Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Dalam rangka mendorong kegiatan pertumbuhann ekonomi serta

terciptanya pemerataan pembangunan, maka salah satu langkah yang

ditempuh pemerintah adalah pemberian kesempatan usaha bagi para pelaku

ekonomi yakni pihak swasta, pemerintah, dan koperasi.

Dari ketiga pelaku ekonomi diatas, koperasi merupakan salah satu

pelaku ekonomi yang sedang mendapat perhatian pemerintah daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu program pemerintah daerah Provinsi

NTT saat ini adalah menjadikan NTT sebagai provinsi Koperasi. Program ini

dicetuskan karena didasari oleh kenyataan bahwa koperasi merupakan pelaku

ekonomi yang cocok dengan kepribadian Bangsa Indonesia, sebagaimana

dikemukakan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 33 ayat 1

yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan.

Dengan demikian, Koperasi memiliki peran yang sangat strategis

dalam menunjang berjalannya roda perekonomian. Menurut Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, bahwa koperasi

sebagai organisasi ekonomi rakyat yang bertujuan untuk memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta

ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan


2

masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.


Dengan memperhatikan kedudukan dan tujuan koperasi tersebut, maka

peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan

potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi

ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan,

dan keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu, koperasi seharusnya

1
memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas menyangkut

kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan

ekonomi yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan koperasi selama ini

belum sepenuhnya menampakkan wujud dan perannya sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian koperasi

diharapkan dapat memegang peranan penting dalam tercapainya

kesejahteraan bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.


Keberhasilan koperasi tidak hanya dinilai dari Sisa Hasil Usaha (SHU)

yang dihasilkan tiap tahun, tetapi melalui otonomi dan kemandirian dalam

pengelolaan keuangan. Sesuai dengan pasal 44 Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian menyatakan bahwa koperasi

dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan

pinjam dari dan untuk anggota dan calon anggota koperasi yang

bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya. Ketentuan tersebut menjadi

dasar bagi koperasi untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam

sebagai salah satu kegiatan usaha koperasi.


Sebagai lembaga ekonomi atau badan usaha yang berwatak sosial yang

bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya, koperasi harus menjaga


3

kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam mengelola dananya.

Perwujudan dari kesungguhan koperasi dalam mengelola dana dari

masyarakat adalah dengan menjaga kondisi kinerja keuangannya, karena

kinerja sangat penting bagi suatu lembaga usaha. Penilaian terhadap kinerja

keuangan merupakan kepentingan semua pihak yang terkait baik anggota,

pengurus, pengawas maupun Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah.
Pada umumnya, penilaian terhadap kinerja keuangan didasarkan pada

rasio keuangan. Rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

macam rasio, diantaranya: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas

dan rasio profitabilitas, namun pada penelitian ini Penulis membatasi

penliaian terhadap kinerja keuangan hanya berfokus pada rasio likuiditas.


Koperasi perlu melakukan analisis likuiditas untuk mengetahui

kemampuan koperasi dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

Dalam penentuan likuiditas operasional, pola arus kas, simpanan-simpanan,

kebutuhan anggota atas dana dan kompetisi kebutuhan dana di suatu wilayah

yang semakin meningkat dapat menyebabkan dampak yang cukup

berpengaruh terhadap kebutuhan likuiditas, misalnya penarikan dana

cenderung terjadi dimusim-musim tertentu. Pada saat seperti ini bila

likuiditas tidak terpenuhi, koperasi akan meminjam dari luar dengan tingkat

bunga yang cukup tinggi. Di mata kreditur, tingkat keamanan dan

kenyamanan (jangka pendek) akan terjamin jika penyelesaian kewajiban

membayar hutang tepat pada waktunya. Dengan kata lain, kemampuan

koperasi untuk membayar kewajiban terutama finansialnya, akan


4

memperbesar koperasi tersebut dalam memperoleh kepercayaan dari pihak

luar.
Munawir (2012 : 31) menjelaskan bahwa perusahaan dikatakan

mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila

perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang

lebih besar dari hutang lancar dikatakan likuid, sedangkan perusahaan yang

dikatakan tidak mampu membayar hutang lancarnya dikatakan tidak likuid

(ilikuid).
Likuid atau tidaknya kondisi keuangan suatu koperasi diukur karena

dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal

maupun eksternal. Untuk dapat mengetahui likuid atau tidaknya kondisi

keuangan pada koperasi, maka koperasi harus dapat menyajikan laporan

keuangan setiap periode. Laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk

menentukan atau menilai posisi keuangan koperasi. Selain itu laporan

keuangan akan dapat digunakan untuk menilai kemampuan koperasi dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya, keefektifan penggunaan aktiva, serta

hal-hal lainnya yang berhubungan dengan keadaan finansial koperasi. Jenis

laporan keuangan yang disiapkan oleh bagian keuangan koperasi untuk

menilai tingkat likuiditas adalah neraca dan rugi/laba.


Baridwan (2010 : 19) mengemukakan bahwa neraca adalah laporan

yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu.

Tujuan neraca adalah untuk menggambarkan posisi keuangan pada periode

tertentu. Sedangkan, Munawir (2012 : 26), menjelaskan bahwa laporan laba

rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya,

laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
5

Kondisi neraca dan laporan rugi/laba harus selalu diperhatikan agar dapat

diketahui kondisi koperasi apakah masih cukup likuid untuk beroperasi atau

justru ada masalah.


Dalam penelitian ini, Penulis memilih obyek penelitian yakni KPRI

Gelekat Nara yang berada di Kabupaten Flores Timur, Kota Larantuka. KPRI

Gelekat Nara Larantuka merupakan Koperasi Serba Usaha (KSU) dengan

jenis usaha simpan pinjam untuk melayani kebutuhan anggota yang ditunjang

unit pertokoan (Coop Mart) dan juga unit jasa hotel.


Untuk mengetahui perkembangan tentang likuiditas pada KPRI

Gelekat Nara Larantuka, maka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Penulis, informasi tentang aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki

oleh KPRI Gelekat Nara Larantuka selama 5 tahun terahkir dapat dilihat pada

tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1
Aktiva Lancar dan Hutang Lancar
KPRI Gelekat Nara Larantuka
Tahun 2010-2014

Aktiva Lancar Hutang Lancar


Tahun
(Rp) (Rp)
2010 8.307.549.198,02 3.820.859.016,99
2011 9.119.715.209,81 4.687.954.146,57
2012 9.495.041.213,99 4.468.272.060,77
2013 17.017.600.998,20 11.391.513.815,24
2014 16.986.349.471,24 10.147.204.943,34
Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka
6

Dari tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa jumlah aktiva lancar pada KPRI

Gelekat Nara Larantuka cenderung meningkat setiap tahunnya kecuali tahun

2014 mengalami penurunan. Adapun aktiva lancar yang dimiliki KPRI

Gelekat Nara Larantuka pada tahun 2011 adalah Rp 9.119.715.209,81 atau

meningkat sebesar Rp 812.166.011,79 atau 9,77% dari tahun 2010.

Selanjutnya pada tahun 2012 aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka adalah Rp 9.495.041.213,99 atau meningkat sebesar Rp

375.326.004,18 atau 4,12% dari tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013

aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah Rp

17.017.600.998,20 atau meningkat sebesar Rp 7.522.559.784,21 atau

79,22% dari tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 aktiva lancar yang

dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka mengalami penurunan dibanding

tahun 2013, dimana pada tahun 2014 aktiva lancar yang dimiliki KPRI

Gelekat Nara Larantuka adalah sebesar Rp 16.986.349.471,24 atau menurun

sebesar Rp. 31.251.527,06 atau 0,18% dari tahun 2013.


Sementara jumlah hutang lancarnya mengalami fluktuasi. Hutang

lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka pada tahun 2011

mengalami peningkatan dibanding tahun 2010, dimana pada tahun 2011

hutang lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah sebesar Rp

4.687.954.146,57 atau meningkat sebesar Rp. 867.095.129,58 atau 22,69% dari

tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2012 hutang lancar yang dimiliki KPRI

Gelekat Nara Larantuka mengalami penurunan menjadi Rp 4.468.272.060,77

atau mengalami penurunan sebesar Rp 219.682.085,8 atau 4,69% dibanding

tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 hutang lancar yang dimiliki KPRI
7

Gelekat Nara Larantuka mengalami peningkatan menjadi Rp

11.391.513.815,24 atau mengalami peningkatan sebesar Rp 6.923.241.754,47

atau 155% dibanding tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 hutang lancar

yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka mengalami penurunan menjadi

Rp 10.147.204.943,34 atau mengalami penurunan sebesar Rp

1.244.308.871,90 atau 10,92% dibanding tahun 2013.


