Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

PT. BERJAYA TAPIOKA INDONESIA, TULANG BAWANG BARAT


03 April sampai dengan 29 September 2023

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA

PROSES PRODUKSI TEPUNG TAPIOKA

Oleh
Kayla Rizkita
21016513

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN – SMTI
BANDAR LAMPUNG 2023
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
ii

PT. BERJAYA TAPIOKA INDONESIA , TULANG BAWANG BARAT

03 April sampai dengan 29 September 2023

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Di Sekolah Menengah Kejuruan – SMTI
Bandar Lampung

Oleh
Kayla Rizkita
21016513

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN – SMTI
BANDAR LAMPUNG
2023
PERSETUJUAN PENGESAHAN
iii

Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) pada PT. Berjaya Tapioka Indonesia, Tulang Bawang
Barat atas nama :

Kayla Rizkita
21016513

telah disetujui dan disahkan pada hari ................tanggal..........tahun

Dua Ribu Dua Puluh Tiga

Disetujui Oleh :

Quality Control Production Manager

Ayu Kurnia, A.Md.P. Dadi Rosadi

Guru Pembimbing

Desy Silvianti,STP.,M.Si
NIP.197612172003122003

Disahkan Oleh :
Kepala SMK – SMTI Bandar Lampung

Farid Hardiana, SE,M,Ak


NIP. 1967102022006031001
iv

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri
(Prakerin) di PT BERJAYA TAPIOKA INDONESIA dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan.
penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan praktek kerja Industri (Prakerin), sehingga penulis terbuka akan segala
saran dan kritik untuk menjadi perbaikan. Dari hasil yang telah penulis lakukan
selama mengiktui program Kegiatan Prakerin di PT. Berjaya Tapioka Indonesia
selama 6 bulan yang dimulai dari 03 April 2023 sampai 29 September 2023,
penulis mendapat banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berharga didalam
dunia industri.
Terlepas dari banyaknya kekurangan, penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan praktek kerja
Industri beserta penyusunan laporannya.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua saya yang telah memberikan nasehat dan doanya serta selalu
mendukung saya.
2. Farid Hardiana, S.E., M.Ak., selaku Kepala SMK-SMTI Bandar Lampung.
3. Bapak Dadi Rosadi selaku Senior Manager HR & GA PT. Berjaya Tapioka
Indonesia yang telah memeberikan izin kepada penulis untuk melakukan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).
4. Bu Desy Silvianty selaku guru pembimbing prakerin.
5. Bapak Mahmud Nawawi dan Bapak Bahidi selaku SPV Produksi PT. Berjaya
Tapioka Indonesia.
6. Kak Ayu Kurnia, dan Kak Siti Ayu Afrida selaku pembimbing
7. Seluruh Pempinan, staf, dan karyawan PT. Berjaya Tapioka Indonesia atas
segala bimbingan, bantuan, arahan, dan pengertiannya.
v

8. Diri sendiri yang telah berjuang dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan
laporan ini.
9. Kepada Teman Seperjuangan Saya, Fidella Salma Khulaida, Juliana Munthe,
Mayvika Rudinawati, Nadiyah Novalia, dan Suci Trilia Purwanti yang telah
mendukung, memotivasi, dan membantu saya.
Dengan adanya laporan praktek kerja Industri (Prakerin) ini, semoga
bermanfaat untuk berbagai pihak yang membutuhkannya baik itu untuk PT
Berjaya tapioka Indonesia maupun Smk Smti Bandar Lampung.

Bandar Lampung,
Penulis

Kayla Rizkita
NISN 0066060682
vi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PENGESAHAN........................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. i
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup Masalah.................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 3
II. LANDASAN TEORI........................................................................... 4
2.1 Teori Umum..................................................................................... 4
2.1.1 Singkong................................................................................ 4
2.1.2 Tapioka.................................................................................. 7
2.2 Teori Khusus.................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Limbah................................................................. 9
2.2.2 Pengertian Sistem IPAL......................................................... 9
2.2.3 Limbah Cair........................................................................... 10
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Limbah Cair ............................ 10
2.2.5 Pengolahan Limbah Cair........................................................ 12
2.2.6 Dampak Pencemaran Lingkungan......................................... 13
2.2.7 Analisa Limbah Cair.............................................................. 14
2.3 Limbah Padat.................................................................................... 14
2.3.1 Macam - macam limbah padat yang dihasilkan dari
proses tepung tapioca............................................................. 14
2.3.2 Pemanfaatan Limbah Padat.................................................... 15
2.3.3 Dampak Limbah Padat........................................................... 16
vii

2.3.4 Onggok................................................................................... 17
III. METODE PENELITIAN.................................................................. 18
3.1 Profil Perusahaan............................................................................ 18
3.1.1 Perusahaan............................................................................. 18
3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan....................................................... 18
3.2 Alat dan Bahan................................................................................ 19
3.2.1 Alat dan Bahan Pengolahan Onggok..................................... 19
3.2.2 Alat dan Bahan Analisa Onggok............................................ 19
3.3 Prosedur.......................................................................................... 20
3.3.1 Prosedur Kerja Pengolahan Onggok...................................... 22
3.3.2 Prosedur Kerja Analisa Onggok............................................ 22
3.4 Prosedur Kerja.................................................................................. 22
3.4.1 Prosedur analisa pH Sampel Limbah Cair............................. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 25
4.1 Hasil................................................................................................. 25
4.2 Pembahasan...................................................................................... 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 28
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 28
5.2 Saran................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 30
LAMPIRAN............................................................................................... 32
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Prosedur Kerja Pengolahan Onggok....................................... 21


