Limbah Plywood
Limbah Plywood
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan
industri. Sebagai contoh jenis industri yang mengunakan sumber daya kayu
adalah industri plywood. Penggunaan plywood untuk bahan bangunan,
furniture, dekorasi dan pembuatan kertas sudah semakin tinggi. Mempunyai
dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu
meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat meningkat,
sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah yang dapat mencemari
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Limbah kayu dapat terdegradasi oleh alam karena bahan organik, namun
bagaimana dengan perekat yang merupakan senyawa anorganik dari bahan
bahan kimia.Tentunya limbah perekat memerlukan pengolahan khusus agar
1
tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Pengendalian pencemaran yang
dikenal masyarakat adalah menggunakan Instalasi Pengolahan Limbah.
Instalasi pengolahan limbah pada prinsipnya bagai sebuah sistem pabrik
dimana tersedia sejumlah input untuk diolah menjadi output. Kata lain limbah
sebagai bahan baku yang diolah dalam sistem kemudian hasilnya adalah
limbah yang memenuhi syarat baku mutu (Soetomo, 2001).
2
lapisan. Plywood terbuat dari beberapa lembaran tipis, atau lapisan yang arah
seratnya disusun saling melintang antara lembaran bawah dengan lembaran
bagian atas secara bersamaan dengan lem khusus di bawah tekanan besar
sehingga didapatkan ketebalan tertentu. Lembaran-lembaran tersebut biasanya
di peroleh dari proses pengupasan kayu log secara rotary. Dari proses ini
diperoleh lembaran yang lebar dan panjang pada ketebalan yang kecil (0.3mm
3mm).
Dari konstruksi yang digunakan untuk membuat plywood, maka bahan ini
sangat tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung atau melintir yang
tergantung pula pada ketebalannya. Dimulai dari standar ketebalan 3mm,
4mm, 6,9,12,15,18mm dan seterusnya.
Pada awalnya plywood diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat
besar dan apabila menggunakan kayu solid sangat beresiko tinggi terhadap
efek penyusutan kayu (melengkung, melintir dan pecah/retak). Namun
demikian plywood juga memiliki keterbatasan dalam ukuran panjang dan
lebar.
Kelebihan plywood adalah karena daya tahannya terhadap penyusutan kayu
dan ukuran panjang lebar yang tidak mungkin didapatkan dari kayu solid pada
posisi kualitas yang sama. Tetapi bukan berarti plywood punya daya tahan
yang sama kuatnya terhadap cuaca. Material ini hanya direkomendasikan
untuk perabot di dalam ruangan (indoor). Kelemahan paling besar pada
plywood terdapat pada sisi tebalnya. Sisi tebal plywood merupakan bagian
yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar. Untuk
mendapatkan kehalusan yang baik harus ditambahkan penutup sisi tebal.
BAB III
PEMBAHASAN
Bahan baku yang digunakan untuk produksi plywood adalah kayu, perekat,
air. Sebagai bahan baku utama, kayu memiliki kandungan selulosa (40-50%),
hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan
anorganik dan ekstraktif. Oleh karena itu kayu bersifat hirofilik, kaku, serta
3
dapat terdegradasi secara biologis. Lalu perekat mengandung urea
formaldehida, melamin formaldehida, phenol formaldehida dan resorsinol
formaldehida. Kemudian bahan lain adalah air yang digunakan untuk proses
pencucian kayu.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan plywood adalah limbah cair
dan limbah padat. Limbah padatnya serbuk dan kulit kayu, selama ini serbuk
dan kulit kayu tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dirumah tangga
ataupun hanya dibuat sebagai abu gosok saja. Dengan pemanfaatan kembali
limbah tersebut untuk bahan bakar proses pembakaran di boiler, maka akan
dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan serta dapat meminimalkan
biaya bahan bakar boiler. Sedangkan limbah serbuk dan kayu yang belum
dimanfaatkan dapat digunakan untuk pembuatan furniture alat-alat rumah
tangga. Sehingga akan bernilai ekonomis serta ramah lingkungan
Selain serbuk kayu dan kulit kayu, limbah padat dari proses produksi plywood
adalah dihasilkan dari lem yang lengket pada mesin produksi. Lem yang
tertingal di mesin tentu akan menggangu produktivitas mesin tersebut.
Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah fenol.karena bahannya
mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar
tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah satu tekhnologi yang dapat
digunakan untuk limbah ini adalah insenerator , karena dapat membakar
limbah ini secara sempurna dan menghasilkan fly ash. Pembakaran pada
insenerator menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu tertentu untuk
setiap jenis limbah. Hasil produksi kayu yang mengalami kerusakan tentunya
akan menjadi limbah baru bagi lingkungan apabila tidak dilakukan
penanganan secara cermat sebelum dibuang. Limbah hasil produksi yang
rusak tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
proses pembakaran di Boyler karena kandungan kalori kayu yang tinggi.
4
3.3 Metode Pengolahan Limbah Pabrik Plywood
5
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan serta dapat meminalkan biaya bahan
bakar boiler. Sedangkan limbah serbuk dan kayu yang belum dimanfaatkan dapat
digunakan untuk pembuatan furniture alat-alat rumah tangga. Sehingga akan
bernilai ekonomis serta ramah lingkungan.
Limbah padat dari proses produksi kayu lapis ini dihasilkan dari lem yang
lengket pada mesin produksi. Lem lem yan tertingal di mesin tentu akan
menggangu produktivitas mesin tersebut. Kandungan bahan kimia yang terdapat
pada lem adalah fenol.karena bahannya mudah menguap ke udara serta
menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan.
Salah satu tekhnologi yang dapat digunakan untuk limbah ini adalah insenerator ,
karena dapat membakar limbah ini secara sempurna dan menghasilkan fly ash.
Pembakaran pada insenerator menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu
tertentu untuk setiap jenis limbah.
D. Limbah Cair
6
tersebut. Salah satu sistem pengolahan limbah cair adalah sistem Pengolahan
IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah). Sistem pengolahan tersebut bertujuan
untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi , koloid, bahan-bahan
organik dan anorganik, serta kandungan bahan kimia hasil dari proses produksi
kayu lapis.
Lalu proses selanjutnya adalah proses Grit Chamber, pada proses ini,
tanah, kerikil, pasir, dan partikel-partikel lain yang dapat mengendap di dalam
saluran dan pipa-pipa dihilangkan sehingga dapat melindungi pompa-pompa dan
peralatan lainnya dari penyumbatan, abrasi, dan overloading. Lalu proses
selanjutnya yang dilakukan adalah Equalisasi, proses ini bertujuan untuk
menhomogenkan larutan air limbah, menyetarakan laju alir dan karakteristik air
limbah, mengurangi ukuran dan biaya proses pengolahan selanjutnya, dan
memperbaiki performance proses selanjutnya. Kemudian setelah equalisasi,
dilakukan proses sedimentasi. Proses ini untuk memperoleh air buangan yang
jernih serta dapat mempermudah dalam penanganan lumpurnya. Setelah rangkaian
proses fisika, dilanjutkan dengan pengolahan sistem pengolahan kimia.
7
Pada proses pengolahan secara kimia, pengolahan yang pertama adalah
neutralisasi. Proses ini bertujuan untuk mengatur kondisi pH pada air limbah agar
berada pada kondisi netral, karena jika terlalu asam ataupun basa air tersebut akan
bersifat racun. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi ini bersifat asam,
oleh karena itu perlu penambahan larutan NaOH agar pH nya menjadi netral. Lalu
setelah netralisasi, dilanjutkan dengan presipitasi. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi bahan bahan yang dapat menimbulkan terbentuknya endapan dan
menghilangkan kandungan logam logam berat yang mungkin ada pada air limbah
ini dengan menambahkan AL2 (OH) CL4 (PAC), Soda Ash ( Caustic Soda ),
Flokulan (PAM) dan AL2 SO4. Setelah proses presipitasi ( kimia ), dilanjutkan
dengan proses pengolahan secara biologi.