Perubahan aktiva lancar dan hutang lancar pada KPRI Gelekat Nara

Larantuka belum memberi gambaran tentang likuiditas yang meliputi :

current ratio, quick ratio, cash ratio, cash turn over, serta inventory to net

working capital selama tahun 2010-2014.


Berangkat dari fakta diatas dan untuk memperoleh gambaran lebih

jauh tentang kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban lancarnya

maka Penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Analisis

Likuiditas Pada KPRI Gelekat Nara Larantuka.


1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian diatas,

maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah jumlah

aktiva lancar cenderung meningkat setiap tahunnya kecuali tahun

2014 mengalami penurunan. Selanjutnya hutang lancar yang

mengalami fluktuasi di mana pada tahun 2012 mengalami penurunan

dari tahun 2011, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun

2013 yang kemudian kembali menurun pada tahun 2014. Perubahan

aktiva lancar dan hutang lancar belum memberi gambaran tentang

likuiditas pada KPRI Gelekat Nara Larantuka selama periode tahun

2010 - 2014.
8

1.2.2 Perumusan Masalah


Dilihat dari masalah yang telah diidentifikasikan tersebut

maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Apakah laporan

keuangan KPRI Gelekat Nara Larantuka menunjukan kondisi likuid

selama tahun 2010 2014.?


1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2010-2014 guna dianalisis untuk mengetahui likuid

tidaknya kondisi keuangan KPRI Gelekat Nara Larantuka.


1.3.2 Tujuan Penelitian
Sesuai maksud penelitian diatas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui likuid tidaknya KPRI Gelekat Nara

Larantuka selama tahun 2010 - 2014.


1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi KPRI Gelekat Nara Larantuka

Penelitian ini diharapakan sebagai masukan bagi manajemen

koperasi untuk mengetahui efisiensi serta efektivitas perkembangan

koperasi tentang likuiditas yang pada akhirnya berguna bagi perbaikan

penyusunan rencana atau kebijakan yang dilakukan di waktu yang akan

datang.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk

penelitian lanjutan yang berkaitan dengan likuditas pada koperasi atau

perusahaan lain dengan menggunakan metode analisis yang lainnya atau

tambahan variabel baru.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Likuiditas

Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu

laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi

keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan atau koperasi. Untuk

mengadakan interpretasi tersebut tentunya seorang analis memerlukan suatu

ukuran. Ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja koperasi

adalah analisis kinerja keuangan.

Pada umumnya, penilaian terhadap kinerja keuangan didasarkan pada

rasio keuangan. Rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

macam rasio, diantaranya: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas

dan rasio profitabilitas. Akan tetapi dalam penelitian ini Penulis membatasi

penliaian terhadap kinerja keuangan hanya berfokus pada rasio likuiditas.


2.1.1 Pengertian Likuiditas
Menurut Fahmi (2014 : 59), likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat

waktu. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2012 : 74) rasio

likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.


10

Munawir (2010 : 71) likuiditas atau modal kerja yaitu rasio

yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi

keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi


10
manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan

dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan

pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin

mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga dimasa yang

akan datang.

Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2013:129),

menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

(utang) jangka pendek. Artinya, apabila perusahaan ditagih,

perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama

utang yang sudah jatuh tempo.

2.1.2 Jenis-Jenis Likuiditas


Menurut Munawir (2004 : 32) likuiditas terdiri atas dua jenis

yaitu :
1. Likuiditas Badan Usaha
Likuiditas badan usaha adalah kemampuan perusahaan

untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa

sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat

ditagih.

2. Likuiditas Perusahaan
11

Likuiditas perusahaan adalah kemampuan membayar

yang dihubungkan dengan kewajiban keuangan untuk

menyelenggarakan proses produksi.


2.1.3 Unsur-Unsur Likuiditas
Elemen likuiditas adalah semua aktiva lancar dan hutang

lancar.
a. Aktiva Lancar
Menurut Edilius (2010 : 183) yang dimaksud dengan

aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal dapat

ditransformasikan menjadi kas dalam jangka waktu setahun, atau

sebelum berakhirnya siklus produksi (jika siklus tersebut melebihi

setahun).
Sedangkan menurut Munawir (2012 : 14), aktiva lancar

adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan atau

ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam

periode berikutnya. Lebih lanjut Munawir mengemukakan bahwa,

yang termasuk dalam kelompok aktiva lancar adalah :


1. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai

operasi perusahaan.
2. Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya

sementara dengan maksud untuk memanfatkan uang kas yang

untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.


3. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain

yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur

dalam undang-undang.
4. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai

akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.


12

5. Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan

yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku

dijual.
6. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus

diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak

perusahaan karena perusahaan telah memberikan

jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya,

sehingga merupakan tagihan.


7. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran

untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi

pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak

lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini

melainkan pada periode berikutnya.


b. Hutang Lancar
Dimaksud dengan hutang lancar adalah semua hutang dan

kewajiban lainnya yang harus dilunasi dalam jangka waktu

perputaran usahanya yang normal (lazimnya satu tahun), atau

hutang-hutang yang dilunasi dengan aktiva lancar. Contoh hutang

lancar adalah : Hutang dagang, panjar (uang muka) dari pihak

lain, kredit modal kerja, simpanan sukarela, simpanan lain-lain,

dana pengurus, dana karyawan, dana pendidikan, dana sosial, dan

pembangunan daerah kerja, pajak yang harus dibayar atau disetor,

dan kewajiban lain-lainnya (Edilius, 2010 : 185).


Sedangkan Baridwan (2010 : 251) menjelaskan bahwa

hutang lancar adalah hutang-hutang yang dibayar dalam jangka

waktu siklus operasi perusahaan atau dalam waktu satu tahun.


13

Selanjutnya Baridwan mengelompokan elemen-elemen hutang

lancar terdiri dari :


1. Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya

pembelian barang secara kredit.


2. Hutang bunga adalah hutang kepada kreditur sebagai imbalan

atas pemakaian uang yang dipinjamkan kepada perusahaan.


3. Hutang gaji adalah hutang untuk gaji yang jasanya telah

dipakai tetapi belum dibayar.


2.1.4 Pengukuran Likuiditas
Menurut Kasmir (2010 : 130), rasio likuiditas sering juga

disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.

Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar. Penilaian

dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat

perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.


Lebih lanjut, Kasmir menjelaskan bahwa terdapat dua hasil

penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila

perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan

tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam

keadaan ilikuid.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas

perusahaan, antara lain:


1. Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.


14

Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar (current

assets) dengan kewajiban lancar (current liabilities).


2. Qiuck ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau

utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Quick ratio dihitung

dengan mengurangi persediaan dari aktiva lancar kemudian

hasilnya dibagi dengan utang lancar.


3. Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Cash ratio dihitung dengan membagi jumlah kas atau aktiva lain

yang setara dengan kas dengan utang lancar.


4. Cash turn over merupakan pengukuran tingkat kecukupan modal

kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan

membiayai penjualan. Cash turn over dihitung dengan

membandingan antara penjualan bersih dengan modal kerja

bersih. Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap

utang lancar.
5. Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur dan membandingkan antara jumlah sediaan yang

ada dengan modal kerja perusahaan. Inventory to net working

capital dihitung dengan membandingan antara jumlah persediaan

dengan modal kerja bersih.


2.1.5 Cara Meningkatkan Likuiditas
Menurut Riyanto (2011 : 28), apabila kita dalam mengukur

tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat


15

pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu

perusahaan dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut :


1. Dengan hutang lancar (current liabilities) tertentu, diusahkan

untuk menambah aktiva lancar (current assets).


2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahkan untuk mengurangi

jumlah utang lancar.


