Anda di halaman 1dari 23

Belajar Rajin Membaca Buku Seperti Ir.

Soekarno

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari sifat


para pahlawan Indonesia. Tentunya, sifat ini bisa kita
aplikasikan di masa sekarang dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya, rajin membaca buku seperti Ir. Soekarno.

Kutu buku

Bung Karno terkenal sebagai pribadi yang kutu buku.


Soalnya, Beliau memang sangat suka membaca, terutama
buku ilmiah. Saat diasingkan ke Bengkulu, Beliau
membawa koleksi buku-bukunya.

Bahkan, anak Residen Bengkulu bernama Hooikas Jr.


sampai terheran-heran melihat koleksi buku Bapak
Proklamator kita ini. Bung karno bisa duduk diam selama
berjam-jam hanya bertemankan buku. Ketika Hooikas Jr.
bertanya kenapa beliau suka banget membaca, Bung
Karno dengan mantap menjawab,

"Orang muda, saya harus belajar giat sekali. Insya


Allah, saya akan menjadi presiden negeri ini."

Jawaban tersebut menjadi bahan ejekan orang


Belanda di Bengkulu. Tapi bertahun-tahun setelahnya,
beliau mewujudkan perkataannya dengan menjadi
presiden pertama Indonesia.
Lesson Learnt
Kalimat yang mengatakan kalau buku adalah jendela
dunia itu benar adanya. Ada banyak ilmu yang bisa
didapat dengan membaca buku. Kita bisa meniru
kebiasaan Bung Karno. Beliau membaca buku yang
membantunya dalam perjuangan menggapai
kemerdekaan.

Jadi, kita bisa membaca buku-buku yang terkait


dengan cita-cita kita. Misalnya, kita pengin jadi fashion
designer. Kita bisa mencapai impian tersebut dengan
membaca biografi desainer-desainer ternama dan meniru
tips sukses mereka. Let's read a book and achieve our
dream.
11 Hal Unik Tentang Kecintaan Bung Hatta
Terhadap Buku

Muhammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama


Republik Indonesia (RI) yang terkenal dengan kecintaanya
terhadap buku. Ia seorang pejuang kemerdekaan
Indonesia yang gigih. Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat
tahun 1902. Bung Hatta, begitulah panggilan populernya
yang juga dikenal sebagai bapak koperasi.

Beliau meninggal umur 77 tahun di Jakarta dengan


mewariskan banyak buku. Bersama Soekarno namanya
juga dikenang sebagai nama Bandar udara internasional
yakni, Bandar Udara Soekarno-Hatta. Untuk mengenang
jasanya dan menyelamatkan koleksi Bung Hatta maka,
didirikanlah Perpustakaan Proklamator Bung Hatta (PPBH)
yang ada di kota kelahirannya. Perpustakaan tersebut
diresmikan pada tanggal 21 September 2006 lalu oleh
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Bung Hatta adalah sosok relegius yang tak


terpisahkan dengan buku. Berikut 11 hal unik yang saya
kumpulkan dari berbagai sumber tentang kecintaan Bung
Hatta terhadap buku dan aktivitas membacanya.
1. Umur 17 Sudah Mengoleksi Buku
Bung Hatta lahir sekitar tahun 1902. Beliau
telah mengoleksi buku sekitar tahun 1919 saat
Sekolah Dagang di Batavia. Ini artinya beliau telah
mengoleksi buku saat umur 17 tahun. Sungguh luar
biasa. Bagaimana dengan remaja kita sekarang?

2. Menguasai Banyak Bahasa


Koleksi buku Bung Hatta banyak berbahasa
asing seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman.
Oleh karena itu, Bung Hatta menguasai empat
bahasa tersebut. Hal ini diungkapkan oleh anak
tertuanya, Meutia Hatta.

3. Buku Beli Sendiri dan Hadiah


Koleksi buku-buku Bung Hatta terbagi menjadi
dua. Sebagian adalah hasil pembelian sendiri dan
ada juga dari hadiah dari seorang teman atau kolega.
Menurut Meutia, banyak teman-teman ayahnya yang
memberi buku ke beliau karena tahu Bung Hatta
adalah seorang pecinta buku.

