akan mengalami
pada payudara, areola mamae tidak
hipermenorea, hipomenorea, siklus
hiperpigmentasi, puting susu menonjol.
menstruasi pendek, darah menstruasi
Labia mayora lebih besar dari labia
yang berwarna gelap yang keluar
minora, tidak adanya pembengkakan,
sebelum menstruasi atau di akhir
tidak adanya nyeri, tidak adanya
menstruasi sedikit.
pendarahan. terdapat nyeri tekan di
Kesamaan dengan teori pada saat
bagian abdomen bawah dan pada waktu
pengkajian di lapangan : bahwa
menstruasi darah berwarna gelap yang
riwayat obsterti dan menstruasi klien
keluar sebelum atau di akhir menstruasi.
mengalami hipomenorea, siklus
C. PEMBAHASAN menstruasi pendek dan darah
Selama melaksanakan asuhan Ny menstruasi yang berwarna gelap
N dengan tujuan mampu memberikan keluar sebelum menstruasi atau di
asuhan keperawatan secara langsung akhir sedikit.
yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan 3. Menurut teori klien dengan penyakit kista
spiritual dengan menggunakan ovarium pada riwayat perkawinan lebih
pendekatan proses keperawatan sering ditemukan pada wanita yang tidak
terdapat kesamaan dan kesenjangan menikah pada umur muda dan yang
antara teori dan kenyataan, tidak mempunyai banyak anak.
diantaranya : Kesamaan dengan teori pada saat
1. Menurut teori klien dengan penyakit kista pengkajian dilapangan : bahwa dalam
ovarium pernah mempunyai riwayat riwayat perkawinan klien belum menikah
menderita penyakit kista ovarium sampai saat ini dengan umur 44 tahun.
sebelumnya dan mempunyai riwayat 4. Menurut teori klien dengan penyakit kista
dioperasi sebelumnya. Kesamaan ovarium pada resiko penyebab
dengan teori pada saat pengkajian di terjadinya kista ovarium yaitu wanita
lapangan : bahwa riwayat dahulu pada dengan usia produktif (15 44 tahun).
tahun 2002 klien pernah dioperasi
Kesamaan dengan teori pada saat
pengangkatan indung telur di Rumah
pengkajian dilapangan : bahwa klien
sakit
saat ini berumur 44 tahun dan belum
Immanuel dan pada tahun 2010 klien menikah.
pernah dioperasi pengangkatan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 195
a. Diagnosa keperawatan Secara teori 2. Penulis tidak mengangkat diagnosa
menurut NIC dan NOC diagnosa pre Gangguan pola seksual berhubungan
operasi yang muncul sebagai dengan rasa nyeri saat berhubungan
berikut : karena klien belum menikah.

1. Syok hipovolemik berhubungan dengan


pendarahan massif pervagina saat Masalah yang ditemukan post operasi
menstruasi dan pendarahan pada baik secara teori maupun dalam praktek
rongga pelvic. studi kasus, terdapat beberapa
kesenjangan yang muncul. Penulis akan
2. Gangguan pola seksual
memaparkan mengapa terjadi
berhubungan dengan rasa nyeri saat
kesenjangan tersebut :
berhubungan seksual.

3. Gangguan harga diri rendah situasional Penulis tidak mengangkat diagnosa

berhubungan dengan infertil. resiko tinggi infeksi karena pada saat


pengkajian tidak terdapat peningkatan
4. Ansietas berhubungan dengan akan
kadar leukosit dalam darah pada
dilakukannya tindakan operasi
pemeriksaan laboratorium pada tanggal
6 Juni
Sedangkan masalah yang
2015, hasil pemeriksaan menunjukkan
ditemukan adalah sebagai berikut :
kadar leukosit 6.100 /mm3 dan tidak
1. Ansietas berhubungan dengan akan terdapat tanda-tanda infeksi seperti,
dilakukannya tindakan operasi. adanya pus, leukosit tinggi, bau tidak
sedap, rubor (kemerahan), dolor (nyeri),
2. Gangguan harga diri rendah situasional
calor (panas), tumor (bengkak) dan
berhubungan dengan infertile.
fungsi laesa (kelainan fungsi).

Melihat adanya kesenjangan yang


muncul antara teori dengan
kenyataan maka penulis
memberikan alasan :

1. Penulis tidak mengangkat diagnosa


Syok hipovolemik berhubungan dengan
pendarahan massif pervagina saat
menstruasi dan pendarahan pada
rongga pelvic karena pada saat dikaji
tidak adanya pendarahan pada klien.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 196
b. Perencanaan dan prognosis pasien
Penulis membuat intervensi sehingga dapat mengurangi keperawatan
pre operasi kista kecemasan ovarium suspect endometriosis e. Evaluasi
dengan dengan tambahan intervensi dari menanyakan kembali hal teori
menurut NIC dan NOC sebagai yang telah dijelaskan perawat

berikut : kepada klien dan keluarga


1. Ansietas berhubungan dengan Rasional : Untuk mengetahui akan
dilakukannya tindakan tingkat keberhasilan operasi pemberian
pendidikan a. Lakukan komunikasi kesehatan kepada klien dan
terapeutik keluarga.

Rasional : Untuk menjalin f. Bimbing klien untuk selalu hubungan


yang baik dengan berdoa demi kelancaran klien dan keluarga serta
operasi menumbuhkan sikap saling Rasional : Untuk mengurangi
percaya. tingkat kecemasan klien

b. Kaji dan catat tingkat tentang rencana operasi


kecemasan klien g. Identifikasi koping keluarga Rasional : Untuk
mengetahui Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien pola
koping keluarga klien c. Identifikasi tentang teknik dalam mengatasi
kecemasan yang biasa digunakan klien dan support system keluarga
untuk mengurangi terhadap klien.

kecemasan 2. Gangguan harga diri rendah


Rasional : Untuk mengetahui situasional berhubungan dengan pola
koping klien dalam infertil.
mengatasi kecemasan a.
d. Berikan informasi
tentang diagnosa,
perawatan dan
prognosis dan
prosedur
pembedahan
Rasional : Agar klien
dan

keluarga menjadi lebih tahu b.


tentang diagnosa, perawatan
Bina hubungan saling percaya.
Rasional : Klien dengan mudah
mengungkapkan masalahnya hanya
kepada orang yang dipercayainya.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 197
Dorong klien untuk mengekspresikan terputusnya kontinuitas jaringan
perasaan, pikiran dan pandangan : luka post operasi ovarektomi.
tentang dirinya.
a. Kaji skala nyeri, dengan meminta klien
Rasional : Meningkatkan untuk menilai nyeri (0-10)
kewaspadaan diri klien dan
Rasional : Untuk mengetahui tingkat
membantu perawat dalam
nyeri yang dirasakan klien
membuat penyelesaian.
b. Lakukan pengkajian nyeri yang
c. Diskusikan dengan sistem pendukung
komprehensif meliputi lokasi,
klien tentang perlunya menyampaikan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
nilai dan arti klien bagi mereka.
intensitas, dan faktor pencetus
Rasional : Penampilan arti
Rasional : Memberikan informasi
dan nilai klien dari sistem
untuk membantu dalam menentukan
pendukung membuat klien
pilihan atatu keefektifan intervensi.
merasa diterima.
c. Atur posisi yang nyaman Rasional :
d. Gali kekuatan dan sumbersumber yang
Meningkatkan
ada pada klien dan dukung kekuatan
relaksasi pada klien
tersebut sebagai aspek positif.
d. Ajarkan klien menggunakan teknik
Rasional :
relaksasi/ latihan napas dalam : aktivitas
Mengidentifikasikan
terapeutik
kekuatan klien dapat
Rasional : Meningkatkan relaksasi,
membantu klien berfokus
memfokuskan kembali perhatian dan
pada karakteristik positif
dapat meningkatkan kemampuan
yang mendukung
koping
keseluruhan konsep diri.
e. Anjurkan teknik distraksi
Rasional : Untuk
Penulis membuat intervensi
mengalihkan perhatian klien dari rasa
keperawatan post ovarektomi sinistra
nyeri
a/i kista ovarium sinistra dengan
tambahan intervensi dari teori f. Observasi Tanda-tanda vital
menurut NIC dan NOC sebagai pada klien
berikut: Rasional : Untuk mengetahui
keadaan umum klien
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri
Kolaborasi:
berhubungan dengan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 198
g. Berikan therapy sesuai program : 1) POD-1 miring kanan dan kiri
pemberian obat analgetik
2) POD-2 duduk
Rasional : Untuk 3) POD-3 berjalan/ pindah dari kasur ke
meringankan nyeri yang tempat duduk
dirasakan pada klien.
4) Rasional : Untuk
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan meningkatkan kemampuan
dengan
mobilisasi klien
kelemahan otot 3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur
a. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan berhubungan dengan teraktivasiya RAS
setelah aktivitas Rasional : Untuk akibat adanya nyeri
mengetahui adanya kelemahan akibat
a. Identifikasi faktor penyebab klien sulit
dari aktivitas yang dilakukan tidur
b. Kaji kekuatan otot Rasional : Untuk
Rasional : Untuk mengetahui
mengetahui kekuatan otot
factor penyebab yang
c. Instruksikan klien untuk penghematan
menyebabkan klien sulit tidur
energi
b. Ciptakan lingkungan yang
Rasional : Membantu nyaman
keseimbangan suplai dan
Rasional : lingkungan yang
kebutuhan oksigen
nyaman dapat menstimulasi RAS
d. Berikan bantuan sesuai sehingga klien mudah
kebutuhan
tidur
Rasional : Untuk c. Batasi pengunjung
memeandirikan pasien Rasional : untuk meningkatkan
dalam pemenuhan pemenuhan istirahat pada klien
kebutuhan dasar
d. Matikan lampu bila
e. Fasilitasi klien dalam pemenuhan perlu/pengaturan pencahayaan
kebutuhan dasar
Rasional : untuk merelaksasikan
Rasional : Untuk tubuh klien.
memeandirikan pasien
dalam pemenuhan c. Implementasi Fokus dari intervensi
kebutuhan dasar keperawatan adalah mempertahankan
f. Motivasi klien untuk ambulasi dini : daya tahan tubuh, mencegah
komplikasi, menemukan perubahan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 199
sistem tubuh, memantapkan hubungan intervensi lanjutan serta discharge
klien dengan lingkungan, dan planning untuk persiapan pulang
implementasi pesan dokter. Pada
pelaksanaannya di lapangan penulis
D. SIMPULAN
tidak bisa melakukan asuhan
1. Pengkajian Pada riwayat kesehatan
keperawatan selama 24 jam secara
keluarga tidak terkaji adanya riwayat
penuh karena keterbatasan waktu,
penyakit kista ovarium dikarenakan
upaya pemecahannya yaitu penulis
keluarga klien (ibu klien) sudah
bekerja sama dengan perawat ruangan
meninggal pada saat klien masih kecil
untuk menilai tahap perkembangan.
Sedangkan implementasi yang 2. Diagnosa keperawatan Dari hasil

dilakukan penulis sesuai rencana yang pengkajian pada Ny.N dengan kista

telah disusun sebelumnya. Adapun ovarium suspect endometriosis post

tindakkan yang telah dilakukan oleh HTSOD ditemukan 2 diagnosa pre

penulis adalah : mengobservasi tanda- operasi, sedangkan post operasi 3

tanda vital, mengkaji luka dengan post diagnosa keperawatan.

ovarektomi, mengambil sampel darah, 3. Perencanaan Pada proses perencanaan


mengobservasi intake (asupan cairan) yang terdiri dari tujuan dan rencana
output (haluaran urin), membantu klien tindakan keperawatan.
untuk mobilisasi, memberikan obat
4. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan
sesuai terapi, memberikan pendidikan
tindakan keperawatan
kesehatan mengenai perawatan luka di
disesuaikan dengan
rumah dan mobilisasi.
perencanaan keperawatan yang telah
disusun sehingga
d. Evaluasi
dapat terlaksana dengan
Setelah dilakukan asuhan baik berkat kerjasama yang
keperawatan selama satu minggu telah terjalin antara perawat dengan
terhitung dari tanggal 4 Juni 2015 klien dan keluarganya.
sampai dengan 9 juni 2015 masih
5. Evaluasi
terdapat satu diagnosa yang belum
Penulis telah melakukan
teratasi yaitu Gangguan rasa
reassessment dengan intervensi
nyaman : nyeri berhubungan
lanjutan pada masalah yang belum
dengan terputusnya kontinuitas
teratasi serta discharge planning
jaringan : luka post operasi
untuk persiapan pulang
ovarektomi. Penulis telah
melakukan reassessment dengan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 200
6. Dalam pendokumentasian keperawatan, Panduan Klinis dan Algoritma.
penulis tidak Jakarta : CV Sagung Seto.

mendapatkan kesulitan dikarenakan Jensen, Bobak Lowdermik. 2005. Buku


setiap pengkajian, perencanaan dan Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
tindakan langsung dituliskan
sehingga penulis tidak kehilangan data. Nayla, S. 2007. Kista Ovarium. Available
online.
http://fordearest.wetpaint.com/pa
DAFTAR PUSTAKA ge /kista/ovarium/update.
Diakses tanggal 27 November
Asmanur. 2015. Pathways Kista 2012
Ovarium.
http://asmanur3.blogspot.com/2015/03 Nursalam. 2011. Proses dan
/pathway- Dokumentasi Keperawatan :
penyakitkistaovarium.html?m-1. Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika.
Bustan, M., 2007. Epidemiologi Penyakit
Tidak MenularI. Jakarta: Penerbit Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu
Rineka Cipta. Kandungan edisi ketiga. Jakarta :
PT. Bina Pustaka
Chandranita, Manuaba L.B.C &
Manuaba, L.B.G.F. 2010. Buku
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan
Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Dokumentasi Asuhan
Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Keperawatan Teori dan Praktik.
Media. Jogjakarta : Graha Ilmu.

Harwono. 2011. Kista Ovarium Tidak Suzanne, C Smeltzer dan Brenda G.


Menyebabkan Kanker. Error! Bare. 2001. Keperawatan
Hyperlink reference not Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta
valid. 20kista. : EGC.
Hutahaeab Serri. 2009. Asuhan Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
keperawatan dalam maternitas
Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
dan ginekologi. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku
Indriyani, Diyan, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.
diagnosis keperawatan dengan
2013. Keperawatan Maternitas :
intervensi NIC dan kriteria hasil
Pada Area Perawatan Antenatal. NOC, edisi 7. Jakarta : EGC
Graha ilmu : Yogyakarta. Medikal Bedah.

Jacoeb, T.Z dan Hadisaputra W. 2009. Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan.


Penanganan Kista Ovarium Jakarta : Penerbit Pustaka Populer
Obor.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 201
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER : CORONARY ARTERY DISEASE

NURSING CARE ON Mrs. D WITH THE CARDIAC SYSTEM EXPERIENCED ON THE


INDICATION CORONARY ARTERY DISEASE

Emy Salmiyah dan Dea Permadi


Prodi D3 STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRAK
Jumlah individu yang meninggal dunia akibat penyakit Coronary Artery Disease pada tahun
2005 sebanyak 5.825.000 untuk usia 60 tahun ke atas dan 1.332.000 untuk usia 15-59
tahun. Tujuan Penulisan mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan pada klien Coronary Artery Disease secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual, berdasarkan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yanng telah di dapatkan selama pendidikan. Metode penelitian ini
menggunakan metode deskriptif berupa studi kasus. Untuk memperoleh data menggunakan
teknik observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dengan teknik head to toe, studi
kepustakaan dan dokumentasi tentang Coronary Artery Disease. Hasil penelitian asuhan
keperawatan yang dilakukan pada klien selama 5 hari terhitung dari tanggal 01 Juli sampai
dengan 06 Juli 2015 diperoleh diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif, Gangguan
pemenuhan istirahat tidur, Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, Kelebihan
volume cairan dalam tubuh,gangguan personal hygiene dan Kurang pengetahuan. Pada
tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari denam diagnosa
keperawatan ada satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi. Saran: perlu adanya
kerjasama antara perawatan dan klien serta dengan tenaga medis yang lain dalam
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif. Kata Kunci : Deskriptif,
Coronary Artery Disease (CAD).

ABSTRACT
In 2005, the human who had died from the disease were amounts as many 5.825.000 aged
more than 60 years old and 1.332.000 for aged 15-59 years old. Aims Nursing care aims to
obtain an overview and experience significantly in providing nursing care that includes
assessment, nursing diagnosis, planning, implementation and evaluation of nursing in
clients with heart disease in a comprehensive manner, covering aspects of biological,
psychological, social and spiritual, based knowledge and skills that have been acquired
during nursing education.Method :In the preparation of this scientific paper used the
descriptive case study method. To obtain data that uses observation, interview, physical
examination with a Head-to-toes, literature study and documentation about heart disease.
Results : Nursing care has been taken at a client for five days, from 1st July - 6 July 2015,
obtained nursing diagnoses: Ineffective breathing pattern, disturbance fulfillment restful
sleep, disorders of nutrition lack of demand, excess fluid volume in the body , impaired
personal hygiene and lack of knowledge. At this stage of the planning made according to
existing problems. During the implementation phase conducted in accordance with the
planning that have been developed previously. At this stage of the evaluation performed
after the act of nursing for 5 days, and from 6 nursing diagnoses obtained a nursing
diagnosis that has not been resolved. Conclusion: Based on results of a case study that
required the cooperation between the nurse and the client, as well as other medical
personnel, in providing nursing care properly and comprehensively. Keyword: Descriptive,
Coronary Artery Disease (CAD)
A. PENDAHULUAN Organization) menyebutkan 12,2% dari
seluruh kematian adalah akibat coronary

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 202
Organisasi kesehatan (WHO) artery disease (WHO, 2008). Menurut
mendefinisikan kesehatan sebagai
World Heart Federation tahun 2013,
keadaan fisik, mental, dan sosial, bukan terdapat dua jenis faktor resiko penyebab semata-
mata keadaan tanpa penyakit penyakit jantung, faktor resiko yang dapat atau kelemahan.
Definisi ini menekankan dimodifikasi dan yang tidak dapat kesehatan sebagai suatu
suatu keadaan dimodifikasi. Faktor yang dapat sejahtera yang positif, bukan sekedar
dimodifikasi antara lain hipertensi, keadaan tanpa penyakit. Seseorang dapat
mengkonsumsi tembakau baik itu bertanggung jawab dan berfungsi dengan
merokok maupun mengunyah tembakau, efektif dalam kehidupannya serta memiliki
diabetes, kurang aktivitas fisik, kolesterol kepuasan dengan hubungan interpersonal dan
diabetes. Sedangkan faktor resiko jika memiliki kesejahteraan fisik, sosial, yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, maupun emosional (Videbeck, 2008). jenis kelamin, dan riwayat
keluarga (Profil
Menurut data WHO menyebutkan
Kesehatan Indonesia, 2008).
jumlah individu yang meninggal akibat
Di Indonesia menurut
hasil coronary artery disease pada tahun 2005
RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan
sebanyak 5.825.000 untuk usia 60 tahun prevalensi coronary artery disease ke
atas dan 1.332.000 untuk usia 15-59 berdasarkan wawancara terdiagnosis tahun.
Badan Kesehatan Dunia dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen,
(WHO.2011) memperkirakan pada tahun dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau
2030, sekitar 23,6 juta penduduk dunia gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi akan
meninggal akibat penyakit ini. coronary artery disease berdasarkan
Peningkatan jumlah kematian terbesar terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi akan terjadi di
wilayah Asia Tenggara
Tengah (0,8%), diikuti Sulawesi Utara,
(Hanan, 2005).
DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7
Penyakit CAD merupakan penyebab persen. Prevalensi coronary artery
utama dari lima kematian pada laki-laki disease menurut diagnosis atau gejala dan
perempuan di Amerika tahun 2005. tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%),
AHA menyatakan bahwa coronary artery diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi disease
telah menyebabkan 425.425
Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat
kematian pada tahun 2006. (American
(2,6%). Prevalensi coronary artery
disease Heart Assosiation.2009.Atherosclorosis). di Jawa Barat yang terdiagnosis dokter di
Coronary artery disease menjadi
Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan
pembunuh nomer satu di dunia. Data terdiagnosis dokter atau gejala sebesar terakhir dari
WHO (World Health
1,5%. Prevalansi CAD lebih tinggi pada
masyarakat tidak bersekolah dan tidak terobosan yaitu pada tahun 2007 Rumah
bekerja. Berdasarkan CAD terdiagnosis Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
dokter prevalansi lebih tinggi di perkotaan, Harapan Kita Jakarta telah ditetapkan
namun berdasarkan terdiagnosis dokter sebagai Pusat Jantung Nasional yang
dan gejala lebih tinggi di pedesaan dan diarahkan menuju rumah sakit kelas dunia
pada kuintil indeks kepemilikan terbawah dan membangun sistem pelayanan
(RISKESDAS, 2013). jantung secara berjenjang di seluruh
Indonesia dengan ditetapkannya
Di indonesia, dalam menghadapi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
permasalahan penyakit jantung dan
1102/MENKES/SK/IX/2007 (Menteri
pembuluh darah, Departemen Kesehatan
telah melakukan berbagai upaya