3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan

mengurangi aktiva lancar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Zelmi ( Skripsi : 2014 ) dengan judul

Analisis Tingkat Likuiditas Pada Koperasi Kredit Familia Kupang. Tujuan

penelitian tersebut untuk mengetahui seberapa besar tingkat likuiditas

Koperasi Kredit Familia Kupang selama tahun 2011 2013. Data yang

dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian Zelmi menunjukan bahwa Analisis Current Ratio

Koperasi Kredit Familia Kupang selama tahun 2011 2013, total aktiva

lancar mampu melunasi seluruh hutang lancarnya. Analisis Quick Ratio

menunjukan bahwa hutang lancarnya mampu dilunasi oleh aktiva lancar (kas,

bank dan piutang). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa selama tahun

2011 2013 Koperasi Kredit Familia Kupang menunjukan kondisi likuid

dengan menggunakan indikator Current Ratio dan Quick Ratio. Hal ini

berarti bahwa koperasi tersebut telah menggunakan seluruh aktiva lancar

yang ada secara optimal untuk membayar hutang lancarnya. Sedangkan

analisis Cash Ratio Koperasi Kredit Familia Kupang selama tahun 2011
16

2012 menunjukan bahwa aktiva lancar (kas dan bank) tidak mampu melunasi

hutang lancarnya. Kondisi ini memggambarkan bahwa koperasi tersebut

dalam keadaan ilikuid, kondisi ini terjadi karena aktiva lancar (kas dan bank)

lebih kecil dari hutang lancar. Sementara tahun 2013 aktiva lancar (kas dan

bank) mampu melunasi hutang lancarnya. Kondisi ini memggambarkan

bahwa koperasi tersebut dalam keadaan likuid, kondisi ini terjadi karena

aktiva lancar (kas dan bank) lebih besar dari hutang lancar sehingga mampu

melunasi hutang lancarnya.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Zelmi, maka Peneliti

melakukan penelitian dengan judul Analisis Likuiditas Pada KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2010 2014. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui likuid tidaknya kondisi KPRI Gelekat Nara Larantuka selama

tahun 2010 2014 berdasarkan analisis rasio likuiditas dengan menggunakan

lima indikator yakni : current ratio, quick ratio, cash ratio, cash turn over,

serta inventory to net working capital.


2.3 Kerangka Pemikiran
Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio

likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir 2012 : 31).

Analisis rasio likuiditas sangat diperlukan manajemen sebagai petunjuk

apakah koperasi tersebut likuid atau tidak jika dilihat dari kondisi keuangan

koperasi.
KPRI Gelekat Nara Larantuka merupakan koperasi serba usaha.

Dalam aktivitasnya, unit usaha simpan pinjam KPRI Gelekat Nara melayani
17

kebutuhan anggota dengan cara memberikan pinjaman atau uang kepada

anggotanya, sementara unit usaha perdagangan mengandalkan unit

pertokoannya untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga

masyarakat, dan unit jasa hotel menyediakan jasa perhotelan bagi masyarakat

yang menggunakan jasa hotel.


Apapun bentuk dan jenisnya, koperasi perlu melakukan analisis

terhadap kemampuannya dalam menjalankan kegiatan usaha serta

kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Dengan melakukan

analisis kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendek atau likuiditas,

maka koperasi akan memperoleh gambaran yang jelas tentang

kemampuannya dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.


Kemampuan koperasi dalam melunasi hutang jangka pendek dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu koperasi disebut dengan

likuiditas. Edilius (2010 : 220) mengartikan likuiditas sebagai kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus

dipenuhi dengan menggunakan alat-alat pembayaran yang likuid yaitu kas

dan piutang.
Fred Weston dalam Kasmir ( 2010 : 129 ) menyebutkan bahwa rasio

likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek, artinya apabila

perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut

terutama utang yang sudah jatuh tempo.


Munawir (2012 : 32) mengemukakan bahwa suatu perusahaan

dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya

berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan tersebut


18

dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya

apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva

lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar atau hutang jangka pendek.

Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban

keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan

ilikuid. Oleh sebab itu setiap perusahaan atau koperasi harus melakukan

analisis terhadap laporan keuangan (neraca dan laporan rugi/laba) yang telah

dibuat oleh perusahaan atau koperasi.


Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut, alat analisis yang

digunakan adalah analisis rasio likuiditas. Menurut Edilius (2010 : 197) untuk

mengetahui keadaan likuiditas koperasi, maka rumus yang dipakai adalah

current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar,

quick ratio yaitu perbandingan antara kas, bank, efek, piutang dengan hutang

lancar, serta cash ratio yaitu perbandingan kas, bank dengan hutang lancar.

Serupa dengan yang dikemukakan oleh Edilius, Kasmir (2010 : 134-142)

menjelaskan jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan

untuk mengukur kemampuan, maka rumus yang dipakai dalam penelitian ini

adalah current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan utang

lancar, quick ratio yaitu perbandingan antara kas, bank, efek, piutang dengan

hutang lancar, serta cash ratio yaitu perbandingan kas, bank dengan hutang

lancar, cash turn over yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan

modal kerja bersih, serta inventory to net working capital yaitu perbandingan

antara jumlah persediaan dengan modal kerja bersih.


19

Lebih lanjut Kasmir menjelaskan bahwa Current ratio merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Qiuck ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar

(utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai

sediaan (inventory). Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Cash turn over merupakan pengukuran tingkat kecukupan modal kerja

perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai

penjualan, serta inventory to net working capital merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur dan membandingkan antara jumlah sediaan yang

ada dengan modal kerja perusahaan.


Peningkatan dan penurunan rasio dapat ditentukan dengan cara

membandingkan nilai rasio pada periode yang bersangkutan dengan periode

lainnya. Menurut Raharjo dalam skripsi Kasse (2008 : 11) mengatakan angka

rasio likuiditas yang semakin besar menunjukan adanya kemampuan

perusahaan dalam melunasi seluruh hutang lancar yang jatuh tempo. Bila

angka rasio tahun berikutnya lebih besar dari pada angka rasio tahun

sebelumnya dapat dikatakan perusahan mampu melunasi semua hutang

lancarnya (likuid), sebaliknya bila angka rasio tahun berikutnya lebih kecil

dari tahun sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut

tidak mampu untuk melunasi hutang lancarnya (ilikuid).


20

Berdasarkan konsep pemikiran dan teori yang telah diuraikan

sebelumnya, maka model kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:


Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

KPRI Gelekat Nara


Larantuka

Neraca dan Rugi/Laba


KPRI Gelekat Nara
Larantuka
Analisis Likuiditas
2 Tahun 2010-2014

Current3 Quick Cash Cash Turn Inventory to Net


Ratio Ratio Ratio Over Working Capital
likuid ilikuid likuid ilikuid likuid ilikuid likuid ilikuid likuid ilikuid

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, maka penelitian ini tergolong

penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2012 : 53) penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai


21

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.


3.1.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah bagian keuangan KPRI

Gelekat Nara Larantuka tahun 2010 - 2014.

3.1.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah KPRI Gelekat Nara

Larantuka.
3.1.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas yang

meliputi : current ratio, quick ratio, cash ratio, cash turn over, serta

inventory to net working capital.

23
3.2 Operasional Variabel
3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Likuiditas merupakan kemampuan KPRI Gelekat Nara

Larantuka untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek

selama tahun 2010 2014, yang meliputi :


1. Current ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan KPRI

Gelekat Nara Larantuka dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan selama tahun 2010-2014.


2. Qiuck ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan KPRI

Gelekat Nara Larantuka dalam memenuhi atau membayar

kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva


22

lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory) selama

tahun 2010-2014.
3. Cash ratio merupakan alat yang digunakan KPRI Gelekat Nara

Larantuka untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia

untuk membayar utang selama tahun 2010-2014.


4. Cash turn over merupakan pengukuran tingkat kecukupan modal

kerja KPRI Gelekat Nara Larantuka yang dibutuhkan untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan selama tahun 2010

2014.
5. Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan

KPRI Gelekat Nara Larantuka untuk mengukur dan

membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal

kerja selama tahun 2010 - 2014.

3.2.2 Indikator

Indikator dalam penelitian ini adalah : current ratio, quick

ratio, cash ratio, cash turn over, serta inventory to net working capital

selama tahun 2010 2014.


3.2.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran dari semua variabel dalam penelitian ini

adalah menggunakan skala Rasio.

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Berdasarkan sumbernya, jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh Penulis secara

langsung dari koperasi dan memerlukan pengolahan yang lebih


23

lanjut seperti: kebijakan koperasi tentang cara pemenuhan

kewajiban yang segera jatuh tempo.


2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen koperasi seperti: Laporan Rugi/Laba, neraca,

struktur organisasi dan deskripsi tugas.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan

melalui teknik:
1. Dokumentasi; yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengumpulkan dokumen-dokumen keuangan Koperasi

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, misalnya laporan

keuangan neraca yang meliputi: aktiva lancar dan hutang lancar,

serta laporan rugi/laba.


2. Wawancara; yaitu Penulis melakukan tanya jawab dengan

pimpinan dan karyawan KPRI Gelekat Nara Larantuka yang

kompeten tentang pemenuhuhan kewajiban yang s egera jatuh

tempo secara optimal.

