PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat
paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk.
Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut
hernia ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis
medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih
banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk
hernia ingunalis 7 : 1. 2
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis (kanalis inguinalis
berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan
jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-1856, ahli ilmu anatomi,
Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar keluar melalui kanalis inguinalis dan
tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1
BAB II
1
LANDASAN TEORI
I. EMBRIOLOGI
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati
canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri
terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.3
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum ke dalam
tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu lipatan refleksi
prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis dikenal sebagai tunika
vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika vaginalis
testis lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya. Disamping
dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga
terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior yang
dilewatinya.4
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk
kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi processus vaginalis
oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai anomaly inguinal.5
2
Gambar 2.1.1 Proses Desensus testis
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang
melewati cincin interna.
II. ANATOMI
1. Kulit
3
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
Penjelasan:6
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan
sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis
ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
4
2. Fascia superficialis:
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama
dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus
eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah
aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke
ramus superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah
dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus
yang berasal dari daerah Sias.5
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus
abdominis membentuk conjoined tendon.6
5
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama
dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon.6
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah yang
bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum parietale.6
6. Peritoneum parietale
Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
6
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica
Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
CANALIS INGUINALIS6
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa dan
terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak sekitar
1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan symphisis
pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai anulus
inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis obliquus
externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas ligamentum
inguinale.
8
ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis dibentuk oleh serabut-
serabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis inguinalis
untuk mengatasi kelemahan ini:
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-
serabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae
fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior
dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior
abdomen dilindungi oleh tungkai atas.
FUNIKULUS SPERMATIKUS6
9
Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang terletak
lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis. Struktur-struktur
pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas deferens, 2. Arteria
testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik testis, 5. Saraf-saraf otonom, 6.
Prosessus vaginalis (sisa), 7. Arteria cremasterica, 8. Arteria ductus deferentis, dan 9.
Ramus genitalis nervus genitofemoralis yang menyarafi muskulus cremaster.
TRIGONUM HESSELBACH
10
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach
disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini
adalah hernia indirek.
BAB III
HERNIA INGUINALIS
I. DEFINISI
11
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.7
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia
indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari
lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL)
dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.8. Hernia inguinalis medialis
(HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach.1
II. KLASIFIKASI1,11
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri atau
mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse
III. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai
12
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1,6,9
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
Partus
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
13
inferior interna
Hernia Penojolan melewati cincin Lateral Ya Kongenital
ingunalis inguinal dan biasanya dan bisa pada
lateralis merupakan kegagalan waktu dewasa.
penutupan cincin ingunalis
interna pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen
Tabel 3.4.1 perbandingan antara HIL dan HIM8
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum
tersebut.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja. Sehingga
masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup
pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut
(misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)
14
Gambar 3.4.1 Hernia Inguinalis Lateralis
15
Gambar 3.4.2 Hernia Inguinalis Medialis
V. PATOFISIOLOGI
Pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanal.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis yang kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur
tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Prosesus yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
16
melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital
dan dapat terjadi pada semua. 14,15,16
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin.
17
VII. DIAGNOSA
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala klinis
maupun pemeriksaan khusus. Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh
mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila hernia maka akan
tampak benjolan, atau pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan intraabdominal.
PEMERIKSAAN16
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau saat direposisi.
Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring atau saat direposisi
Hernia inguinal
18
Gambar 7.3.1 Finger Test
19
Gambar 7.3.2. Zieman Test
20
VIII. DIAGNOSA BANDING
1. Hidrokel1
Tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba.
Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi akan memberi hasil positif. Hidrokel
dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada pungsi
didapatkan cairan jernih
2. Varikokel1
Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba sebagai struktur
yang terdiri atas varises pleksus pampiniformis yang memberikan kesan raba
seperti kumpulan cacing. Permukaan testis normal licin tanpa tonjolan dengan
konsistensi elastis.
IX. KOMPLIKASI
1. Hernia inkarserasi :
Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan gejala obstruksi usus
yang sederhana, menyebabkan gangguan dari pasase usus, mual, dan muntah. Hernia
yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak
dapat direposisi.
21
2. Hernia strangulasi :
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
X. PENATALAKSANAAN
Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
22
Teknik Operasi;
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna. Menjait
conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig. Cooper.
Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga Hasselbach
dan mempersempit anulus internus.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara
Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada diluar Apponeurosis
M.O.E.
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon
lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis inguinalis
hingga ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia
direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
23
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral.
-
Bassini technique
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang
akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.
24
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan pendekatan awal
yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap.
Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di
sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan
kurang dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman
yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.
Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk
diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia
obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-
laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Etiologi dari hernia inguinalis antara lain prosesus vaginalis persisten, tekanan intra
abdominal yang meninggi, kelemahan otot-otot abdomen.
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
27
5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801
6. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana
Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90
13. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder
Arnold. 2006.
28
15. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003
16. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-56
17. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.
29