Pengolahan secara biologi salah satunya adalah dengan Aerasi, proses ini
bertujuan untuk menghilangkan polutan dengan mengunakan mikroorganisme
(bakteri) ataupun mengontakkan limbah dengan oksigen (aerator). Proses
selanjutnya yaitu ozonasi, proses ini dilakukan dengan cara menambahkan O3 ke
dalam air. Proses ini bertujuan untuk Mengoksidasi logam berat, Meningkatkan
flokulasi, Bahan pemutih, Menghancurkan jamur dan lumut, Menghancurkan dan
mengurangi jentik-jentik.
8
dapat dibuang kelingkungan (outlet). Akan tetapi, untuk menghemat ketersediaan
air, maka air outlet dapat digunakan kembali (Reuse) sebagai air pencuci kayu
atau peruntukan lain yang sesuai.
Limbah dari kain majun yang dihasilkan dari proses produksi dapat
dipakai untuk bahan bakar boyler. Lalu untuk drum bekas penyimpanan oli dapat
dibersihkan dan dapat diunakan untuk menyimpan air hujan, atau dijual ke agen
penampun drum untuk dijual kembali ke masyarakat. Hasil pencucian drum yang
mengandung oli serta oli bekas dari pengunaaan mesin produksi dan kendaraan
operasional akan menjadi limbah berbahaya, maka Limbah tersebut dapat
dikatakan limbah B3 karena kandungan oli nya masih ada. Limbah non spesifik
lain adalah limbah medis dari pengobatan para direktur ataupun karayawan,
limbah limbah tersebut bisa berupa bahan kimia ataupun berupa jarum suntik.
Limbah obat obatan dan jarum suntik merupakan limbah infeksius yang
penanganannya perlu metode khusus mulai dari pembungkusan limbah tersebut
hingga penyimpananya sebelum diolah.Lalu limbah yang dihasilkan oleh bahan
bahan pendukung produksi yang telah kadaluarsa misal perekat dan bahan bahan
kimia. Apabila dimungkinkan dapat diolah di insenerator, maka limbah limbah
tersebut akan dibakar. Akan tetapi jika tidak lagi dimungkinkan untuk diolah lagi
karena terlalu berbahaya kandungannya ( B3 ), maka alternatif terakhir adalah
dengan penimbunan ( landfill ). Alternatif ini merupakan jalan akhir pembuangan
limbah setelah berbagai jenis pengolahan tidak mampu lagi untuk
menanganinya.Landfill itu sendiri harus dilakukan secara benar dan perlu
pengawasan yang intensif selama 30 tahun. Limbah yang akan di landfill harus
benar benar diperhatikan mulai syarat syarat penimbunan serta perawatannya agar
tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Alternatif Pemanfaatan
9
Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi
mempunyai nilai ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang
dikembangkan saat ini. Limbah bukan menjadi suatu hal yang harus dihindari atau
ditutup-tutupi pengelolaannya.Limbah juga mempunyai nilai ekonomis. Konsep
3R (Reuse, Recyle dan Recovery) akan medorong setiap penghasil limbah untuk
menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis tersebut.
Khusus untuk pembuatan arang dari serbuk gergajian kayu, teknologi yang
digunakan berbeda dengan cara pembuatan arang sistem timbun dan kiln bata.
Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan arang dari serbuk gergaji
kayu ini adalah dengan menggunakan drum yang dimodifikasi dan dilengkapi
dengan lubang udara di sekeliling badan drum dan cerobong asap dibagian tengah
badan drum. Rendemen arang serbuk gergaji yang dihasilkan dengan cara ini
sebesar 15 20 %. kadar karbon terikat sebesar 50 72 kal/g dan nilai kalor arang
antara 5800 6300 kal/g. Mengingat cara ini kurang efektif bila ditinjau dari
lamanya proses pembuatan arang serbuk yang memerlukan waktu lebih dari 10
jam dengan hasil yang tidak terlalu banyak, maka dibuat teknologi baru untuk
mengatasi kekurangan cara drum tersebut. Teknologi ini dirancang dengan
konstruksi yang terbuat dari plat besi siku yang dapat dibongkar pasang (sistem
baut) dan ditutup dengan lembaran seng yang juga menggunakan sistem baut.