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode

deskriptif kuantitatif yakni dengan menggunakan rasio likuiditas, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:


1. Menghitung current ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka dari tahun 2010

2014 dengan rumus sebagai berikut:


24

Aktivalancar
x 100
Current Ratio = Utang Lancar

Interpretasi : Bila angka rasio tahun berikutnya > dari pada angka rasio

tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi mampu

melunasi hutang lancarnya dengan seluruh aktiva lancarnya

(likuid), sebaliknya bila angka rasio tahun berikutnya < dari

pada angka rasio tahun sebelumnya dapat dikatakan

koperasi tidak mampu melunasi hutang lancarnya dengan

seluruh aktiva lancarnya (ilikuid).


2. Menghitung quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka dari tahun 2010

2014 dengan rumus sebagai berikut

Kas+ Bank + Piutang


x 100
Quick Ratio = Utang lanc a r

Interpretasi : Bila angka rasio tahun berikutnya > dari pada angka rasio

tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi mampu

melunasi hutang lancarnya dengan aktiva lancar selain

persediaan (likuid), sebaliknya bila angka rasio tahun

berikutnya < dari pada angka rasio tahun sebelumnya dapat

dikatakan koperasi tidak mampu melunasi hutang lancarnya

dengan aktiva lancar selain persediaan (ilikuid).


3. Menghitung cash ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka dari tahun 2010

2014 dengan rumus sebagai berikut:

Kas+ Bank
x 100
Cash Ratio = Utang lanc a r
25

Interpretasi : Bila angka rasio tahun berikutnya > dari pada angka rasio

tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi mampu

melunasi hutang lancarnya dengan kas dan bank (likuid),

sebaliknya bila angka rasio tahun berikutnya < dari pada

angka rasio tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi

tidak mampu melunasi hutang lancarnya dengan kas dan

bank (ilikuid).
4. Menghitung cash turn over KPRI Gelekat Nara Larantuka dari tahun

2010 2014 dengan rumus sebagai berikut:


Penjualan
x 100
Cash turn over = Aktiva LancarHutang Lancar

Interpretasi : Bila angka rasio tahun berikutnya > dari pada angka rasio

tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi mempunyai

tingkat kecukupan modal untuk membayar tagihan (likuid),

sebaliknya bila angka rasio tahun berikutnya < dari pada

angka rasio tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi

tidak mempunyai tingkat kecukupan modal untuk

membayar tagihan (ilikuid).


5. Menghitung Inventory to net working capital KPRI Gelekat Nara

Larantuka dari tahun 2010 2014 dengan rumus sebagai berikut:


Persediaan
x 100
Inventory to NWC = Aktiva LancarHutang Lancar

Interpretasi : Bila angka rasio tahun berikutnya > dari pada angka rasio

tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi mampu

membandingkan persediaan dengan modal kerja (likuid),

sebaliknya bila angka rasio tahun berikutnya < dari pada


26

angka rasio tahun sebelumnya dapat dikatakan koperasi

tidak mampu membandingkan persediaan dengan modal

kerja (ilikuid).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum KPRI Gelekat Nara Larantuka

KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah salah satu dari sekian

koperasi yang berada di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur.

KPRI Gelekat Nara Larantuka berdiri tanggal 17 Juli 1976 yang

berlokasi di Kelurahan Pohon Bao Kecamatan Larantuka, Kabupaten

Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur. KPRI Gelekat Nara

Larantuka mendapatkan Badan Hukum dibuat Oleh Pengurus dan

disampaikan ke Kantor Departemen Kabupaten Flores Timur,

kemudian pada tahun 1977 Koperasi diakui keberadaannya dengan

nama resmi GELEKAT NARA. Bersamaan dikeluarkannya Badan

Hukum atau Akta Pendirian dengan Nomor : 308/BH/XIV tanggal 30

Juni 1977, dan penyesuaian badan hukum dengan Nomor :

276/BH//PAD/KWK.24/X tanggal 09 Oktober 1996.


27

Nama Koperasi GELEKAT NARA berasal dari bahasa

Lamaholot yang terdiri dari dua suku kata yakni : Gelekat yang

berarti : melayani, menolong, dan membantu. Sedangkan Nara yang

berarti : sesama anggota. Secara sederhana Gelekat Nara diartikan

sebagai pelayanan terhadap sesama anggota untuk maju bersama.

Demikian KPRI Gelekat Nara Larantuka ini dipaduhkan dengan asas

koperasi kekeluargaan dan gotong royong, berarti : maju bersama,


29
melayani sesama anggota sebagai mitra perjuangan.

Keanggotaan KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah Guru atau

pegawai dan pensiunan yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten

Flores Timur.

KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah Koperasi Serba Usaha

dengan jenis usaha : Simpan Pinjam yang bergerak dalam usaha

pembentukan modal melalui tabungan para anggotanya secara teratur

dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para

anggotanya dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan

produktif dan kesejahteraan. Jenis usaha Pertokoan (Coop Mart) yang

menangani pengadaan dan penyaluran berbagai barang-barang

konsumsi untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dan juga

masyarakat pada umumnya, serta Usaha Jasa Hotel (Hotel Gelekat

Nara) yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa nginap hotel bagi

para anggotanya maupun masyarakat umum yang menggunakan jasa

hotel.
28

Adapun tujuan yang ingin dicapai KPRI Gelekat Nara

Larantuka adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan anggota masyarakat pada umumnya dalam rangka usaha

menggalang terlaksananya anggota yang sejahtera, adil dan makmur

melalui pemanfaatan koperasi secara maksimal berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945.

4.1.2 Struktur Organisasi KPRI Gelekat Nara Larantuka

Untuk mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misi yang

telah ditetapkan, salah satu faktor penunjang terpenting yang harus

diperhatikan adalah struktur organisasi yang menunjukan hubungan

wewenang dari atas ke bawah, dari puncak pimpinan sampai karyawan

yang paling bawah yang mana semuanya mempunyai fungsi yang

sama penting dan diperlukan koordinasi yang baik.

Menurut Handoko (2001 : 221), Struktur organisasi adalah

suatu kerangka yang menunjukan pola tetap hubungan diantara fungsi-

fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi yang menunjukan hubungan,

wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam organisasi. KPRI

Gelekat Nara Larantuka memiliki struktur organisasi yang berbentuk

fungsi. Handoko (2001 : 219), menjelaskan bahwa pada struktur ini

jalur wewenang dari pimpinan puncak dilimpahkan secara langsung

kepada bawahan dan bawahan bertanggungjawab kapada atasan atas

tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Struktur Organisasi tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut ini :


29

Gambar 4.1

Struktur Organisasi KPRI


Gelekat Nara Larantuka

RAPAT
ANGGOTA

PENASEHA BADAN DEWAN


T PENGURUS PENGAW
AS

KEPALA TATA
USAHA

MANAGER
UMUM DATA
ELETRONIK

UNIT SIMPAN UNIT UNIT


PINJAM PERTOKOAN HOTEL

KASIR KREDI KASIR AKUNTAN RECEPTIO


USP T TOKO SI NIS

BAGIAN
AKUNTAN MARKETIN JURU KAMAR
SI G GUDANG

BAGIAN
DAPUR

SOPIR CLEANING
ANGGOTA SERVICE
SATPAM
30

Berdasarkan struktur organisasi yang ada maka dapat diuraikan


Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka
tugas masing-masing bagian sebagai berikut :

1. Rapat Anggota
Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan pemegang

kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang diadakan sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali setahun dan tiap anggota mempunyai 1 (satu)

suara dalam Rapat Anggota.


2. Penasehat
Penasehat bertugas untuk memberikan arahan dan

bimbingaan kepada dewan pengurus terdapat hambatan-hambatan

yang dihadapi.
3.Badan Pengurus
Badan pengurus bertanggung jawab langsung kepada

anggota koperasi. Tugas badan pengurus koperasi adalah :


a. Memimpin rapat badan pengurus dan rapat anggota.
b. Mengelolah koperasi dan usahanya.
c. Mengajukan rencana kerja serta rencana anggaran belanja

koperasi.
d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas.
e. Memimpin para staf untuk mengelola usaha koperasi.