4. Seorang Bibiliofil Bukan Bibiliomania


Bung Hatta banyak membeli buku dari uang
sendiri. Buku yang dibelinya ia bacanya semua. Oleh
karena itu ia adalah seorang bibliofil yakni seseorang
yang mengkoleksi buku sekaligus memahami isi buku
yang dikoleksinya. Sangat jelas Bung Hatta bukanlah
seorang Bibliomania atau dalam bahasa Jepang
disebut tsundoku yaitu seseorang yang mengoleksi
buku tanpa membacanya.

5. Rapi dan Teliti

Saking cintanya kepada buku, Bung Hatta


pandai sekali memelihara koleksi buku-bukunya.
Jajaran buku di rak-rak begitu tersusun rapi, tidak
boleh ada yang terbalik. Lemari bukupun harus
bersih. Selain itu, koleksi bukunya mulus, tanpa
coretan atau lipatan. Hal tersebut bukan karena tidak
dibaca, melainkan Bung Hatta orang yang benar-
benar teliti dan hati-hati. Di sisi lain Bung Hatta tidak
pernah mencoret buku kecuali untuk membubuhkan
tanda tangan.
6. Disiplin Membaca
Kedisplinan Bung Hatta juga ditorehkan dalam
cara membacanya. Misalnya ia akan membaca hanya
pada posisi duduk dengan lampu terang secukupnya.
Dalam sehari menghabiskan waktu membaca dan
menulis sekitar 6-8 jam. Dalam metode membaca
Bung Hatta membaginya menjadi dua bagian. Jika
buku-buku yang berat dan bertema pelajaran, maka
ia akan dibaca pada malam hari. Sedangkan jika
buku ringan seperti roman dan lainya, maka akan
dibaca sekitar pukul empat atau setengah lima sore.

7. Mas Kawin Buku

Bung Hatta memang tokoh pejuang unik. Ketika


menikahi istrinya Rahmi Rachim, mas kawinnya
adalah sebuah buku. Tentu saja ibu sang calon istri
merasa aneh. Ini sebagai bukti bahwa beliau sangat
cinta ilmu pengetahuan dibanding harta lainya yang
direfleksikan kepada calon istrinya. Bahkan dalam
sebuah lelucon dikatakan bahwa Rahmi Rachim itu
sebenarnya istri keduanya. Siapakah istri
pertamanya? Yaitu tak lain adalah buku.

8. Ketika Meminjam Buku


Banyak teman-teman dari Bung Hatta yang
meminjam koleksi buku beliau. Ada dua kebiasaan
Bung Hatta yang harus diperhatikan ketika
meminjam kepadanya. Pertama, sang peminjam
ketika mengembalikan akan ditanya apakah sudah
memahami isi buku yang dibacanya? Jika belum,
maka harus dibawa pulang lagi dan disuruh baca
kembali. Jika sudah, maka sang peminjam harus
menceritakannya kepada Bung Hatta. Kedua, apabila
peminjam mengembalikan buku dalam keadaan
kotor atau rusak maka, sang peminjam dihukum
tidak boleh meminjam kembali selama satu bulan.

Kecintaan Bung Hatta terhadap buku juga


pernah dikhawatirkannya kepada tiga putrinya
sehingga beliau pernah akan menjual bukunya
karena takut tidak ada yang merawat sepeninggalan
beliau kelak. Namun, ketiga putrinya menolak.
Meutia merasa sayang jika koleksi bapaknya dijual
mengingat beliau sangat mencintai koleksi bukunya
seperti anak-anaknya sendiri.

9. Terbit 42 Buku
Menurut Sri-Edi Swasono, hingga tahun 1972
Bung Hatta telah menulis 42 buah buku. Belum
tulisan-tulisan lainya yang tersebar dalam surat
kabar, brosur, majalah. Tentu jika dikumpulkan maka
akan semakin banyak tulisan-tulisan karya beliau
yang hebat.

10. Enam Belas (16) Peti Buku Dibawa

Ada dua kejadian yang menarik dan perlu


diketahui oleh masyarakat Indonesia terkait cintanya
Bung Hatta terhadap buku. Ketika pulang ke
Indonesia dari Belanda, Bung Hatta membawa serta
16 peti buku dan konon kabarnya diperlukan waktu 3
hari untuk menyusunnya kembali ke dalam almari
baru di rumah Ma Etek Ayub di Jakarta. Kemudian,
ketika diasingkan pemerintah kolonial Belanda di
Banda Neira Maluku dan Boven Digoel, juga
membawa 16 peti bukunya. Sehingga ada banyak
waktu untuk membaca dan menulis.

