REVIEW BUKU
MEREKA BESAR KARENA MEMBACA
Penulis Suherman
Cetakan Cetakan 1
Harga Rp 50.000
Dalam buku Mereka Besar Karena Membaca karya Suherman, peraih CONSAL Award
sebagai pustakawan terbaik tingkat Asia tenggara, dibeberkan biografi dari beberapa tokoh yang besar
karena aktifitas membaca. Baik itu tokoh nasional maupun internasional. Beberapa tokoh nasional
seperti founding father Indonesia Soekarno alias bung Karno dan Moehammad Hatta alias bung
Hatta, tokoh revolusi Indonesia Tan Malaka, presiden dengan semboyan “Gitu Aja Kok Repot”
Abdurahman Wahid alias Gus Dur, dan seorang budayawan sunda Ajip Rosidi.
Menjadi orang besar, besar dalam artian memiliki jiwa kepemimpinan dan cara berfikir yang
berbeda dengan orang lain, tentu akan sangat dibutuhkan bagi setiap orang yang menginginkan
perubahan besar dalam kehidupannya. Tentu perubahan tidak datang secara serta merta, perlu proses
yang cukup lama agar dapat mencapai titik klimaks tersebut. Membaca adalah kunci utama untuk
membuat diri kita menjadi besar. Dalam agama islam, perintah membaca adalah perintah pertama
yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, perintah
Dalam buku Mereka Besar Karena Membaca karya Suherman, peraih CONSAL Award
sebagai pustakawan terbaik tingkat Asia tenggara, dibeberkan biografi dari beberapa tokoh yang besar
karena aktifitas membaca. Baik itu tokoh nasional maupun internasional. Beberapa tokoh nasional
seperti founding father Indonesia Soekarno alias bung Karno dan Moehammad Hatta alias bung
Hatta, tokoh revolusi Indonesia Tan Malaka, presiden dengan semboyan “Gitu Aja Kok Repot”
Abdurahman Wahid alias Gus Dur, dan seorang budayawan sunda Ajip Rosidi.
Selain itu beberapa tokoh internasional yang besar karena membaca juga turut andil dalam
buku kumpulan biografi ini, seperti tokoh komunis Karl Marx dan sang penulis buku otobiografi
Meinkamf yaitu Adolf Hitler. Mereka yang telah disebutkan tadi adalah orang-orang yang telah besar
karena proses membaca yang dilakukannya, bahkan sebagian dari mereka menjadi gila buku atau gila
untuk membaca. Salah satu contohnya adalah Mao Zedong, seorang tiran kejam yang berasal dari
negeri tirai bambu, Cina. Sikap otoriternya bukan hanya dia terapkan pada hal-hal yang berbau politik
saja, akan tetapi dalam kontek membaca dia terapkan juga sikap ottoriternya dengan membakar buku-
buku dan melarang masyarakatnya untuk banyak membaca. Bahkan selain itu, kegilaan Mao dalam
membaca membuatnya berbagi kasur tidur dengan buku-bukunya, memang dia senang membaca
sembari tidur-tiduran.
Selain Mao ada juga Malcom X, kegemaran membacanya tumbuh kala dia ditahan didalam
penjara. Berkat kegemarannya membaca tersebut lah dia sanggup menjadi orang yang dipandang
bahkan namanya abadi diseantero negeri paman Sam, bahkan dia sanggup mengangkat kualitas
hidupnya dan juga kaumnya. Memang pada saat itu kaum dari Malcom, kaum negro, dipandang
sebelah mata oleh kaum kulit putih. Apalagi kini kaum negro di negara adidaya tersebut semakin naik
derajatnya setelah beberapa tahun lalu tonggak kekuasaan paling tinggi diemban oleh seseorang dari
kaum negro juga, sang presiden Amerika serikat, Barack Obama. Didalam buku ini juga turut dibahas
mengenai kesuksesan orang nomor satu di Amerika itu atas kegemarannya membaca buku.
Beberapa tokoh nasional pun tak kalah hebatnya dalam urusan membaca, seperti contohnya
presiden pertama Indonesia, Soekarno. Putera sang fajar ini dapat bersinar berkat buku-buku yang
dibacainya, apalah arti seorang Soekarno tanpa buku. Imprealisme digugat olehnya melalui membaca,
dia memang tidak memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan bedil dan mesiu, akan tetapi
Selain Soekarno, salah seorang tokoh yang akan sangat menginspirasi bangsa Indonesia
adalah Ajip Rosidi. Buku otobiografinya “Hidup Tanpa Ijazah” dapat membuka tabir kelam dunia
pendidikan di negeri ini. Orang yang memiliki minat baca yang bagus memang dapat berhasil dalam
hidupnya walaupun tidak mengenyam dunia pendidikan, akan tetapi apabila orang yang mengenyam
pendidikan setinggi apapun apabila tidak dibarengi dengan minat membaca yang bagus akan menjadi
masalah yang sangat besar. Salah satu masalah yang dijelaskan didalam buku ini adalah adanya
fenomena pengangguran berijazah (bukan pengangguran intelektual, karena seorang intelektual tidak
mungkin menganggur). Tidak memiliki minat membaca yang bagus memang menjadi masalah utama
Dalam review ini akan dibahas lebih detail mengenai Barack Obama yang sangat mencintai
buku. Bagi Obama, buku adalah pemandu baginya dalam membantu menempa jati diri. Di tengah
arus informasi yang berserakan, saat menghadapi tekanan politik, baik di dalam maupun luar negeri,
buku menjadi sumber berbagai ide dan inspirasi bagi Obama. Dari buku pulalah, Obama mampu
menyelami suasana hati seseorang. Tak jarang, buku menjadi media untuk merelaksasi suasana
hatinya menjadi lebih tenang dan mendapatkan perspektif baru mengenai suatu hal.