4.Badan pengawas
31

Dalam menjelaskan tugasnya, Pengawas secara langsung

bertanggungjawab kepada Rapat Anggota karena dapat dipilih dan

diangkat secara langsung oleh Rapat Anggota. Tugas pengawa

adalah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan dan

kejadian-kejadian di dalam koperasi dan kemudian dilaporkan

kepada Rapat Anggota tahunan, pengawas bertugas untuk :


a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi.
b. Membuat laporan secara tertulis tentang hasil pengawasannya dan

memberi pendapatan dan perbaikan.


c. Mengkoordinir buku catatan dan administrasi keuangan.
5.Manager Umum
Manager merupakan unsur yang mempunyai kedudukan

sangat penting dalam koperasi karena perkembangan koperasi sangat

tergantung pada kinerj manejer dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab yang diberikan oleh badan pengurus. Manejer

bertugas :
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan rencana

anggaran pendapatan dan belanja masing-masing bagian yang

berada di bawah tanggungjawabnya.


b. Memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dari

para karyawan, menyusun perencanaan yang terdapat dalam

rangka pembukuan usaha baru.


c. Memberikan informasi mutakhir yang berkaitan dengan

Pengurus dan jajarannya.


d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi rencana

kerja dan anggaran secara berkala maupun tahunan kepada

pengurus.
32

e. Melaksanakan tugas sesuai dengan mandat yang diberikan oleh

pengurus.
6. Kepala Tata Usaha (KTU)
Mempunyai Tugas :
a. Membuat konsep surat undangan rapat, surat pengantar laporan

keuangan, surat perjalanan dinas.


b. Menyiapkan format permohonan anggota baru.
c. Menyusun rencana pembelanjaan ATK.
d. Mengangendakan surat keluar dan surat masuk serta pengamanan

arsip surat masuk dan surat keluar.


e. Mengarsip dokumen-dokumen.
7. Unit Simpan Pinjam
Ruang lingkup USP adalah yang bergerak dalam usaha

pembentukan modal melalui tabungan para anggotanya secara teratur

dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para

anggotanya dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat.


8. Kasir USP
Yang menjadi tugas Kasir USP adalah :
a. Mengeluarkan uang setelah mendapat persetujuan dari manajer

untuk mencatat ke dalam kas dan buku anggota.


b. Menyiapkan slip uang masuk dan slip uang keluar.
c. Menerima uang setoran dari anggota sesuai angka yang tercatat

dalam buku kas dan buku anggota.


9. Kredit

Bagian Kredit bertugas:

a. Mengendalikan kredit kepada anggota agar aman dan terarah.


b. Mempertimbangkan dan menganalisa setiap permohonan

pinjaman anggota untuk kemudian memutuskan apakah

permohonan tersebut boleh dipinjamkan atau ditolak.


c. Menentukan skala prioritas pinjaman.
d. Mengevaluasi POLJAK (Pola Kebijakan Pinjaman).
10. Akuntansi

Mempunyai tugas :
33

a. Proses akunting dan verifikasi/konfirmasi semua transaksi

keuangan yang diterima melalui daftar potongan dan atau

perkiraan titipan serta transaksi antar TP/Pospel.


b. Mencocokan data dan saldo kas menurut buku besar kas dengan

buku kas kasir.


c. Membuat dan mengirim daftar tagihan angsuran pinjaman,

simpanan dan lain-lain ke kantor-kantor atau lembaga mitra

secara kolektif maupun perseorangan dan penjemputannya.


d. Menghimpun, meneliti data, mengelompokan anggota aktif dan

anggota pasif berdasarkan setoran simpanan wajib.


11. Unit Pertokoan

Ruang kerja dari Unit Pertokoan adalah yang menangani

pengadaan dan penyaluran berbagai barang-barang konsumsi untuk

memenuhi kebutuhan anggotanya juga masyarakat pada umumnya.

12. Kasir Toko

Yang menjadi tugas Kasir Toko adalah :

a. Melayani pembelian barang di Coop Mart.


b. Menghitung total pemasukan dalam satu hari kerja Coop Mart.
c. Mengumpulkan dan memberikan slip belanja kepada bagian

akuntansi dalam satu hari kerja Coop Mart.


d. Menyetor uang belanja kepada bendahara.
13. Marketing
Yang menjadi tugas Marketing adalah :
a. Melakukan order penjualan sekaligus melayani

permintaan/order dari agen-agen.


b. Membuat rencana penjualan yang meliputi perluasan wilayah

pemasaran serta melakukan promosi penjualan.


c. Membuat program penjualan yang meliputi diskon maupun

bonus-bonus lainnya.
14. Unit Hotel
34

Ruang kerja dari Unit Hotel adalah yang bergerak dalam

bidang penyediaan jasa nginap hotel bagi masyarakat yang

menggunakan jasa hotel.


15. Receptionis
Receptionis bertugas untuk menerima tamu hotel serta

melayani Cheek in dan Cheek out..


16. Cleaning Service
Cleaning Service bertugas untuk membersihkan dan

merapihkan ruangan hotel.

4.1.3 Kondisi Keuangan KPRI Gelekat Nara Larantuka Tahun 2010-

2014

Kondisi keuangan suatu koperasi tercermin dalam laporan

keuangan yang ada, misalnya neraca dan laporan rugi/laba. Berikut ini

adalah neraca dan laporan rugi/laba KPRI Gelekat Nara Larantuka

selama periode 2010 2014.

1. Neraca KPRI Gelekat Nara Larantuka


Neraca KPRI Gelekat Nara Larantuka selama periode

2010 2014 adalah sebagai berikut :

NERACA
SELAMA
TAHUN
2010 - 2014
35

Berdasarkan tabel neraca 4.1, nampak bahwa jumlah

aktiva lancar KPRI Gelekat Nara Larantuka selama 5 tahun

terakhir mengalami peningkatan, kecuali tahun 2014 mengalami

penurunan. Sementara jumlah hutang lancarnya mengalami

fluktuasi. Neraca pada tabel 4.1 tersebut menunjukan bahwa aktiva

KPRI Gelekat Nara Larantuka terdiri dari : aktiva lancar, aktiva

tetap, dan aktiva lain-lain. Sedangkan pasiva KPRI Gelekat Nara

Larantuka terdiri dari hutang lancar dan modal.

Adapun aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka terdiri dari: Kas, Bank, Piutang Anggota, Piutang Non

Anggota, Persekot, dan Persediaan Barang Dagangan. Total aktiva

lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2010

adalah sebesar Rp 8.307.549.198,02 yang terdiri atas: kas sebesar

Rp 107.103.200,86, Bank sebesar Rp 260.721.845,00, Piutang

angota sebesar Rp 7.448.198.137,00, Piutang non anggota sebesar

Rp 237.536.385,00, Persekot sebesar Rp 3.497.000,00 dan

persediaan barang dagangan sebesar Rp 250.492.630,16.


36

Selanjutnya total aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi Rp

9.119.715.209,81 yang terdiri dari: kas sebesar Rp 87.328.460,49,

Bank sebesar Rp 103.513.631,00, Piutang anggota mengalami

peningkatan menjadi Rp 8.043.046.117,00, sedangkan Piutang non

anggota sebesar Rp 133.583.208,00, sementara Persekot sebesar

Rp 21.099.000,00 dan persediaan barang dagangan sebesar Rp

731.144.793,32.

Total aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2012 adalah sebesar Rp 9.495.041.213,99 yang

terdiri atas: kas sebesar Rp 418.044.828,58, Bank sebesar Rp

174.451.156,00, Piutang anggota sebesar Rp 7.498.938.159,00,

Piutang non anggota sebesar Rp 287.478.494,00, Persekot sebesar

Rp 7.362.000,00 dan persediaan barang dagangan sebesar Rp

1.108.766.576,41.

Total aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2013 kembali mengalami peningkatan menjadi Rp

17.017.600.998,20 yang terdiri atas: kas sebesar Rp

450.839.252,63, Bank sebesar Rp 5.309.126.503,16, Piutang

anggota sebesar Rp 9.373.910.655,00, Piutang non anggota sebesar

Rp 226.065.827,00, Persekot sebesar Rp 6.360.000,00 dan

persediaan barang dagangan sebesar Rp 1.651.298.760,41.


37

Sedangkan total aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2014 mengalami penurunan menjadi Rp

16.986.349.471,24 yang terdiri atas: kas sebesar Rp

567.708.565,67, Bank sebesar Rp 605.176.503,16, Piutang anggota

sebesar Rp 13.683.524.146,00, Piutang non anggota sebesar Rp

608.416.331,00, Persekot sebesar Rp 10.358.000,00 dan persediaan

barang dagangan sebesar Rp 1.511.165.925,41.