Gambar 1.2 Alur IPAL PT.BERJAYA TAPIOKA INDONESIA............. 25
ix

DAFTAR TABEL
Tabel 1 .Data pengamatan hasil analisa pH..............................................25
Tabel 2 Data pengamatan hasil analisa onggok....................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini dimana perkembangan zaman yang semakin cepat
memberikan dampak positif dan juga negatif. Salah satu hal positif yang dibawa
oleh perkembangan zaman yaitu adanya revolusi industri 4.0. Revolusi indusri 4.0
merupakan suatu upaya transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek
produksi dengan menggabungkan teknologi digital dan internet terhadap suatu
industri konvensional. Revolusi industri 4.0 bergerak di seluruh bidang industri,
dimana dengan adanya revolusi industri ini proses produksi barang suatu
industrisemakin mudah dan waktu yang dibutuhkan relative singkat. Salah satu
penerapan dari revolusi industri 4.0 yaitu pada industri pengolahan singkong
menjadi tepung tapioka. Suatu industri dalam proses produksinya selain
menghasilkan bahan utama juga menghasilkan limbah yang menjadi suatu
permasalahan
Industri tapioka yang menggunakan teknologi mesin canggih mampu
menghasilkan jumlah limbah yang lebih banyak. Air limbah merupakan air yang
telah mengalami penurunan kualitas karena berbagai pengaruh baik pengaruh
manusia maupun pengaruh alam. Pada industri tapioka akan menghasilkan limbah
berupa limbah padat dan juga limbah cair. Limbah padat yang berupa ampas
singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pakan ternak dan juga
pupuk kompos. Sedangkan limbah cair industri tapioka mengandung senyawa-
senyawa berbahaya yang dapat mencemari lingkungan, sehingga limbah cair ini
perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sistem pengolahan limbah cair pada industri tapioka
dan untuk mengetahui parameter yang dijadikan sebagai standar baku mutu
limbah cair tapioka sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun
rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
2

dampak negatif bagi kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22


Tahun 2021 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, suatu
kegiatan diwajibkan untuk mengolah dan mengelola limbah hasil kegiatannya
dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Limbah yang akan dilimpahkan ke
badan air harus memenuhi baku mutu yang diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 dan Peraturan Gubernur Lampung
Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Usaha atau kegiatan di
Provinsi Lampung.

1.2 Ruang Lingkup Masalah


Dalam penulisan laporan di PT.Berjaya Tapioka Indonesia, penulis akan
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga penyusunan laporan tetap pada
arahnya dan tidak menyimpang dari tujuan semula. Ruang lingkup yang akan
dibahas oleh penulis yaitu:
1. Bagaimana cara menganalisa limbah cair dan padat di PT. Berjaya Tapioka
Indonesia?
2. Bagaimana dampak pencemaran lingkungan dapat muncul akibat
ketidakolahan limbah cair dan padat dari proses produksi tepung tapioka?
3. Bagaimana cara pengelolaan limbah cair dan padat dari proses produksi tepung
tapioka?
4. Apa saja limbah cair dan padat yang di hasilkan dari proses produksi tepung
tapioka?
5. Bagaimana pemanfaatan limbah padat dan cair dari proses produksi tepung
tapioka?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini,sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menganalisa limbah cair dan padat di PT Berjaya Tapioka
Indonesia.
2. Mengetahui potensi pencemaran lingkungan dapat muncul akibat
ketidakolahan limbah cair dan padat dari proses produksi tepung tapioka.
3. Mengetahui cara pengelolaan limbah cair dan padat dari proses produksi
tepung tapioka.
4. Mengetahui apa saja limbah padat dan cair yang di hasilkan dari proses
produks tepung tapioka.
5. Mengetahui pemanfaatan limbah padat dan cair dari proses produksi tepung
tapioka.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori umum
2.1.1 Singkong
Tanaman singkong atau disebut dalam bahasa latin adalah Manihot
Utillisima C ini, sejatinya lebih dikenal dengan nama lain dari pembahasan
ubi kayu yang merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika dari
keluarga Euphorbiaceae. Disisi lainnya, tanaman singkong cukup mudah di
budidayakan, karena hanya dengan menancapkan potongan dari batang
singkong maka batang tersebut akan tumbuh. Singkong tidak memerlukan
persyaratan tumbuh khusus dan tetap dapat tumbuh pada kondisi lingkungan
marjinal, sehinnga peningkatan hasil produksi tanaman singkong masih
terbuka baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi.
Singkong adalah bagian umbi atau akar pohon yang panjang dengan
fisik rata-rata bergaris tengah 2 sampa dengan 3 cm dan panjang 50 hingga 80
cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Umbi singkong ini sendiri
dikenal sebagai makanan pokok selain beras, jagung, dan sagu, terutama di
desa.
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
 Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
 Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
 Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
 Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
 Ordo : Euphorbiales
 Famili : Euphorbiaceae
 Genus : Manihot
 Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
Singkong mengandung bermacam nutrisi yang dibutuhkan tubuh
manusia. Pada 100 gram singkong rebus, terdapat kalori yang 98 persennya
berasal dari karbohidrat, sisanya berasal dari protein dan lemak. Dalam
takaran yang sama, singkong juga mengandung serat, vitamin, dan mineral.
5

Berikut ini daftar kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram singkong:
– Air: 61,4 gram
– Karbohidrat: 36,8 gram
– Energi: 154 kalori
– Protein: 1,0 gram
– Serat: 0,9 gram
– Lemak: 0,3 gram
– Kalium: 394 miligram
– Kalsium: 77 miligram
– Vitamin C: 31 miligram
– Fosfor: 24 miligram
Singkong memiliki bermcam manfaat bagi tubuh manusia,
sehingga singkong pun sering dijadikan sebagai pengganti makanan pokok
yakni nasi.
Berikut ini adalah beberapa manfaat singkong bagi tubuh manusia :
1. Menambah energi, karena singkong mengandung karbohidrat, Jadi
singkong bisa menjadi sumber energi yang baik bagi Anda yang akan
menjalani aktivitas fisik berat.Aktivitas fisik akan menguras glikogen,
bentuk glukosa yang disimpan sebagai cadangan energi. Ketika Anda
makan singkong, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa, kemudian
diubah lagi menjadi glikogen dan disimpan dalam otot. Jadi, manfaat
singkong untuk menambah energi tak bisa disepelekan.
2. Mencegah sembelit, karena singkong juga mengandung serat.
Singkong mengandung pati resistan dalam jumlah yang cukup tinggi.
Pati resistan termasuk ke dalam jenis serat tidak larut yang kaya akan
selulosa. Jenis serat ini sangat berguna untuk membantu kelancaran
pencernaan sehingga dapat mencegah sembelit.
3. Mengendalikan kadar gula darah, karena serat dalam singkong
memperlambat penyerapan gula ke dalam aliran darah.
6