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 203
Kesehatan RI, 2007). Tujuan Penulisan ini Pada saat dilakukan
mampu memberikan asuhan keperawatan pengkajian pada tanggal 01 juli 2015
dengan pendekatan proses keperawatan Pkl. 09:30 WIB, klien mengatakan
yang meliputi pengkajian, diagnosa merasa sesak nafas, rasa sesak
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dirasakan karena adanya nyeri di dada
dan evaluasi keperawatan pada klien sebelah kiri. Sesak dirasakan seperti
Coronary Artery Disease secara tertimpa beban berat, nafas klien
komprehensif meliputi aspek bio- terlihat dalam dan cepat, rasa sesak
psikososial dan spiritual, berdasarkan ilmu dirasakan tidak tentu tetapi setiap
pengetahuan dan keterampilan yanng malam suka susah tidur dan sesak
telah di dapatkan selama pendidikan di nafas mereda pada siang hari,
Ruang Fresia Gedung I Lantai 5 Rumah respirasi 25x/menit.
Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
d. 4. Riwayat kesehatan dahulu
Bandung.
e. Klien mengatakan sebelumnya belum
pernah dirawat di RS dan klien tidak
mengetahui bahwa klien menderita
B. METODE
Hipertensi
1. Pengkajian Identitas
f. 5. Riwayat Kesehatan keluarga Klien
Klien
mengatakan bahwa dalam anggota
Nama
keluarganya tidak ada yang memiliki
Umur/ Tanggal Lahir: Ny. D6 9 Tahun
riwayat penyakit jantung
Jenis kelamin : Perempuan
g. Pengkajian fisik yang focus yang
Pendidikan : SD
dilakukan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Indonesia Sistem Kardiovaskuler
a. Konjungtiva anemis, klien tampak pucat,
a. Alasan masuk Rumah Sakit Klien diantar tidak terdapat clubbing finger, terdapat
ke RS oleh Dinas Sosial pada tanggal 20 peningkatan vena jugularis 5 cm, tidak
Juni Pkl. 13.00 dengan kondisi penurunan ada palpitasi, akral hangat, terdapat nyeri
kesadaran dan sulit untuk dilakukan dada sebelah kiri, CRT 4 detik, bunyi
anamnesa. Diketahui trauma kepala tidak jantung S1 ( loof doof) dan S2 (doof loof),
ada, muntah tidak ada, 1 minggu sebelum tidak terdengar bunyi jantung tambahan
masuk RS klien diketahui batuk darah. seperti murmur dan gallop, TD : 130/90
b. 2. Keluhan utama Klien mengeluh mmHg, N : 75x/menit, S : 36,5oC.
sesak nafas b. Sistem pernafasan Bentuk hidung
c. 3. Riwayat kesehatan sekarang simetris, tidak nampak adanya pernafasan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 204
cuping hidung, klien tampak sering proses eksresi tidak adekuat
menguap, klien terlihat batuk-batuk, e. Gangguan personal hygiene berhubungan
terdapat sedikit serumen dihidung dan dengan immobilisasi aktivitas
terdapat bulu hidung, pola nafas dalam,
f. Kurang pengetahuan berhubungan
ekspansi paru simetris, tidak terdapat otot-
dengan kurang
otot bantu pernafasan, bentuk dada
simetris, terpasang oksigen nasal canule 3 terpaparnya informasi

liter/menit, tidak terdapat edema, saat g. Resiko penurunan curah jantung

dipalpasi tidak terdapat deformitas, berhubungan dengan peningkatan

terdapat nyeri tekan pada daerah dada tekanan arteri

sebelah kiri, suara nafas weezing,


respirasi 25x/menit.
C. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan
dibahas masalah yang ditemukan selama
2. Diagnosa Keperawatan
melaksanakan Asuhan Keperawatan Ny. D
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan Coronary Artery Desease di
dengan suplai oksigen ke otak menurun
Gedung Ilmu Penyakit Dalam Lantai II
b. Gangguan pemenuhan istirahat tidur Ruang Fresia Rumah Sakit Umum
berhubungan dengan sesak nafas Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari yang berupa kesenjangan antara teori dan
kebutuhan praktek secara langsung di lapangan.

berhubugan dengan mual muntah Selama melaksanakan asuhan


d. Kelebihan volume cairan dalam tubuh keperawatan Ny. D dengan Coronary
berhubungan dengan Artery Desease tersebut, melalui
pendekatan proses keperawatan dengan d. Intoleransi aktivitas berhubungan tahap-tahap
pengkajian, perencanaan, dengan ketidakseimbangan suplai pelaksanaan,
evaluasi, dan catatan O2 ke miokardium perkembangan, penulis
mendapatkan e. Gangguan perfusi jaringan beberapa permasalahan,
diantaranya : berhubungan dengan penyempitan lumen pembuluh darah

1. Tahap Pengkajian f. Resiko kelebihan volume cairan


Dalam tahap pengkajian ini ekstravaskuler berhubungan
penulis melakukan pemeriksaan fisik dengan bendungan atrium naik dengan
menggunakan metode head to g. Ansietas berhubungan dengan toes dan
wawancara kepada klien, koping tidak efektif pada saat dilakukan pemeriksaan
fisik Sedangkan masalah yang dan wawancara tersebut bisa didapat
ditemukan dalam praktek studi kasus permasalahan apa saja yang muncul.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 205
pada klien Ny. D dengan Coronary Pada saat dilakukan pengkajian
Artery Deseaseadalah sebagai berikut : kepada klien penulis
menemukan a. Pola nafas tidak efektif beberapa perbedaan
antara teori berhubungan dengan suplai dengan kenyataannya yang ada
oksigen ke otak menurun dilapangan, misalnya untuk masalah b. Gangguan
pemenuhan istirahat keperawatan yang muncul ada tidur berhubungan
dengan sesak beberapa perbedaan masalah yang nafas ada dilapangan dengan
masalah yang c. Gangguan pemenuhan nutrisi ada diteori. kurang dari
kebutuhan berhubugan dengan mual muntah

Secara teori menurut Doenges, d. Kelebihan volume cairan dalam Marlyn dan
Geissler (2000, dalam tubuh berhubungan dengan proses Wijaya, 2013:14)masalah
keperawatan eksresi tidak adekuat yang muncul pada klien dengan e. Gangguan
personal hygiene Coronary Artery Deseaseadalah : berhubungan dengan immobilisasi

a. Nyeri berhubungan dengan iskemi aktivitas


b. Resiko penurunan curah jantung f. Kurang pengetahuan berhubungan berhubungan dengan
dinding arteri dengan kurang terpaparnya kehilangan elastisitas informasi

c. Gangguan pertukaran gas g. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan


tekanan berhubungan dengan peningkatan vena pulmonalis tekanan arteri

Masalah pola nafas tidak efektif efektif berdasarkan data-data yang


penulis angkat tersendiri dan tidak didapat.
menujuk ke teori karena data yang
Masalah Gangguan pemenuhan
didapatkan terdapat data klien pola
istirahat tidur penulis angkat tersendiri
nafasnya tidak efektif dikarenakan
dan tidak merujuk ke teori karena
suplai oksigen menurun yang
data yang didapatkan terdapat data
dirasakan oleh klien akan
klien mendapat kesulitan untuk
penyakitnya, adanya penurunan
istirahat dan tidur, dikarenakan rasa
suplai oksigen membuat kerja paru-
sesak yang dirasakan oleh klien akan
paru meningkat, didapatkan pula data
penyakitnya, adanya rangsangan
lain yang menunjang ke masalah
sesak nafasyang membuat tidur klien
keperawatan diantaranya sesak
terganggu dan tidur tidak nyenyak,
nafas, bunyi nafas weezhing, respirasi
didapatkan pula data lain yang
25x/ menit, terpasang oksigen nasal
menunjang ke masalah keperawatan
canule 3 liter/menit, pola nafas dalam
diantaranya tidur malam hanya 4 jam
sehingga penulis menyimpulkan untuk
(23.00-03.00), pada siang hari klien
mengangkat masalah Pola nafas tidak
tidur1 jam (dengan ekspresi wajah

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 206
tampak cemas, tampak gelisah, dikeluarkan dan tertimbun didalam
dengan skala cemas : sedang, tubuh, didapatkan pula data lain yang
tandatanda vital TD : 130/90 mmHg, menunjang ke masalah keperawatan ini
HR : 75 x/menit, RR : 25 x/menit, diantaranya adanya edema pada
lingkar mata tampak hitam, klien ekstremitas bawah sebelah kiri, intake
terlihat menguap, klien terlihat cairan 1200 cc/ 24 jam, output 900 cc/
mengantuk, konjungtiva anemis, 24 jam, sehingga penulis menyimpulkan
wajah terlihat pucat dan mata terlihat untuk mengangkat masalah Kelebihan
sayup sehingga penulis cairan dalam tubuh berdasarkan data-
menyimpulkan untuk mengangkat data yang didapat.
masalah Gangguan pemenuhan
Masalah gangguan personal
istirahat tidur berdasarkan data-data
hygiene penulis angkat tersendiri dan
yang didapat.
tidak merujuk ke teori karena data
Masalah gangguan pemenuhan yang didapatkan terdapat data klien
nutrisi kurang dari kebutuhan penulis terjadi immobilisasi aktivitas, adanya
angkat tersendiri dan tidak merujuk ke immobilisasi aktivitas membuat
teori karena data yang didapatkan personal hygiene klien tidak
terdapat data klien terjadi gangguan terpenuhi, didapatkan pula data lain
pemenuhan nutrisi kurang dari yang menunjang ke masalah
kebutuhan dengan adanya keperawatan ini diantaranya gigi klien
mual/muntah, didapatkan pula data lain sedikit kuning, rambut klien tampak
yang menunjang ke masalah kotor, kuku klien panjang dan kotor,
keperawatan ini diantaranya porsi makan klien sulit beraktivitas, kekuatan otot,
klien habis porsi, bising usus 6 sehingga penulis menyimpulkan untuk
x/menit, turgor kulit jelek, tidak nafsu mengangkat masalah gangguan
makan, sehingga penulis menyimpulkan personal hygiene berdasarkan
untuk mengangkat masalah gangguan datadata yang didapat.
pemenuhan nutrisi kurang dari
Masalah kurang pengetahuan
kebutuhan berdasarkan data-data yang
penulis angkat tersendiri dan tidak
didapat.
merujuk ke teori karena ada data
Masalah kelebihan cairan dalam yang didapatkan terdapat data klien
tubuh penulis angkat tersendiri dan tidak tidak mengetahui tentang penyakit
merujuk ke teori karena data yang yang diderita klien saat ini, didapatkan
didapatkan terdapat data klien terjadi pula data lain yang menunjang ke
gangguan eksresi didalam ginjal, adanya masalah keperawatan ini diantaranya
gangguan proses eksresi di ginjal klien tampak bingung tentang tentang
membuat cairan didalam tubuh tiba bisa penyakitnya, klien sering bertanya

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 207
tentang kondisi klien, sehingga kontrak waktu kepada klien, dan
penulis menyimpulkan untuk klien pun bersedia untuk dilakukan
mengangkat masalah kurang tindakkan tersebut.
pengetahuan berdasarkan data-dara
yang didapat.
3. Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan masalah
Pada pelaksanaannya di
keperawatan yang ditemukan dalam
lapangan penulis tidak bisa
praktik studi kasus pada klien Ny. D
melakukan asuhan keperawatan
dengan Coronary Artery Disease ada
selama 24 jam secara penuh karena
enam masalah keperawatan yang
keterbatasan waktu, upaya
tidak sesuai dengan masalah
pemecahannya yaitu penulis bekerja
keperawatan pada klien dengan
sama dengan perawat ruangan
Coronary Artery Disease secara teori
untuk menilai tahap perkembangan.
dan ada satu masalah keperawatan
yang sesuai secara teori yaitu Sedangkan implementasi yang

masalah resiko penurunan curah dilakukan penulis sesuai rencana

jantung berhubungan dengan yang telah disusun sebelumnya.

peningkatan tekanan arteri. Adapun tindakkan yang telah


dilakukan oleh penulis adalah :
memposisikan klien semi fowler,
2. Tahap perencanaan
memberikan terapi nebulizer,
Tahap ini penulis menyusun
mengevaluasi adanya cemas,
rencana tindakkan sesuai dengan
mengobservasi tanda-tanda vital
permasalahan yang ada,
sebelum dan setelah melakukan
kemampuan, situasi dan kondisi
aktivitas, melatih ROM,
serta sarana yang tersedia
menganjurkan klien untuk relaksasi,
diruangan dan yang di bawa dari
menciptakan lingkungan yang
akademi, sehingga dalam tahap ini
nyaman, menganjurkan klien untuk
penulis tidak menemukan hambatan
makan sedikit tapi sering,
yang menjadi masalah, dimana ada
mengobservasi intake dan output
dasar teori dan perencanaan
cairan, menganjurkan klien untuk
pelaksanaan yang diterapkan. Pada
tidak banyak minum, menggunting
saat akan melakukan tindakkan
kuku dan memberikan pendidikan
keperawatan penulis mendapat
kesehatan tentang Hipertensi.
dukungan dari klien, misalnya
penulis berencana untuk mengatur
4. Tahap Evaluasi
posisi klien dan akan latihan ROM
penulis terlebih dahulu memberikan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 208
Evaluasi dilakukan penyakit dahulu,faktor prediposisi,
berdasarkan tujuan yang telah dan pengetahuan klien tentang
ditetapkan yang dapat dilihat dan coronary artery desease dan cara
diukur, pada tahap ini pada perawatannya.
dasarnya penulis tidak menemukan
Sehingga masalah
hambatan yang berarti, karena
yang dihadapi dapat diketahui,
kriteria evaluasi dapat dinilai dengan
baik yang aktual maupun resiko.
jelas melalui observasi dan
Dalam merencanakan tindakkan
pengukuran, sehingga terlihat
keperawatan, penulis melibatkan
apakah klien mengalami
perawat diruangan dan dalam
kemajuan atau kemunduran.
menetapkan tujuan dan memutuskan
Secara keseluruhan
intervensi yang perlu dilakukan
selama penulis melakukan
sesuai kondisi klien, sehingga
suhan
pelaksanaannya tepat sesuai SOP
keperawatan pada Ny D dengan yang berlaku.
Coronary Artery Desease,
E. Saran
melakukan, masalah keperawatan
Pada pasien dengan coronary artery
yang muncul ada tujuh masalah dan
desease, sebaiknya lebih difokuskan
dari ke tujuh masalah tersebut
pada diit makanan, kebutuhan cairan
semuanya sudah teratasi.
dan pembatasan aktivitas.Tindakkan
keperawatan yang dilakukan kepada
D. Simpulan : klien harus mengacu pada
Asuhan Keperawatan dengan kebutuhan klien. Evaluasi harus
menggunakan pendekatan proses dilakukan untuk menilai sejauh mana
keperawatan pada Ny. D Dengan keberhasilan tindakkan dapat
gangguan system kardiovaskuler mencapai tujuan, dimana masalah
dampak terhadap pola nafas tidak yang terdapat pada Ny. D telah
efektif, gangguan pemenuhan teratasi. Bina trust dengan klien dan
istirahat tidur, gangguan pemenuhan keluarga atau orang terdekat dengan
nutrisi kurang dari kebutuhan, sebaik mungkin.Untuk perawatan
kelebihan volume cairan dalam selanjutnya sebaiknya bekerja sama
tubuh, gangguan personal hygiene, dengan perawat ruangan.
kurang pengetahuan dan resiko
penurunan curah jantung. Dimana
DAFTAR PUSTAKA
pengkajiannya lebih ditekankan pada
sistem kardiovaskuler, riwayat Darmawan. (2012). Waspadai Gejala
Penyakit Mematikan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 209
Jantung Koroner Dengan 3 Jenis http://www.gizinet/cgibin/berita/full
Penyakit Yang Berkaitan : n ews.cgi?newsiduo. 11 Maret
Hipertensi, Diabetes Mellitus 2015.
Dan Stoke, Pusdiati, R. (2013). Penyakit-Penyakit
Jakarta Selatan : Oryza. Mematikan, Yogyakarta : Nuha
Irawan, A. 2008. tersedia. Medika.
http://www.scrib.com/doc/147549 Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan
5 85/Pathway-PJK. 03 April 2015. Dasar, Laporan Nasional
Menkes. (2009). Keputusan Riskesdas 2013. Badan
Menteri Kesehatan Republik Penelitian dan Pengembangan
Indonesia. Pedoman Profil Kesehatan Republik Indonesia
Kesehatan Indonesia. RSUP dr. Hasan Sadikin. (2014). Medical
2008. Tersedia. Record Gedung IPD Ruang
http://www.depkes.go.id. 11 Maret Fresia Lt.2. RSUP dr.Hasan
2015. Sadikin. Bandung.
Pengendalian Penyakit Jantung Videbeck. 2008. tersedia,
Dan Pembuluh Darah. http://www.fkm.undip.ac.id/data/in
Menteri d ex.php?action= 4&idx=1837, 11
Kesehatan Republik Indonesia. Maret 2015.
Profil Kesehatan Indonesia. 2008. Wijaya A. (2013). Keperawatan Medikal
Faktor- Bedah. Yogyakarta. Nuha
Faktor Penyebab Penyakit Jantung. Medika.
tersedia,

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 210
PENGALAMAN ORANGTUA DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN GIZI BURUK

THE PARENTS EXPERIENCE IN CARING FOR CHILDREN UNDER FIVE YEARS WITH

MALNUTRITION
Rahayu Savitri
Prodi Ners STIKes Budi Luhur Cimahi E-mail
: rahayu_savitri@yahoo.co.id

Abstrak
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan individu terhadap kesehatan dan gangguan
gizi. gangguan gizi pada anak di bawah lima tahun bisa memberi pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, dalam pembangunan terutama otak, sehingga
akan mengganggu tingkat kecerdasan balita untuk mengatasi masalah kekurangan gizi. Di
antara anak di bawah lima tahun, peran orang tua diperlukan tuntutan untuk gizi anak-anak,
sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai periode. Tujuan dari penelitian ini
untuk mendapatkan pengalaman kedalaman tua dalam merawat anak-anak di bawah lima
tahun dengan masalah gizi buruk. Metode desain penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif fenomenologis. Metodologi peserta Teknik pengambilan sampel purposive
sampling dengan data collectied pada tujuh peserta melalui mendalam mewawancarai dan
mengambil catatan lapangan. Catatan lapangan dianalisis dengan Colaizzi motede.
Penelitian ini dibagi dengan enam (6) tema utama, dengan rincian sebagai berikut: 1) Orang
tua diterima dengan malnutrisi anak, 2) Upaya orang tua dalam memberikan bantuan medis
kepada anak-anak, 3) Perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi, 4) sistem
keluarga dukungan, 5) hambatan dalam merawat anak-anak dengan gizi buruk dan 6)
Harapan orang tua dalam merawat anak dengan gizi buruk. Saran bahwa pendidikan
kesehatan bagi anak-anak di bawah lima tahun ini sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran tingkat orang tua akan pentingnya kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Kata Kunci : Anak-anak , Malnutrisi , Pengalaman

Abstract
The Children are the most susceptible group of individuals against health and nutritional
disorders. Nutritional disorders in children under five years can exert influence on the growth
and development of childrens, in particularly brain development, so that it will interfere with
the level of intelligence of a toddler to tackle the problem of malnutrition. Among the children
under five years, the role of parents are required the demands to the nutrition of the
children, so they can grow and develop as the period. The objectives of this research to gain
depth experience of parents in caring for children under five years with malnutrition problem.
Qualitative research design method with descriptive phenomenological approach. The
methodology participant sampling technique purposive sampling with collectied data on the
seven participants through in depth interviewed and taking field notes. The field notes were
analyzed with Colaizzi motede. This research devided by six (6) main themes, with the detail
as below: 1) The parents accepted with child malnutrition, 2) The parents effort in providing
medical assistance to children, 3) The parents behavior in meeting nutritional needs, 4)
Family support systems, 5) The barriers in caring for children with malnutrition and 6)
Expectations of parents in the care of children with malnutrition. The recommendation of this
research, to ensure that health education for the children under five years is very important
to increase level parents awareness of the importance of nutrition need for the children
growth and development.

