MK Pasca Panen Buah Sayuran
MK Pasca Panen Buah Sayuran
PENDAHULUAN
Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu berupaya mencari cara untuk
dapat menyimpan makanan dalam waktu lama tanpa adanya kerusakan.
Pemanasan, pengeringan, pengasapan, penggaraman, pengasaman,
penambahan gula dan penambahan bahan pengawet serta pendinginan
adalah contoh-contoh metode pengawetan yang sering digunakan. Di
dalam prakteknya, penggunaan satu jenis metode pengawetan saja tidak
cukup untuk mempertahankan mutu pangan yang diawetkan dalam waktu
relatif lama. Oleh karena itu, pengawetan yang dilakukan pada umumnya
merupakan kombinasi dari berbagai metode pengawetan. Sebagai contoh
pada produk-produk yang diasap, perlakuan pengawetan yang diterima
adalah pemanasan, pengurangan kadar air dan senyawa antimikroba dari
asap yang terdeposit pada bahan pangan yang diasap. Beberapa produk
yang akan diasap juga dapat dicelupkan ke dalam air garam atau dilumuri
garam, sehingga dapat menambah efek pengawetan (Nuraida, 2011).
9
meperoleh teknik pengawetan pangan yang lebih ekonomis (Fellows,
2000).
I.2. Tujuan
9
II. PEMBAHASAN
9
II.2. Prinsip Hurdle Technology pada Pengawetan Makanan
Sebagai contoh perhatikan gambar di bawah ini. Pada Gambar 2a, pangan
memiliki 6 hurdle yaitu suhu tinggi selama pengolahan (F), suhu rendah
selama penyimpanan (t), aw yang rendah (aw), keasaman tinggi (pH),
potensi redoks yang rendah (Eh) dan bahan pengawet (pres).
Mikroorganisme yang ada dalam bahan pangan tidak dapat melewati
hurdle tersebut pada bagian bahan pengawet. Gambar 2a tersebut
menggambarkan aplikasi hurdle secara teoritis karena intensitas masing-
masing hurdle sama besarnya dan ini jarang terjadi pada proses
pengolahan. Gambar 2b menunjukkan kondisi yang hampir mendekati
keadaan sebenarnya, dimana intensitas masing-masing hurdle berbeda.
Hurdle utama pada Gambar 2b adalah aw dan bahan pengawet (pres).
9
Gambar 2. Berbagai hurdle yang diterapkan pada bahan pangan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Leistner, 1995).
9
misalnya merusak nutrisi, warna dan tekstur, maka harus dikurangi dan
ditambah hurdle lain yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme target pada pangan tersebut.
9
asam dan aw-nya diturunkan, sehingga produk dapat tetap awet dan aman,
tanpa merusak kualitas sensori dan kimianya (Lee, 2004).
Contoh lainnya adalah bacon yang dibuat dengan garam nitrit yang
dikurangi. Proses ini dikenal sebagai proses Wisconsin. Secara tradisional
bacon atau produk kuring lainnya diberi garam nitrit untuk mencegah
pertumbuhan Clostridium dan membentuk warna serta flavor. Namun,
adanya nitrit dapat menyebabkan pembentukan yang bersifat karsinogenik
ketika produk digoreng. Oleh karena itu untuk menjamin keamanan dan
kualitas sensori, dikembangkan proses dengan kadar nitrit yang dikurangi,
namun untuk menjamin keamanan pangan, selama proses ditambahkan
bakteri asam laktat dan sukrosa. Jika terjadi peningkatan suhu selama
penyimpanan, maka bakteri asam laktat akan tumbuh dan memfermentasi
gula serta menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan menurunkan pH
sekaligus juga bersifat antimikroba, sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Dengan demikian, bacon ini distabilkan dengan beberapa
hurdle termasuk pengawet, suhu dingin, mikroba kompetitor dan pH, tanpa
merubah kualitas sensori produk (Buckle et al., 1985).
Hurdle dapat muncul secara bertahap pada proses pengolahan pangan dan
terjadi sekuensial antara hurdle yang satu dengan yang lainnya. Sebagai
contoh pada salami yang difermentasi. Pada pembuatan salami garam nitrit
selalau ditambahkan untuk menghambat patogen dan membentuk warna.
Pada proses fermentasi, bakteri yang tahan terhadap nitrit mulai tumbuh
dan mengkonsumsi oksigen. Kondisi ini mendorong bakteri yang
memproduksi asam untuk tumbuh. Pertumbuhan bakteri pembentuk asam
menyebabkan penurunan pH. Tahap selanjutnya adalah pengeringan yang
menurunkan aw. Adanya sekuensi hurdle ini menjamin keamanan salami
pada setiap tahapan proses (Muhammad, 2013).
Pangan dengan kadar air tinggi yang dipanaskan dengan konsep hurdle
dan disimpan tanpa refrigerasi disebut sebagai Self-Stable Product (SSP).
9
Keuntungan dari pengembangan produk ini adalah perlakuan pemanasan
yang diberikan berkisar pada suhu 70-110oC sehingga karakteristik sensori
dan nutrisinya baik, sementara itu tidak diperlukannya refrigerator
mempermudah distribusi. SSP biasanya dikemas dalam kemasan hermetis.
Karena pemanasan yang dikenakan hanya pemanasan ringan, maka pangan
ini masih mungkin mengandung spora sehingga diberikan pengawet yang
lain seperti aw, pH dan Eh. Pangan semi basah dengan aw pada kisaran
0.90-0.60 sering distabilkan dengan tambahan hurdle, misalnya
pemanasan, pengawet, pH dan Eh. Penyimpanan pangan jenis ini tidak
perlu refigerasi sehingga dapat menghemat biaya (Lawrie, 2003).
9
Untuk masing-masing produk atau bahan pangan mungkin memerlukan
hurdle yang berbeda. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih
hurdle adalah:
Ingredien seperti NaCl atau asam organik dan senyawa antimikroba alami
misalnya nisin dan bakteriosin lainnya serta ekstrak tanaman dapat
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam
pangan. Efek penghambatan yang besar dapat diperoleh dengan
mengkombinasikan senyawa-senyawa penghambat tersebut. Efek sinergi
nisin terhadap bakteri Gram positif seperti Clostridium sp., Bacillus sp.,
dan Listeria telah diperlihatkan ketika dikombinasikan dengan asam
organik. Penggunaan senyawa antimikroba yang tepat, baik jumlah
maupun jenisnya dapat mengurangi intensitas atau konsentrasi masing-
masing akan tetapi tetap memberikan penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen. Dengan demikian,
pangan tetap aman dan tetap memiliki kualitas sensori yang baik (Hendri,
2011).
9
III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Lawrie, RA. 2003. Ilmu Daging. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. UI- Press.
Jakarta. 143-152, 225-226.
Lee, S.Y dan D.H. Kang. 2004. Microbial safety of pickled fruits and vegetables
and hurdle technology. Internet J. of Food Safety, Vol 4:21-23.
9
Ohlsson, T, dan N. Bengtsson. 2002. Minimal Processing Technology in the Food
Industry. CRC Press LLC, New York.