Kemudian hutang lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka terdiri dari: Hutang Dagang, Hutang Bank, Hutang Lain-

lain, Hutang Dinas Koperasi, Tasurkop, Biaya yang masih harus

dibayar, Dana Pembagian Daerah Kerja, Dana Pendidikan, dan

Dana Sosial. Adapun hutang lancar yang dimiliki KPRI Gelekat

Nara Larantuka selama tahun 2010 2014 berfluktuasi yang mana

pada tahun 2010 total hutang lancar sebesar Rp 3.820.859.016,99,

pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 4.687.954.146,57,

sementara tahun 2012 menurun menjadi Rp 4.468.272.060,77,

sedangkan pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan

menjadi Rp 11.391.513.815,24, dan tahun 2014 menurun menjadi

Rp 10.147.204.943,34

2. Laporan Rugi/Laba KPRI Gelekat Nara Larantuka


Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang

sistematis tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh oleh

suatu perusahaan selama periode tertentu. Berikut ini adalah


38

laporan rugi/laba KPRI Gelekat Nara Larantuka selama periode

tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :

RUGI / LABA
2010 - 2014

Berdasarkan tabel laporan rugi/laba 4.2, nampak bahwa

komponen laporan rugi/laba yang dimiliki KPRI Gelekat Nara

Larantuka terdiri dari: penjualan, Harga Pokok Penjualan (HPP),

biaya usaha, biaya organisasi dan umum, serta laba. Penjualan pada

KPRI Gelekat Nara Larantuka mengalami peningkatan setiap

tahunnya kecuali tahun 2013 mengalami penurunan, yang mana


39

pada tahun 2010 total penjualannya sebesar Rp 3.107.134.332,00,

pada tahun 2011 penjualan meningkat menjadi Rp

5.789.794.313,00, tahun 2012 penjualan kembali meningkat

menjadi Rp 9.046.445.570,00, sedangkan pada tahun 2013

mengalami penurunan menjadi Rp 7.350.286.154,00, dan pada

tahun 2014 penjualan kembali meningkat menjadi Rp

9.404.434.223,00

Selanjutnya HPP pada KPRI Gelekat Nara Larantuka

mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali tahun 2013

mengalami penurunan, yang mana pada tahun 2010 HPP sebesar

Rp 1.473.871.990,84, tahun 2011 HPP meningkat menjadi Rp

3.675.077.821,84, pada tahun 2012 HPP kembali meningkat

menjadi Rp 6.532.594.524,91, sedangkan pada tahun 2013

mengalami penurunan menjadi Rp 4.461.834.604,00, dan pada

tahun 2014 HPP kembali meningkat menjadi Rp 6.002.340.811,00

Sedangkan secara keseluruhan total biaya usaha dan biaya

organisasi & umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada

tahun 2010 keseluruhan total biaya usaha dan biaya organisasi &

umum adalah sebesar Rp 1.539.597.230,00, yang mana pada tahun

2011 meningkat menjadi Rp 2.002.945.403,00, pada tahun 2012

meningkat menjadi Rp 2.252.235.639,60, pada tahun 2013

meningkat menjadi Rp 2.599.058.237,00, serta pada tahun 2014

meningkat menjadi Rp 3.222.674.407,00


40

Sementara laba (SHU) pada KPRI Gelekat Nara Larantuka

selama periode tahun 2010 2014 mengalami peningkatan setiap

tahunnya kecuali tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun

2010 laba yang diperoleh adalah sebesar Rp 93.665.111,16, ditahun

2011 laba meningkat menjadi Rp 111.771.088,16, hal serupa terjadi

ditahun 2012 laba meningkat menjadi Rp 261.615.405,49,

sementara pada tahun 2013 laba kembali meningkat menjadi Rp

289.393.313,00, sedangkan pada tahun 2014 laba menurun menjadi

Rp 179.419.005,00.

4.2 Pembahasan Likuiditas Pada KPRI Gelekat Nara Larantuka

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan koperasi

dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) yang segera jatuh tempo

pada saat ditagih. Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisa dan

menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, mengecek efisiensi

penggunaan modal kerja apakah cukup, kurang atau berlebihan.


Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek, terdapat beberapa

rasio yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan interpretasi, yaitu :
a. Current Ratio (CR)
Current Ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva

lancar dengan hutang lancar. Tujuan dari Current Ratio adalah untuk

mengukur kemampuan koperasi dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo secara keseluruhan.

Hasil perhitungan current ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka

selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.3
41

Perhitungan current ratio


Tahun 2010, 2011, 2012, 2013,2014

Tahun Metode Perhitungan Hasil Kategori


Perhitungan Likuiditas
Aktiva Lancar
x 100%
Utang Lancar
8.307.549.198,02
2010 x 100% 217 % -
3.820.859.016,99

9.119.715.209,81
2011 x 100% 194 % Ilikuid
4.687.954.146,57

9.495.041.213,99
2012 x 100% 212 % Likuid
4.468.272.060,77

17.017.600.998,20
2013 x 100% 149 % Ilikuid
11.391.513.815,24

16.986.349.471,24
2014 x 100% 167 % Likuid
10.147.204.943,34
Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka, diolah Penulis
Dilihat dari standar rasio yang digunakan dalam perhitungan,

maka dapat dikatakan bahwa tingkat likuditas pada KPRI Gelekat Nara

Larantuka pada tahun 2012, dan tahun 2014 tergolong dalam keadaan

likuid karena hasil perhitungan current ratio setiap tahunnya lebih besar

dari pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2013, KPRI

Gelekat Nara Larantuka tergolong dalam keadaan ilikuid karena hasil

perhitungan current ratio setiap tahunnya lebih kecil dari pada tahun

sebelumnya.
Kemudian, berdasarkan tinggi rendahnya pencapaian angka

current ratio setiap tahunnya, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010

yang menjadi tahun dasar dalam penelitian ini, current ratio KPRI
42

Gelekat Nara Larantuka adalah 217 % berarti setiap Rp.1,- utang lancar

dijamin oleh aktiva lancar yang dimiliki KPRI Gelekat Nara Larantuka

sebesar Rp.2,17.-
Tahun 2011, current ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah

194% berarti setiap utang lancar sebesar Rp.1,- dijamin oleh aktiva lancar

sebesar Rp.1,94.-. Current ratio tahun 2011 mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2010. Keadaan ini menunjukkan semakin kecilnya

kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua utang

jangka pendeknya, sehingga pada tahun 2011 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong ilikuid karena hasil perhitungan Current ratio lebih

kecil dari pada tahun 2010.


Tahun 2012, current ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah

212% berarti setiap utang lancar sebesar Rp.1,- dijamin oleh aktiva lancar

sebesar Rp. 2,12.-. Tahun 2012 terjadi peningkatan current ratio

dibandingkan tahun 2011. Keadaan ini menunjukkan semakin besarnya

kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua utang

jangka pendeknya, sehingga pada tahun 2012 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong likuid karena hasil perhitungan Current ratio lebih

besar dari pada tahun 2011.


Tahun 2013, current ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka adalah

149% berarti setiap utang lancar sebesar Rp.1,- dijamin oleh aktiva lancar

sebesar Rp. 1,49.-. Tahun 2013 terjadi penurunan current ratio

dibandingkan tahun 2012, sehingga pada tahun 2013 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong ilikuid karena hasil perhitungan Current ratio lebih

kecil dari pada tahun 2012.


43

Selanjutnya pada tahun 2014, current ratio KPRI Gelekat Nara

Larantuka adalah 167% berarti setiap utang lancar sebesar Rp.1,- dijamin

oleh aktiva lancar sebesar Rp.1,67,-. Keadaan ini menunjukkan semakin

besarnya kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi

semua utang jangka pendeknya, sehingga pada tahun 2014 KPRI Gelekat

Nara Larantuka tergolong likuid karena hasil perhitungan Current ratio

lebih besar dari pada tahun 2013.


b. Quick Ratio (QR) atau Acid Test Ratio
Quick Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar tanpa

persediaan dengan utang lancar. Tujuan dari rasio ini adalah untuk

menunjukan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban lancarnya

dengan aktiva lancar selain persediaan.


Hasil perhitungan Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka

selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :


Tabel. 4.4
Perhitungan quick ratio
Tahun 2010, 2011, 2012, 2013,2014

Tahun Metode Perhitungan Hasil Kategori


Perhitungan Likuiditas
Kas + Bank + Piutang
x 100%
Utang Lancar
8.057.056.567,86
2010 x 100% -
210 %
3.820.859.016,99

8.388.570.416,49
2011 x 100% Ilikuid
178 %
4.687.954.146,57

8.386.274.637,58
2012 x 100% Likuid
187 %
4.468.272.060,77

15.366.302.237,79
2013 x 100% 134 % Ilikuid
11.391.513.815,24
44

15.475.183.545,83
2014 x 100% Likuid
152 %
10.147.204.943,34

Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka, diolah Penulis.