4. Memenuhi kebutuhan mineral tubuh, sebab singkong mengandung sumber


mineral yang cukup banyak seperti kalsium, fosfor, mangan, zat besi, dan
kalium. Mineral ini diperlukan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan
menjalankan fungsi jaringan tubuh.
5. Memenuhi kebutuhan kulit, karena singkong mengandung vitamin C yang
dikenal sebagai zat penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen sendiri
berfungsi untuk mempertahankan elastisitas kulit.
Media tanam memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman
singkong, seperti halnya dalam pertumbuhan tanaman lainnya. Pemilihan
media tanam yang tepat dapat memengaruhi ketersediaan nutrisi, drainase air,
ketersediaan oksigen, dan faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap
pertumbuhan yang sehat dan optimal. Berikut beberapa media tanam yang
umum digunakan untuk menanam singkong beserta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman :
1. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta
kaya bahan organik.Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara
yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk
pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan
kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
2. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial
latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
3. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon
berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di
Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga
seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
tanaman ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman
lainnya, kelebihan itu karena:
 Singkong dapat tumbuh pada lahan kering dan kurang subur.
 Daya tahan terhadap penyakit umumnya relatif tinggi.
7

 Masa panennya tidak diburu waktu, sehingga dapat diolah menjadi


beragammakanan utama maupun makanan ringan.- Selain itu singkong
adalah penghasil kalori yang efisien.Artinya tanamansingkong
mempunyai kemampuan dalam menghasilkan kaloriyang produktif
danefisien di daerah tropis.

2.1.2 Tapioka
Tepung Tapioka merupakan tepung pati yang diekstrak dari singkong
namun tepung singkong sebenarnya berbeda dengan tepung tapioka. Tepung
tapioka adalah hasil ekstraksi umbi singkong sedangkan tepung singkong
adalah tepung dari hasil parutan singkong yg dikeringkan. Tepung ini
berwarna putih, juga memiliki tekstur yang sedikit kesat dan lebih kasar dari
tepung terigu. Tepung tapioka juga memiliki nama lain tepung kanji, atau
tepung aci. Tapioka memiliki sifat-sifat yang hampir sama dengan tepung sagu
karena itulah penggunaan keduanya bisa ditukar.
Proses pembuatan tepung tapioka melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
 Penguapan kulit singkong
Pengupasan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk
memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi
juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong
lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka
dan dijadikan pakan ternak.
 Pencucian
Pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas
singkong yang sudah dikupas di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan
memisahkan kotoran pada singkong.
 Pemarutan
Parut yang digunakan ada 2 macam yaitu :
1. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan
tenaga manusia sepenuhnya.
8

2. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator.


 Pemerasan/Ekstraksi
Pemerasan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual
menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan
air demikian cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di
dalam ember.
2. pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur
singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin.
Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air
melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak
pengendapan.
 Pengendapan
Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam.
Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan
diambil dan dikeringkan.
 Pengeringan
Sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara
menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan
di atas rak-rak bambu selama 1-2 hari (tergantung dari cuaca). Tepung
tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15-19%.
Dengan cara pati diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon),
kemudian disaring, Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan
ampasnya. Cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang
mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga
diperoleh butiran-butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka.
Tepung singkong diperoleh dengan cara menggiling umbi singkong yang
telah dikeringkan (gaplek) dan kemudian diayak hingga diperoleh
butiran-butiran kasar dalam ukuran tertentu.
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Warna tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
9

2. Kandungan air: tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga


kandungan airnya rendah.
3. Banyaknya serat dan kotoran: usahakan agar banyaknya serat dan
kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun
karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih
banyak.
4. Tingkat kekentalan; usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi.

2.2 Teori Khusus


2.2.1 Pengertian Limbah
Pengertian limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang
berdampak negatif bagi masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah
merupakan sisa produksi, baik dari alam maupun hasil kegiatan manusia.
Keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang
prosedur impor limbah, menyebutkan bahwa limbah adalah barang atau bahan
sisa dan bekas dari kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah
berubah.

2.2.2 Pengertian Sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


IPAL adalah sebuah struktur teknik dan perangkat peralatan beserta
perlengkapannya yang dirancang secara khusus untuk memproses atau
mengolah cairan sisa proses, sehingga sisa proses tersebut menjadi layak
dibuang ke lingkungan. Cairan sisa proses atau limbah bisa berasal dari proses
industri, pabrik, pertanian, dan perkotaan yang tidak lain merupakan hasil
limbah rumah tangga. Hasil dari pembuangan tersebut dapat membahayakan
manusia maupun lingkungan, oleh karena itu diperlukan proses pengolahan
lebih lanjut sebelum dibuang ke saluran pembuangan. IPAL tidak hanya
bermanfaat untuk manusia saja, melainkan juga berdampak baik untuk semua
lingkungan dan kehidupan di dunia ini.
Beberapa manfaat IPAL yaitu, Mengolah air limbah agar dapat
digunakan kembali sesuai dengan kebutuhan masing-masing, Membuat aliran
10

air menuju sungai menjadi bersih dan layak digunakan, Efektif menjaga
tumbuhan yang ada di dalam tanah dan air terbebas dari kematian akibat
racun.

2.2.3 Limbah Cair


Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair dan bersifat dinamis
atau selalu berpindah, serta mudah menyebar. Limbah cair industri tapioka
dihasilkan dari proses kegiatan pencucian dan penguapan. Kandungan dari
limbah tersebut diantaranya padatan tersuspensi, kasar dan halus terbanyak
serta senyawa organik.Pemekatan dan pencucian pati dengan sentrifus
menghasilkan limbah cukup banyak juga dengan kandungan padatan
tersuspensi halus yang cukup tinggi. Kehadiran zat-zat tersebut dalam limbah
cair dapat menimbulkan gangguan-gangguan sebagai berikut :
1. Menyebabkan perubahan rasa dan bau yang tidak sedap.
2. Menimbulkan penyakit: misalnya gatal-gatal.
3. Mengurangi estetika sungai.
4. Menurunkan kualitas air sumur di sekitar pabrik tapioka.
Limbah cair dari produksi tepung tapioka berasal dari pencucian
bahan baku dan proses pengendapan (pemisahan pati dari airnya). Limbah cair
yang dihasilkan mengandung banyak bahan organik dan mengalami
pembusukan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mencemari
lingkungan. Limbah cair ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
pupuk cair organik untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Pupuk cair
organik selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif
pengganti pupuk kandang.