Ketika dirinya berada pada posisi sulit dalam pengambilan keputusan, Obama membaca
sejarah—buku, agar ia dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang pernah merasa terisolasi atau
terkungkung masalah. Obama pun menyarankan agar tidak lupa untuk membaca buku sejarah sebagai
salah satu cara mengenal lebih dekat kehidupan generasi terdahulu. Kesibukannya menjadi orang
nomor satu Paman Sam, tidak membuat Obama kehilangan waktu untuk membaca. Obama
mengawali paginya dengan membaca Wall Strett Journal dan surat kabar yang lain. Dan setiap
malam, ia masih meluangkan waktunya selama satu jam untuk membaca buku. Bahkan pada musim
liburan, Obama tak sungkan untuk membawa banyak buku sebagai “teman” untuk menemani momen
liburannya. Hampir setiap momen liburan ketika masih menjadi Presiden, Gedung Putih merilis daftar
buku bacaan yang dibaca Obama selama berlibur bersama keluarga dan kerabat dekatnya. Buku yang
dibacanya pun bervariasi, mulai dari buku fiksi hingga buku karya Elizabeth Kolbert berjudul The
Sixth Extinction, buku karya Colson Whitehead berjudul The Underground Railroad, dan buku klasik
karya Daniel Kahneman berjudul Thinking, Fast and Slow tidak luput dari pantauannya.
Beberapa tulisan klasik dari beberapa tokoh dunia pun menjadi bacaan Obama, seperti tokoh
idolanya, Abraham Lincoln, aktivis HAM Martin Luther King Jr, tokoh revolusi India Mahatma
Gandhi, hingga Bapak Afrika Selatan, Nelson Mandela. Kegemaran Obama membaca memberinya
pandangan tentang visi Amerika kedepan, dimana kekuatan kebersamaan akan menyatu dalam
berbagai perbedaan. Manfaat dari kegiatan membaca itu juga yang membuat Obama mampu menulis
serta berkomunikasi dengan baik dengan setiap orang yang ia temui. Mantan pemimpin nomor satu
di Amerika Serikat itu mengumumkan deretan buku yang menjadi favoritnya sepanjang 2020. Daftar
17 buku terfavorit Barack Obama diumumkan di Twitter dan Instagram pribadinya. Setiap tahunnya,
Barack Obama kerap membagikan deretan buku dan musik terfavorit yang dibaca serta didengarkan
sepanjang tahun. Beberapa judul buku yang dibagikan merupakan percampuran antara buku fiksi dan
nonfiksi.
Sebelumnya, buku memoar Barack Obama A Promised Land laku terjual 3,3 juta eksemplar
setelah sebulan rilis. Penjualan karya Barack Obama itu disebut sebagai buku memoar terlaris
sepanjang sejarah industri buku di Amerika Serikat. Angka penjualan A Promised Land menyamai
memoar Bill Clinton yang berjudul My Life dan Decision Poins karya George W Bush yang keduanya
terjual secara keseluruhan 3,5 juta dan 4 juta kopi. A Promised Land adalah buku pertama dari dua
volume yang rencananya diterbitkan oleh penerbit Crown. Dalam memoar tersebut, Barack Obama
menuliskan pengalamannya saat memulai pemilihan umum pada 2008 dan sebagian besar masa
Maka dari itu, mari kita bangun kebiasaan membaca mulai dari sekarang, buku Mereka Besar
karena Membaca ini setidaknya bisa membantu kita menemukan gairah untuk membaca. Namun
perlu diingat, bahwa jenis bacaan yang kita baca ibarat sebuah pahat yang nantinya akan membentuk
seperti apa jati diri kita nantinya. Seperti pepatah yang berbunyi “Buku adalah Jendela Dunia”.
Dengan membaca buku, kita bisa mendapatkan beragam pengetahuan yang belum kita ketahui.
Sehingga wawasan kita kian bertambah. Jadi itulah makna buku adalah jendela dunia. Makna tersebut
menggambarkan betapa pentingnya buku karena memberikan banyak pengetahuan kepada manusia.