11. Tema Buku Yang Disenangi

Bung Hatta menyukai sekali buku bertema


ekonomi. Selain itu buku-buku bertema kajian Islam,
hukum, hubungan internasional, sejarah, biografi,
dan sosial. Jumlah buku berkisar 10 ribu judul dengan
buku tertua tahun 1800. Untuk buku non pelajaran
yang membuat Bung Hatta terkesan dan semakin
kecanduan membaca adalah buku berjudul Het Jaar
2000 yang ditulis oleh Bellamy dan dibaca dalam
waktu sehari. Kemudian buku De Socialisten yang
ditulis H. P. Quack sebanyak 6 Jilid.
Buku tersebut membahas tentang sejarah
Sosialisme sejak zaman Yunani. Karena berat dan
berjilid-jilid Bung Hatta membacanya hingga tamat
sekitar satu tahun. Ada juga buku berjudul De
Staathuishoudkunde karya N. G. Pierson yang
membahas perihal teori-teori ekonomi. Buku lainya
misalnya tentang Mahatma Gandhi, buku khusus
tentang Indonesia, Matahari Terbit karya Buya
Hamka.

Kisah 11 hal unik tentang kecintaan Bung Hatta


terhadap buku diatas adalah penyemangat buat
generasi muda bangsa kita sekarang yang notabene
masih jauh dalam melakukan aktivitas membaca.
Terlebih untuk sekarang, godaan membaca buku
secara tuntas akan kalah dengan kehadiran media
elektronik lainya yang lebih menarik.

Referensi
Wikipedia
bandungmagazine.com
BBC Indonesia
Bung Hatta Baca Buku 6-8 Jam Sehari, Kamu?

Bung Hatta dan Buku Bukunya


dalam sehari 6-8 jam dihabiskannya untuk membaca dan
menulis buku. Semua bukunya dibaca. Beliau bukan jenis
orang yang membeli buku untuk dipajang saja.
Putri Bung Hatta, Meutia.

Sudah berapa buku yang kamu baca dalam minggu


ini? Bulan ini? Atau bahkan seumur hidup kamu? Bukan
buku pelajaran sekolah atau diktat kuliah ya, tapi buku
yang menunjang diri kamu untuk meraih kesuksesan.

Jawabannya mungkin berbeda-beda ada yang


ratusan, puluhan atau mungkin sedikit sekali. Kalau mau
jadi orang sukses, seharusnya kita banyak belajar dari
buku yang kita baca. Karena membaca itu kebiasaan
utama orang sukses. Tidak percaya?

Banyak orang sukses yang punya hobi baca buku,


misalnya Bill Gates yang membaca rata-rata 50 buku
dalam satu tahun, lalu Mark Zuckerberg disela-sela
kesibukannya mengembangkan platform Sosial Media
Facebook juga tidak pernah lepas dari baca buku, nggak
hanya update status aja.

Nah tentunya orang sukses di dalam negeri yang


terkenal adalah Bung Hatta. Ia adalah bapak bangsa yang
juga dijuluki proklamator, ideolog, demokrat, pemikir, ahli
ekonomi, dan bapak koperasi. Ia juga terkenal sebagai
pencetus politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif
yang ditulis dalam bukunya Mendayung di antara Dua
Karang.

Kecintaannya dalam membaca buku sudah tidak bisa


dipungkiri lagi. Pria yang lahir di Bukit Tinggi 1902 ini
sudah mengoleksi buku sejak umur 17 tahun saat
melanjutkan Sekolah Dagang di Batavia. Wow. Kira-kira
remaja saat ini diusia 17 tahun mengoleksi apa ya?

Buku-buku yang dikoleksi juga bukan hanya buku


berbahasa Indonesia, melainkan buku berbahasa asing
seperti belanda, inggris, prancis dan jerman. Bung Hatta
sangat menguasai Bahasa asing ini.

Sebenarnya ada berapa banyak sih buku yang


dimiliki Bung Hatta? Jawabannya beliau mengoleksi 10
ribu judul buku. Tapi jangan langsung berdecak kagum.
Perlu dicatat, buku yang dikoleksi ini sudah dibaca semua
oleh Bung Hatta, bukan sekedar pajangan yang tersusun
rapi di lemari. Buku sebanyak ini ternyata dihabiskan
dengan membaca 6-8 jam sehari oleh Bung Hatta.