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi limbah cair


Parameter penting yang menentukan kualitas limbah cair industri tepung
tapioka adalah :
11

 Kekeruhan: Kekeruhan terjadi karena adanya zat organik (sisa pati) yang
terurai, mikroorganisme dan koloid lainnya yang tidak dapat mengendap
segera. Kekeruhan ini merupakan sifat fisik yang mudah dilihat untuk
menilai kualitas air limbah tepung tapioka.
 Warna: Air limbah industri tapioka yang masih baru berwarna putih
kekuning-kuningan, sedangkan air limbah yang basi atau busuk berwarna
abu-abu gelap.
 Bau: Bau busuk dapat menunjukkan apabila air limbah tersebut masih
baru atau telah membusuk. Air limbah tepung tapioka yang masih baru
berbau khas ubi. Bau tersebut akan berubah menjadi asam setelah 1 sampai
2 hari, kemudian air tersebut akan menjadi busuk dan mengeluarkan bau
khas yang tidak sedap. Salah satu zat yang dihasilkan dari proses
penguraian senyawa-senyawa organik adalah asam sulfida, posfor dan
amoniak yang menyebabkan air jadi busuk dan berbau amat menusuk yang
tercium pada jarak sampai 5 kilometer.
 Padatan tersuspensi: Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan
warna air limbah. Apabila terjadi pengendapan dan pembusukan zat-zat
tersebut di badan air penerima air buangan Sehingga akan mengurangi
nilai guna perairan tersebut. Padatan tersuspensi di dalam air cukup tinggi,
berkisar 1500-5000 mg/l. Padatan tersuspensi ini merupakan suspensi pati
yang terendapkan pada (pengendapan tingginya kandungan padatan
tersuspensi menandakan bahwa proses pengendapan belum sempurna.
Nilai padatan tersuspensi,BOD, COD saling berkaitan tinggi padatan
tersuspensi semakin tinggi nilai COD dan BOD nya.
 pH (Keasaman): Konsentrasi ion hydrogen adalah ukuran kualitas air
maupun dari air limbah. Perubahan pH pada air limbah industri tepung
tapioka menandakan bahwa sudah terjadi aktivitas mikroorganisme yang
merubah bahan-bahan organik yang mudah terurai menjadi asam. Limbah
cair yang nasih segar 6-6,5 akan turun menjadi pH kira-kira 4,0
(Departemen Perindustrian, 1986).
12

 Biochemical Oxigen Demand (BOD): Merupakan parameter yang umum


dipakai dalam menentukan pencemaran oleh bahan-bahan organic
biodegradable pada air limbah.
 Sianida (HCN): Komponen kimia lainnya yang terdapat pada limbah
industri tepung tapioka adalah asam sianida. Asam sianida disebut juga
asam biru, mudah sekali menguap. Asam ini sering digunakan untuk
fumigasi tikus dan untuk sintesis bahan kimia. Senyawa ini sangat beracun
dan apabila terminum dalam jumlah yang melampaui batas yang
ditetapkan maka akan mengganggu rantai pernafasan sel. Kadar sianida
dalam air minum tidak boleh lebih besar dari 0,05 ppm/l. Sedangkan
berdasarkan KEPMEN LH No.5 1 1995, kadar sianida dalam air limbah
tapioka maksimum 0,5 mg/l

2.2.5 Pengelolaan limbah cair


Secara garis besar pengelolaan limbah industri ada 3 macam yaitu :
1. Pengolahan limbah secara fisika.
Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta
berukuran cukup besar dengan menggunakan penyaringan atau
perlakuan fisik. Prosesnya meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan
penyaringan (screening).
2. Pengolahan limbah secara kimia.
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan / memisahkan /
menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya
meliputi koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lain-
lain.
3. Pengolahan limbah secara biologi.
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat
pencemar didalam limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik,
fakultatif.Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri
harus memastikan bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel
13

limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair yaitu titik
setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang
ke badan air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium
internal maupun laboratorium eksternal yang telah terakreditasi. Hasil
pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan dengan baku mutu
sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan
sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

2.2.6 Dampak Pencemaran Lingkungan


Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses kegiatan
pencucian dan penguapan. Kandungan dari limbah tersebut diantaranya
padatan tersuspensi, kasar dan halus terbanyak serta senyawa organik.
Pemekatan dan pencucian pati dengan sentrifus menghasilkan limbah cukup
banyak juga dengan kandungan padatan tersuspensi halus yang cukup tinggi
Kehadiran zat-zat tersebut dalam limbah cair dapat menimbulkan gangguan-
gangguan sebagai berikut :
 Menyebabkan perubahan rasa dan bau yang tidak sedap.
 Menimbulkan penyakit: misalnya gatal-gatal.
 Mengurangi estetika sungai.
 Menurunkan kualitas air sumur di sekitar pabrik tapioka.
Air limbah yang mengandung pencemar, bila langsung dibuang ke
badan air penerima tanpa adanya proses pengolahan akan menimbulkan
pencemaran. Pencemaran tersebut berupa rasa dan bau yang tidak sedap dan
kurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehingga mengakibatkan organisme
yang hidup didalam air terganggu. Pencemaran yang dilakukan terus menerus
akan mengakibatkan kematian organisme yang ada di dalam air (Agung dan
Hanry, 2009).
14

2.2.7 Analisa air limbah


Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik
dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air
limbah yang akan diuji sebagai karakteristik pencemar, yang kemudian
membandingkannya dengan baku mutu air limbah untuk mengetahui nantinya
pengurangan konsentrasi pencemar pada tiap unit yang akan direncanakan.
Analisis pH air limbah outlet dan inlet melibatkan pengukuran tingkat
keasaman (pH) dalam air yang masuk ke sistem (inlet) dan air yang keluar
dari sistem (outlet). Perbedaan pH antara inlet dan outlet dapat memberikan
informasi tentang seberapa efektifnya sistem pengolahan limbah dalam
menetralkan keasaman sebelum dibuang. pH yang tidak seimbang dapat
menunjukkan adanya polusi atau gangguan dalam proses pengolahan limbah.

2.3 Limbah Padat


Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak
terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari
suatu proses pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan
industri, serta dari tempat- tempat umum. Limbah padat yang berasal dari
pengolahan industri tepung tapioka yaitu berupa kulit singkong yang berasal dari
proses pengupasan singkong, dan ampas singkong atau onggok, yang merupakan
limbah hasil olahan pengambilan pati untuk dijadikan sebagai tepung tapioka, dan
onggok ini merupakan ampas yang bisa diolah kembali menjadi tepung.