Keyword : Children, Malnutrition, Experience

A. PENDAHULUAN

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 211
Jumlah balita yang menderita sumber daya manusia. Gizi buruk selama
kekurangan gizi di Indonesia saat ini masa anak-anak nantinya akan
sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut berpengaruh dalam kehidupan anak
merupakan 4,5 persen dari jumlah balita dengan adanya kerusakan yang
Indonesia, yakni 23 juta jiwa dan menurut significant, berkurangnya kapasitas kerja
Depkes propinsi Jawa Barat (2011) dan penurunan produktifitas ekonomi
ditemukan data yang menunjukkan 13.3 % (Shoeps et.al, 2011). Di negara
anak kurus, diantaranya 6.0 % anak berkembang, 39 % anak, usia kurang dari
sangat kurus dan 17.1 % anak memiliki 5 tahun (di bawah 5 tahun) dinilai menjadi
kategori sangat pendek. Secara nasional kekurangan gizi yang terus menerus
diperkirakan 4.5% dari 22 juta balita atau
(Kanjilal et.al, 2010).
900 ribu balita mengalami gizi kurang/gizi
Pedoman yang digunakan adalah
buruk (Depkes Cimahi, 2012).
standar berdasar tabel WHO-NCHS
Wilayah Kota Cimahi terdapat
(National Center For Health Statistics)
37.791 balita. Dari balita sejumlah
Adapun klasifikasinya adalah normal,
tersebut, pada tahun 2011 terdapat 46
underweight (kurus), dan gemuk.
balita yang mengalami gizi buruk, dan
pada tahun 2012 terdapat 53 balita Klasifikasi dari kekurangan gizi adalah

menderita gizi buruk serta pada tahun ringan, sedang dan berat berdasarkan

2013 peragustus jumlah balita gizi buruk antropometri (pengukuran pada ukuran,

sebanyak 23 balita. (Profile Dinkes berat dan proporsi tubuh manusia),

Cimahi, 2013). Sedangkan berdasarkan biochemetris, dan pemeriksaan klinik.

catatan rekapitulasi laporan anak balita (Picot,et.al, 2012).


dengan gizi buruk bulan Mei 2013 yang Terdapat tiga jenis gizi buruk yang
diperoleh dari kepala tenaga pelaksana sering dijumpai yaitu kwarshiorkor,
kesehatan di Puskesmas Cimahi Selatan marasmus dan gabungan dari keduanya
bagian tenaga pelaksana gizi, di marasmiks-kwarsiorkor (Kumar.S, 2007).
Puskesmas Cimahi Selatan terdapat 6 Pengertian kwashiorkor sendiri adalah
orang anak balita menderita gizi buruk dan suatu bentuk malnutrisi protein yang berat
sampai saat ini masih di intervensi oleh disebabkan oleh asupan karbohidrat yang
pihak petugas kesehatan puskesmas tidak cukup dan asupan protein yang
(Rekapitulasi data bulan Mei puskesmas inadekuat. (Tropical Medicine Central
Cimahi Selatan, 2013). Resource, Kwashiorkor 2008).

Gizi buruk adalah kekurangan zat Kwashiorkor dapat dibedakan dengan

makanan yang dibutuhkan oleh tubuh marasmus yang disebabkan oleh asupan

(Kozier, 2012). Gizi buruk pada balita akan dengan kurang dalam kuantitas tetapi

berdampak pada rendahnya kualitas kualitas yang normal, sedangkan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 212
marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan mengalami stres emosional dimana
dari kwashiorkor dengan marasmus yang orangtua harus merawat anak secara
disertai dengan oedema (Pudjiadi, 2005). ekstra baik secara fisik maupun batin.
Kehidupan sehari-hari keluarga akan
Banyak faktor yang mempengaruhi
berubah demikian pula peran dan
terjadinya gizi buruk, di antaranya adalah
tanggung jawab orangtua akan
status sosial ekonomi, ketidak tahuan ibu
tentang pemberian gizi yang baik untuk mengalami perubahan (MasaDeh, 2012).
anak (Olson et.al, 2012). Selain pengaruh Tujuan penelitian ini adalah mendapat
tersebut, gizi buruk juga dapat disebabkan gambaran mengenai pengalaman orang
karena rendahnya kesadaran masyarakat tua dalam merawat anak usia balita
akan pentingnya makanan bergizi bagi dengan gizi buruk di puskesmas Cimahi
pertumbuhan anak. Selatan.

Menurut penelitian Nency dan Arifin


(2005) menjelaskan bahwa kekurangan B. METODE
gizi disebabkan asupan makanan yang 1. Desain Penelitian
kurang, tidak tersedianya makanan secara Penelitian ini menggunakan
memadai dan anak tidak cukup penelitian kualitatif yaitu suatu
mendapatkan makanan bergizi seimbang prosedur penelitian yang
serta disebabkan karena anak sering bermaksud untuk memahami
sakit/terkena infeksi. Sehingga akan fenomena apa yang dialami oleh
memberikan dampak buruk pada sistem subyek penelitian seperti prilaku,
pertahanan sehingga memudahkan motivasi, persepsi, dan tindakan
terjadinya infeksi. secara holistik dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata
Selain dari infeksi, peran orangtua
dan bahasa (Moleong, 2004;
juga sangat berpengaruh terhadap
dalam Creswell, 1998). Penelitian
pertumbuhan dan perkembangan anak
ini menggunakan pendekatan
balita. Peran orangtua sangat
fenomenologi karena dengan
berpengaruh terhadap pemenuhan
pendekatan ini peneliti dapat
kebutuhan gizi anak serta pertumbuhan
secara langsung mengeksplorasi
dan perkembangan anak. Orang tua
pengalaman orangtua dalam
memiliki peran penting dalam
merawat anak balita dengan gizi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
buruk. Pada penelitian ini peneliti
Dahlberg dan Segesten (2010)
bermaksud menggali pengalaman
menggambarkan peran orang tua dalam
orangtua dalam merawat anak
penyakit, betapa penting peran mereka
balita dengan gizi buruk di wilayah
dalam mengasuh anak. Orangtua yang
kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
mempunyai anak dengan gizi buruk

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 213
Husserl (dalam Polit & Beck, data yang dijelaskan oleh
2008) menyatakan bahwa studi partisipan dan mengulang
fenomenologi merupakan suatu transkrip hasil wawancara.
pendekatan untuk menggali Dengan penjelasan yang teliti
makna dari gambaran hidup maka peneliti mengetahui
seseorang. Sebagai suatu metode fenomena orangtua dalam
penelitian, fenomenologi mampu merawat anak dengan gizi buruk.
menginvestigasi fenomena yang Peneliti menghindari pertanyaan
sangat mendalam, kritikal dan yang menggiring opini saat
sistematis (Speziale & Carpenter, wawancara agar data-data yang
2003). diberikan partisipan bersifat alami
dan bebas dari asumsi peneliti
Pada penelitian ini penulis
(Speziale & Carpenter, 2003).
menggunakan langkah awal
Peneliti melakukan bracketing
descriptive phenomenology yaitu
yaitu menghindari sikap kritis dan
menggali atau mengeksplorasi
evaluative terhadap semua
langsung, menganalisis serta
informasi yang diberikan oleh
mendeskripsikan fenomena
partisipan dengan cara tidak
pengalaman orangtua dalam
menghakimi dan
merawat anak balita dengan gizi
mengurung/menyimpan semua
buruk di wilayah kerja Puskesmas
pengetahuan yang diketahui
Cimahi Selatan secara rinci, luas
peneliti terhadap fenomena
dan mendalam. Menurut
tersebut.
Spielgerberg (1975, dalam
Streubert & Carpenter, 2003) Tahap kedua adalah analyzing dimana
bahwa proses penelitian deskriptif peneliti menyatukan diri dengan hasil
terdiri dari tiga tahap yaitu pendataan dengan cara mendengarkan
intuiting, analyzing dan deskripsi individu tentang pengalamannya
describing. kemudian mempelajari data yang telah
ditranskripkan dan ditelaah berulang-
Pada tahap pertama adalah
ulang. Peneliti mulai mengidentifikasikan
intuiting merupakan tahap dimana
esensi dari fenomena yang diteliti
peneliti harus masuk secara total
berdasarkan data yang didapat.
dan menyatu dengan fenomena
yang diteliti dan peneliti mulai Peneliti kemudian
mengetahui tentang fenomena mengeksplorasi hubungan dan
sesuai yang dijelaskan oleh keterkaitan antara elemenelemen
partisipan. Peneliti tertentu dengan fenomena
mendengarkan dan mempelajari tersebut. Kemudian peneliti

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 214
mengidentifikasi tematema tekhnik sampling yaitu sampel
tentang pengalaman orangtua yang dipilih menurut
dalam merawat anak balita pertimbangan dan tujuan
dengan gizi buruk berdasarkan penelitian (Sugiyono, 2007) serta
data yang diperoleh dari transkrip tekhnik sampling merupakan
wawancara dengan partisipan pengambilan partisipan yang
guna menjamin keakuratan dan didasarkan pada pertimbangan
kemurnian hasil penelitian. tertentu yang dibuat oleh peneliti
tanpa memperhatikan
Tahap ketiga, describing yang
kemampuan generalisasinya. Hal
bertujuannya untuk
ini dimaksudkan bahwa partisipan
menyampaikan dan memperoleh
tidak harus mewakili seluruh
tulisan serta gambaran verbal
populasi, namun partisipannya
dari elemen-elemen penting.
harus memiliki pengetahuan serta
Pada tahap ini peneliti membuat
mampu menjelaskan keadaan
narasi yang mendalam serta luas
sebenarnya tentang objek
tentang fenomena orangtua
penelitian. (Bungin,2001). Pada
dalam merawat anak balita
penelitian ini jumlah partisipan
dengan gizi buruk. Pada
yang dilibatkan adalah berjumlah
penelitian ini gambaran semua
elemen hasil mengelompokkan 7 orang,
fenomena ditulis dalam narasi
secara deskriptif yang Alat Pengumpulan Data
dipergunakan untuk Alat pengumpulan data yang
mengkomunikasikan hasil paling utama dalam penelitian
penelitian mengenai pengalaman kualitatif adalah peneliti karena dalam
orangtua dalam merawat anak penelitian kualitatif adalah segala
balita dengan gizi buruk. sesuatunya belum mempunyai bentuk
Partisipan Penelitian yang pasti, dan perlu dikembangkan
Dalam penelitian kualitatif sepanjang penelitian (Speziale &
subjeknya dinamakan partisipan Carpenter, 2003). Alat bantu yang
atau nara sumber. digunakan dalam penelitian sebagai
instrumen pengumpulan data adalah
Partisipan/narasumber adalah
MP3 (voice record) untuk merekam
orang yang dimanfaatkan untuk
informasi partisipan, dan field note
memberikan informasi tentang
atau catatan lapangan untuk
situasi dan kondisi latar penelitian
mengobservasi respon non verbal
(Maleong, 2011). Pengambilan
partisipan serta kondisi-kondisi yang
partisipan dilakukan dengan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 215
mempengaruhi proses wawancara surat tersebut, Dinas Kesehatan
serta pedoman wawancara untuk Kota Cimahi kemudian surat
membantu peneliti mengajukan tersebut di disposisikan ke
pertanyaan semi terstruktur yang Puskesmas Cimahi Selatan untuk
berorientasi pada tujuan penelitian mendapatkan izin pengambilan data
serta pedoman wawancara agar penelitian.
wawancara yang mendalam lebih
b. Setelah peneliti mendapat izin dari tempat
terfokus.
penelitian, peneliti menetapkan partisipan
Prosedur Pengumpulan Data yang sesuai dengan kriteria inklusi
Pada penelitian ini tekhnik partisipan dengan dibantu oleh
yang dipergunakan dalam penelitian petugas/perawat puskesmas,
ini adalah dengan melakukan
c. Peneliti menghubungi fasilitator (kader)
wawancara mendalam atau in depth
dari puskesmas untuk menentukan waktu,
interview dengan pertanyaan terbuka
tempat dan nama partisipan yang akan di
dan semi terstruktur dalam proses
wawancara.
pengumpulan data. Penggunaan
d. Peneliti menghubungi partisipan untuk
pertanyaan terbuka dipilih agar
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti
partisipan dapat menggunakan
serta membina hubungan saling percaya.
katakata sendiri (Beck, 1997 dalam
Speziale &Carpenter, 2003). Semua e. Jika partisipan setuju menjadi partisipan
partisipan diberikan beberapa dalam penelitian ini, peneliti memberikan
pertanyaan yang bersifat terbuka atau lembar informed consent serta
open ended question. menjelaskan tentang penelitian.

Prosedur pengumpulan data f. Selanjutnya setelah partisipan memahami


pada penelitian ini terdiri dari tiga maka mempersilahkan partisipan mengisi
tahap yaitu: tahap persiapan, tahap lembar persetujuan untuk berpartisipasi
pelaksanaan dan tahap terminasi. serta menandatangani lembar tersebut.

g. Membuat kesepakatan waktu untuk


1. Tahap Persiapan pertemuan selanjutnya. Waktu dan tempat
a. Pada tahap ini peneliti mengurus proses dilakukannya wawancara merupakan
perijinan diawali dengan meminta surat kesepakatan peneliti dan partisipan Jika
pengantar dari Sekolah Tinggi partisipan bersedia, maka wawancara
dilakukan dirumah partisipan ataupun
Ilmu Keperawatan yang ditujukan
tempat sesuai perjanjian/kontrak waktu
kepada Kepala Kesatuan Bangsa,
yang ditentukan saat akan wawancara.
Politik dan Perlindungan Masyarakat
Wilayah Kota Cimahi kemudian

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 216
2. Tahap Pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan
Pada tahap ini peneliti kesepekatan partisipan. Semua partisipan
melakukan wawancara dengan memilih wawancara di rumah, dengan
tiga fase yaitu: fase orientasi, waktu yang bervariasi ada yang pagi hari
fase kerja dan fase terminasi dan ada yang sore hari sesuai waktu yang
yaitu: disediakan partisipan.
b. Fase Kerja
a. Fase Orientasi
Pada fase ini merupakan
Pada fase ini, wawancara
kegiatan yang dilakukan
diawali dengan
peneliti dengan pertanyaan
mengingatkan kembali
semi terstruktur dan dalam
kontrak atau kesepakatan
bentuk pertanyaan terbuka.
untuk melakukan
wawancara. Diawal Wawancara dengan
wawancara peneliti pertanyaan terbuka
menanyakan kondisi memberikan kebebasan dan
kesehatan partisipan dan keleluasaan yang lebih besar
anaknya secara umum. dalam jawaban dibandingkan
Selama proses wawancara dengan jenis wawancara
peneliti mencoba yang lain (Speziale dan
menciptakan suasana Carpenter, 2003). Strategi
nyaman. Peneliti menyiapkan wawancara yang digunakan
MP3 sebagai alat perekam adalah open ended interview
dan field note dan alat tulis karena memberi kesempatan
untuk mencatat bahasa kepada partisipan untuk
nonverbal partisipan selama menjelaskan sepenuhnya
wawancara. Wawancara pengalaman ibu dalam
dilakukan secara tatap muka merawat anak balita dengan
dua-tiga kali pertemuan gizi buruk. Peneliti
dengan waktu sekitar 4560 menggunakan pedoman
menit. wawancara untuk memandu
peneliti dalam mengajukan
Wawancara dilakukan dengan posisi
pertanyaan. Selama proses
duduk berhadapan dengan jarak antara
wawancara peneliti harus
peneliti dan partisipan
memperhatikan dan
0.51 meter. Posisi berhadapan mencatat respon nonverbal
dimaksudkan agar peneliti dapat partisipan. Respon nonverbal
mengamati respon verbal dan non verbal partrisipan ditulis dengan
partiisipan secara jelas. Tempat

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 217
menggunakan alat tulis yang langsung setelah
ada sebagai field notes. mengumpulkan data dari
Setelah proses wawancara masing-masing partisipan,
selesai, peneliti menyalin setelah data dikumpulkan
hasil rekaman proses sebagai langkah pertama
wawancara dalam bentuk peneliti melakukan proses
verbatim. Proses transkripsi intuiting yaitu dengan cara
ini dilakukan dengan peneliti mendengarkan
memutar kembali hasil penjelasan dari partisipan
rekaman dan menuliskannya secara seksama, kemudian
sesuai dengan apa yang hasil rekaman dipelajari
disampaikan oleh partisipan. berulang-ulang sampai jelas
Hasil catatan lapangan pengalaman ibu dalam
berupa respon nonverbal merawat anak balita dengan
partisipan, diintegrasikan gizi buruk. Langkah kedua
dalam transkrip sesuai saat analyzing yaitu peneliti
kejadian respon tersebut mengidentifikasi pengalaman
selama proses wawancara. ibu dalam merawat anak
balita dan mengeksplorasi
c. Fase Terminasi Fase terminasi
hubungan atau keterkaitan
dilakukan apabila semua
data dengan fenomena yang
pertanyaan yang ingin ditanyakan
ada kemudian dianalisis
sudah selesai. Peneliti menutup
secara seksama. Langkah
wawancara dengan mengucapkan
ketiga adalah describing yaitu
terimakasih atas kerjasamanya
peneliti menuliskan secara
dalam menjawab semua
jelas deskripsi verbal tentang
pertanyaan yang diberikan oleh
tema essensial pada
peneliti. Peneliti kemudian
pengalaman ibu dalam
membuat kontrak waktu kembali
merawat anak balita dengan
dengan partisipan untuk
gizi buruk.
pertemuan selanjutnya apabila
terdapat data yang belum jelas. Pengolahan data yang
dilakukan adalah dengan
cara mendokumentasikan
3. Tahap Terminasi
data hasil wawancara dan
Analisa Data
catatan lapangan (field note).
a. Pengolahan Data
Pendokumentasian dilakukan
Analisis data pada penelitian
dengan membuat transkrip
ini dilakukan peneliti

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 218
dalam bentuk verbatim
berdasarkan hasil
wawancara dan catatan
lapangan (field Note), Data
terkumpul kemudian diberi
kode, untuk memudahkan
peneliti dalam analisa data,
karena kode tersebut
membedakan kata kunci dari
partisipan satu dengan
lainnya. Pemberian kode ini
dilakukan dengan
menggarisbawahi transkrip
pada kata kunciu kemudian
diberi nomor dibawah kata
kunci yang digaris bawahi.

b. Analisis Data Kegiatan analisa data


dimulai dengan mendengar deskripsi
verbal partisipan dan diikuti dengan
membaca berulangulang hasil transkrip
verbatim. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan proses
analisis data sesuai

Colaizzs Methode (Polit & Back,


2004) adapun langkahlangkah
metode ini adalah sebagai berikut:

1) Membuat transkrip data


untuk mengidentifikasi
pertanyaan-

pertanyaan yang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 219
bermakna dari menjadi kategori.
partisipan, dengan cara 5) Mengelompokkan
mendengarkan hasil kategori kategori
wawancara dengan menjadi kelompok
seksama dan tema, dengan
mencatatnya.
mengorganisasikan
2) Membaca transkrip kelompok dalam
secara keseluruhan kelompok sub-sub
dan berulang-ulang. tema, sub tema dan

3) Membuat kategorisasi tema. Pada tahap

pernyataan- ini dilakukan dengan


cara membuat tabel
pernyataan yang
kisi-kisi tema.
bermakna dan saling
berhubungan dengan 6) Menuliskan
deskripsi
deskripsi asli yang terdapat yang sudah
dalam sempurna, klarifikasi
data yang belum
masing-masing jelas dan mendapat
transkrip, dengan tambahan data,
cara menyatukan dengan cara
melakukan
pernyataan- kunjungan kedua
pernyataan yang kepada partisipan,
kemudian
mempunyai makna
membacakan dan
sama dari masingmasing memperlihat hasil
partisipan. deskripsi tersebut
dengan meminta
4) Mengelompokkan
apakah ada yang
pernyatan-pernyataan
tidak setuju atau
yang signifikan
salah untuk dihapus
menjadi kata
atau ada
kuncikata kunci
penambahan data.
kemudian menjadi
kategori, dengan
cara hasil
pengumpulan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 220
pernyatan bermakna
dari masing-
masing partisipan
dikelompokan

