Anda di halaman 1dari 45

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Lingkungan


1. Saling Ketergantungan antara Manusia dan Lingkungan
a. Manusia Dan Lingkungan Hidup
Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mampu berpikir
sebagaimana umat manusia saat ini, yang dikenal dengan nama homo sapiens,
yaitu penduduk yang mempunyai kemampuan merefleksikan bagaimana dunia
sekelilingnya mempengaruhi kehidupannya dalam sehari-hari. Mereka
mencoba untuk menyembah roh, hantu, atau dewa-dewa yang mengontrol
kekuatan alam. Walaupun kita hidup saat ini nampaknya jauh mengalami
perubahan dalam "hal ketakutan" dan praktik-praktik "penyembahan", kita
juga harus memperhitungkan dengan keadaan alam. Seseorang akan berpikir
bahwa ilmu pengetahuan akan mampu menjelaskan secara rinci suatu
pandangan tentang hubungan timbal balik antara, manusia dan alam, tetapi
dalam kenyataannya tidaklah demikian mudah untuk dipahami.
Beberapa ahli pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik baru
yang digunakan oleh manusia akan mampu mengontrol alam serta
meningkatkan kesejahteraan umat manusia di masa mendatang. Penggunaan
tenaga matahari atau nuklir, penambangan bahan tambang di dasar laut,
penggunaan air condition di daerah tropis, pembuatan hujan buatan di daerah
gurun, atau membuat saluran irigasi yang berasal dari penyulingan air laut dan
berbagai penemuan lainnya yang membebaskan kita dari tirani kekuatan alam.
Sebaliknya, ahli lain berpendapat bahwa kita masih sangat terikat dari campur
tangan manusia yang tidak arif dalam mengelola lingkungan mengakibatkan
erosi tanah, penipisan lapisan tanah, kelangkaan mineral, polusi udara, air,
dan tanah yang tidak terkontrol akan menimbulkan kemerosotan lingkungan di
masa mendatang.
Dalam memahami karakter tempat, ahli geografi harus mengetengahkan isu
hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya. Secara hakikat
pemikiran kondisi geografis menolak gagasan yang mengatakan lingkungan
hidup mengontrol tindakan-tindakan manusia. Menurut pemikiran geografi
malah terjadi sebaliknya bahwa manusia secara aktif merupakan faktor
5

dominan yang mampu memanipulasi dan memodifikasi habitatnya (lingkungan


sekitarnya). Walaupun demikian, kita tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan
alam. Nampaknya penaklukan manusia terhadap alam yang tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan akan menimbulkan malapetaka bagi
kelangsungan hidup manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak
menyadari akan fungsinya terhadap lingkungan.
Sebagai suatu gejala geologis, umat manusia adalah relatif konstan, baik
dipandang dari segi ruang maupun waktu. Setiap manusia mempunyai
kemampuan dan kebutuhan hidup yang sama sejak ia dilahirkan. Di dalam
perjalanannya lingkungan hidup bumi mengalami perubahan-perubahan secara
berangsur-angsur dan terus-menerus, tetapi perbandingannya tetap konstan
dalam waktu tetapi terjadi variasinya yang semakin kompleks dalam ruang.
oleh sebab itu, walaupun terjadi perbedaan-perbedaan kepentingan hidup yang
nampak di antara kelompok manusia bukanlah sebagai suatu ancaman secara
langsung pada lingkungan hidup yang beraneka ragam, tetapi akan berdampak
positif jika setiap manusia menanggapi dan menginterpretasi tempat di mana
mereka hidup melalui cakrawala pandangan hidup mereka yang selektif yaitu
kebudayaannya. Sebagai contoh masyarakat Bali dalam menjaga kelestarian
lingkungan. Sebagaimana waktu-waktu yang dilampauinya akan
mempengaruhi lingkungan alamnya sebaik mungkin sehingga merupakan
bagian darinya. Dengan demikian, terjadi persaingan atau saling melengkapi
dari suatu kesatuan antara dua kekuatan (manusia dan alam) yang saling
bertentangan.