2.3.1 Macam - macam limbah padat yang dihasilkan dari proses tepung
tapioka :
1. Meniran kulit singkong
Limbah padat industri tapioka berupa meniran kulit singkong
(potongan singkong dan kulit singkong) yang bersumber dari proses
pengupasan. Limbah meniran terdiri dari 80-90% kulit dan 10-20%
potongan singkong dan bonggol. Persentase jumlah limbah kulit
15

singkong bagian luar (berwarna coklat dan kasar) sebesar 0,5 2% dari
berat total singkong segar dan limbah kulit singkong bagian dalam
(berwarna putih kemerah-merahan dan halus) sebesar 8-15% (Hikmiyati
et al., 2009).
2. Ampas tapioka (onggok)
Limbah padat industri tapioka selain meniran kulit singkong
adalah ampas tapioka (onggok) yang bersumber dari pengekstraksian dan
pengepresan. Komponen penting yang terdapat dalam onggok adalah pati
dan selulosa. Onggok juga mengandung air dan karbohidrat yang cukup
tinggi serta kandungan protein kasar dan lemak yang rendah. Jumlah
kandungan ini berbeda dan dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuh, jenis
ubikayu, dan teknologi pengolahan yang digunakan dalam pengolahan
ubikayu menjadi tapioka. Pada industri tapioka yang sudah maju, limbah
padat ini kebanyakan hanya mengandung serat sedangkan sisa pati yang
terikut sangat sedikit sekali. Lain halnya dengan onggok yang
dikeluarkan oleh industri kecil karena tingkat ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki masih sangat rendah maka onggok masih
mengandung pati dengan konsentrasi yang cukup tinggi (Chardialani,
2008).

2.3.2 Pemanfaatan limbah padat


Beberapa bentuk pemanfaatan limbah padat industri tepung tapioka
Diantaranya dimanfaakan sebagai pupuk organik, pakan ternak, biasanya yang
memanfaatkan kulit singkong untuk dijadikan sebagai pupuk organik, dan
untuk ampas singkong atau onggok dihasilkan dari proses ini biasanya dari 1
ton bahan mentah singkong dapat menghasilkan onggok kering sekitar 100 kg.
Onggok dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Untuk onggok yang memiliki
kualitas bagus biasanya diolah kembali menjadi tepung asia. Karena jenis
onggok atau ampas singkong juga memiliki kualitas yang berbeda-beda
tergantung kualitas singkong yang diolah. Biasanya pabrik hanya mengelola
saja dan langsung dijual kepada yang membutuhkan, karena banyak sekali
16

industri-industri makanan yang berdatangan untuk membeli limbah ampas


singkong untuk dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan usaha yang mereka
miliki.

2.3.3 Dampak Limbah padat


Dampak limbah padat tepung tapioka berupa onggok dan kulit
singkong jika dibuang sembarangan akan menbulkan pencemaran seperti :
1. Pencemaran Lingkungan: Onggok dan kulit singkong yang dibuang
sembarangan dapat mencemari tanah dan air. Limbah ini mengandung
bahan kimia dan zat organik yang dapat merusak kualitas tanah dan air,
mengganggu ekosistem alami dan pertumbuhan tanaman.
2. Pertumbuhan Organisme Pengganggu: Limbah tersebut dapat menjadi
tempat berkembang biak bagi berbagai organisme pengganggu, seperti
serangga dan hewan pengerat. Ini dapat mengakibatkan peningkatan
populasi organisme yang merusak tanaman dan keseimbangan ekosistem.
3. Kerusakan Ekosistem Air: Pembuangan limbah ke perairan dapat merusak
ekosistem air, mengganggu kehidupan akuatik dan mengurangi kualitas air
yang dapat mempengaruhi organisme air dan manusia yang mengandalkan
sumber air tersebut.
4. Penyumbatan Saluran Air: Onggok dan kulit singkong yang dibuang
sembarangan dapat menyumbat saluran air seperti sungai dan parit,
menyebabkan banjir saat musim hujan dan mengganggu aliran air secara
keseluruhan.
5. Gangguan Kesehatan Manusia: Pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah sembarangan dapat berdampak buruk pada kesehatan
manusia. Kontaminasi air dan tanah dapat menyebabkan penyakit terkait
lingkungan seperti keracunan atau infeksi.
6. Kehilangan Sumber Daya: Onggok dan kulit singkong dapat memiliki
potensi sebagai bahan baku atau sumber energi alternatif jika dikelola
dengan baik. Namun, jika dibuang sembarangan, potensi ini terbuang sia-
sia.
17

Oleh karena itu, penting untuk mengelola limbah padat dengan benar,
melalui pengolahan atau daur ulang yang sesuai, guna mengurangi dampak
negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

2.3.4 Onggok
Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk
padatan yang diperoleh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini
diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal sebagai
onggok. Mudahnya, onggok adalah sisa giling tapioka yang berasal dari ketela
atau ubi kayu. Dalam bahasa Jawa, onggok seringkali disebut dengan gaber.
Onggok masih memiliki kandungan pati dan serat kasar, karena pada saat
ekstraksi tidak semua kandungan pati terikut dan tersaring bersama filtrate.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Profil Perusahaan


PT. Berjaya Tapioka Indonesia memiliki profil perusahaan sebagai berikut :

3.1.1 Perusahaan
PT. Berjaya Tapioka Indonesia berdiri pada tanggal 14 Mei 2014
sebagai produsen Tepung Tapioka. Yang menggunakan teknologi yang
modern oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan dengan pengujian quality
control yang telah terstandarisasi. PT. Berjaya Tapioka Indonesia
memproduksi Tepung Tapioka kualitas terbaik dan halal di Indonesia.
Dengan kapasitas 300 MT perhari, di 2 pabrik yang berlokasi berbeda berada
di Provinsi Lampung. Memastikan pasokan ke pelanggan tidak terputus PT.
Berjaya Tapioka Indonesia menyediakan berbagai produk tepung tapioka asli
dan memodifikasi untuk memenuhi diberbagai industri seperti : makanan,
kertas, tekstil, dan perekat kertas.