7)Menyatukan data
baru kedalam
kelompok tema, dari
hasil klarifikasi
kepada ibu kepercayaan hasil
dengan penelitian..Peneliti terlibat
menambahkanny langsung dalam pengumpulan
a dan data dan mengamati situasi serta
memperbaikinya kondisi partisipan secara
deskripsi yang langsung agar dapat
salah mempertahankan dan
meningkatkan keyakinan terhadap
8) Membuat deskriptif
fenomena yang dialami partisipan
final atau bentuk
berdasarkan konteks penelitian
naratif.
(Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit
& Beck, 2008).
Credibility
Dalam credibility dilakukan
Credibility merupakan kegiatan
dengan cara mengembangkan
untuk meningkatkan
tema-tema hasil penelitian yang
kebenaran dan tingkat

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 221
menggambarkan pengalaman dihasilkan oleh peneliti. Dalam
partisipan sebenarnya. Peneliti penelitian ini, peneliti tidak melakukan
menjamin keterlibatan transferability karena keterbatasan
partisipan selama penelitian waktu.
mulai dari pengumpulan data
sampai dengan analisis.
Dependability
Peneliti melakukan prinsip
Dependability dari data kualitatif
credibility dengan cara
adalah kestabilan data dari waktu ke
mengembalikan transkrip
waktu pada tiap kondisi. Menurut Polit
wawancara kepada partisipan
dan Hungler (1999) untuk mencapai
untuk bersama-sama
dependability adalah dengan inquiry
memvalidasi hasil verbatim
audit yaitu dengan melibatkan
yang telah dibuat.
penelaah eksternal untuk penelaahan
Data penelitian juga dikonsulkan ke
data serta dokumen yang mendukung
pembimbing untuk melihat
secara detail dan menyeluruh.
kredibilitas hasil penelitian ini.
Penelitian ini melibatkan pembimbing
Kredibilitas peneliti juga karena
tesis sebagai reviewer eksternal.
adanya pengalaman peneliti
merawat anak gizi buruk.
Comfirmability
Comfirmability adalah objektivitas
Transferability
atau netralitas data, dimana
Transferability merupakan bentuk
tercapainya persetujuan antara
validasi eksternal yang
dua orang atau lebih tentang
menunjukkan derajat ketepatan
relevansi dan arti dari data (Polit
sehingga hasil penelitian dapat
& Beck, 2004). Peneliti
diterapkan kepada orang lain
menunjukkan transkrip hasil
(Moleong, 2004). Salah satu cara
wawancara serta catatan
yang dilakukan oleh peneliti untuk
lapangan, tabel kategori, sub
menjamin transferability penelitian
tema dan tema pada pembimbing
ini adalah dengan cara
sebagai penelaah eksternal
mengambarkan tema-tema hasil
dengan melakukan analisis
penelitian kepada partisipan lain
pembanding untuk menjamin hasil
yang tidak terlibat dalam penelitian
penelitian. Selain itu confirmability
dan memiliki karakteristik yang
juga dilakukan untuk meminta
sama, kemudian mengidentifikasi
konfirmasi kepada partisipan
apakah partisipan tersebut
terkait transkrip wawancara dan
menyetujui tema-tema yang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 222
atau kisi-kisi hasil analisis memastikan bahwa penelitian yang akan
tema yang telah disusun. dilakukan bebas dari bahaya fisik
maupun emosional dan eksploitasi serta
memberikan manfaat bagi partisipan.
Etika Penelitian:
Penelitian menerapkan prinsip Prinsip Nonmaleficence
etika penelitian kualitatif yang merupakan prinsip meminimalkan
terdiri dari Autonomy, kerugian pada partisipan. Peneliti dapat
beneficence, nonmaleficence, mengakhiri atau menghentikan
anonymity dan justice (Polit & pengumpulan data pada partisipan saat
Hungler, 2005). wawancara apabila dilihat partisipan
kurang sehat, ataupun mempunyai
Prinsip
keperluan pribadinya kemudian peneliti
Autonomy merupakan
dan partisipan membuat kontrak baru
prinsip menghargai
sesuai persetujuan antara partisipan dan
martabat manusia dengan
peneliti yang telah ditentukan kembali
memberikan hak untuk
oleh keduanya
menentukan pilihan dan hak
mendapat penjelasan secara Prinsip Justice merupakan
lengkap. Peneliti memberikan hak mendapatkan perlakuan yang
kebebasan pada partisipan adil dan hak mendapatkan
dalam menentukan pilihan keleluasaan pribadi. Peneliti
untuk ikut serta sebagai menghargai partisipan sesuai
partisipan atau tidak tanpa dengan norma yang berlaku.
paksaan, sehingga Untuk memenuhi prinsip ini maka
keikutsertaan dalam peneliti memperlakukan semua
penelitiaan bersifat sukarela partisipan secara adil dengan
tidak membeda- bedakan dan
Prinsip Beneficence
memberikan hak sama pada
merupakan prinsip menghargai
semua partisipan.
martabat manusia dan prinsip
keadilan. Hak terhadap kemanfaatan
berarti calon partisipan wajib B. HASIL DAN PEMBAHASAN
mendapatkan perlindungan dari Tema yang teridentifikasi dari hasil
ketidaknyamanan dan kerugian wawancara ditemukan sebanyak 6
mengharuskan agar partisipan tema utama yang menggambarkan
dilindungi dari ekspoitasi pengalaman ibu dalam merawat anak
balita dengan gizi buruk. Tema
(Polit&Hungler, 2005). Agar prinsip
tersebut adalah: (1) Penerimaan
beneficence terpenuhi maka peneliti
orangtua tentang kondisi anak, (2)

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 223
Upaya pemberian bantuan seperti bidan, puskesmas maupun
kesehatan pada anak, (3) Perilaku rumah sakit dan pelayanan
orangtua dalam memenuhi kesehatan tradisional untuk
kebutuhan nutrisi, (4) Sistem membantu proses penyembuhan
dukungan keluarga, (5) Hambatan anaknya
orangtua dalam merawat anak
3. Perilaku orangtua dalam memenuhi
balita dengan gizi buruk, (6)
kebutuhan nutrisi anak
Harapan orangtua dalam merawat
Dalam penelitian, perilaku keluarga yang
anak balita dengan gizi buruk.
ditemukan oleh peneliti adalah dalam
1. Penerimaan orangtua terhadap memenuhi kebutuhan nutrisi, jenis
kondisi anak makanan yang diberikan, serta cara
pemberian makanan anak dengan gizi
Proses penerimaan orangtua buruk masih banyak kekurangan atau
tidak memenuhi syarat kesehatan.
dalam merawat anak balita Berdasarkan hasil observasi, ditemukan
dengan gizi buruk merupakan bahwa orangtua dalam memberikan
asupan nutrisi tidak memenuhi
suatu efek psikologis dan perilaku kandungan gizi yang diperlukan oleh
orangtua pada anaknya, karena anak, orangtua lebih cenderung
memberikan makanan tidak bervariatif
bagaimanapun kondisi kejiwaan
sehingga menjadi kebiasaan bagi anak
ibu sangat mempengaruhi untuk makan makanan yang tidak bergizi,
kesembuhan dan tumbuh anak lebih menyukai jajanan
dibandingkan dengan makan makanan
kembang anak. Pada penelitian ini dirumah hal ini disebabkan oleh faktor
bentuk perasaan orangtua ekonomi yang rendah sehingga untuk
membeli makanan yang sesuai dengan
terhadap anak balita dengan gizi kebutuhan gizi anak kurang serta tidak
buruk yaitu adanya rasa kaget, memenuhi syarat kesehatan.
rasa takut, rasa cemas, rasa 4. Sistem pendukung yang digunakan
gelisah, rasa khawatir dan rasa oleh keluarga Dalam penelitian ini
sedih, dan bahkan terdapat dukungan keluarga didapat dari
partisipan yang memang sudah keluarga maupun orang-orang
menerima kondisi anaknya. terdekat partisipan, dukungan yang
paling besar didapat adalah
2. Upaya pemberian bantuan
dukungan dari suami baik secara
kesehatan pada anak
finansial maupun moril. Dukungan
Dalam hasil penelitian ini upaya yang didapat oleh partisipan diluar
yang dilakukan oleh orangtua keluarga adalah keluarga diluar
dalam merawat anak dengan gizi rumah, tetangga serta pelayanan
buruk ini adalah orangtua mencari kesehatan yang ada.
bantuan kesehatan melalui
5. Hambatan orangtua dalam merawat
pelayanan kesehatan terdekat
anak balita dengan gizi buruk
dengan tempat tinggal mereka,

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 224
Hasil penelitian ditemukan bahwa 1. Penerimaan anak dengan gizi buruk
hambatan yang dihadapi oleh merupakan respon dimana partisipan
partisipan dalam merawat anak teridentifikasi adanya rasa kaget, tidak
dengan gizi buruk adalah masalah percaya, sedih, khawatir, takut, gelisah
keuangan (finansial) dimana untuk dan menerima. Respon yang
memenuhi kebutuhan sehari-hari teridentifikasi terhadap partisipan sangat
partisipan dan keluarga dirasakan berpengaruh terhadap penerimaan
sangat susah, sehingga dalam orangtua yang memiliki anak dengan gizi
memenuhi kebutuhan nutrisi buruk sehingga dengan orangtua
anaknya partisipan lebih cenderung menerima kondisi anaknya akan
apa adanya dikarenakan adanya membantu proses penyembuhan dan
keterbatasan ekonomi. Sehingga membantu pertumbuhan dan
asupan nutrisi pada anak tidak perkembangan anak sesuai usia.
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
2. Upaya orangtua dalam memberi bantuan
yang diperlukan oleh tubuh
kesehatan
berdasarkan usia anak.
Upaya yang dilakukan oleh partisipan
6. Harapan orangtua dalam
dalam mencari bantuan pelayanan
merawat anak balita dengan gizi
kesehatan untuk mengatasi anak
buruk. Hasil penelitian didapatkan
dengan gizi buruk yaitu dengan
harapan yang besar pada
mencari bantuan pelayanan
kesembuhan anaknya serta
kesehatan terdekat dengan tempat
adanya peningkatan pelayanan
tinggal seperti ke bidan, puskesmas
kesehatan yang sudah ada,
dan dokter praktek. Dimana pelayanan
seperti adanya makanan
kesehatan yang ada akan membantu
tambahan, adanya jaminan
pemerintah dalam mendeteksi,
kesehatan yang lebih maksimal,
menemukan dan menangani kasus
serta pendidikan kesehatan
gizi buruk sedini mungkin.
karena dirasakan oleh partisipan
3. Perilaku orangtua dalam memberi
bahwa pelayanan kesehatan yang
kebutuhan nutrisi anak balita dengan
ada belum maksimal dan
partisipan menginginkan untuk gizi buruk
pelayanan kesehatan dibuat suatu Perilaku partisipan dalam hal ini

wadah sebagai tempat konseling adalah pemberian nutrisi pada

untuk keluarga yang mempunyai anaknya meliputi waktu pemberian

anak balita dengan gizi buruk. makanan, jenis makanan yang


diberikan dan cara orangtua dalam
memberikan makanan. Pada
D. SIMPULAN
umumnya semua partisipan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 225
memberikan makan sebanyak 3-4 Sistem yang digunakan oleh
kali dalam sehari dengan menu keluarga dalam mengatasi masalah
yang seadanya dikarenakan yang dihadapi adalah bersumber
faktor ekonomi yang tidak dari keluarga itu sendiri,
memungkinkan sehingga masyarakat dan petugas kesehatan
makanan yang diberikan pada adapun bentuk dukungan dari
anak tidak variatif walaupun keluarga dalam hal ini suami
orangtua anak mengatakan adalah dalam bentuk dukungan
bahwa anaknya selalu diberi finansial maupun moril karena yang
makanan sesuai gizi yang membiayai kehidupan rumah
diperlukan oleh tubuh akan tetapi tangganya adalah suami, dukungan
berdasarkan observasi dan masyarakat dalam bentuk non
wawancara anak-anak diberi materi yaitu dengan mendoakan
makan dengan jenis makanan anaknya serta masyarakat dalam
yang tidak variatif/sesuai dengan hal ini tetangga tidak menjauhi
makanan yang dibutuhkan oleh partisipan serta tetap berhubungan
tubuh bahkan anak-anak secara sosial dengan baik
cenderung lebih menyukai walaupun kondisi partisipan tidak
jajanan warung seperti chiki, taro, memungkinkan dan dukungan dari
sosis dibandingkan dengan petugas kesehatan atau
makanan yang dibuat oleh pemerintah adalah berupa
orangtuanya. Hal ini disebabkan pemberian makanan tambahan
oleh faktor ekonomi yang setiap sebulan sekali saat
menyebabkan orangtua tidak posyandu dan setiap sepuluh hari
mampu untuk menyediakan sekali atau tiga kali dalam sebulan
makanan secara variatif atau puskesmas memberikan makanan
sesuai kebutuhan anak. Untuk tambahan seperti biskuit, susu dan
membantu meningkatkan nafsu lain-lain.
makan anak, orangtua
5. Hambatan orangtua dalam merawat anak
memberikan vitamin untuk anak
dengan gizi buruk
tetapi menurut orangtua hal
Hambatan yang dirasakan oleh
tersebut tidak ada pengaruhnya
partisipan adalah masalah ekonomi
sehingga orangtua terlihat pasrah
(keuangan) untuk memenuhi
dan menerima kondisi anaknya
kebutuhan hidup sehari-hari bahkan
dikarenakan situasi dan kondisi
kebutuhan anak sakit serta hambatan
yang ada.
yang ditemui adalah orangtua
mengalami kesusahan dalam
4. Sistem pendukung keluarga

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 226
memberikan makan pada anak
karenan anak cenderung untuk Alligod&Tomey, (2006). Nursing
Theory,Utilization & Application.
tidak mau makan (susah makan),
Third edition. Mosby
sehingga dalam hal ini dibutuhkan
Bowder, Vicky et al, (2000), Children and
kesabaran ibu dalam memberikan their Families, The Continuum of
asupan nutrisi secara rutin dan Care, WB. Saunders
Company,Philadelphia; London
perlunya kesadaran ibu dalam
Depkes RI (2005),
memberikan makan sesuai dengan Rencana Aksi Nasional,
kebutuhan gizi anak. Pencegahan dan
Penanggulangan Gizi
6. Harapan partisipan Harapan Buruk.Jakarta

partisipan terhadap anaknya sangat Depkes RI (2007). Buku Bagan


Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku
tinggi bahwa partisipan menginginkan 1.Jakarta.
kesembuhan anaknya selain harapan Dini.L. (2009). Penanggulangan
atas kesembuhan anaknya, partisipan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubiuk
juga mengharapkan adanya
Pakam Kabupaten Deli Serdang. Tesis,
peningkatan pelayanan kesehatan Medan,Universitas Sumatera Utara
dimana partisipan menginginkan Direktorat Bina Gizi ,(2011).
adanya wadah atau tempat untuk Buku tatalaksana balita gizi buruk
.Jakarta
konseling pada saat diadakannya
Depkes RI (2010). Pusat Data dan
posyandu, partisipan mengharapkan Informasi Profil Kesehatan
pada saat posyandu akan lebih baik Indonesia.Jakarta

apabila ada tempat untuk konseling Faiza,et.al (2007). Faktor Resiko


Kejadian Gizi Buruk Pada Anak
bagi anak-anak yang gizi buruk Balita(12-59 Bulan) di Wilayah
sehingga partisipan mengetahui apa Kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur. Media
yang harus dilakukan untuk Gizi dan Keluarga
kesehatan anaknya serta partisipan Friedman, M.M. (1998). Family Nursing ;
mengharapkan adanya bantuan biaya th
Research, Theory & Practice. (4
dalam merawat anak dengan gizi
end), Stamford.
buruk yang sampai saat ini program
Hidayat AAA. (2008). Pengantar Ilmu
pemerintah untuk anak balita gizi Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba
buruk masih berlangsung seperti
Medika.
penimbangan balita, pemberian
Himawan,Arif Wahyu.2006. Hubungan
makanan tambahan serta bantuan antara Karakteristik Ibu Dengan
Status Gizi Balita Di Kelurahan
lainnya. Sekaran Kecamatan Gunungpati
Semarang.
J.Picot, et.al.(2012). The effectiveness of
interventions to treat severe acute
DAFTAR PUSTAKA malnutrition in young children: a

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 227
systematic review. Health Maigoda,Tony, et.al, (2009). Pengalaman
Technology Assesment (HTA) perawatan ibu yang mepunyai bayi
gizi buruk, journal
Kanjilal,et.al.(2010). Nutitional status
of children in India: household Magdalena Johansson,et.al , (2011).
Socioeconomic condition as the Perceptions of Malawian Nurses
contextual determinant. about Nursing Interventions for
International Journal For Equity Malnourished Children and their
in Health Parents, J.Health Popul Nutition
Kementrian Kesehatan Republik Moleong, Lexy J. (2011), Metodelogi
Indonesia, (2011). Pedoman Penelitian Kualitatif edisi
Pelayanan Anak Gizi Buruk. revisi.
Bakti Husada. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Kozier, Barbara,et al. (2011). Buku Nelson, (2007). Ilmu Kesehatan Anak,
Ajar Edisi 15, EGC ; Jakarta
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Nency dan Arifin. 2013. Gizi Buruk,
Ancaman Generasi
Proses, dan Praktik Edisi 7 Volume 1. yang
Jakarta : EGC Hilang.http://io.ppi-jepang.org.
Kliegman R.Nelson. (2007). Texrbook Notoatmodji, (2010). Promosi
of Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Pediatrics, USA : Saunders Jakarta : Rhineka Cipta
Elsevier Nutrition journal, (2011). Nutritional status
Kumar S.Global Database on Child of preschool children from low
Growth and Malnutrition income families. BioMed Central
[Internet]. 2007[cited 2011 Polit, D.F; Beck, CT. (2004). Nursing
Desember 14]. Research : Principle and Methods
Available from: Ed.7. Philadelphia : JB Lippincott
Potter, Patricia A ; Perry, Anne G.
http://Who.int//nutgrowthdb>.200
(2009). Fundamental
7 Keperawatan Buku 1 edisi 7.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Salemba Medika
(2011). Standar Rencana Kerja Program Gizi. (2009).
Antropometri Penilaian Status Penangulangan gizi kurang dan
Gizi Anak.Jakarta: gizi buruk
Direktorat Bina Gizi
Pengaruh pelatihan terhadap ketrampilan
Khoiri,Idah Fitri.2009. Status Gizi kader ,2010
Balita di Posyandu, FK, Repository.usu.id/bitstream/123456
Universitas Sumatra Utara. 7
Litbang Depkes. Penanggulangan 89/34988/5chapter%201.pdf
Masalah Gizi Buruk. (pangan
untuk
semua.files.wordpress.com/200 Pudjiadi S.(2005), Ilmu Gizi Klinis Pada
7/04/ rencana-penanggulangan- Anak. Jakarta: Gaya Baru
masalahgisi-buruk.doc) Pujiati. S. (2009). Pengaruh Kompetensi
Olsson Maja, (2012). How to work Bidan di Desa Dalam
with parents of malnourished penatalasanaan
children the experience of six Kasus Gizi Buruk pada anak Balita
Kenyan Nurses. Hogskolan I terhadap Pemulihan kasus Gizi
Boras Instituted Buruk , Semarang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 228
Shoeps,et.al. (2011). Nutritional advancing the Humanistic imperative (3
status of pre school children rd ed). Lippicott : Philadelphia.
from low income families. Bio Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
Med Central
Kualitatif. Bandung : Alfabeta State of the
Soekirman, (2000).Ilmu Gizi worlds Mothers, (2012). Nutrition in the
dan first 1000 days. Save the Children
Aplikasinya,Jakarta:Depdiknas
Wong, Dona.L (2009).
Supartini Y (2004) .Buku Ajar Konsep Buku Ajar Keperawatan
Dasar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6. Jakarta :
Anak.Jakarta:EGC EGC
Supriasa,dkk. (2002). Penilaian Status WHO. 2012. UNICEF-WHO-The World
Gizi. Penerbit buku kedokteran Bank joint child malnutrition
EGC estimates.
. Jakarta Yusuf.R, (2006). Analisis System
Suparyanto.(2011).Konsep Orang Kewaspadan Pangan dan Gizi
Tua. http://dr-Suparyanto. Dalam Mengatasi Gizi Buruk.
blogspot.com/2011/02/konsep Universitas Diponegoro,Semarang
orang tua.html( Diakses pada
tanggal 23 Mei 2013 ) -------------
(http://www.nutrition.org.uk/nutrition
Susilowati,SKM.2008. Pengukuran s cience/life) diakses tanggal 30
Status Gizi dengan
mei 2013, The impact of
antropometri Gizi, Cimahi
malnutrition on childrens physical
Streubert, H.J and Carpenter, D.R. and mental development
(2003). Qualitative research in
nursing :

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 229
PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE

COMMUNITY KNOWLEDGE OF DENGUE FEVER

Atira1), Irfan Hanafi2), Anugrah Nurul Hudda3) 1)3)


2)

Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur dan Prodi D3 Keperawatan STIKes Budi Luhur
Email: atirahusaini@gmail.com

ABSTRAK
Pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab penyakit khususnya Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang merupakan salah satu penyebab kematian yang menyerang
masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai
DBD di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi. Metode penelitian ini menggunakan survei
deskriptif. Besaran sampel yang digunakan 100 responden. Hasil penelitian dengan uji
analisis univariat didapatkan yaitu sebanyak 100 responden, 23 (23.0%) responden yang
pengetahuannya baik, 40 (40.0%) responden pengetahuannya cukup, dan 37 (37.0%)
responden pengetahuannya kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat
masih rendah yang diduga dipengaruhi salah satunya tingkat pendidikan rendah. Saran
yaitu perlu adanya upaya promotif dan preventif, terutama yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang DBD, seperti penyuluhan tentang DBD, dan penyuluhan mengenai
cara pencegahan DBD yang dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kejadian DBD.