b. Masyarakat Dan Kebudayaan


Istilah masyarakat dan kebudayaan tidak dapat didefinisikan secara pasti
dan mengandung argumentasi yang tidak ada putus-putusnya. Suatu
masyarakat adalah suatu organisasi kelompok manusia secara individu
memiliki suatu kebudayaan tersendiri. Di sinilah terjadi perubahan-
perubahan isi atau kandungan pada definisi kebudayaan. Barangkali yang
paling sederhana dikatakan bahwa suatu kebudayaan adalah suatu keseluruhan
pandangan hidup suatu penduduk atau jika seseorang menginginkan penekanan
standar yang ideal daripada praktik maka ia akan mengatakan kebudayaan
6

adalah suatu desain penduduk bagi kehidunannya. Isi dari setiap kebudayaan
terdiri dari sistem kepercayaan (ideologi), lembaga sosial (organisasi),
keterampilan industri dan peralatan (teknologi), dan barang-barang yang
dimiliki (sumber daya). Karakteristik susunan kebudayaan secara ekplisit
adalah sistem standardisasi dari bentuk-bentuktingkah laku manusia, di mana
setiap individu mengaku dirinya sebagai anggota suatu masyarakat.
Ahli geografi Jerman Carl Ritter (1779-1859) yang sangat memperhatikan
tentang sejarah perkembangan kebudayaan umat manusia yang beraneka ragam
di berbagai belahan dunia. Dia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan bumi
sebagai sekolah bagi umat manusia, di tempat ini (bumi) manusia akan
mengalami perkembangan perilaku dari bangsa yang barbarian yang sangat
kejam menjadi bangsa yang beragama dan beradab. Perbedaan "wilayah alam"
(terutama ditentukan oleh bentang lahannya) menimbulkan hal yang khusus
dalam penentuan perkembangan kebudayaannya. Walaupun pendekatan
teologi ini dirasa masih asing bagi tatakrama aturan ilmu pengetahuan modern.
Semua kebudayaan memang berbeda, tetapi perbedaan-perbedaan pokok
tersebut berasal dari variasi, tema, yang bersifat universal, misalnya: bahasa,
religi, ekonomi hukum, dan teknologi. Karena di sini bersifat universal maka
merupakan hal yang bersifat potensial bagi interaksi di antara para penduduk.
Bahasa yang merupakan alat komunikasi antar sesama manusia akan diadopsi
atau suatu religi lain akan dipeluk, dan pandangan-pandangan baru akan
diikuti dan sebagainya Kebudayaan satu akan mempengaruhi kebudayaan lain,
kebudayaan itu akan mengalami perubahan terus-menerus, apakah adanya
suatu invensi (penemuan baru) atau gagasan-gagasan yang berasal dari dalam
atau tanpa pengaruh dari luar maka masyarakat harus menerima, gagasan
tersebut dan menjadi bagian dari kebudayaannya.

c. Konsep Kebudayaan Dalam Geografi


Walaupun generasi ahli-ahli geografi sebelumnya selalu menekankan bahwa
lingkungan alam mengontrol aktivitas manusia, tetapi mereka tidak pernah
melupakan faktor budaya. Salah satu pendiri geografi modern Alexander Van
7