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi dan Misi pada PT. Berjaya Tapioka Indonesia adalah sebagai berikut :
Visi :
 Menyediakan penghasil tepung tapioka nasional yang terbaik dan
kompetitif.
Misi :
 Menghasilkan tepung tapioka yang bermutu tinggi.
 Memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya dan selalu
menjaga lingkungan dan alam sekitarnya.
 Mengembangkan distribusi di tingkat nasional dan internasional.
19

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pengolahan limbah padat onggok
adalah sebagai berikut:
3.2.1 Alat dan Bahan Pengolahan Onggok
1. Alat Pengolahan Onggok
Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:
 Ekstraktor I dengan wayer mesh 150μ.
 Ekstraktor II dengan wayer mesh 200μ.
 Ekstraktor III dengan kain 225 mesh.
 Ekstraktor IV dengan kain.
 Ekstraktor V dengan kain.
 Ekstraktor VI dengan kain.
 Alat press onggok.
 Sistem perpipaan.
2. Bahan Pengolahan Onggok
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
 Onggok.
 Air.

3.2.2 Alat dan Bahan Analisa Onggok


Alat dan bahan yang diperlukan untuk menganalisa onggok adalah sebagai
berikut:
1. Alat Analisa Onggok
Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:
 Blender.
 Beaker Glass 500 mL.
 Saringan 170 mesh.
 Neraca Analitik
2. Bahan Analisa Onggok
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
 Onggok
 Aquadest
 Kertas saring
20

3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur Kerja Pengolahan Onggok

Gambar 1.1 Prosedur Kerja pengolahan Onggok


21

Keterangan
1. Ekstraksi Stage 1
Bubur singkong diumpankan ke ekstraktor 1 untuk dipisahkan antara
slurry (ampas singkong) dan milk (air pati). Pemisahan ini menggunakan
wayer mess (pelat) dengan ukuran 80μ dan kecepatan 750 rpm. Milk hasil
ekstraksi ditampung dalam tanki 1.
2. Ekstraksi Stage 2
Slurry dari ekstraktor I diumpankan ke ekstraktor II, kemudian dipisahkan
dengan menggunakan wayer mesh(pelat) ukuran 100μ. Milk hasil ekstraksi
ini ditampung dalam tanki 1.
3. Ekstraksi Stage 3
Slurry dari ekstraktor II diumpankan ke ekstraktor III, kemudian
dipisahkan dengan menggunakan wayer mesh (pelat) ukuran μ. Milk hasil
ekstraksi ini ditampung dalam tanki 2.
4. Ekstraksi Stage 4
Milk dari tanki 1 dan 2 diumpankan kedalam ekstraktor IV,kemudian
dipisahkan dengan menggunakan kain ukuran 225 mesh. Ekstraktor ini
digunakan untuk memisahkan fiber dan milk murni,kemudian milk murni
tersebut akan diumpankan ke ekstraktor V.
5. Ekstraksi Stage 5
Milk murni dari ekstraktor IV diumpankan ke ekstraktor V, kemudian
dipisahkan dengan menggunakan kain ukuran 325 mesh. Ekstraktor ini
digunakan untuk memisahkan fiber dan milk murni, kemudian milk murni
akan ditampung di Feed tank.
6. Ekstraksi Stage 6
Slurry dari ekstraktor III diumpankan ke dalam ekstraktor VI, kemudian
dipisahkan dengan menggunakan kain ukuran 325 mesh.
7. Belt Press
Slurry dari ekstraktor VI di press menggunakan belt press dengan tekanan
pneumatic dan putaran 0-50 Hz (0-100 rpm).
22

3.3.2 Prosedur Analisa Onggok


Tahapan dalam menganalisa limbah padat onggok adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang sampel onggok sebanyak 100 gram
3. Memasukkan aquadest ke dalam blender sebanyak 800 mL,lalu blender
selama 1 menit.
4. Menyaring larutan onggok dengan saringan 170 mesh, lalu hasil saringan
didiamkan selama 2 jam hingga ada endapan.
5. Membuang air saringan hingga tersisa endapan yang ada di bawah beaker
glass.
6. Melarutkan endapan aci onggok dengan menambahkkan sedikit aquadest.
7. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring dalam filtering unit.
8. Mengeringkan kertas saring dalam suhu ruangan.
9. Menimbang kertas saring, lalu hasil timbang dikurang dengan berat kertas
saring sebanyak 0,85 gram.
10. Mencatat hasil timbangan.
11. Merapikan area kerja.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Prosedur analisa pH Sampel Limbah Cair
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Memasukkan sampel limbah cair ke dalam beaker glass 250 ml.
4. Memasukkan elektroda pH meter dan magnet ke dalam beaker glass
yang sudah berisi sampel.
5. Menekan tombol “cal” + “pH” pada ph meter untuk memulai pengukuran,
magnet akan berhenti berputar ketika hasil pengukuran sudah konstan.
6. Mencatat hasil pH yang di dapat pada display pH meter.
7. Mengeluarkan elektroda dari larutan dan bilas dengan aquadest, kemudian
simpan kembali pada larutan KCL
23

ALUR IPAL PT.BERJAYA TAPIOKA INDONESIA

Gambar 1.2 Alur Ipal PT.Berjaya Tapioka Indonesia


24

Keterangan
 Pond 1 = Sedimentasi
 Pond 2 = Sedimentasi
 Pond 3 = Fermentasi
 Pond 4 = Fermentasi
 Pond 5 = An aerob
 Pond 6 = An aerob
 Pond 7 = An aerob
 Pond 8 = An aerob
 Pond 9 = An aerob
 Pond 10 = An aerob
 Pond 11 = Fakultif
 Pond 12 = Fakultif
 Pond 13 = Fakultif
 Pond 14 = Fakultif
 Pond 15 = Aerobe
 Pond 16 = Aerobe
 Pond 17 = Aerobe
 Pond 18 = Aerobe
 Pond 19 = Aerobe
 Pond 20 = Outlet
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Rekapitulasi Laporan pH Air Limbah Kolam Awal dan Akhir
Tabel 1.Data pengamatan hasil analisa pH
NO TANGGAL pH Awal pH Akhir
1. 03 Mei 2023 7,12 4,01
2. 05 Mei 2023 8,24 4,41
3. 08 Mei 2023 8,11 4,90
4. 07 Juni 2023 8,05 4,36
5. 12 Juni 2023 8,03 4,32
6. 15 Juni 2023 7,99 4,34
7. 07 Juli 2023 7,99 4,36
8. 13 Juli 2023 8,13 4,39
9. 25 Juli 2023 6,62 2,59
10. 10 Agustus 2023 8,15 4,19
11. 14 Agustus 2023 5,64 8,20
12.