Rasio ini lebih tajam dari pada Current ratio karena hanya

membandingkan aktiva yang sangat liquid (mudah dicairkan atau

diuangkan) dengan utang lancar. Jika Current rationya besar tapi Quick

ratio kecil menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam

persediaan.
Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2010 yang

menjadi tahun dasar dalam penelitian ini adalah 210% yang berarti

koperasi mampu menjamin setiap Rp.1,- utang lancar dengan Rp.2,10.-

aktiva lancar (selain persediaan). Semakin besar rasio ini semakin liquid

komponen aktiva lancar selain persediaan yang dihubungkan dengan

utang lancar.
Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2011 adalah

178% yang berarti koperasi mampu menjamin setiap Rp.1,- utang lancar

dengan Rp.1,78.- aktiva lancar (selain persediaan), akan tetapi nilai quick

ratio pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010. Keadaan

ini menunjukkan semakin kecilnya kemampuan KPRI Gelekat Nara

Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya, sehingga

pada tahun 2011 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong ilikuid karena

hasil perhitungan quick ratio lebih kecil dari pada tahun 2010.
45

Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2012 adalah

187% yang berarti koperasi mampu menjamin setiap Rp.1,- utang lancar

dengan Rp.1,87.- aktiva lancar (selain persediaan). Keadaan ini

menunjukkan semakin besarnya kemampuan KPRI Gelekat Nara

Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya, sehingga

pada tahun 2012 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid karena

hasil perhitungan quick ratio lebih besar dari pada tahun 2011.
Selanjutnya, Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun

2013 menurun menjadi 134% yang berarti koperasi mampu menjamin

setiap Rp1,- utang lancar dengan Rp.1,34.- aktiva lancar (selain

persediaan). Keadaan ini menunjukkan semakin kecilnya kemampuan

KPRI Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua utang jangka

pendeknya, sehingga pada tahun 2013 KPRI Gelekat Nara Larantuka

tergolong ilikuid karena hasil perhitungan quick ratio lebih kecil dari

pada tahun 2012.


Sedangkan Quick ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2014

adalah 152% yang berarti koperasi mampu menjamin setiap Rp.1,- utang

lancar dengan Rp.1,52.- aktiva lancar (selain persediaan). Keadaan ini

menunjukkan semakin besarnya kemampuan KPRI Gelekat Nara

Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya, sehingga

pada tahun 2014 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid karena

hasil perhitungan quick ratio lebih besar dari pada tahun 2013.
c. Cash Ratio
46

Cash ratio merupakan perbandingan aktiva lancar yang paling

liquid dengan utang lancar. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Hasil perhitungan cash ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka

selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.5
Perhitungan cash ratio
Tahun 2010, 2011, 2012, 2013,2014

Tahun Metode Perhitungan Hasil Kategori


Perhitungan Likuiditas
Kas + Bank
x 100%
Utang Lancar

367.825.045,86
2010 x 100% 9,62 % -
3.820.859.016,99

190.842.091,49
2011 x 100% 4,99 % Ilikuid
4.687.954.146,57

592.495.984,58
2012 x 100% 13,26 % Likuid
4.468.272.060,77

5.759.965.755,79
2013 x 100% 50,56 % Likuid
11.391.513.815,24

1.172.885.068,83
2014 x 100% 11,55 % Ilikuid
10.147.204.943,34

Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka, diolah Penulis.


47

Pada tabel perhitungan diatas, tahun 2010 yang menjadi tahun

dasar dalam penelitian ini, cash ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka

adalah 9,62% yang berarti bahwa utang lancar Rp,1.- dapat dijamin oleh

kas dan bank Rp 9,62.-


Selanjutnya pada Tahun 2011, cash ratio KPRI Gelekat Nara

Larantuka menurun menjadi 4,99% yang berarti bahwa utang lancar

Rp.1,- dapat dijamin oleh kas dan bank Rp.0,04,- Keadaan ini

menunjukkan semakin kecilnya kemampuan KPRI Gelekat Nara

Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya dengan

menggunakan kas, sehingga pada tahun 2011 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong ilikuid karena hasil perhitungan cash ratio lebih

kecil dari pada tahun 2010.


Pada Tahun 2012, cash ratio KPRI Gelekat Nara Larantuka

meningkat menjadi 13,22% yang berarti bahwa utang lancar Rp.1,- dapat

dijamin oleh kas dan bank Rp.0,13,- Keadaan ini menunjukkan semakin

besar kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua

utang jangka pendeknya, sehingga pada tahun 2012 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong likuid karena hasil perhitungan cash ratio lebih besar

dari pada tahun 2011.


Peningkatan cash ratio juga terjadi Pada Tahun 2013, cash ratio

KPRI Gelekat Nara Larantuka kembali meningkat menjadi 50,56% yang

berarti bahwa utang lancar Rp.1,- dapat dijamin oleh kas dan bank

Rp.0,50,- Keadaan ini menunjukkan semakin besar kemampuan KPRI

Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya,


48

sehingga pada tahun 2013 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid

karena hasil perhitungan cash ratio lebih besar dari pada tahun 2012.
Sedangkan pada Tahun 2014, cash ratio menurun menjadi 11,55%

yang berarti bahwa utang lancar Rp.1,- dapat dijamin oleh kas dan bank

Rp.0,11,- Keadaan ini menunjukkan semakin kecilnya kemampuan KPRI

Gelekat Nara Larantuka dalam menutupi semua utang jangka pendeknya

dengan menggunakan kas, sehingga pada tahun 2014 KPRI Gelekat Nara

Larantuka tergolong ilikuid karena hasil perhitungan cash ratio lebih

kecil dari pada tahun 2013.


d. Cash Turn Over
Cash turn over yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan

modal kerja bersih. Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar

terhadap utang lancar. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur

tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan.

Hasil perhitungan Cash turn over KPRI Gelekat Nara Larantuka


selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.6
Perhitungan cash turn over
Tahun 2010, 2011, 2012, 2013,2014

Tahun Metode Perhitungan Hasil Kategori


Perhitungan Likuiditas
Penjualan
x 100%
Aktiva Lancar - Utang Lancar
3.107.134.332,00
2010 x 100% 69 % -
4.486.690.181,03

5.789.794.313,00
2011 x 100% 130 % Likuid
4.431.761.063,24

9.046.445.570,00
49

2012 x 100% 179 % Likuid


5.026.769.153,22

7.350.286.154,00
2013 x 100% 130 % Ilikuid
5.626.087.182,96

9.404.434.223,00
2014 x 100% 137 % Likuid
6.839.144.527,90
Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka, diolah penulis.
Hasil perhitungan cash turn over pada KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2010 yang menjadi tahun dasar dalam penelitian ini

adalah 69%. Artinya setiap Rp 0,69,- modal kerja dari penjualan netto

dapat membayar tagihan dan membiayai penjualan.


Selanjutnya hasil perhitungan cash turn over pada KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2011 menigkat menjadi 130. Artinya setiap Rp

1,30,- modal kerja dari penjualan netto dapat membayar tagihan dan

membiayai penjualan. Keadaan ini menunjukan semakin besar

kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka membayar tagihan dan

membiayai penjualan dari modal kerja yang dimiliki koperasi, sehingga

pada tahun 2011 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid karena

hasil perhitungan cash turn over lebih besar dari pada tahun 2010.
Hasil perhitungan cash turn over pada KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2012 kembali menigkat menjadi 179%. Artinya setiap

Rp 1,79,- modal kerja dari penjualan netto dapat membayar tagihan dan

membiayai penjualan. Keadaan ini menunjukan semakin besar

kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka membayar tagihan dan

membiayai penjualan dari modal kerja yang dimiliki koperasi, sehingga


50

pada tahun 2012 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid karena

hasil perhitungan cash turn over lebih besar dari pada tahun 2011.
Sedangkan hasil perhitungan cash turn over pada KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 130%.

Artinya setiap Rp 1,30,- modal kerja dari penjualan netto dapat

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Keadaan ini menunjukan

semakin kecil kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka membayar

tagihan dan membiayai penjualan dari modal kerja yang dimiliki

koperasi, sehingga pada tahun 2013 KPRI Gelekat Nara Larantuka

tergolong ilikuid karena hasil perhitungan cash turn over lebih kecil dari

pada tahun 2012.


Sementara hasil perhitungan cash turn over pada KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 137%.