Timbul pertanyaan, sebenarnya buku apa saja yang


dikoleksi oleh Bung Hatta?
Dari penuturan putri tertua Bung Hatta, Meutia, buku
yang paling diminati adalah buku ekonomi. Pada
umumnya, koleksinya meliputi buku tentang ekonomi
sosialis, komunis hingga kapitalis dari Belanda sampai
Cina. Bung Hatta juga berminat pada hukum, hubungan
internasional, sejarah, biografi, social, dan kajian islam.
Buku lainya misalnya tentang Mahatma Gandhi, buku
khusus tentang Indonesia, Matahari Terbit karya Buya
Hamka.

Buku sebanyak ini, kini telah jadi perpustakaan yang


bisa kamu kunjungi di Jalan Diponegoro 57 Jakarta Pusat.

Nah, sudah yakin kan kenapa buku harus menjadi


kebiasaan kita dalam mencapai kesuksesan. Buku-buku
bertema sejarah, sosial, biografi, ekonomi, keagamaan,
dan buku-buku praktis seperti psikologi, komunikasi,
marketing, wirausaha dan lain sebagainya akan
melengkapi wawasan diri kita. Sehingga menjadi bekal
yang penting untuk kesuksesan.

Dengan membaca buku, kita mendapatkan short cut


dan guide untuk menjalani sesuatu. Semacam jalan pintas
tanpa perlu terjatuh pada kegagalan yang terus terulang.
Kita bisa tahu apa yang sedang terjadi, dan mengerti apa
yang salah dan yang benar dalam kehidupan kita. Dengan
semakin banyak baca buku, berarti pengalaman kita jauh
semakin banyak.
Sedikit catatan, ternyata karena cinta Bung Hatta
terhadap buku, pada saat menikahi istrinya pada tahun
1945, Bung Hatta menggunakan mas kawin berupa buku,
bukan cincin emas.
Gus Dur dan Kekuatan Membaca

Oleh Anggi Afriansyah

Greg Barton penulis Gus Dur: The Authorized


Biography of Abdurrahman Wahid dalam beberapa bagian
bukunya menuliskan tentang kebiasaan Gus Dur membaca
buku. Melalui catatan Barton kita dapat belajar betapa
gemar dan cintanya Gus Dur terhadap buku. Kekuatan
membaca Gus Dur seharusnya menginspirasi setiap santri
di pesantren, para siswa secara umum yang sedang
berjuang menggapai pengetahuan.

Gus Dur membaca buku jauh lebih banyak


dibandingkan dengan sebayanya. Rumahnya penuh
dengan buku. Apalagi Gus Dur berasal dari keluarga
pencinta ilmu dan ahli ilmu. sebagai cucu dari KH Hasyim
Asyari dan anak dari Kiai Wahid Hasyim tak
mengherankan jika Gus Dur sudah sangat senang
membaca di usianya yang sanga belia.

Ketika kuliah di Universitas Al Azhar salah satu


tempat kegemarannya adalah perpustakaan. Ia terbiasa
membaca di perpustakaan Universitas Amerika,
Universitas Kairo, atau di perpustakaan Perancis.

Gus Dur terbiasa membaca di mana saja, apa saja,


dan di mana saja, tanpa memilih tempat. Di rumah
maupun di tempat menunggu bus ia membaca. Tak ada
buku, potongan koranpun ia baca.

Bacaannya luas, tak sekedar kajian keagamaan. Ia


membaca semua karya William Faulkner, novel-novel
Ernest Hemingway, puisi Edgar Allan Poe dan John Done,
Andre Gide, Kafka, Tolstoy, dan Pushkin. Ia juga membaca
karya Marx dan Lenin

Ia senang berdiskusi dengan mahasiswa dan kaum


cendikiawan di kedai-kedai kopi Kota Kairo. Kedai-kedai
kopi baginya merupakan sekolah untuk menyempurnakan
pengetahuan Bahasa Arab juga debat-debat
intelektualnya.

Ketika melanjutkan kuliahnya di Baghdad,


kecintaannya terhadap buku semakin terakomodir. Apalagi
di Universitas Baghdad mahasiswa diharapkan untuk
berpikir kritis dan banyak membaca.

Semangat membaca Gus Dur memang luar biasa. Ia


membaca bahkan sampai larut malam. Sehingga
seringkali ia harus terkantuk-kantuk ketika kuliah. Di
tengah padatnya aktivitas ia masih mengatur jadwal
membacanya. Setiap sore ia sudah di perpustakaan
universitas untuk membaca.