Kata Kunci: pengetahuan, demam berdarah dengue, deskriptif.

Abstract
Knowledge is one of the factors the cause of a disease especially of dengue fever ) who was
one of cause of death that attack people .The purpose of this research to know knowledge
the community of dengue fever in urban village leuwigajah city cimahi .Research
methodology it uses survey descriptive. The sample used is 100 respondents .The results of
the study by test analysis univariat obtained with 100 respondents, 23 ( 23.0 % ) of
respondents whose knowledge good , 40 ( 40.0 % ) of respondents their knowledge enough,
and 37 ( 37.0 % ) of respondents their knowledge less. This indicates that community
knowledge is still low that is allegedly affected one of them a poor level of education .Advice
that is need to in an effort to promotional and preventive, especially with regard to
knowledge of dengue fever, as information about dengue fever, and counseling on a
preventive manner dengue fever that can reduce or prevent scene dengue fever.

Keywords: knowledge, dengue fever, descriptive.

A. PENDAHULUAN

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 230
Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada orang lain (Djunaedi 2006, dalam
atau Dengue Haemorhage Fever (DHF) Heddy, 2009).
adalah penyakit infeksi yang disebabkan
Berdasarkan data yang telah
oleh virus Dengue. Virus penyebab
diperoleh bahwa jumlah penderita DBD di
penyakit DBD dikenal bermacam-macam
Kecamatan Cimahi Selatan terbanyak
jenis, namun di Indonesia dikenal 2 jenis
pada tahun 2014 yaitu di wilayah Kerja
virus penyebab DBD yaitu virus Dengue
Puskesmas Leuwigajah, selain itu di
dan virus Chikungunya (Misnadiarly,
wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah
2009). terdapat 1 orang penderita DBD yang
Menurut Ginanjar (2008) bahwa meninggal dunia (Dinkes Kota Cimahi
penyakit DBD ini penularannya melalui 2014). Kejadian tersebut diduga karena
nyamuk A.aegypti yang banyak dijumpai di faktor pengetahuan masyarakat tersebut
daerah pemukiman dan tentang DBD masih rendah. Oleh karena
Aedes albopictus yang banyak itu dilakukan penelitian awal sebagai
dijumpai di daerah perkebunan dan bahan referensi untuk mengetahui
semak-semak. penyebab kejadian tersebut dengan
melakukan identifikasi mengenai
Mekanisme Penyakit DBD ini yaitu
pengetahuan masyarakat di RW 09
nyamuk A.aegypti sebagai vektor yang
Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi tahun
mengandung virus Dengue yang diperoleh
2014.
dari sewaktu mengigit dan menghisap
darah orang yang sakit DBD atau tidak
sakit, tetapi didalam darah orang tersebut B. METODE PENELITIAN
mengandung virus Dengue. Seseorang Metode penelitian yang digunakan
yang didalam darahnya mengandung virus dalam penelitian ini adalah metode
Dengue merupakan sumber penularan penelitian Survei deskriptif yaitu
penyakit DBD. Virus Dengue berada merupakan penelitian yang bertujuan
dalam darah selama 4-7 hari dan gejala menerangkan atau menggambarkan
demam dimulai 1-2 hari. Ketika virus masalah penelitian yang terjadi
berada dalam tubuh nyamuk, akan
(Notoatmodjo, 2013).
memperbanyak diri dan tersebar
diberbagai jaringan tubuh nyamuk
Variabel Penelitian
termasuk didalam kelenjar liurnya melalui
Variabel penelitian merupakan
alat tusuknya (proboscis) agar darah yang
objek yang akan diteliti sehingga kita
diisap tidak membeku. Kira-kira 1 minggu
sudah bisa dipastikan bahwa variabel
setelah mengisap darah penderita,
penelitian yang kita pilih sudah memenuhi
nyamuk tersebut siap untuk menularkan
syarat untuk diteliti. Identifikasi variabel
penelitian harus didasarkan pada teori

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 231
yang ada, apalagi jika penelitianya bivariat Karakteristik yang dapat di amati (diukur)
bahkan sampai pada multivariat. Tidak itulah yang merupakan kunci definisi
dibenarkan jika pemilihan variabel oprasional. Dapat diamati artinya
penelitian hanya didasarkan pada asumsi memungkinkan penelitian peneliti untuk
tanpa adanya dukungan teori, atau hasil melakukan observasi atau pengukuran
penelitian sebelumnya. Jenis variabel secara cermat terhadap suatu objek atau
penelitian adalah pengetahuan. fenomena yang kemudian dapat diulangi
lagi oleh orang lain. Sebaliknya definisi
konseptual menggambarkan sesuatu
Definisi Konseptual dan Operasional
berdasarkan kriteria konseptual atau
Definisi operasional adalah definisi
hipotetik dan bukan pada ciri-ciri yang di
berdasarkan karakteristik yang di amati
amati (Nursalam,2009).
dari sesuai yang di definisikan tersebut.

Tabel 2 Definisi Opersional


No Jenis Definisi Alat
. Variabel Operasional Ukur
1. Independen 1. Angket
(Bebas) Pengetahua (Kuesion
Pengetahua n e
n tentang masyarakat r
DBD. mengenai : )
Pengertian
DBD
Etiologi
DBD
Cara
Penularan
DBD
Nyamuk
Pembawa
Penyakit
DBD
Tempat
Potensial
DBD
Gambaran
Klinis DBD
Derajat
Penyakit
DBD

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas:objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 232
karakteristik yang dimiliki oleh populasi Dimana :N = Besar populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti n = Besar sampel
d =Tingkat signifikasi (p)
tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, n
maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang
n
dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya n
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili)
(Sugiyono, 2010). n99,9 = 100 Kepala Keluarga
Teknik pengambilan sampel yang
Setelah jumlah sampel diketahui
digunakan adalah insidental sampling.
maka dilakukan pembagian setiap wilayah
Insidental Sampling adalah teknik
menggunakan rumus sebagai berikut :
penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai
Keterangan :
sampel, bila dipandang orang yang
ni : banyaknya sampel dari masing
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber
masing strata
data (Sugiyono, 2011). Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 100 Kepala n : banyak sampel yang diambil dari
Keluarga. seluruh unit

Pengambilan sampel dalam penelitian ini Ni : jumlah populasi dalam


ditentukan dengan menggunakan rumus masingmasing
pengambilan sampel menurut (Nursalam,
Ni : jumlah populasi dalam penelitian
2009).

Yakni :
Adapun besaran sampel yang di dapatkan
Dengan menggunakan rumus :
dari masing-masing RT tersebut yang
N
tertera pada Tabel 3.2 berikut ini:
n 1N(d)2

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 233
Tabel 2 Besaran sampel berdasarkan wilayah (RT)

No Wilayah Besaran Rumus besaran


populasi (Ni) sampel (ni)
1 RT 01 144 ni = 7
2 RT 02 221 ni = 10

3 RT 03 253 ni = 12

4 RT 04 226 ni = 10

5 RT 05 107 ni = 5

6 RT 06 114 ni = 5

7 RT 07 144 ni = 6

8 RT 08 121 ni = 5
9 RT 09 180 ni = 8

10 RT 10 112 ni = 5

11 RT 11 102 ni = 4

12 RT 12 504 ni = 23
Total 2138 100

1) Tidak bersedia menjadi responden.


2) Responden sedang tidak berada di
Kriteria sampel:
kediamannya
Adapun sampel yang di ambil harus
memilki kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum


Pengumpulan Data
subjek penelitian dari suatu populasi
1. Teknik Pengumpulan Data
target yang terjangkau dan akan diteliti.
Pengumpulan data adalah suatu proses
1) Bersedia jadi responden. pendekatan kepada subjek dan proses
2) Masyarakat RW 09 Kelurahan pengumpulan karakteristik subjek yang
Leuwigajah Kota Cimahi diperlukan dalam suatu penelitian
3) Resonden mampu membaca dan menulis. (Nursalam, 2009). a. Data Primer

Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan Data primer yaitu pengambilan data yang
atau mengeluarkan subjek yang dilakukan secara langsung dengan
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena menggunakan kuesioner meliputi identitas
berbagai sebab. sampel, pengetahuan masyarakat tentang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 234
DBD, dan perilaku masyarakat mengenai Pada jenis pengukuran ini peneliti
pencegahan DBD. Dengan melakukan mengumpulkan data secara formal kepada
pengukuran tingkat pengetahuan menurut subjek untuk menjawab pertanyaan secara
Nursalam (2013), dikatagorikan sebagai tertulis (angket) (Nursalam, 2009).
berikut: 2. Uji validitas dan Reliabilitas
Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Uji
1) Baik : Apabila pertanyaan dijawab
Validitas dilakukan untuk masingmasing
benar sebanyak 76-100%
pertanyaan dari variabel. (Riyanto 2009)
2) Cukup : Apabila pertanyaan dijawab
sehingga peneliti menggunakanrumus:
benar sebanyak 56-75%

3) Kurang : Apabila pertanyaan dijawab


benar sebanyak <56%
Keterangan :
r = koefisien korelasi X
Instrumen Penelitian = skor butir
Instrumen penelitian merupakan alat Y = skortotal
N = jumlah subyek
penelitian, alat penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah: a. Kuesioner
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan yang r hasil < r tabel (0,444) yaitu
di RW 08 Kelurahan Leuwigajah Kota pertanyaan no 10 dan no 12 (r=0,010,
Cimahi, karena di RW 08 Kelurahan r=0,104) sehingga pertanyaan no 10 dan
Leuwigajah Kota Ciamahi tersebut 12 dinyatakan tidak valid maka dari itu
memiliki karakteristik yang sama dengan pertanyaan no 10 tidak digunakan atau
RW 09 Leuwigajah Kota Cimahi yang dibuang, sedangkan pertanyaan no 12
akan dilakukan penelitian oleh peneliti, diperbaiki .
selain itu di RW 08 Kelurahan Leuwigajah
Untuk variabel perilaku didapatkan dari 10
Kota Cimahi juga memiliki Angka kejadian
pertanyaan dinyatakan ada 2 pertanyaan
DBD yang cukup tinggi, maka dari itu
yang r hasil < r tabel (0,632) yaitu
peneliti akan melakukan uji validitas di
pertanyaan no 4 dan no 6 (r=0,456,
RW 09 Kelurahan Leuwigajah Kota
r=0,525) sehingga pertanyaan no 4 dan
Cimahi. no 6 dinyatakan tidak valid maka dari itu
Setelah dilakukan uji validitas pada pertanyaan tersebut tidak digunakan atau
tanggal 2-4 juli 2013 di RW 09 Kelurahan dibuang, sedangkan untuk 8 pertanyaan
Leuwigajah kota Cimahi terhadap 20 dinyatakan valid.
responden dan dianalisis menggunakan
b. Uji Reliabilitas
uji Korelasi Pearson Product Moment
Reliabilitas adalah kesamaan hasil
untuk variabel pengetahuan didapatkan
pengukuran atau pengamatan bila fakta
dari 20 pertanyaan, ada 2 pertanyaan
atau kenyataan hidup tadi diukur atau

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 235
diamati berkali-kali dalam waktu berlainan. a. Menentukan ruang lingkup masalah
Alat dan cara mengukur atau mengamati penelitian
sama-sama memegang peranan yang
b. Melakukan studi kepustakaan
penting dalam waktu yang bersamaan
c. Melakukan studi pendahuluan
(Nursalam, 2009).
d. Menyusun proposal penelitian
Untuk mengukur reliabilitas secara
e. Seminar proposal penelitian
statistik digunakan koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach yang dirumuskan sebagai 2. Tahap Pelaksanaan

berikut. a. Mendapatkan izin penelitian


b. Mendapatkan informed concent
(persetujuan dari responden)

Keterangan c. Melakukan pengumpulan data


r11 = Reliabilitas d. Melakukan pengecekan kelengkapan
instrumen
k = banyaknya butir substansi data
pertanyaa e. Melakukan pengolahan data dan analisis
n
data
= Jumlah varians
butir 3. Tahap Akhir
= Varians total
a. Penyusunan laporan penelitian

b. Penyajian hasil penelitian.


Dari hasil reliabilitas untuk variabel
pengetahuan didapatkan nilai alpha > dari
Pengolahan Data
r tabel (0,923) maka ke 19 pertanyaan di
atas dinyatakan sudah reliabel. Untuk Data yang masih mentah (raw data) harus

variabel perilaku di dapatkan nilai alpha > diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

dari r tabel ( 0,963 ) maka ke delapan informasi yang akhirnya dapat digunakan

pertanyaan di atas dinyatakan sudah untuk menjawab tujuan penelitian. Agar

reliabel. analisis menghasilkan informasi yang


benar, ada empat tahapan dalam
mengolah data (Riyanto, 2009) yaitu:
Prosedur Penelitian
1. Editing
Prosedur penelitian atau langkah-langkah
penelitian berguna untuk mempermudah Merupakan kegiatan untuk

peneliti dalam menyelesaikan penelitian. melakuka pengecekan isi kusioner apakah

Adapun tahap-tahap prosedur kusioner sudah di isi dengan lengkap,jelas

atau langkah-langkah sebagai berikut: pertanyannya,jelas jawabannya dari


responden,relevan jawaban
1. Tahap Persiapan
dengan pertanyaan dan konsisten.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 236
2. Coding kuisioner dengan skala guttman, dengan
Merupakan kegiatan penilaian untuk setiap jawaban yang
merubah data berbentuk huruf benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi
menjadi data berbentuk nilai 0.Tiap responden akan memperoleh
angka/bilangan. Sedangkan menurut nilai, sesuai pedoman penilaian tersebut
Danim (2003:245), coding atau mengkode kemudian nilai tersebut dipresentasikan
data sangat diperlukan terutama dengan menggunakan rumus (Arikunto,
dalam rangka pengolahan data, baik 2003).
secara manual,
menggunakan kalkulator, maupun dengan
menggunakan computer.
Keterangan :
3. Processing P : Persentase
Setelah data di coding, maka X : Score total nilai tiap responden
langkah selanjutnya melakukan entry data Ns: Jumlah soal
dari kuesioner ke dalam Setelah ditabulasi selanjutnya pada
program komputer. variabel pengetahuan ditafsirkan dengan
4. Cleaning kriteria sebagai berikut:
Setelah melakukan editing, coding, 1) Baik : Apabila pertanyaan dijawab
dan processing maka langkah selanjutnya benar sebanyak 76-100%
yaitu cleaning. Cleaning yaitu peneliti
2) Cukup : Apabila pertanyaan dijawab
mengecek kembali data yang sudah di
benar sebanyak 56-75%
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3) Kurang : Apabila pertanyaan dijawab
benar sebanyak <56% (Nursalam,2013).
Analisis Data
Dalam pengolahan analisis data sejak
pemasukan data sampai Etika Penelitian
penganalisisannya di samping Masalah etika pada penelitian yang
menggunakan rumus yang ada, juga menggunakan subjek manusia menjadi
menggunakan bantuan system komputer. isu sentral yang berkembang saat ini.
Pada penelitian ilmu keperawatan, karena
1. Analisis Univariat
hampir 90% subjek yang digunakan
Analisa univariat
adalah manusia, maka peneliti harus
bertujuan untuk menjelaskan atau
memahami prinsip-prinsip etika penelitian
mendeskripsikan karakteristik setiap
(Nursalam,2009).
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Untuk mencegah timbulnya masalah etika,
a. Pengetahuan Untuk
maka dilakukan hal sebagai berikut:
mengetahui pengetahuan digunakan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 237
1. Informed Consent Informed 3. Confidentiality (kerahasiaan)
concent merupakan bentuk persetujuan
antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar Masalah ini merupakan masalah etika

persetujuan agar responden mengerti dengan memberikan jaminan kerahasiaan

maksud dan tujuan penelitian, serta hasil penelitian, baik informasi maupun

mengetahui dampaknya (Hidayat, 2011). masalah-masalah lainnya (Hidayat, 2011).


Dalam penelitian ini identitas responden
Dalam penelitian ini, sebelum melakukan
tidak akan diketahui oleh orang lain dan
penelitian maka peneliti akan memberikan
bahkan oleh peneliti sendiri serta
penjelasan dan manfaat penelitian yang
informasi yang telah dikumpulkan dijamin
akan dilakukan pada responden dan jika
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
responden setuju, maka diminta untuk
kelompok data tertentu yang akan
mengisi kuesioner yang telah disediakan
dilaporkan pada hasil riset.
oleh peneliti.