Humblodt (1760-1899) melalui pengetahuan dari hasi studinya tentang lahan,


iklim, dan vegetasi di Amerika Latin juga mencoba membahas adanya perbedaan
kebudayaannya. Sebagai contoh dia menyatakan bahwa tidak ada kegiatan orang
Nomad mendiami di daerah Padang rumput pada masa sebelum Columbus
menemukan Amerika.
Lebih jauh Humblodt menjelaskan bahwa ini menggambarkan pengaruh setiap
habitat alam terhadap pendudukanya. Sebagai contoh karena iklim di Eropa lebih
bervariasi daripada di Asia (sebagaimana pendapat Hipocrates) maka secara fisik
orang Eropa lebih besar daripada orang-orang Asia. Iklim di Eropa kurang ramah
dan tidak menguntungkan sehingga mendorong orang untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya. Berbeda sekali dengan iklim di Asia dengan musim-musim
yang seragam. Hal ini berpengaruh kepada sikap tindakan penduduk Asia kurang
mempunyai semangat untuk berjuang.
Aristoteles mengulangi secara generalisasi tentang karakter nasional dan unsur
politik. Bangsa-bangsa yang bertempat tinggal di daerah bermusim dingin seperti
Eropa, mempunyai semangat juang yang tinggi, tetapi lemah dalam
intelegensinya, dan keerampilan sehingga mereka harus berjuang terus-menerus
secara bebas (demokrasi), hal ini menimbulkan lemahnya organisasi politik dan
kemampuannya untuk mengatur rumah tangganya. Penduduk Asia di lain pihak
intelegensinya dan kemampuannya unggul dalam temperamen, tetapi tidak
mempunyai semangat juang yang tinggi sehingga mereka terus-menerus sebagai
subjek dari perbudakan. Sebaliknya, orang-orang Yunani mempunyai karakter
dari kedua-duanya karena posisi tempat tinggal mereka secara geografis di
tengah-tengahnya.
Tema-tema ini diulangi pada masa Renaissan dan sumbangan yang terbesar
dilakukan oleh ahli filsafat politik Prancis, yaitu Jcan Bodin (1530- 1596) beliau
juga menunjukkan bahwa perbedaan utama di antara penduduk di dunia adalah
disebabkan adanya tiga jalur musim. Zone utara adalah dingin menyebabkan
keadaan fisik penduduk kuat, tegap, tetapi tipe mentalnya lambat, cenderung
mempunyai pemerintahan yang lebih demokratis. Zone musim panas yang
terletak di sebelah selatannya menyebabkan penduduk malas, pintar, tetapi
politiknya pasif, dengan demikian mereka lcbih cocok hidup di bawah
penjajahan. Di antara keduanya terdapat zone yang hangat secara kondisi alam
8

mereka mendapat keuntungan, baik dari segi keunggulan inteligensia dan dalam
hal industri, serta didukung adanya pemerintahan kerajaan yang stabil.

d. Environmentalism
Dalam geografi ada suatu pendekatan yang dikenal dengan
Inverontmentalisme, yang berperan penting dalam difusi dan akulturasi
kebudayaan. Paham ini meletakkan fondasi yang terpenting dalam pandangannya
bahwa aktivitas manusia kondisinya sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh
lingkungan hidup. Doktrin ini sangat nyata diformulasikan pertama kali dalam
buku yang berjudul air, water places yang ditulis dari hiprocrates. Buku ini
merupakan hasil kerja yang ditulis olch ahli fisika pada abad kelima sebelum
masehi. Isinya lebih mendekati dari sudut medis daripada geografi. Ritter telah
mengumpulkan informasi fakta-fakta yang sedemikian banyaknya tentang
perbedaan wilayah di permukaan bumi. Selanjutnya ketika gagasan Darwin
diadopsi terhadap lingkungan, tidak semua ahli geografi mendukung pandangan
ini. Frederik Ratzel (1644-1904) seorang ahli geografi dan etnologi, beliau
adalah orang yang pertama kali meyakinkan terhadap kaum environments.
Selanjutnya, ia memandang adanya kekurangan dalam argumentasi salah satu
esainya ia menegaskan posisi yang paling pcnting adalah faktor kebudayaan telah
dideklarasikan sebagai berikut. "Saya memahami tentang awal sejarah New
England tanpa mengetahui keadaan tentang lahannya, tetapi tidak akan pernah
dapat dilupakan pengetahuan tentang imigran puritan dalam memahami kasus
sejarah ini".
Pendiri geografi modern Paul Vidal de la Blace (1845-1918) sangat konsisten
dengan pernyataannya yang bertentangan dengan veronmentalisme-determenisme.
Menurutnya, bumi bukan mendikte tingkah laku manusia, bumi hanya
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi umat manusia yang memilikinya, dan
bagaimana mengusahakannya. Hasil karya penulis abad ke-19 seperti Montequicu
(The Spirit of Law, 1748), Buffon (Natural History of Man, 1749), dan Voltaire
(Essay on The Customs and The Spirit of Nation, 1756), meyatakan bahwa
keadaan lingkungan alam berpengaruh pada manusia. Satu abad berikutnya,
Henry Buckle menerapkan metode ilmu pengetahuan alam pada sejarah. Dalam
pandangannya iklim yang sejuk dan basah di England mempunyai keuntungan
9