Selain pembaca yang tangguh, Gus Dur juga


merupakan penulis yang sangat produktif. Sejak
mahasiswa ia menulis esai untuk beragam majalah
maupun surat kabar. Karya-karya tersebar luas dan dapat
kita nikmati hingga saat ini.

Belajar dari Gus Dur

Kita tentu saja dapat banyak belajar dari seorang Gus


Dur. Keteguhannya mencintai bangsa ini, membela
mereka yang terpinggirkan tentu tak usah diragukan lagi.
Aspek yang sering dilupakan adalah bagaimana
kemampuan Gus Dur dalam membaca dan mengkaji
beragam perspektif keilmuan. Membaca sebanyak-
banyaknya buku yang tentu saja akan membuka kekayaan
perspektif dalam memandang persoalan.
B.J. Habibie, Sosok Jenius Indonesia

Sahabat tentu sudah mengenal sosok BJ Habibie,


presiden ketiga Republik Indonesia. Namun tahukah apa
kegemaran beliau? Nah mari baca artikel ini untuk
mengenal lebih jauh tentang sosok jenius kebanggaan
bangsa Indonesia ini.

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf


Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal
25 Juni 1936. Habibie menjadi wakil presiden RI ke-7
sebelum akhirnya dilantik sebagai presiden ke-3 Republik
Indonesia.

Habibie belajar di Teknik Mesin ITB selama enam


bulan lalu kemudian dilanjutkan ke dan dilanjutkan ke
Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Jerman pada
1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini
Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun
untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen,
Jerman.

Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie


sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan
konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi permata di
negeri Jerman dan mendapat kedudukan terhormat,
dihargai baik secara materi maupun intelektualitas oleh
orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori
untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika.
Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia
pesawat terbang seperti Habibie Factor, Habibie
Theorem dan Habibie Method.

Saat kembali ke Indonesia, ia diangkat menjadi


Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus
merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Saat menjadi Menristek,
Habibie sangat bersemangat dan memiliki visi yaitu
membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi
tinggi. Berbagai lompatan dan inovasi dilakukannya,
termasuk merancang pesawat pertama buatan Indonesia.
Ya, pesawat Gatotkaca adalah hasil jerih payah Habibie
dan rekan-rekan perjuangannya.

Prestasi yang luar biasa ini tidak muncul begitu saja


namun wujud dari kebiasaan sejak masa kecil. Sejak kecil,
Habibie suka sekali membaca. Ia tertarik pada Ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya Fisika. Bahkan, di
saat kecil, Habibie lebih suka menghabiskan waktunya
untuk membaca daripada bermain di luar rumah! Selain
membaca, Habibie juga memiliki hobi unik, yaitu
menunggang kuda.
Tak heran, jika rak buku Habibie selalu penuh dengan
buku-buku. Sebab kegemarannya, buku menjadi sahabat
yang paling setia. Lewat buku pula, Habibie menemukan
banyak hal dan terbuka wawasannya, hingga akhirnya
bisa menjadi sesosok manusia yang cerdas. Tak hanya
cerdas, ia juga mendedikasikan seluruh hidupnya untuk
menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara.

Sahabat ingin menjadi sosok jenius dan bermanfaat


seperti Habibie? Mulai kenalkan keluarga akan manfaat
membaca saat ini juga!

Sumber: sahabatmembaca.org
Mengapa Orang Sukses Gemar Membaca?

- Abdul Nashir -

Kalau ditelusuri dengan agak teliti, tokoh-tokoh yang


pernah hidup di dunia ini kebanyakan lahir dari mereka
yang sewaktu muda punya kebiasaan gemar membaca.
Misalnya saja presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Sejak
kecil, Soekarno suka sekali membaca. Dia suka membaca
karya-karya penulis dunia. Menurut berbagai sumber,
Soekarno sudah membaca buku setebal bantal saat
usianya masih belia. selain itu ia juga suka menuliskan
berbagai kritik di buku yang sedang dibacanya. makanya
kita tidak perlu heran kalau Bung Karno itu dikenal
sebagai pemimpin dunia yang berani dan hobi mengkritik
siapa pun yang bersikap tidak adil, termasuk kepada
negeri adidaya sekalipun.