2. Anonymity (tanpanama) Masalah


Lokasi dan Waktu Penelitian
etika keperawatan merupakan masalah
Penelitian ini akan dilakukan di RW 09
yang memberkan jaminan dalam
Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi.
penggunaan subjek penelitian dengan
Waktu Penelitian dari bulan Januari-
cara tidak memberikan atau
Agustus 2015.
mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau C. HASIL DAN PEMBAHASAN

hasil penelitian yang akan disajikan Berdasarkan data hasil penelitian,

(Hidayat, 2011). dapat diketahui bahwa responden yang


berpengetahuan cukup lebih banyak dari
Dalam penelitian ini, kuesioner yang di isi
pada responden yang bepengetahuan
oleh responden tanpa membubuhkan
kurang dan baik. Untuk lebih jelasnya
identitas diri secara khusus (tidak
dapat dilihat pada tabel berikut :
mencantumkan nama responden).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pengetahuan Tentang DBD

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 238
Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 23 23,0
Cukup 40 40,0
Kurang 37 37,0
Total 100 100

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 239
Berdasarkan tabel diatas, dapat memulai mengenal lebih jauh tentang
diketahui bahwa responden sesuatu hal, di mulai dari pengertian hal
yang berpengetahuan baik sebanyak 23 tersebut. Selanjutnya (Notoatmodjo,
orang 2003) mengatakan aspek pengertian dan
penyebab merupakan hal yang dapat
(23,0%), dan responden yang
mendasari seseorang untuk melakukan
berpengetahuan cukup sebanyak 40
usaha dan tindakan terhadap terjadinya
orang (40,0%), serta responde yang
DBD.
berpengetahuan kurang sebanayak 37
orang (37,0%). Hasil dilapangan, masyarakat
kebanyakan berpendidikan hanya
sampai SMP dan SMA, dimana jumlah
A. Pembahasan
ibu yang berpendidikan hingga
Hasil penelitian mengenai
Perguruan tinggi sebanyak 5 (5.6%),
pengetahuan tentang DBD yang
SMA 32 (36.0%), SMP 36 (40.4%), dan
digambarkan pada tabel 4.1 bahwa
yang berpendidikan SD sebanyak 16
proporsi responden dengan tingkat
(18%).Hal ini dapat saja berpengaruh
pengetahuan baik sebanyak 23 orang
terhadap hasil pengetahuan Ibu. Hal ini
(23,0%), dan responden yang
sesuai dengan teori yang menyatakan
berpengetahuan cukup sebanyak 40
bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
orang (40,0%), serta responde yang
beberapa faktor salah satunya adalah
berpengetahuan kurang sebanyak 37
tingkat pendidikan. Tidak dapat dipungkiri
orang (37,0%). Pengetahuan tentang
bahwa semakin tinggi pendidikan
DBD terdiri dari indikator pengertian,
seseorang, semakin mudah pula mereka
penyebab, pencegahan, penularan,
menerima informasi, dan pada akhirnya
manifestasi klinis, dan vektor atau
pengetahuan yang dimilikinya akan
pembawa virus Dengue. Indikator
semakin banyak
pengertian dan penyebab DBD sebagian
besar responden menjawab salah, (Mubarak,Wahit Iqbal, 2011).
indikator tersebut merupakan hal yang Pengetahuan merupakan hasil
mendasari keseluruhan pengetahuan dari tahu dan terjadi setelah orang
tentang DBD. Seseorang akan mulai melakukan penginderaan terhadap objek
mengenal lebih jauh tentang sesuatu hal, tertentu, yakni indera penglihatan, indera
yang berdampak pada seseorang untuk penciuman, indera pendengaran, rasa
menentukan tindakan selanjutnya. Hal ini dan raba, sebagian besar pengetahuan
sesuai dengan pendapat (Arikunto, manusia diperoleh melalui penglihatan
2010), menyatakan seseorang akan dan pendengara. Pengetahuan atau

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 240
kognitif merupakan domain yang sangat para tenaga kesehatan
penting dalam membentuk perilaku atau untuk mengetahui sejauh mana
tindakan seseorang (Notoatmodjo, tingkat pengetahuan masarakat tentang
penyakit DBD untuk lebih meningkatkan
2007).
lagi upaya promotif dan preventif,
Sehingga dapat dikatakan bahwa
terutama yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang penyakit DBD
pengetahuan tentang DBD, seperti
masih belum dikatakan baik, karena
penyuluhan tentang DBD, dan
sebagian besar tidak dapat menjawab
penyuluhan mengenai cara pencegahan
dengan benar pertanyaan yang di ajukan
DBD yang dapat mengurangi atau
dan hal ini sesuai teori yang
mencegah terjadinya kejadian DBD, dan
dikemukakan di atas bahwa
dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
pengetahuan merupakan hasil tahu dan
memberikan masukan dan informasi bagi
adanya proses penginderaan. Kurang
kepentingan Puskesmas Leuwigajah
informasi dan media promosi pada
dalam upaya menurunkan angka kejadian
masyarakat yang mengakibatkan
DBD.
rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang DBD (Notoatmodjo, 2007). 2. Bagi Institusi STIKes Budi Luhur
Cimahi
Dengan adanya masalah ini
D. SIMPULAN
diharapkan Stikes Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan analisis data dan
sebagai institusi pendidikan dibidang
pembahasan hasil penelitian yang
kesehatan untuk dapat meingkatkan
telah dilakukan, maka dapat ditarik
program promotif dan preventif yang
simpulan bahwa: Sebagian besar
telah ada berupa penyuluhan tentang
responden berpengetahuan cukup
penyakit DBD, dan penyuluhan tentang
yaitu 40% dan berpengetahuan
pencegahan DBD di masyarakat, agar
kurang tentang DBD yaitu 37%,
wawasan pengetahuan dan perilaku
berpengetahuan baik yaitu 23%.
masyarakat akan pencegahan DBD
Saran dapat bertambah, serta dapat menekan
Berdasarkan kesimpulan angka terjadinya kejadian DBD.
diatas maka peneliti dapat mengajukan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
saran sebagai berikut:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
1. Bagi Puskesmas sebagai referensi dan sarana untuk
Hasil penelitian ini diharapakan melatih diri dalam melakukan penelitian
menjadi acuan atau sumber informasi selanjutnya untuk meneliti tentang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 241
faktorfaktor yang mempengaruhi Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
kejadian DBD.
DAFTAR PUSTAKA Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta
Ginanjar, Genis. (2008). Demam :
Berdarah, Edisi 1, Yogyakarta : Salemba Medika
PT Bentang Pustaka
Profil Dinas Kesehatan Kota Cimahi
Hidayat, Alimul A (2011). Metode Tahun 2014, Cimahi 2014
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisa Data. Edisi Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan
Pertama, Jakarta : Salemba Analisis Data Kesehatan,
Medika Yogyakarta : Nuha Medika

Misnadiarly, 2009. Demam Berdarah Sugiyono, 2010. Metode Penelitian


Dengue (DBD), Edisi 1, Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Jakarta : Pustaka Populer Bandug : Alfabeta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Suhendro dkk. 2009. Ilmu Penyakit
Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Dalam. Edisi 5, Jakarta :
Cipta InternaPublishing
_________________. 2010. Metodologi Suhendro dkk. 2009. Ilmu Penyakit
Penelitian Kesehatan, Dalam. Edisi 5, Jakarta :
Edisi Revisi Cetakan InternaPublishing
Pertama.
Rineka Cipta Surtiretna, Nina. 2008. Awas Demam
Berdarah, Bandung : PT kiblat Buku
__________________.2012. Promosi Utama
Kesehatan dan Perilaku

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 242
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELUARGA DALAM PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DBD

FACTORS AFFECTING THE BEHAVIOR OF FAMILIES IN THE IMPLEMENTATION OF


PREVENTION DBD

Pandith, Sri Wahyuni, Sandi Wijaya


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Budi Luhur

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Perilaku keluarga dalam pencegahan
penyakit tersebut sangat dibutuhkan. Beberapa faktor diduga dapat menjadi penyebab
perilaku keluarga dalam pelaksanaan pencegahan DBD tersebut. Tujuan penelitian in yaitu
mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku keluarga dalam pelaksanaan pencegahan
DBD Di Desa Cijambe Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten Subang Tahun
2015. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yaitu 1.126 KK dan sampel sebanyak
89 KK. Hasil penelitian berdasarkan uji person chi-square, didapatkan ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD sebesar 6,369 > X2
tabel (5,991), alfa 5% (0,05). Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pencegahan DBD dengan nilai p value sikap 0,256 > (0.05). Tidak ada hubungan antara
dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku pencegahan DBD dengan nilai p value 0,430
> (0.05). Saran yaiti dapat digunakan sumber informasi dan data dasar mengenai
pencegahan penyakit DBD sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah
dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya penyakit DBD.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan, Keluarga, Perilaku.

Abstract

Dengue fever or DHF is one communicable disease remains a public health problem in
Indonesia. Family behavior in the prevention of these diseases is needed. Several factors
could be expected to be the cause of family behavior in the implementation of the dengue
prevention. Interest in research is to know factors that influence the behavior of families in
the implementation of dengue prevention Cijambe In the village Puskesmas Tanjung Wangi
District Subang Year 2015. The research used analytic survey with cross sectional design.
The population in this study is that 1,126 heads of family households and a sample of 89
households. The results based on chi-square test person, found no relation between
knowledge with family behavior against dengue prevention of 6.369> X2 table (5.991), alpha
5% (0.05). There is no relationship between attitude and behavior of dengue prevention with
attitude p value of 0.256> (0.05). There is no relationship between the support of health
workers with DHF prevention behavior with p value 0.430> (0.05). Suggestions yaiti can
use resources and basic data about the prevention of dengue disease as a preventive and
promotive measures to prevent the negative impacts of the dengue disease.

Keywords: Knowledge, Attitude, Support, Family, Behavioral

A. Pendahuluan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 243
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan tenaga kesehatan; dan faktor
atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) reinforcing/faktor penguat, yaitu: keluarga
adalah penyakit yang disebabkan oleh dan masyarakat sekitar mempengaruhi
virus dengue sejenis virus yang tergolong kejadian DBD. Menurut Green (1980
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh dalam Notoatmojo, 2010) prilaku ini
penderita melalui gigitan nyamuk aedes ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu; (1)
aegypti (betina). DBD dapat menyerang Faktor Predisposisi/predisposing factor,
anak, remaja, dewasa dan seringkali
(2) Faktor Pemungkin/enabling factor, dan
menyebabkan kematian bagi penderita
(3) Faktor Penguat/reinforcing factor.Ketiga
(Effendy, 2010).
faktor tersebut merupakan refleksi
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat dalam
kejadian demam berdarah dengue, antara pelaksanaan.
lain faktor host, lingkungan dan agent.
Berdasarkan data statistik di
Faktor host adalah perilaku, faktor
Puskesmas Tanjung Wangi sejak tahun
lingkungan yaitu kondisi geografis
2014 angka kejadian DBD sebanyak 44
termasuk ketinggian dari permukaan laut,
orang yang meninggal 2 orang,
curah hujan, angin, kelembaban, musim
sedangkan di Desa Cijambe mencapai
dan kondisi demografi yaitu kepadatan
angka kejadian DBD pada tahun 2014
penduduk, morbilitas, kebiasaan adat
terdapat 18 orang penderita DBD
istiadat, dan sosial ekonomi. Faktor agen
berhubungan dengan keberadaan jentik (tertinggi). Dari hasil observasi yang saya

nyamuk Aedes di suatu daerah yang lihat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

dipengaruhi oleh faktor kesehatan Wangi tepatnya desa Cijambe ternyata

lingkungan, faktor pengetahuan kebersihan masih kurang baik, lingkungan

masyarakat dalam pelaksanaan PSN masih kotor ditandai masih banyak

(Pemberantasan Sarang Nyamuk), sikap sampah yang berserakan, kandang ternak

dan perilaku di daerah tersebut. yang tak terurus, air kotor menggenang di
sekitar lingkungan, dan di depan atau
Menurut Green (1980) dalam
belakang rumah kebanyakan mempunyai
Amirudin, perilaku masyarakat dalam
empang sehingga menyebabkan timbul
pelaksanaan PSN mempengaruhi angka
penyakit, prilakunya pun masih banyak
kejadian DBD. Hal yang sama
yang membuang sampah sembarangan.
dikemukakan oleh Amiruddin (2007),
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bahwa faktor predisposisi/faktor yang
faktor yang mempengaruhi perilaku
berasal dari dalam individu sendiri, yaitu
keluarga dalam pelaksanaan pencegahan
pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan
DBD didesa Cijambe wilayah kerja
pengetahuan, serta faktor enabling/faktor
Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten
yang memungkinkan yaitu: manajemen
Subang tahun 2015.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 244
variabel variabel independen dan variabel
B. Metode independen.
Metode penelitian yang digunakan
a. Variabel Independen
adalah metode analitik
Variabel Independen
korelasional dengan pendekatan cross
merupakan suatu variabel penelitian
sectional dimana data yang menyangkut
yang tidak ketergantungan kepada
variabel terikat atau variabel
variabel penelitian lainnya (Budiman,
akibat, akan dikumpulkan dalam waktu
2011). Dalam penelitian ini yang
yang bersamaan.
merupakan variabel
independen
Variabel Penelitian
adalah faktor perilaku keluarga
Menurut Notoatmojo
b. Variabel Dependen
(2010), variabel mengandung pengertian
Variabel Dependen merupakan
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu variabel penelitian yang
anggota suatu kelompok yang berbeda
ketergantungan kepada variabel
dengan dimiliki oleh kelompok lain.
penelitian lainnya (Budiman, 2011).
Adapun dalam penelitian ini terdiri dari
Dalam penelitian ini yang merupakan
variabel dependen adalah
Definisi Operasional pencegahan DBD.

Definisi operasional dapat dilahat sebagai berikut:

Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Independen Pengetahu
an meliputi : Persentase Kuesioner - Baik :
Tabel 1. Definisi Operasional

Ordinal
Pengetahuan karakteristik nyamuk dengue, 76-100%
karakteristik penyakit, Cukup :
-
pemberantasan DBD, 56-75%
pencegahan DBD, yang
ditunjukan dalam jawaban benar - Kurang
55%

Respon tertutup responden


Sikap (Arikunto,
terhadap upaya pencegahan DBD
2006)

Promosi kesehatan yang


Dukungan diberikan oleh petugas
tenaga kesehatan kepada keluarga
Skala Likert Ordinal
kesehatan tentang pencegahan DBD Kuesioner Positif
mean
Negatif <
mean

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 245
Ordinal
Skala Likert Mendukung
Kuesioner mean

Tidak mendukung <


mean
2 Dependen Segala usaha yang dilakukan Skala Likert Kuesioner Baik mean
Ordinal
Perilaku responden untuk mencegah Tidak baik <
Pencegahan penyakit DBD yang meliputi apa mean
DBD yang pernah dilakukan agar tidak
digigit nyamuk penular DBD

Dalam penelitian ini tekhnik


Populasi dan Sampel Penelitian pengambilan sampel yang digunakan
a. Populasi dalam penelitian adalah Proportional

Populasi adalah wilayah generalisasi Stratified Random Sampling,


yang terdiri atas objek atau subyek yang Pengambilan sampel ini ialah
mempunyai kualitas dan karakteristik pengambilan sampel dari anggota
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti populasi secara acak dan berstrata
untuk dipelajari dan kemudian ditarik secara proporsional, dilakukan sampling
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). ini dilakukan karena anggota
Populasi dalam penelitian ini adalah populasinya heterogen (tidak sejenis)
kepala keluarga yang berada di Desa dan berstrata yang dimaksudkan dalam
Cijambe wilayah kerja Puskesmas penelitian ini yaitu rw1 rw12,
Tanjung Wangi berjumlah 1.126 KK. b. (Notoatmojo, 2003).
Sampel Jumlah populasi masyarakat Desa
Cijambe Wilayah Kerja Puskesmas
Sampel adalah bagian elemen atau
Tanjung Wangi dengan jumlah kepala
unsur unsur populasi yang dijadikan
keluarga sebanyak 1.126 KK, maka
obyek penelitian yang digunakan apabila
dengan rumus di bawah ini didapat besar
ukuran populasinya relatif besar
sampel sebagai berikut :
(Notoatmojo, 2003).

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 246
Keterangan : N : dengan menggunakan alat ukur yang
Besar Populasi n :
Besar Sampel sama (Notoatmojo,2010).
d : Derajat
Kepercayaan Uji reabilitas dilakukan di desa
(0,1) Belendung wilayah kerja Puskesmas
Cibogo Kabupaten Subang karena
Jika dalam penelitian ini
ditentukan responden memiliki karakteristik
N = 1.126 dan d = 0,1 maka
n adalah : responden yang sama dengan desa
Cijambe wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Wangi. Dari hasil Uji reabilitas


tentang Pengetahuan dalam penelitian ini
adalah 0,924 ( >0,6), hasil uji reabilitas
tentang sikap adalah 0,936 ( >0,6),
dukungan tenaga kesehatan 0,737 ( >0,6),
di bulatkan dan untuk perilaku pencegahan 0,910
menjadi 89 orang ( >0,6) artinya kuesioner layak untuk
dijadikan intrumen dalam penelitian.
Uji Validitas dan Reliabiditas
Menurut Riyanto (2010), uji
Pengolahan Data dan Analisi Data
validitas adalah pertanyaan yang
Menurut riyanto
kontinum dan reliabilitas adalah kestabilan
(2010) pengolahan data yang dilakukan
pengukuran. Uji korelasi pearson (r)-
dengan tahap sebagai berikut : Editing,
(SPSS) digunakan untuk mengukur
Scoring, Coding, Entry data, Tabulating,
validitas suatu instrument. Bila nilai r
dan Cleaning.
hitung (r komputer) > r tabel artinya
pertanyaan tersebut valid dan bila nilai r
hitung < r tabel artinya pertanyaan
Analisis Data
tersebut tidak valid. Proses uji dilakukan
Data hasil penelitian dianalisis
berulang-ulang, berhenti kalau sudah
menggunakan Analisi Univariat
didapatkan variabel yang sudah valid.
mendeskripsikan karakteristik setiap
Reliabilitas adalah indeks yang variabel penelitian (pengetahuan, sikap,
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dukungan petugas kesehatan). Pada
dapat dipercaya atau dapat dihandalkan. umumnya pada analisis ini hanya
Hal ini berarti sejauh mana hasil menghasilkan distribusi dan persentase
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap dengan rumus :
asas bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama,
Keterangan :

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 247
p = adalah persentase a = (pengamatan)
jumlah pertanyaan yang E = Nilai Expected
Etika Penelitian
dijawab dengan benar
Dalam melakukan penelitian,
b = jumlah
peneliti harus memperhatikan masalah
seluruh
etika penelitian. Etika penelitian yang
pertanyaan
meliputi : Informed Concent, Anomity,

Untuk uji Analisis Bivariat dilakukan untuk Confidentiality.


melihat hubungan antara pengetahuan,
sikap dan dukungan petugas kesehatan Lokasi dan Waktu Penelitian
dengan pencegahan DBD. Analisa bivariat Penelitian ini dilakukan di desa
dilakukan dengan uji analisis statistik Cijambe wilayah kerja
ChiSquare menggunakan program Puskesmas
komputer. Penelitian ini bertujuan untuk
Tanjung Wangi dan Waktu Penelitiani
mengetahui hubungan atau korelasi antar
a. Gambaran Pengetahuan Keluarga
variabel penelitian, yaitu variabel bebas dilakukan pada bulan November 2014
dan variabel terikat yang keduanya Juli 2015.
masingmasing berskala ordinal. Maka
untuk menguji hipotesis digunakan Chi-
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Square.
1. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian pada
kepala keluarga di desa Cijambe
Keterangan :
sebanyak 89 responden berdasarkan
x = Distribusi kuantitatc
Analisis Univariat sebagai berikut :
0 = Nilai
Observasi
Tabel 2 Gambaran distribusi frekuensi menurut pengetahuan keluarga di desa
Cijambe

Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Baik 7 7,9
Cukup 49 55,1
Kurang 33 37,1
Total 89 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan hasil berpengetahuan cukup dan 33


analisa tabel 2 diperoleh (37,1) keluarga
bahwa dari 89 responden
berpengetahuan kurang.
terdapat 7 (7,9%) keluarga
berpengetahuan baik,
sedangkan 49 (55,1%)

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 248
b. Gambaran Sikap Keluarga

Tabel 3. Gambaran distribusi frekuensi Sikap keluarga desa Cijambe Kabupaten


Subang

Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Positif 37 41,6
Negatif 52 58,4
Total 89 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan hasil analisa keluarga bersikap positif,


tabel 3 diperoleh bahwa dari sedangkan 52 (58,4%)
89 responden terdapat 37 bersikap negatif.
(41,6%)

c. Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan

Tabel 4. Gambaran distribusi frekuensi dukungan tenaga kesehatan di desa


Cijambe Kabupaten Subang

Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Mendukung 63 70,8
Tidak Mendukung 26 29,2
Total 89 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan hasil analisa sedangkan 26 (29,2%) tidak


tabel 4 diperoleh bahwa dari memberikan dukungan
89 responden terdapat 63
terhadap keluarga di desa
(70,8%) petugas kesehatan
memberikan dukungan Cijambe.
terhadap keluarga,
d. Gambaran Perilaku Pencegahan DBD Keluarga

Tabel 5. Gambaran distribusi perilaku pencegahan DBD di desa Cijambe


Kabupaten Subang

Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Baik 49 55,1
Tidak Baik 40 44,9
Total 89 100,0
Sumber : Data Primer 2015

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 249
Berdasarkan hasil analisa keluarga berperilaku baik,
tabel 5 diperoleh bahwa dari sedangkan 40 (44,9%)
89 responden terdapat 49 keluarga berperilaku tidak
(55,1%) baik.

1. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan DBD di desa Cijambe


wilayah kerja Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten Subang

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan DBD di Desa


Cijambe wilayah kerja Puskemas Tanjung Wangi Kabupaten Subang

Perilaku Pencegahan DBD


2
Baik Tidak Baik Total X
Pengetahuan
f % f % f %
Baik 7 14,3 0 0,0 7
Cukup 26 53,1 23 57,5 49 100,0 6,3
Kurang 16 32,7 17 42,5 33 69
Total 49 55,1 40 44,9 89 100,0
Sumber : Data Primer 2015
Dari hasil analisis pada tabel 6
yang dilakukan pada 89 responden untuk
mengetahui hubungan pengetahuan
dengan perilaku pencegahan DBD,
diperoleh responden yang
berpengetahuan baik ada 7 (14,3%)
mempunyai perilaku baik dan 0 (0,0%)
yang berperilaku tidak baik, untuk
responden yang berpengetahuan cukup
ada 26 (53,1%) mempunyai perilaku yang
baik dan 23 (57,5%) yang berperilaku
tidak baik, dan untuk responden
berpengetahuan kurang ada 16 (32,7%)
mempunyai perilaku baik dan 17 (42,5%)
berperilaku tidak baik.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 250
Dari hasil analisis uji statistik didapat
nilai X2 6,369 > X2 tabel (5,991) dengan
tingkat signifikasi 5% (0,05) maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa : ada hubungan antara

b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan DBD di desa Cijambe wilayah


kerja Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten Subang

Tabel 7. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan DBD di Desa Cijambe


wilayah kerja Puskemas Tanjung Wangi Kabupaten Subang

Perilaku Pencegahan DBD


Nilai
Baik Tidak Baik Total
Sikap p
f % f % f %

Positif 23 46,9 14 35,0 37


100,0
Negatif 26 53,1 26 65,0 52 0,256

Total 49 55,1 40 44,9 89 100,0

pengetahuan dengan perilaku


pencegahan DBD di desa Cijambe wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Wangi
Kabupaten Subang.
Sumber : Data Primer 2015 baik dan 26 (65,0%) yang berperilaku

Dari hasil analisis pada tabel 7 tidak baik.

yang dilakukan pada 89 responden untuk Dari hasil analisis uji statistik didapat

mengetahui hubungan sikap dengan nilai p value 0,256 > (0.05) dengan

perilaku pencegahan DBD, diperoleh demikian Ho diterima, maka dapat

responden yang bersikap positif ada 23 disimpulkan bahwa : tidak ada hubungan

(46,9%) mempunyai perilaku baik dan 14 antara sikap dengan perilaku

(35,0%) yang berperilaku tidak baik, pencegahan DBD di desa Cijambe

untuk responden yang bersikap negatif wilayah kerja Puskesmas Tanjung Wangi

ada 26 (53,1%) mempunyai perilaku yang Kabupaten Subang.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 251
Kabupaten Subang
Perilaku Pencegahan DBD
Nilai
Dukungan Baik Tidak Baik Total
Tenaga p
Kesehatan f % f % f %

Mendukung 33 67,3 30 750


, 63
100,0
c. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan DBD di
Total 49 55,1 40 44,9 89 100,0

desa Cijambe wilayah kerja Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten Subang

Tabel 8. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku


Pencegahan DBD di Desa Cijambe wilayah kerja Puskemas Tanjung Wangi
Tidak 16 32,7 10 25,0 26 0,430
Sumber : Data Primer 2015

2. Pembahasan
Dari hasil analisis pada tabel 8,
Berdasarkan hasil analisa
yang dilakukan pada 89 responden
diperoleh bahwa dari 89 responden
untuk mengetahui hubungan dukungan
terdapat 7 (7,9%) keluarga
tenaga kesehatan dengan perilaku
berpengetahuan baik, sedangkan 49
pencegahan DBD, diperoleh responden
(55,1%) berpengetahuan cukup dan 33
dengan dukungan tenaga kesehatan
(37,1) keluarga berpengetahuan kurang.
ada 33 (67,3%) mempunyai perilaku
Dari nilai diatas sangat sedikit
baik dan 30 (75,0%) yang berperilaku
responden yang mempunyai
tidak baik, untuk responden dengan
pengetahuan baik, yaitu hanya
tidak didukung dengan tenaga
sebanyak 7 responden dari keseluruhan
kesehatan ada 16 (32,7%) mempunyai
sebanyak 89 responden dan mayoritas
perilaku yang baik dan 10 (25,0%) yang
keluarga berpengetahuan cukup
berperilaku tidak baik.
(55,1%).
Dari hasil analisis uji statistik
Menurut Notoatmojo,
didapat nilai p value 0,430 > (0.05)
(2010) pengetahuan adalah hasil
dengan demikian Ho diterima, maka
pengindraan manusia, atau hasil tahu
dapat disimpulkan bahwa : tidak ada
seseorang terhadap objek melalui indera
hubungan antara dukungan tenaga
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
kesehatan dengan perilaku pencegahan
dan sebagainya). Oleh sebab itu
DBD di desa Cijambe wilayah kerja
pengetahuan tidak lepas dari tingkat
Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten
pendidikan, pengetahuan responden
Subang.
yang buruk berbanding lurus dengan

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 252
tingkat pendidikan di desa tersebut yang responden terdapat 63 (70,8%) petugas
kebanyakan berpendidikan SD-SMP kesehatan memberikan dukungan
yaitu sebanyak 50 responden, terhadap keluarga, sedangkan 26
pendidikan SMA sebanyak 19 responden (29,2%) tidak memberikan dukungan
dan yang berpendidikan di tahap terhadap keluarga.Tenaga kesehatan di
Universitas sebanyak 20 responden. desa Cijambe atau khususnya perawat
kesling telah memberikan dukungan
Responden yang bersikap negatif
yang berarti terhadap warga desa
lebih banyak dari yang bersikap positif
Cijambe namun mungkin masih belum
ini mungkin masih dari faktor
merata atau kurang maksimal karena
pengetahuan responden yang lemah
data menunjukan bahwa 26 (29,2%)
maka akan berdampak pada sikapnya
responden menunjukan petugas
yang cenderung menunjukan sikap yang
kesehatan tidak memberikan dukungan
negatif atau tidak baik terhadap
terhadap mereka.
pencegahan DBD.Newcomp, salah
seorang ahli psikologi sosial Menurut Bloom, dalam
menyatakan bahwa sikap merupakan Notoatmojo (2010) yang mempengaruhi
kesiapan atau kesediaan untuk kesehatan dikelompokan menjadi 4,
bertindak, dan bukan merupakan yaitu : 1) lingkungan, 2) perilaku, 3)
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata pelayanan tenaga kesehatan, dan 4)
lain, fungsi sikap belum merupakan keturunan. Faktor dukungan pelayan
tindakan atau aktifitas, akan tetapi kesehatan adalah dalam bentuk
merupakan predisposisi perilaku atau penyediaan atau perbaikan fasilitas
reaksi tertutup. Penelitian ini sesuai pelayanan kesehatan, perbaikan sistem
dengan penelitian Adietya (2014) yang dan manajemen pelayanan kesehatan,
menyatakan bahwa sikap siswa kelas IV dan sebagainya. Penelitian ini sesuai
dan V bersikap negatif tentang perilaku dengan Ullya Prastika (2011) yang
menggosok gigi di SDN komplek menyatakan bahwa dukungan tenaga
Cidahu. kesehatan untuk Ibu menyusui
menunjukan mendukung tentang
Penelitian ini tidak sesuai dengan
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-
Maman Rohiman (2012) yang
11 bulan. Namun penelitian ini tidak
menyatakan sikap siswa kelas V di SDIT
sesuai dengan Sri Wahyuni (2008) yang
Aninda kota Lubuklinggau bersikap
menyatakan bahwa dukungan tenaga
positif tentang perilaku mencuci tangan
kesehatan masyarakat menunjukan
dengan benar. Berdasarkan hasil
tidak mendukung mengenai
analisa diperoleh bahwa dari 89

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 253
pemberantasan sarang nyamuk Demam pencegahan DBD di desa Cijambe
Berdarah Dengue di kota Cimahi. wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Wangi Kabupaten Subang tahun 2015.
Berdasarkan hasil analisa
Tetapi responden yang berpengetahuan
diperoleh bahwa dari 89 responden
kurang ada juga yang mempunyai
terdapat 49 (55,1%) keluarga
perilaku baik seperti yang di tunjukan di
berperilaku baik, sedangkan 40 (44,9%)
tabel 4.5 yaitu terdapat 16 responden,
keluarga berperilaku tidak baik. Selisih
dan yang berpengetahuan cukup
dari responden yang berperilaku baik
terdapat 26 responden yang berperilaku
dan tidak baik sangat tipis, dan masih
baik sedangkan 23 responden
banyak responden berperilaku tidak baik
berperilaku tidak baik. Hal ini mungkin
yaitu 40 keluarga, dan faktor di atas
saja terjadi karena menurut Green 1980,
sangatlah berpengaruh terhadap
dalam Notoatmojo (2010) bahwa faktor
perilaku keluarga kepada pencegahan
yang bisa mempengaruhi perilaku tidak
DBD.
hanya pengetahuan saja, banyak faktor
Dari hasil-hasil studi yang
lain seperti tradisi, kepercayaan
dilakukan oleh WHO dan para ahli
masyarakat, tersedianya sarana dan
pendidikan kesehatan, terungkap bahwa
prasarana, dan lain-lain.
walaupun pengetahuan tentang
Penelitian yang dilakukan oleh
kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik
Lilik Zuhriyah, dkk. (2007), menyatakan
mereka masih rendah. Hal ini berarti
bahwa semakin tinggi tingkat
bahwa perubahan atau peningkatan
pengetahuan seseorang maka
pengetahuan masyarakat tentang
berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan tidak diimbangi dengan
seseorang termasuk kemampuan
peningkatan atau perubahan
seseorang dalam menerima informasi
perilakunya.
dan semakin luas pengetahuan mereka
Mengenai Hubungan
dalam mencegah terjadinya risiko
Pengetahuan dengan Perilaku penyebaran penyakit DBD. Namun
Pencegahan DBD, dari hasil analisa penelitian ini berbeda dengan penelitian
statistik didapatkan hasil uji untuk yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2008)
variabel pengetahuan dengan perilaku yang menyatakan tidak ada hubungan
2
pencegahan DBD diperoleh nilai X antara pengetahuan dengan perilaku
6,369 berarti < dari nilai X2 tabel (5,991) masyarakat dalam pemberantasan
dengan tingkat signifikasi 5% (0,05), sarang nyamuk Demam Berdarah
maka disimpulkan bahwa ada hubungan Dengue di kota Cimahi dengan nilai p
antara pengetahuan dengan perilaku value 0,432 > 0,05.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 254
Sedangkan Hubungan Sikap dari nilai =0,05 maka disimpulkan
dengan Perilaku Pencegahan DBD, dari bahwa juga tidak ada hubungan yang
hasil analisa statistik didapatkan hasil uji signifikan antara dukungan tenaga
untuk variabel sikap dengan perilaku kesehatan dengan perilaku pencegahan
pencegahan DBD diperoleh p value DBD di desa Cijambe wilayah kerja
0,256 berarti > dari nilai =0,05 maka Puskesmas Tanjung Wangi Kabupaten
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Subang tahun 2015.
yang signifikan antara sikap dengan
Penelitian ini bertentangan oleh
perilaku pencegahan DBD di desa
penelitian yang dilakukan
Cijambe wilayah kerja Puskesmas
oleh Sri Wahyuni (2008) yang
Tanjung Wangi Kabupaten Subang
meyatakan ada hubungan yang
tahun 2015.
bermakna antara dukungan
Responden dengan sikap yang teanaga kesehatan
positif ada yang berperilaku tidak baik
(Reinforcing Factor) dengan perilaku
yaitu sebanyak 14 responden, dan 26
masyarakat dalam pemberantasan
responden yang bersikap negatif
sarang nyamuk Demam Berdarah
mempunyai perilaku yang baik. Hal ini
Dengue di kota Cimahi dengan nilai p
juga berhubungan dengan teori Green
value 0,532 > 0,05. Penelitian
1980, dalam Notoatmojo (2010) bahwa
menunjukan hasil yang berbeda
ada fakor lain yang dapat
mungkin karakteristik masyarakat yang
mempengaruhi perilaku. Penelitian ini
berbeda atau dukungan yang dilakukan
sesuai dengan Sri Wahyuni (2008) yang
di desa Cijambe belum maksimal
menyatakan tidak ada hubungan antara
sehingga menjadi PR untuk tenaga
sikap dengan perilaku masyarakat
kesehatan di Puskesmas Cijambe untuk
dalam pemberantasan sarang nyamuk
memperbaiki kinerja dan perilaku
Demam Berdarah Dengue di kota
masyarakat.
Cimahi dengan nilai p value 0,213 >
0,05. Dalam penelitian ini menunjukan
bahwa adanya hubungan pengetahuan
Hubungan Dukungan Tenaga
dengan perilaku pencegahan DBD, akan
Kesehatan dengan Perilaku
tetapi 2 variabel lainnya tidak memiliki
Pencegahan DBD berdasarkan hasil
hubungan yang signifikan, dan itu
analisa statistik didapatkan hasil uji
ditunjukan dengan nilai p value variabel
untuk variabel dukungan tenaga
sikap yaitu 0,256 > dari nilai =0,05 dan
kesehatan dengan perilaku pencegahan
variabel dukungan tenaga kesehatan
DBD diperoleh p value 0,430 berarti >
yaitu p value 0,430 > (0.05). Hal ini

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 255
dimungkinkan karena menurut Green sikap, dan dukungan tenaga
1980, dalam Notoatmojo (2010) faktor kesehatan dengan perilaku keluarga
yang mempengaruhi perilaku antara lain terhadap pencegahan DBD dapat
pengetahuan dan sikap masyarakat disimpulkan bahwa :
terhadap kesehatan, tradisi dan
1) Pengetahuan keluarga yaitu diperoleh
kepercayaan masyarakat terhadap
49 (55,1%) keluarga berpengetahuan
halhal yang berkaitan dengan
cukup.
kesehatan, sistem nilai yang dianut
2) Sikap keluarga diperoleh 52 (58,4%)
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
keluarga bersikap negatif.
sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor
Pemungkin mencakup ketersediaan 3) Dukungan yaitu terdapat 63 (70,8%)
sarana dan prasarana atau fasilitas petugas kesehatan memberikan
kesehatan masyarakat seperti dukungan terhadap keluarga.
pemakaian kelambu di kamar atau
4) Perilaku Pencegahan DBD yaitu
pemakaian obat nyamuk. Faktor
terdapat 49 (55,1%) keluarga
Penguat meliputi faktor sikap dan
berperilaku baik.
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para 5) Ada hubungan pengetahuan dengan

petugas termasuk petugas kesehatan. perilaku keluarga terhadap pencegahan

Termasuk juga di sini Undang-Undang, DBD.

peraturanperaturan baik dari pusat 6) Tidak ada hubungan antara sikap


maupun pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku keluarga terhadap
dengan kesehatan. Untuk berperilaku pencegahan DBD.
sehat, masyarakat kadang-kadang
7) Tidak ada hubungan antara dukungan
bukan hanya perlu pengetahuan dan
tenaga kesehatan dengan perilaku
sikap positif, dan dukungan fasilitas
keluarga terhadap pencegahan DBD.
saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas b. Saran
lebih-lebih para petugas kesehatan. Sebagai saran diharapkan bagi
peneliti selanjutnya dilanjutkan dengan
Simpulan Dan Saran variabel ketersediaan sarana prasarana,
a. Simpulan dukungan tokoh masyarakat, dan
Berdasarkan hasil dan sebagainya. Bagi Puskesmas Penelitian
pembahasan tentang ini dapat memberi masukan
hubungan antara pengetahuan, dan penguatan informasi

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 256
bagi petugas kesehatan di puskesmas Nursalam. (2011). Konsep
dan Penerapan
khususnya Puskesmas Tanjung Wangi
Metodologi Penelitian
tentang faktor-faktor yang Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
mempengaruhi perilaku keluarga dalam
pelaksanaan pencegahan Demam Padila. 2012. Laporan Resmi Dari
Persatuan Ahli Kesehatan.
Berdarah Dengue di Desa Cijambe
Penerbit Rineka Cipta : Jakarta
wilayah kerja
Riduwan, M,B,A (2014). Dasar-dasar
Puskesmas Tanjung Wangi. Statistika. Ed 12. Bandung: ALFABETA

Santosa, S.P. 2009. Mengolah Data


Statistik secara Profesional. PT Elex
DAFTAR PUSTAKA
Media Komputindo Kelompok Gramedia,
Azwar S. (2007). Konsep dan Jakarta
Penerapan Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rieneka Setiadi, dkk. (2008). Kapita Selekta
Cipta. Kedokteran. Edisi 4. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Ed Soekidjo (2006). Metodologi Penelitian
6. Jakarta: Rieneka Cipta. Kesehatan. Ed. 3.
Jakarta: RINEKA CIPTA
Dinkes Jabar. (2007). Lampiran Tabel
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku
Barat 2007. ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & suddarth.
Friedman, Bowden & Jones. (2010). Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC.
Buku Ajar
Keperawatan Keluarga Soekidjo (2010).Promosi Kesehatan.
Riset, Teori & Praktik. Edisi 5. Revisi 2010. Jakarta: RINEKA CIPTA
Jakarta: EGC.
Sudiarto A, 2007, Pengaruh Keluarga
Demam Berdarah dan Penularannya. Teradap Kesehatan, Penerbit
http//www.depkes.go.iddownloa
dsprofilprov Buku Titian Ilmu : Yogyakarta
%20jabar%202007.pdf. Diakses
pada 8 Juni 2013
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Mansjoer, A dkk. (2010). Kapita Selekta Kuantitatif Kualitatid dan R&D.
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Bandung: Alfabeta.
media Aesculapius FKUI. Wawan, A & Dewi, M. (2011). Teori &
Pengukuran Pengetahuan,
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Sikap, dan Perilaku Manusia.
Masyarakat Ilmu dan Seni. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jakarta: Rineka Cipta
Who (1997). Demam Berdarah
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi DENGUE. Ed. 2. Jakarta:
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cipta

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 257
Who Health Organization, 2013. Health Sri Wahyuni. (2008). Faktor-Faktor Yang
Promotion in Berhubungan Dengan Perilaku
Developing Masyarakat Dalam
Pemberantasan Sarang
Countries, Devision of Health of Nyamuk Demam Berdarah
Health Education and Dengue Di Kota Cimahi Tahun
Promotion, Geneva. 2008.

Wijaya, S & Putri, A. (2013). KMB2 Maman Rohiman. 2012. Hubungan


Keperawatan Medikal Bedah Pengetahuan Dan
(keperawatan Dewasa). Sikap Dengan
Yogyakarta: Nuha Medika. Perilaku Mencuci
Tangan Pada Anak Usia 10-12
Tahun Pada Siswa Kelas V Di
Wiyono, Joko, (1997), Sikap dan Prilaku
Petugas Kesehatan, Salemba SDIT Aninda Kota
Medika, Jakarta Lubuklinggau.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 258
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK DENGAN PEMILIHAN ALAT
KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN

Rusmita Eli, Saputra Ilham


Dosen Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung
Email: elirusmita@rocketmail.com

ABSTRAK
Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan pendudukan tersebut
melalui program keluarga berencana (KB). Kontrasepsi dengan metode suntik 3 bulan yang
merupakan metode kontrasepsi yang banyak di pilih oleh pasangan usia subur di Desa
SuntenJaya Lembang. Tingginya Akseptor KB suntik 3 bulan ini di duga berhubungan
dengan pengetahuan masyarakat setempat tentang metode kontraspsi yang ideal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang KB
suntik dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Desain penelitian ini adalah survey
analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan November
2015 dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling dan sampel
sebanyak 62 responden wanita usia subur. Data dianalisis dengan Chi Square test dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak
(43,5%) lebih besar dibandingkan dengan yang berpengetahuan yang kurang dan baik,
yang tidak memilih KB suntik 3 bulan sebanyak (59,7%) dan didapatkan bahwa yang
berpengetahuan baik lebih besar untuk menggunakan KB suntik 3 bulan sebanyak (45,9%)
dari pada yang berpengetahuan cukup dan kurang. Maka disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang KB suntik dengan pemilihan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan hasil p value sebesar 0,002 (p < = 0,05).