Rekapitulasi Laporan Analisa Onggok


Tabel 2.Data pengamatan hasil analisa onggok
NO TANGGAL Data Data Sebenarnya
Tertimbang
1. 24 Juli 2023 2,31 1,46
2. 25 Juli 2023 3,52 2,67
3. 26 Juli 2023 4,48 3,63
4. 27 Juli 2023 4,36 3,51
5. 02 Agustus 2023 2,89 2,04
6. 03 Agustus 2023 4,83 3,98
7. 04 Agustus 2023 4,83 3,98
8. 05 Agustus 2023 4,29 3,44
9.
10.
11.
12.

4.2 Pembahasan
Pengolahan limbah cair di PT. Berjaya Tapioka Indonesia terdapat proses
pemisahan antara limbah padat dan cair.Proses ini bertujuan untuk mengurangi
masuknya ampas dan kulit dari produksi kedalam air limbah. Dengan cara ini,
26

perusahaan berupaya mencegah gangguan terhadap aliran limbah didalam inlet,


yang bisa mempengaruhi kelancaran proses pengolahan limbah lebih lanjut.
Dengan demikian,langkah ini membantu menjaga efesiensi dan kinerja
pengolahan limbah cair perusahaan.
Limbah cair dari peroses produksi tepung tapioka memiliki potensi
dampak negatif terhadap lingkungan serta manusia dan hewan yang bergantung
pada sumber daya perairan tersebut. oleh karna itu, pentingnya untuk
menganalisis karakteristik limbah cair serta pengelolaan yang sesuai untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Pengaruh pH pada limbah outlet dan inlet sangat penting karena pH dapat
memengaruhi banyak aspek dalam dalam pengolahan limbah dan dampaknya
terhadap lingkungan.Baku mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan berkisar
(pH +4) pada inlet dan pada outlet (pH +8). Maka dari itu, pentingnya untuk
melakukan pemantauan secara teratur untuk memastikan bahwa pH limbah cair
tetap dalam rentang yang sesuai dan aman bagi lingkungan sekitar.
Sedangkan pada limbah padat berupa onggok merupakan sisa yang
dihasilkan setelah yang dihasilkan setelah proses ekstraksi pati dari akar singkong
dalam pembuatan tepung tapioka. Onggok ini terdiri dari serat serat kasar dan
bagian non pati dari singkong yang tidak larut dalam proses ekstraksi.
Pemanfaatan onggok tepung tapioka tersebut untuk pakan ternak, perusaahan
dapat membantu memberikan nilai tambah pada limbah tersebut dan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya limbah yang sebelumnya mungkin
dianggap tidak memiliki nilai bisa diperjual belikan dan dimanfaatkan kembali.
Standar analisa onggok yang ada di PT. Berjaya Tapioka Indonesia
yaitu maksimal 2,0 gram setelah dikurang dengan 0,85 gram (berat kertas saring).
Jika hasil analisis menunjukkan bahwa endapan onggokan memiliki berat lebih
dari 2 gram,itu menunjukkan bahwa lebih banyak bahan pati (aci) terbuang dalam
onggok tersebut. Artinya, proses ekstraksi pati singkok dalam pembuatan tepung
tapioka mungkin tidak berjalan sepenuhnya efisien. Tujuan utama dalam proses
ekstraksi pati adalah untuk memisahkan pati dari komponen non pati dalam
singkok, jika hasil anlisis menunjukkan bahwa pati masih belum sepenuhnya
27

terpisah dari onggok dan jika pemisahan yang terjadi ekstraktor kurang maksimal,
hal ini juga akan berdampak pada kandungan pati dalam onggok. Pergantian mata
pisau pada alat resper adalah langkah yang penting untuk memastikan hasil
penggilingan yang lebih baik. Dengan mata pisau yang tajam,singkong dapat
digiling lebih halus, memungkinkan proses pemisahan pati dari non pati menjadi
lebih efisien. Ini akan mengurangi jumlah pati yang terbuang dalam onggok.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan yang penulis lakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Menganalisa limbah cair dan padat di PT.Berjaya Tapioka Indonesia yaitu
Analisis pH air limbah outlet dan inlet melibatkan pengukuran tingkat
keasaman (pH) dalam air yang masuk ke sistem (inlet) dan air yang keluar dari
sistem (outlet). Sedangkan pada limbah cair yang di analisa berupa endapan
yang terdapat pada onggok .
2. Mengetahui potensi pencemaran lingkungan dapat muncul akibat
ketidakolahan limbah cair dan padat dari proses produksi tepung tapioka yaitu
Dampak lingkungan pada limbah cair jika tidak dikelola dengan baik seperti
perubahan rasa dan bau yang tidak sedap, penyakit seperti gatal-gatal,
penurunan estetika sungai, dan penurunan kualitas air sumur di sekitar pabrik
tapioka. Sedangkan pada limbah padat yaitu dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, pertumbuhan organisme pengganggu, kerusakan ekosistem air,
penyumbatan saluran air, gangguan kesehatan manusia, dan kehilangan potensi
sumber daya yang dapat dimanfaatkan jika dikelola dengan baik.
3. Mengetahui cara pengelolaan limbah cair dan padat dari hasil produksi tepung
tapioka yaitu pengelolaan limbah cair industri dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu pengolahan fisika, pengolahan kimia, dan pengolahan biologi. Sebelum
limbah cair dibuang ke badan air, perlu dilakukan pengujian untuk memastikan
bahwa limbah cair tersebut memenuhi baku mutu sesuai peraturan lingkungan
yang berlaku. Sedangkan pada limbah padat adalah dengan cara pengolahan
atau daur ulang yang tepat, agar dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia.
4. Mengetahui limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi
tepung tapioka yaitu Limbah cair dari produksi tepung tapioka berasal dari
pencucian bahan baku dan proses pengendapan ( pemisahan pati dari air ).
29

Sedangkan pada limbah padat berupa kulit singkong yang berasal dari proses
pengupasan singkong, dan ampas singkong atau onggok.
5. Mengetahui pemanfaatan limbah padat dari hasil produksi tepung tapioka yaitu
Limbah cair di PT. Berjaya Tapioka Indonesia tidak di daur ulang kembali.
Namun, Limbah cair ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
pupuk cair organik untuk mengurangi pencemaran lingkungan. sedangkan pada
limbah padat berupa onggok di perjualkan ,Pemanfaat dari limbah padat hasil
produksi tepung tapioka sebagai pupuk organik, pakan ternak, dan bahan baku
tepung asia.