Ir. Soekarno
Sama halnya dengan Bung Karno, rekan sejawatnya
sesama pejuang kemerdekaan, M. Hatta atau lebih akrab
dipanggil Bung Hatta, juga punya hobi yang sama, bahkan
cenderung lebih hebat. Beliau tidak hanya suka membaca
tetapi beliau juga suka mengoleksi buku. Saat beliau
diasingkan ke Banda Nierra oleh pemerintah kolonial,
beliau membawa serta puluhan peti berisi buku
kesayangannya. terdengar kabar juga, bung Hatta pernah
membawa ribuan judul buku dari negeri Belanda saat ia
kembali dari studinya. Total buku bung Hatta menurut
kabar sejarah yang pernah saya baca adalah 13.000 buku.
Luar biasa bukan.

Tokoh dunia yang dikenal sebagai kutu buku adalah


Bill Gates. Meskipun ia anak orang kaya, ternyata ia tidak
gemar menghabiskan uangnya untuk foya-foya. Gates
lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli dan
membaca buku, selain tentu saja menjalankan hobinya di
dunia komputer dan olah raga.

Begitu juga dengan Milyuner Elon Musk. Pria yang


didaulat sebagai Iron Man di dunia nyata ini memulai
langkahnya dari kebiasaan gemar membaca. Dia suka
membaca komik Marvel. Makanya tidak aneh kalau
sekarang bisnis yang dijalankannya tidak jauh dari dunia
imajiner di dalam komik marvel, seperti perusahaan di
bidang teknologi luar angkasa (Space X), perusahaan
teknologi masa depan (Telsa Motors) dan perusahaan
teknologi ramah lingkungan (Solar City) yang semuanya
didirikan nyaris dalam waktu yang bersamaan.

Elon Musk (kiri) dan Bill Gates (kanan)

Nah, pertanyaannya sekarang mengapa kebiasaan


membaca seringkali menghasilkan orang-orang hebat?
Jawabannya karena membaca menguatkan pemikiran,
juga tekad seseorang untuk mencapai apa yang dia
inginkannya. Ada anekdot, "orang yang membaca punya
banyak kehidupan sebelum ia mati, sedangkan orang
yang tidak (membaca) hanya punya satu."

Jika kita menyimak pernyataan tersebut, kita akan


memahami bahwa sejatinya membaca adalah proses
memperkaya pengalaman. Apakah Anda tahu nasehat
lama "pengalaman adalah guru yang terbaik" ?. Nah,
proses membaca adalah proses yang mempermudah kita
mendapatkan pengalaman tersebut, dengan tidak mesti
merasakan apa yang telah dilalui oleh orang lain.
Membaca adalah proses menggali pengalaman orang lain
dengan waktu yang cukup singkat, yang pada nantinya
akan kita gunakan di dalam proses pembelajaran untuk
mencapai apa yang selama ini kita cita-citakan.
Semakin banyak kita mempelajari berbagai hal dari
banyak individu, semakin banyak pula pembelajaran yang
bisa kita ambil.

Semakin sering melakukan itu (membaca), semakin


berpeluanglah kita melakukan banyak hal tadi dengan
lebih baik daripada orang-orang tadi. semakin banyak
kumpulan aktivitas yang lebih baik tadi menyebabkan kita
semakin hebat dan meninggalkan orang-orang biasa.
Sehingga, terbentuklah individu dengan karakter dan
kemampuan diatas orang rata-rata. Kita biasa
menyebutnya orang luar biasa (extraordinary people).

Bagaimana, masih ragu juga untuk mulai rajin


membaca? Kalau iya, kita hanya bisa mengembalikannya
kepada pribadi masing-masing saja. Yang jelas bahwa ini
hanya menyajikan sedikit fakta atas pola yang biasanya
terjadi. Kita bisa melihat bahwa membaca bukanlah
proses yang akan membuat kita menjadi pintar, membuat
kita menjadi logis, membuat kita menjadi bijak.

Namun, membaca adalah membuka cakrawala,


membuka tabir yang belum pernah terkuak, membuka
pikiran kita tentang bagaimana memandang banyak hal.
Membaca kalau mengutip perkataan Jostein Gaarder,
adalah membuat kita "akan sedikit lebih banyak tahu
dibandingkan sebelumnya. Segala yang kita baca akan
membuat dunia dan diri kita sendiri menjadi lebih besar
dan luas." oleh karena itu, mari kita sama-sama gemar
membaca.

Anda mungkin juga menyukai