Kata kunci: Kb Suntik 3 Bulan, Pengetahuan, KB Suntik

THE RALATIONSHIP BETWEEN MOTHERS KNOWLEDGE ON CONTRACEPTIVE


INJECTION AND THE OPTION OF CHOOSING THE THREE-MONTH PERIOD
INJECTABLE CONTRACEPTIVE DEVICE

Rusmita Eli, Saputra Ilham


Lecturer at Polytechnic of Health of TNI AU Ciumbuleuit Bandung

ABSTRACT
One of the government's efforts in reducing the rate of population growth is through the
family planning program (KB). Contraception with The three-month period injection is the
chosen one by couples of childbearing age in the village of SuntenJayaLembang. The high
number of Acceptorsof the three-month period injection is predicted to be associated with
the local community knowledge about an ideal method of method contraceptive. This study
aims to find out the relationship between mothers knowledge about injections andthe
decision of choosing the three-month period injectable contraceptive. The design of this
research is analytic survey with cross-sectional approach. The study was conducted in
November 2015 by using proportional stratified random sampling technique and the sample
of 62 women of childbearing age as the respondents.Data were analyzed by Pearson Chi
Square test and the results showed that the respondents have enough knowledge as much
as (43.5%) which is bigger than those who are less knowledgeable who do not choose the
three-month injectable contraceptive (59.7%) and it is found that the those with the good
knowledge prefer to choose the 3-month period injected contraceptives (45.9%) compared
with of less knowledgable. It is concluded that there is a significant relationship between
mother's knowledge about injections with the selection of 3-month injectable contraceptive
with the result p value of 0.002 (p < = 0.05).
Keywords: the 3-month period injective contraceptive, Knowledge, injected contraceptive

A. PENDAHULUAN

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 259
Pertumbuhan penduduk di Indonesia Metode suntik ini ada yang di berikan satu
selalu mengalami peningkatan. saat ini bulan sekali atau yang tiga bulan sekali.
pertumbuhan penduduk Indonesia 1,49 Untuk Kb suntik 3 bulan ini mempunyai
persen, sehingga pemerintah efek lebih tinggi, yaitu 0,3 kehamilan per
mentargetkan untuk menurunkan 1,1
100 perempuan pertahun. Dengan
persen. Penurunan laju pertumbuhan
penyuntikan yang benar, teratur dan
pendudukan tersebut dengan cara
sesuai dengan jadwal yang di programkan
merevitalisasi atau membangkitkan
(Prawirohardjo, 2006).
kembali Program KB yang saat ini
Banyak wanita mengalami kesulitan di
menurun (BKKBN, 2015).
saat harus memilih alat kontrasepsi yang
Keluarga Berencana (KB) merupakan
akan digunakan baik karena keterbatasan
salah satu pelayanan kesehatan
jumlah metode yang tersedia ataupun
preventif yang paling dasar dan utama
karena kebijakan nasional, kesehatan
bagi perempuan dalam menurunkan
individu dan seksualitas wanita sampai
angka kesakitan dan kematian ibu di
masalah biaya yang harus dikeluarkan.
Indonesia. Namun masih banyaknya
Untuk itu sebelum menentukan pilihan
perempuan yang mengalami kesulitan
akan alat kontrasepsi yang benar-benar
dalam memilih jenis kontrasepsi yang
cocok untuk diharapkan akseptor mencari
disebabkan terbatasnya metode yang
informasi yang lengkap, akurat dan benar
tersedia dan ketidaktahuan tentang
tentang alat kontrasepsi ini.
metode kontrasepsi tersebut.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan
Menurut survey demografi kesehatan
kurang berhasilnya program KB
Indonesia (SDKI) tahun 2007, bahwa
diantaranya di pengaruhi oleh tingkat
dari jumlah 30.931 wanita, pemakaian
pengetahuan ibu dan faktor pendukung
suatu alat/cara KB oleh wanita berstatus
lainnya. Untuk mempunyai sikap yang
kawin mengalami peningkatan dari 50%
positif tentang KB diperlukan pengetahuan
pada tahun 1991 menjadi 61% pada
yang baik, maka kepatuhan dalam
tahun 2007 dimana kontrasepsi yang
melaksanakan program KB akan
paling banyak digunakan adalah metode
meningkat dan sebaliknya bila
suntik (31,8%), pil (13,2), IUD (4,9%),
pengetahuan kurang maka kepatuhan
implant (2,8%), MOW (3%), kondom
menjalani program KB berkurang
(1,3%) dan MOP (0,2%). Berdasarkan
(Notoatmojo, 2003). Berdasarkan hasil
data tersebut menunjukkan bahawa
studi pendahuluan yang merupakan hasil
metode suntik merupakan metode
penjajakan lokasi untuk praktek
kontrasepsi yang paling banyak
pembangunan kesehatan masyarakat
digunakan masyarakat
desa (PKMD) di desa SuntenJaya pada
Indonesia saat ini.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 260
akhir bulan Oktober 2015 di dapatkan Bandung Barat.
data awal dari bidan desa dan kepala
desa bahwa sebagian besar wanita usia
B. METODE PENELITIAN
subur di desa SuntenJaya Lembang
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan
dengan pendekatan desain cross
berbagai alasan dalam memilih metode
sectional. Pendekatan kuantitatif
KB. KB suntik 3 bulan lebih banyak
digunakan untuk mengukur hubungan
digunakan dengan lebih murah, aman dan
antara variabel pengetahuan dan
karena mengikuti saudara dan
pemilihan alat kontasepsi suntik 3 bulan
tetangganya yang sebagian besar
yang diteliti dalam waktu yang
menggunakan KB suntik 3 bulan tanpa
bersamaan. Penelitian ini meneliti tentang
mengetahui apa manfaat, efek samping
hubungan pengetahuan alat kontrasepsi
dan keuntungannya hanya berdasarkan
dan pemilihan alat kontasepsi suntik 3
ikut-ikutan saja. Bahkan ada beberapa
bulan di desa Suntenjaya Lembang
dari ibu yang sedang menggunakan alat
Bandung Barat.
kontrasepsi suntik ini dengan jadwal
suntik yang teratur mengeluh menstruasi Variabel independen dalam penelitian ini
yang tidak teratur. ditemukan juga dua adalah pengetahuan ibu tentang KB suntik
orang ibu yang mengatakan tidak dan variabel dependennya adalah
mengatahui cara kerja dan efek samping pemilihan alat kontrasepsi suntik 3 bulan.
dari alat kontasepsi suntik 3 bulan ini Populasi dalam penelitian ini adalah
sehingga ada beberapa ibu yang tidak Wanita usia subur di 10 RW desa
puas dengan metode suntik ini dan masih Suntenjaya Lembang yang di gunakan
binggung menentukan metode lain. Saat sebagai tempat praktek lapangan saat ini
peneliti menemui 5 orang ibu yang sedang yaitu sebanyak 844 ibu, dengan
menggunakan alat kontrasepsi ini, menggunakan teknik stratified
mengatakan menggunakan suntik 3 bulan proportional random sampling di dapatkan
ini karena ikut keluarganya yang sampel sebanyak 62 responden sehingga
menggunakan KB suntik ini, karena di peroleh sampel yang mewakili subjek
mudah dan tidak repot harus sering dari setiap strata atau setiap wilayah
datang ke tenaga kesehatan dan karena ditentukan seimbang atau sebanding
informasi yang didapat dari petugas
kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti
bermaksud mengetahui hubungan
pengetahuan ibu tentang KB suntik
dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik
3 bulan di desa SuntenJaya Lembang

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 261
dengan banyaknya subjek dalam masing- Definisi operasional yang
digunakan masing wilayah. dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian


Cara
Variabel Definisi Oprasional Skala Hasil Ukur
Ukur
1. Penge- Segala sesuatu yang Kuesioner Ordinal Dibagi atas 3
tahuan diketahui oleg responden kategori:Kurang
tentang KB 55% Cukup 56-75%
suntik 3 bulan Baik > 75%

2. Pemilihan Pengambilan keputusan oleh Kuesioner Nominal . Memilih suntik 3


alat ibu untuk memilih alat bulan
Kontrasepsi kontrasepsi sesuai dengan . Bukan memilih suntik
suntik 3 keinginan responden 3 bulan
bulan
1. Kategori baik: bila jawaban responden
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner
benar > 76 %
yang berjumlah 25 item pertanyaan.
Instrumen penelitian telah dilakukan uji 2. Kategori cukup: bila jawaban responden

validitas dengan nilai r = 0,514 (15 benar 56-75%

responden) dan nilai alpha 0,890. Analisis 3. Kategori kurang: bila jawaban responden
yang digunakan dalam penelitian ini benar < 55%
Analisis yang digunakan dalam penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara
ini adalah analisa univariat dengan
variabel independen dan variabel
mendeskriptifkan gambaran pengetahuan
dependen serta data yang diteliti adalah
ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan
kategorikal maka teknik analisa data yang
yang disajikan dalam tabel hasil
digunakan adalah uji statistik Chi-Square
penelitian.
atau X (Riyanto, 2010).
Berdasarkan data yang dikumpulkan,
Chi-Square digunakan untuk
dimana pertanyaan yang benar diberi
nilai 1 dan bila salah diberi nilai 0 melalui mengestimasi dari beberapa faktor atau
rumus: mengevaluasi frekuensi yang diselidiki
atau frekuensi hasil observasi dengan
P = a/b X 100%
Keterangan: P: Prosentase a : Jumlah ferkuensi yang diharapkan dari sampel

pertanyaan yang benar b: Jumlah semua apakah terdapat hubungan atau

pertanyaan untuk semua pembahasan perbedaan yang signifikan atau tidak.

hasil, dikonfirmasikan Tingkat signifikansi atau derajat

kedalam kreteria kemaknaan yang dipilih dalam penelitian


ini adalah 5% (0,05), dengan rumus:
kuantitatif
Selanjutnya dilakukan pengelompokan
dalam tiga kategori pengetahuan
berdasarkan prosentase jawaban yang
Keterangan:
benar, yaitu sebagai berikut:

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 262
X : Nilai Chi-kuadrat fo : Frekuensi terbanyak adalah responden yang
yang diobservasi (frekuensi empiris) memiliki pengetahuan cukup
mengenai KB suntik 3 bulan yaitu 27
fe : Frekuensi yang diharapkan
orang (43,5%), yang berpengetahuan
(frekuensi teoritis)
baik sebanyak 26 orang (41,9%) dan
Jika P value (0,05) (X hitung X
sebagian kecil berpengetahuan
tabel), maka Ho ditolak berarti signifikan,
kurang sebanyak 9 orang (14,5%).
terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pemilihan KB
suntik 3 bulan. b. Gambaran distribusi pemilihan KB
suntik 3 bulan di Desa SuntenJaya
Jika P value (0,05) (X hitung X
Lembang Bandung Barat
tabel), maka Ho diterima berarti tidak
signifikan, tidak terdapat hubungan yang Tabel 3 Distribusi frekuensi pemilihan
bermakna antara pengetahuan ibu KB suntik 3 bulan di Desa SuntenJaya
dengan pemilihan KB suntik 3 bulan.
Bandung Barat
Chi-square digunakan untuk Variabel Frekuensi %
Bukan KB Suntik 3 37 59,7
menganalisa pengetahuan ibu terhadap bulan
pemilihan KB suntik 3 bulan. Analisa KB suntik 3 bulan 25 40,3

dilakukan dengan sistem komputerisasi.


Total 62

C.HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis tabel 3


Hasil Penelitian didapatkan bahwa responden
1. Analisis Univariat dengan frekuensi terbesar adalah
a. Gambaran distribusi responden yang memilih bukan KB
pengetahuan ibu tentang KB suntik suntik 3 bulan yaitu sebanyak 37
3 bulan di Desa responden (59,7%) dan yang
memilih KB suntik 3 bulan yaitu
SuntenJaya Lembang Bandung Barat
Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan sebanyak 25 (40,3%)..
ibu tentang KB suntik 3 bulan di Desa
SuntenJaya Lembang
Bandung Barat 2. Analisis Bivariat

Pengetahua Frekuensi % Hubungan pengetahuan ibu


n Kurang 9 14,5 terhadap pemilihan alat kontrasepsi
Cukup 27 43,5
Baik 26 41,9 suntik 3 bulan di Desa SuntenJaya
Total 62 100 Bandung Barat

Dari hasil analisis tabel 2 didapatkan


bahwa responden dengan frekuensi

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 263
Tabel 4 Hubungan pengetahuan ibu yang logis dan rasional sehingga dapat
terhadap pemilihan alat kontrasepsi menilai apakah sesuatu akan bermanfaat
suntik 3 bulan di Desa SuntenJaya baginya atau tidak. Pengetahuan ini dapat
di peroleh melalui mata dan telinga
Bandung Barat
(Notoatmojo, 2012). Dan untuk
.
Pemilihan Kontrasepsi meningkatkan pengetahuan dapat di
Bukan KB
Penge- Total p value tahuan KB peroleh dari berbagai sumber informasi
suntik 3 suntik 3 bulan bulan
n % n % n seperti media cetak, elektronik dan
%
lingkungan keluarga serta tenaga
Kurang 8 88,9 1 11,1 9
100
37 597, 25 403
, kesehatan dengan memberikan
Cukup 20 74,1 2 25,9 27 100 0,002
Baik 9 34,6 17 65,4 26 penyuluhan tentang alat kontrasepsi yang
100
Jumlah 62 100
idel.
Berdasarkan analisa hubungan Hasil penelitian ini juga menunjukan
antara pengetahuan ibu pemilihan alat
bahwa sebagian besar wanita usia subur
kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa 37 orang (59,7%) tidak memilih alat
SuntenJaya Lembang Bandung Barat
kontrasepsi suntik 3 bulan di desa
bahwa responden yang mempunyai Suntenjaya Lembang. Hal ini disebabkan
pengetahuan kurang sebanyak 8 orang
karena pengetahuan responden yang
(88,9%) lebih besar dibandingkan kurang baik tentang alat kontrasepsi
dengan yang berpengetahuan cukup 20
suntik 3 bulan yang merupakan salah satu
orang (74,1%) dan berpengetahuan baik pilihan bagi akseptor KB di desa
sebanyak 9 orang (34,6%). Hasil uji
SuntenJaya Lembang. Prilaku responden
statistik di peroleh nilai p value sebesar dalam penelitian ini lebih memilih untuk
0,002 (p < = 0,05) yang berarti ada
tidak menggunakan alat kontasepsi suntik
hubungan yang signifikan antara 3 bulan dipengaruhi oleh pengetahuan
pengetahuan tentang KB suntik dengan
dimana pengetahuan dapat
pemilihan alat kontrasepsi suntik 3 bulan mempengaruhi prilaku seseorang yang
di desa Suntenjaya Lembang Bandung
merupakan dasar dan sumber motivasi
Barat. bagi individu dalam mengambil
PEMBAHASAN keputusan. Hal yang mendorong sebagian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilih alat kontrasepsi suntik
sebagian besar wanita usia subur 3 bulan adalah tingginya tingkat
berpengetahuan cukup (74,1%) tentang pengetahuan tentang dampak, efek
alat kontasepsi suntik KB 3 bulan. Hal ini samping, kelebihan dan kekurangan dari
menunjukkan bahwa pengetahuan dan metode kontrasepsi hormonal seperti alat
pemahaman yang dimiliki dapat kontrasepsi suntik 3 bulan ini.
menganalisa permasalahan atau objek
yang sedang dihadapi dengan pola pikir

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 264
Pada dasarnya semua jenis alat dengan tingkat pengetahuan tentang alat
kontrasepsi akan dianggap baik kontrasepsi suntik 3 bulan yang
tergantung pada pemakainya. Apakah dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
cocok dengan alat kontrasepsi yang informasi yang di peroleh ibu tersebut.
dipilihnya dan sesuai dengan kondisi Maka pelayanan keluarga berencana
dan kebutuhannya. harus menjadi lebih berkualitas dan
memperhatikan hak-hak dari pasien atau
Hasil analisis chi square menunjukkan
masyarakat dalam memilih metode
nilai signifikansi antara pengetahuan ibu
kontrasepsi yang diinginkan (Saifuddin,
tentang suntik 3 bulan dengan pemilihan
2003).
alat kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa
Suntenjaya Lembang dengan p value
sebesar 0,002 (p < = 0,05). Maka D.SIMPULAN
hasil penelitian ini sesuai dengan Hasil penelitian di Desa SuntenJaya
hipotesis. Hasil penelitian ini sesuai Lembang ini dapat disimpulkan bahwa
dengan teori Notoatmojo, 2012, yaitu tingkat pengetahuan ibu dalam memilih
semakin baik tingkat pengetahuan metode kontasepsi suntik 3 bulan masih
responden tentang alat kontrasepsi berada dalam kategori cukup yaitu 27
suntik 3 bulan cenderung memilih alat (43,5%) dan dilihat dari hubungan antara
kontrasepsi suntik 3 bulan. Atau semakin pengetahuan ibu dan pemilihan alat
tinggi pengetahuan maka semakin besar kontraspsi suntik 3 bulan adalah
kemungkinan untuk memilih alat signifikan.
kontrasepsi suntik 3 bulan. Menurut
Green (1980) dalam Notoatmojo bahwa
SARAN
perilaku kesehatan termasuk di
Untuk itu diharapkan perlu meningkatkan
dalamnyaalat kontrasepsi di pengaruhi
pendidikan kesehatan dengan
oleh tiga faktor yaitu predisposing
menyebarkan informasi dan konseling
(pengetahuan, sikap, pendidikan,
yang tepat pada masyarakat di desa
ekonomi keluarga), faktor pendukung
SuntenJaya Lembang terkait dengan
(ketersediaan alat kesehatan, sumber
metode kontrasepsi oleh tenaga
informasi) dan faktor pendorong
kesehatan dan kader sehingga
(dukungan keluarga dan tokoh
masyarakat dapat memutuskan
masyarakat).
menggunakan metode kontrasepsi yang
Pengetahuan tentang keluarga di benar-benar tepat sesuai dengan
pengaruhi oleh kualitas dan kuantitas kondisinya.
informasi yang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat
DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan seseorang. Demikian juga

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 265
1. Arikunto, Suhasimi. Edisi Revisi 2010. 11. Saifuddin, A. Enriquito R, Lu. 2003. Buku
Prosedur penelitian suatu pendekatan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2. BKKBN.2015. Kumpulan data program 12. Sugiyono. 2012. Metode penelitian
keluarga berencana Nasional. Jakarta. kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung:
Alfabeta.
3. BKKBN. 2008. Rapat kerja program
keluarga berencana Nasional Tahun 13. Suyanto. 2011. Metodologi dan aplikasi
2008.Jakarta penelitian keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
4. Departemen Kesehatan RI. 2006. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun
2006. Jakarta: Depkes RI

5. Dinas Kesehatan Kota Bandung.2012.


Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung.

6. Hidayat, AA. 2011. Metode penelitian


keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta : Salemba Medika.

7. Notoatmojo. 2003. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
8. Notoatmodjo. 2012. Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

9. Prawiroharjo, dkk. 2006. Buku panduan


praktis pelayanan
kontrasepsi.Jakarta: YBP-SP

10. Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan dan


analisa data kesehatan cetakan I.
Yogyakarta : Nuha Medika.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 266
Petunjuk Penulisan Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi

1. Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian,
telaah pustaka, atau review yang berkaitan dengan bidang keperawatan, kebidanan,
kesehatan masyarakat dan sains.

2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan dimedia lain, baik cetak maupun
elektronik. Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya
diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlagsungnya
pertemuan tersebut.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku dan bahasa Inggris dengan huruf Arial 11
serta spasi 1.5, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut:

a. Judul naskah ditulis dengan huruf kapital, singkat, dan jelas serta mencerminkan isi
tulisan, tidak lebih dari 12 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris).

b. Nama penulis tanpa gelar, diikuti alamat instansi masing-masing dan disebutkan alamat
korespondensi kepada penuullis lengkap dengan alamat e-mail.

c. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 165
kata, dilengkapi dengan kata kunci (keywords) 4-5 kata.

d. Isi/batang tubuh:
1) Untuk tulisan berupa laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika sebagai
berikut: Pendahuluan (Introduction), Metode Penelitian (Materials and and Methods),
Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion), Kesimpulan dan Saran (Conclusion).

2) Untuk tulisan bukan laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Pendahuluan, Bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan dan
Saran.

e. Daftar Pustaka (References) ditulis berurutan dengan Nomor Arab (1, 2, 3, dst.) dengan
urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis dengan sistem Harvard.
Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara
menambahkan huruf a, b, atau c, dan seterusnya tepat dibelakang tahun publikasi (baik
penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Alamat Internet
ditulis menggunakan huruf Italic, contoh:

1) Buller H, K. Hoggart .1994. New Drugs for Acute Respiratory Distress Syndrome. New
England J Med 337(6): 435-439.

2) Buller H, K. Hoggart. 1994b. The Sosial Integrationof British Home Owners Into Rench
Rural Communities. J Rural Studies 10(2):197-210.
-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 264
3) Dowor M. 1977. Planning aspects of Second homes, di dalam Coppock JT (ed),
Second homes: Curse or Blessing? Poxford: Pergamen Pr. Hlm 210237.
4) Grinspoon L., Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine.
London: Yale Univ Press.
5) Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge univ
Press.
4. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun
penerbitan yang diletakkan dalam tanda kurung. Contoh: Respons dipengaruhi oleh
beberapa stimulus, meliputi stimuli fokal, kontekstual, dan residual (Friedman, 1988).

5. Untuk penulisan keterangan gambar, ditulis Gambar 1; Grafik. dsb.


6. Bila sumber Gambar diambil dari buku atau dari sumber lain, maka dibawa keterangan
gambar ditulis nma penulis dan tahun penerbitan.

7. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Words, tanpa
garis pembatas kolom dan baris pada badan tabel, diletakkan simetris ditengah area
pengetikan, diberi judul dan tabel dengan angka arab 1, 2, 3,... dst.

8. Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk
CD) melalui pos/kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal.

9. Naskah yang diterima akan detelaah oleh Redaksi/Editor/Mitra Bestari, apabila diperlukan
akan diberi catatan dan dikembangkan kepada penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya
dikirimkan kembali secara utuh ke pada redaksi jurnal untuk diterbitkan.

-------------Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Volume 9 No. 2, Juli 2016 265

Anda mungkin juga menyukai