Artinya setiap Rp 1,37,- modal kerja dari penjualan netto dapat

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Keadaan ini menunjukan

semakin besar kemampuan KPRI Gelekat Nara Larantuka membayar

tagihan dan membiayai penjualan dari modal kerja yang dimiliki

koperasi, sehingga pada tahun 2014 KPRI Gelekat Nara Larantuka

tergolong likuid karena hasil perhitungan cash turn over lebih besar dari

pada tahun 2013.


e. Inventory to Net Working Capital
Inventory to net working capital yaitu perbandingan antara jumlah

persediaan dengan modal kerja bersih. Tujuan dari rasio ini adalah untuk

mengukur dan membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan

modal kerja perusahaan.


51

Hasil perhitungan Inventory to net working capital KPRI Gelekat

Nara Larantuka selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.7
Perhitungan inventory to net working capital
Tahun 2010, 2011, 2012, 2013,2014

Tahun Metode Perhitungan Hasil Kategori


Perhitungan Likuiditas
Persediaan
x 100%
Aktiva Lancar - Utang Lancar

250.492.630,16
2010 x 100% 5,58 % -
4.486.690.181,03

731.144.793,32
2011 x 100% 16,49 % Likuid
4.431.761.063,24

1.108.766.576,41
2012 x 100% 22,05 % Likuid
5.026.769.153,22
1.651.298.760,41
2013 x 100% 29,35 % Likuid
5.626.087.182,96
1.511.165.925,41
2014 x 100% 22,09 % Ilikuid
6.839.144.527,90
Sumber : KPRI Gelekat Nara Larantuka, diolah Penulis.

Hasil perhitungan Inventory to net working capital pada KPRI

Gelekat Nara Larantuka tahun 2010 yang menjadi tahun dasar dalam

penelitian ini adalah 5,58%. Artinya setiap Rp 0,05,- persediaan

berbanding Rp 1,- modal kerja koperasi.


Perhitungan Inventory to net working capital pada KPRI Gelekat

Nara Larantuka tahun 2011 meningkat menjadi 16,49%. Artinya setiap

Rp 0,16,- persediaan berbanding Rp 1,- modal kerja koperasi. Keadaan ini

menunjukan semakin besar kemampuan koperasi untuk membandingkan


52

persediaan dengan modal kerja koperasi, sehingga pada tahun 2011 KPRI

Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid karena hasil perhitungan

Inventory to net working capital lebih besar dari pada tahun 2010.
Sedangkan perhitungan Inventory to net working capital pada

KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2012 kembali meningkat menjadi

22,05%. Artinya setiap Rp 0,22,- persediaan berbanding Rp 1,- modal

kerja koperasi. Keadaan ini menunjukan semakin besar kemampuan

koperasi untuk membandingkan persediaan dengan modal kerja koperasi,

sehingga pada tahun 2012 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid

karena hasil perhitungan lebih besar dari pada tahun 2011.


Inventory to net working capital pada KPRI Gelekat Nara

Larantuka tahun 2013 juga kembali meningkat dari tahun 2012 menjadi

29,35%. Artinya setiap Rp 0,29,- persediaan berbanding Rp 1,- modal

kerja koperasi. Keadaan ini menunjukan semakin besar kemampuan

koperasi untuk membandingkan persediaan dengan modal kerja koperasi,

sehingga pada tahun 2013 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong likuid

karena hasil perhitungan lebih besar dari pada tahun 2012.


Sementara perhitungan Inventory to net working capital pada

KPRI Gelekat Nara Larantuka tahun 2014 menurun menjadi 22,09%.

Artinya setiap Rp 0,22,- persediaan berbanding Rp 1,- modal kerja

koperasi. Keadaan ini menunjukan semakin kecil kemampuan koperasi

untuk membandingkan persediaan dengan modal kerja koperasi, sehingga

pada tahun 2014 KPRI Gelekat Nara Larantuka tergolong ilikuid karena

berdasarkan hasil perhitungan lebih besar dari pada tahun 2013.


53

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari pembahasan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan likuiditas KPRI Gelekat Nara Larantuka dengan

menggunakan pendekatan Current ratio tahun 2010 2014 berkisar antara

149% - 217%, yang mana tahun 2010 menjadi tahun dasar penelitian.

Perhitungan nilai Current ratio pada tahun 2011 dan 2013 tergolong

ilikuid, sedangkan hasil perhitungan current ratio pada tahun 2012 dan

tahun 2014 tergolong likuid.


2. Hasil perhitungan Quick Ratio tahun 2010 2014 berkisar antara 134% -

210%, yang mana berdasarkan perhitungan Quick Ratio pada tahun 2011

dan 2013 tergolong ilikuid, sedangkan hasil perhitungan current ratio pada

tahun 2012 dan tahun 2014 tergolong likuid.


3. Cash Ratio tahun 2010 2014 berkisar antara 4,99% - 50,56%, yang

mana berdasarkan perhitungan cash Ratio pada tahun 2011 dan 2014

tergolong ilikuid, sedangkan hasil perhitungan cash ratio pada tahun 2012

dan tahun 2013 tergolong likuid.


4. Cash turn over tahun 2010 2014 berkisar antara 69% - 179%. Hasil

perhitungan menunjukan bahwa Cash turn over KPRI Gelekat Nara

Larantuka menunjukan kondisi likuid, kecuali tahun 2013 menunjukan

kondisi ilikuid.
59
54

5. Inventory to net working capital tahun 2010 2014, yang mana

perhitungan nilai Inventory to net working capital pada tahun 2010 KPRI

Gelekat Nara Larantuka berdasarkan hasil perhitungan Inventory to net

working capital selama tahun 2011 2014 tergolong dalam keadaan likuid

kecuali tahun 2014 yang tergolong ilikuid.


5.2 Saran

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh maka saran yang dapat

penulis berikan bagi Manajemen KPRI Gelekat Nara Larantuka agar perlu

meningkatkan :

a. Current Ratio
Diharapkan agar manajemen koperasi perlu meningkatkan aktiva

lancar, dan cara mengurangi hutang agar kedepanya koperasi lebih

berkembang, sehingga koperasi dapat memenuhi kewajiban lancarnya

harus dipenuhi.
b. Quick Ratio
Meningkatkan aktiva lancar selain persediaan serta menekan

hutang sekecil mungkin sehingga kedepannya koperasi dapat memenuhi

kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar selain

persediaan.

c. Cash Ratio
Meningkatkan kas dan bank dan menekan hutang sekecil mungkin

agar ditahun yang akan datang koperasi mampu memenuhi kewajiban

lancarnya dengan menggunakan kas dan bank yang dimiliki koperasi.


d. Cash Turn Over
Mengoptimalkan penjualan untuk dapat meningkatkan modal

kerja guna membayar tagihan dan membiayai penjualan.


e. Inventory to Net Working Capital
55

Melakukan perencanaan dengan baik terhadap persediaan agar di

waktu yang akan datang manajemen koperasi lebih efektif dalam

mengelola persediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Antrivida Kasse. Skripsi Analisis Likuiditas Koperasi Kredit Familia Kupang.


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi OEmathonis. Kupang : 2008

Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. Yogyakarta :


Liberty UGM, 2011

Hanafi dan Halim. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen. YKPN. 2012

Irham Fahmi. Analisis Kinerja Keuangan. Penerbit Alfabeta. Bandung : 2014

Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmirianus Zelmi. Skripsi Analisis Tngkat Likuiditas Pada Koperasi Kredit


Familia. Kupang : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi OEmathonis.2014

Munawir S. Analisa Laporan Keuangan Edisi 4. Yogyakarta : Liberty UGM, 2012

Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomoian Indonesia.Jakarta : Rineke Cipta,


2008

Peraturan Akademik STIE OEmathonis Kupang: STIE OEmathonis. 2011.


56

Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta : Rineke Cipta,


2010

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta, 2012

T. Hani Handoko. Manajemen .Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM, 2001.

Undang-Undang no.25 Tahun 1992 tentang Pengkoperasian. Jakarta : Sinar


Grafika, 1992

Wikipedia. 2012. Koperasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi


(3 Desember 2012)

Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. Yogyakarta : Penerbit BPFE UGM.


2010

BIODATA 62
PENULIS

1. IDENTITAS DIRI
Nama lengkap : Yohanes Paulus Dop Begu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 19 Oktober 1989
Agama : Kristen Katolik
Alamat : Jl. Bajawa, RT 043/RW 013
Kec.Oebobo, Kel.Fatululi, Kota Kupang
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1995 - 2004 : SDK Leworere
Tahun 2004 - 2007 : SLTP Nyiur Melambai Tanah Boleng
Tahun 2007 - 2010 : SMAK St. Darius Larantuka
Tahun 2012 - Sekarang : STIE OEmathonis Kupang
3. IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Linus Lae Gerokon (Alm)
Ibu : Susana Sura Sabon

63

Anda mungkin juga menyukai