Dalam satu hari (9 jam) dapat mengarangkan serbuk sebanyak 150 200 kg yang
menghasilkan rendemen arang antara 20 24 %. Kadar air 3,49 %, kadar abu 5,19
%, kadar zat terbang 28,93 % dan kadar karbon sebesar 65,88 %. Arang serbuk
gergaji yang dihasilkan dapat dibuat atau diolah lebih lanjut menjadi briket arang,
arang aktif, dan sebagai media semai tanaman. Biaya untuk membuat kiln semi
kontinyu ini adalah sebesar Rp. 2000.000,-
2. Arang aktif
10
Arang aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi
sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai bahan adsorben.
Proses yang digunakan sebagian besar menggunakan cara kimia di mana bahan
baku direndam dalam larutan, CaCl2, MgCl2, ZnCl2 selanjutnya dipanaskan
dengan jalan dibakar pada suhu 5000C. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas
arang aktif dalam hal ini besarnya daya serap terhadap yodium memenuhi standar
SII karena daya serapnya lebih dari 20 %. Sesuai dengan perkembangan teknologi
dan persyaratan standar yang makin ketat serta isu lingkungan, teknologi ini sudah
tidak memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut terutama untuk pemakaian
bahan pengaktif ZnCl2 yang dapat mengeluarkan gas klor pada saat aktivasi.
Pada tahun 1986 berdiri sebuah pabrik arang aktif di Kalimantan yang
membuat arang aktif dari limbah serbuk gergajian kayu dengan kapasitas produksi
3000 ton/th. Sampai sekarang terdapat dua buah pabrik pengolahan arang aktif
yang menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya. Kualitas
arang aktif yang dihasilkan memenuhi SNI karena daya serap yodiumnya lebih
dari 750 mg/g, tetapi belum memenuhi standar Jepang.Harga jual arang aktif
bervariasi antara Rp 6.500 Rp 15.000/kg tegantung pada kualitas yang
diinginkan. Untuk arang aktif buatan Jerman harganya mencapi Rp 65.000/0,5 kg.
11
3. Briket arang
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri
pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana
bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicapur perekat,
dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik manual selanjutnya dikeringkan.
Pada tahun 1990 berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa Barat dan Jawa
Timur yang menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya.
Proses pembuatan briket arangnya berbeda dengan cara yang disebutkan di atas.
Bahan baku serbuk gergajian kayu dikeringkan selanjutnya dibuat briket kayu
dengan sistem ulir berputar dan berjalan sambil dipanaskan kemudian diarangkan
dalam kiln bata. Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor
kurang dari 7000 kal/g yaitu sebesar 6341 kal/g dan kadar karbon terikatnya
sebesar 74,35 %. Namun demikian studi yang dilaksanakan di Jawa Barat
menunjukkan bahwa pabrik briket arang dengan kapasitas sebanyak 260 kg briket
arang/hari dapat menguntungkan. Di pasar swalayan sekarang dapat dibeli briket
arang dari kayu dengan dengan harga jual Rp 12.000/2,5 kg.
Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar
maka akan dapat terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia,
sedangkan untuk dunia karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000
diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m3 (Moreira (1997) maka jumlah CO2 yang
dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2/th.
4. Energi.
12
keperluan pemakaian bahan bakar untuk ketel uap sebesar 19,7 % atau 40 % dari
total limbah yang dihasilkan.
5. Soil conditioning
Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang
berasal dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah
satu alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologis
arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Oleh
sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat
membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan
beberapa fungsi antara lain: sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang
pembentukan spora endo dan ektomikoriza, dan menyerap kelebihan CO2 tanah.
Sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan dan hutan tanaman.
13
anakan (seedling) dari Eucalyptus urophylla. pemberian arang serbuk gergaji dan
arang sarasah dapat meningkatkan pertumbuhan anakan Acacia mangium dan
Eucalyptus citriodora lebih dari 30 % dibanding tanpa pemberian arang, begitu
juga pemberian arang di lapangan dapat meningkatkan diameter batang tanaman
E. urophylla. Sedangkan untuk tanaman pertanian seperti cabe (Capsicum annum)
penambahan arang bambu sebanyak 5 % dan arang sekam sebanyak 10 % dapat
meningkatkan persentasi pertumbuhan tinggi tanaman menjadi 11 %. Namun
demikian akan lebih baik bila pada waktu penanaman, arang yang ditambahkan
dicampur dengan kompos. Hasil sementara menunjukkan dengan penambahan
arang serbuk gergajian kayu dan kompos serbuk menghasilkan diameter pohon
yang lebih besar (7,9 cm) dibanding tanpa pemberian kompos.
Serbuk gergaji merupakan salah satu jenis limbah industri pengolahan kayu
gergajian.Alternatif pemanfaatan dapat dijadikan kompos untuk pupuk
tanaman.Hasil penelitian Komarayati (1996) menunjukkan bahwa pembuatan
kompos serbuk gergaji kayu tusam (Pinus merkusii) dan serbuk gergaji kayu karet
(Hevea braziliensis) dengan menggunakan activator EM4 dan pupuk kandang
menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85 % dalam waktu
4 bulan. Selain itu Pasaribu (1987) juga memanfaatkan serbuk gergaji sengon
(Paraserianthes falcataria) sebagai bahan baku untuk kompos. Kompos yang
dihasilkan mempunyai nisbah C/N 46,91 dengan rendemen 90 % dalam waktu 35
hari. Hasil penelitian pemberian kompos serbuk dan sarasah pohon karet dapat
meningkatkan pertumbuhan Eucalyptus urophylla 40-50 % dalam waktu 5 bulan
dibanding tanpa pemberian kompos.
14
3. Ketersediaan air tanah yang semakin berkurang selain karena faktor pada point
pertama dan kedua diatas, industri juga menggunakan air tanah untuk proses
produksi. Padahal air tanah diperuntukkan bukan untuk pencucian kayu.
Karena penggunaan air tanah untuk industri, maka air akan kian tercemar.
4. Tempat penampungan air yang kian berkurang ( hutan ), serta daerah resapan
(tanah) yang beralih menjadi beton dan aspal tentu akan memperbesar
potensi run off, erosi, dan banjir.
5. Proses produksi yang menimbulkan limbah dan tidak dikelola kembali akan
menjadi bahan pencemar bagi lingkungan.
Suatu bentuk kegiatan Industri tentu akan menimbulkan masalah yang dapat
mempengaruhi lingkungan alam ataupun sosial. Oleh karena itu perlu adanya
peraturan peraturan yang mengatur semua jenis kegiatan tersebut agar tidak
menimbulkan masalah apapun. Peraturan pemerintah yang terkait dalam
kegitatan Industri adalah :
15
tanah. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan
tersebut. Selain peraturan tersebut di atas, ada satu peraturan lagi yang
dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah yang
boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 1995.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpuan
Plywood atau yang lebih dikenal dengan sebutan tripleks merupakan salah
satu bahan yang sering digunakan sebagai bahan bangunan. Plywood merupakan
sejenis papan pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu (veneer kayu) yang
16
direkatkan bersama-sama. Plywood merupakan salah satu produk kayu
yang paling sering digunakan dalam membangun sebuah rumah atau proyek
bangunan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, limbah yang dihasilkan pada
industri plywood antara lain adalah limbah padat (serbuk dan kulit kayu), limbah
padat (lem), limbah padat (produk gagal), limbah cair, serta limbah non spesifik
industri plywood.
17