5.2 Saran
Setelah mengikuti kegiatan prakerin selama 6 di PT. Berjaya Tapioka
Indonesia penulis ingin memberikan saran yang dapat bermanfaat untuk
kemajuan dan meningkatkan kinerja PT.Berjaya Tapioka Indonesia Antara lain:
1. Lebih memperhatikan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Pada saat
bekerja agar dapat melindungi diri.
2. Perlunya menjaga Kebersihan di area pabrik PT Berjaya Tapioka Indonesia
teutama pada lingkungan produksi agar dapat melakukan pembersihan secara
berkala pada lantai supaya tifak licin sehingga dapat mengurangi resiko
kecelakaan kerja.
3. Diharapkan agar kedepannya dapat tersedia sumber refrensi terkait PT.
Berjaya Tapioka Indonesia, terutama terkait dengan latar belakang perushaan
dan struktur organisasi perusahaan.
30

DAFTAR PUSTAKA

Actanaputra. 2023, Sistem Ipal-Instalasi Pengolahan Air Limbah.


https://taqindo.com/ipal/updates-dan-artikel/sistem-ipal-instalasi-
pengolahan-air-limbah. Diakses Pada Tanggal 1 Agustus 2023.
Afiyah, Ni,matul. (2011) Isolasi Dan Identifikasi Kapang Pada Tepung . Skripsi.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 5
Arianti, Susi. dan Mariyamah (2020). Analisa Limbah Cair Pada Sistem
Pengolahan Industri Tepung. Jurnal Sains Dan Teknologi Terapan, 3, 600.
Kesmas. 2022. Karakteristik Dan Pengolahan Limbah Cair Tapioka.
https://www.indonesian-publichealth.com/limbah-cair-tapioka/. Diakses
Pada Tanggal 1 Agustus 2023.
Azizah, dkk. ( 2016 ). Evaluasi Intalasi Pengolahan Air Limbah Industri Tapioka.
Skripsi. Fakultas Teknik Sipil. Universitas Sepuluh November, 148
Ervina. 2018. Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Dan Permasalahannya.
http://bbkk.kemenperin.go.id/page/bacaartikel.php?id=eU3YJpVUfHOH2
TRZcW3POF5OTx-UfuvlPdN2- . Diakses Pada Tanggal 1 Agustus 2023.
Indrineu,Tineu dan Elgar Balasa Singkawijaya. (2019). Pemanfaatan Limbah
Industri Rumah Tangga Tepung Tapioka. Untuk Mengurangi Dampak
Lingkungan.Jurnal Geografi.Universitas Siliwangi, 27, 44-45.
Kementerian Pertanian Indonesia. 2021. Mengenal Tapioka.
https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/mengenal-tapioka.
Diakses Pada Tanggal 29 Juli 2023.
Khalid, H. 2020. Contoh Limbah Industri Dan Cara Menanggulanginya.
https://environment-indonesia.com/contoh-limbah-industri-dan-cara-
menanggulanginya/. Diakses Pada Tanggal 1 Agustus 2023.
KH, Kandar. 2023. Mengenal Onggok Sebagai Pakan Ternak.
https://seputargk.id/mengenal-onggok-sebagai-pakan-ternak/. Diakses
Pada Tanggal 2 Agustus.
31

Marsya, H. 2023. Pengolahan Limbah Cair dari Tepung Tapioka.


https://blog.kobi-id.org/pengolahan-limbah-cair-tepung-tapioka/. Diakses
Pada Taggal 1 Agustus 2023.
Mulachela, H. 2022. Limbah Adalah Sisa, Ini Pengertian Dan Jenisnya.
https://katadata.co.id/intan/berita/62037ecfc68de/limbah-adalah-sisa-
produksi-ini-pengertian-dan-jenisnya. Diakses Pada Tanggal 1 Agustus
2023.
Nurhayati, Dwi. (2020) Biokonversi Limbah Kulit Singkong Menjadi Produk
Intermediet Glukosa Menggunakan Bakteri Indegenud Scwb-17 Penghasil
Enzim Selulase Dan Amilase. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Lampung, 6-7.
Panitia Prakerin, 2023. Buku Panduan Laporan Prakerin. Bandar Lampung :
SMK-SMTI Bandar Lampung.
Pelayananpublik. id. 2021. Apa Itu Singkong, Manfaat, Cara Menanam Hingga
Macam Olahannya. https://pelayananpublik.id/2021/08/11/apa-itu-
singkong-manfaat-cara-menanam-hingga-macam-olahannya/. Diakses
pada tanggal 29 Juli 2023.
PT.Laboratarium Alam Bestari. 2022. Sampling Dan Analisa Air Limbah
https://www.ptlab.co.id/?page=servic_detail&id=7. Diakses Pada Tanggal
1 Agustus.
Ramdhani, A .2023. Klasifikasi Singkong (Manihot Utilissima) Dan
Kandungannya. https://www.pinhome.id/blog/tanaman-singkong-
pengertian-kandugan-klarifikasi-dan-ciri-lengkap/. Diakses pada tanggal
29 Juli 2023.
Subekti, Dayat. (2011). Mendeteksi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Ubi Kayu
(Manihot esculenta (Rantz) Menggunakan Aplikasi Sistem Pakar Berbasis
Grafis. Jurnal Teknomatika, 3, 81-82.
Watemin, dkk. ( 2016 ). Potensi Lahan Marjinal Untuk Pengembangan Usaha
Tani Ubi Kayu. Skripsi. Fakultas Pertanan. Univeraitas Muhammadiyah
Purwokerto, 339.
32

LAMPIRAN

Onggok Belender

Saringan 175 Mesh Endapan Onggok


33

Kertas Saring Tabung Vacum

Limbah Cair (Outlet) Limbah Cair (Inlet)


34

pH Meter Buffer pH 4 dan 7

Anda mungkin juga menyukai