yang sangat nyata, di mana penduduk pekerja yang sangat keras dan tekun.
Kebalikannya musim-musim dingin yang gelap di Skandinavia atau kering,
musim-musim panas yang sangat panas di Spanyol menyebabkan penduduk tidak
bisa bekerja di sepanjang tahun sehingga kehidupan mereka tidak teratur dan
penuh kebimbangan.
Pada akhir abad ke-19, teori evolusi melalui adaptasi terhadap lingkungannya,
nampaknya mampu menjelaskan mengapa masyarakat manusia mampu
berkembang secara individu. Ahli-ahli geografi selalu mendapatkan kesulitan
untuk menentukan apa penyebab ikatan yang kuat antara individu dengan tempat
tinggalnya. Saat ini, adaptasi terhadap lingkungan fisik sebagai jawabannya atau
sekurang-kurangnya faktor adaptasi ini secara ilmiah, dapat
dipertanggungjawabkan. Pada periode ini, penekanan-penekanan pada geografi
telah berubah pada studi tempat tinggal ke studi di lingkungan. Di Amerika
Serikat masih berpegang pada paham inveronmental hingga akhir tahun 1920-an
dan paham invironmentalisme masih bertahan pada tingkat pendidikan di Sekolah
Dasar dan SLTP.
Kegagalan inveronmental bukan pada isu yang dikcmbangkannya, yaitu
bagaimana lingkungan alam sekitar berpengaruh terhadap tindakan manusia,
tetapi mereka menyamaratakan generalisasi yang mereka gambarkan berdasarkan
dari data-data yang terpencar-pencar, serta diterimanya bukti bukti yang
bertentangan. Definisi geografi dengan cara pandangnya yang sempit sebagai
studi lingkungan alam berpengaruh terhadap tindakan manusia, mereka
mengonsentrasikan pada pembuktian doktrin daripada objektivitas dari data-data
yang didapatkannya. Tema yang paling menguntungkan adalah pengaruh iklim
terhadap manusia.
Revolusi industri pertama kali di Eropa Barat disebabkan karena adanya
sebabkan cuaca yang variasi. Hal ini mendorong aktivitas mental masyarakatnya
yang menyebabkan kemajuan dunia industri semakin pesat megembangkan
berbagai teknologi yang sesuai di lingkungan masyarakat sekitamya. Di samping
itu, kelahiran agama Yahudi dan Kristen monoteisme sangat berkaitan dengan
lingkungan, gurun, di mana masyarakatnya mulai memberikan kebebasan
demokrasi karena pengaruh tentang lahan dan iklim di Yunani.
Ahli-ahli geografi sangat berhati-hati terhadap keadaan lingkungan yang numit,
tetapi sebenarnya penjelasannya sangat sederhana. Walaupun alasan- alasan
10

terscbut berasal dari lingkungan fisik berpengaruh terhadap manusia. sangat


nyata, tetapi mereka sekarang mencoba menjawab bagaimana suatu masyarakat
tertentu pertama kali menanggapi lingkungan sekitarnya, dan mengeploitasi
sumber dayanya. Di sinilah berkembang pandangan yang lebih canggih untuk
memperbaharui perhatiannya terhadap penelitian faktor-faktor lingkungan alam
lainnya secara utuh.

2. Dampak Perubahan dan Kerusakan Lingkungan terhadap Kehidupan


Manusia
Di dalam dunia industri hasil produk pabrik kimia Life Science Product
Company, yakni zat kepone, sangat erat hubungannya dengan DDT dan aldrin
yakni merupakan bahan insektisida yang dilarang keras digunakan di Amerika.
Zat kepone yang diproduksi oleh Life Science berdasarkan kontrak dengan Allied
Chemical Corporation telah menimbulkan korban jiwa maupun berupa ancaman,
terhadap kesehatan manusia, hewan maupun lingkungan yang diakibatkan oleh
penggunaan pestisida. Hal ini disebabkan pencegahan yang dilakukan oleh pabrik
terscbut tidak aman terutama dalam proses pembuangan limbahnya, dan para
pekerjanya. Pabrik tersebut melindungi para pekerjanya menggunakan masker
ataupun pakaian pelindung, membiarkan meja-meja makan tercemar oleh debu-
debu zat kepone sehingga tanpa disadari sangat membahayakan jiwanya. Setahun
setelah pabrik tersebut beroperasi, dilaporkan sejumlah pekerja dapat gangguan
kesehatan seperti seluruh badan gemetaran, kehilangan keseimbangan,
kemandulan dan radang liver. Dari hasil pemeriksaan kesehatan, ternyata semua
pekerja dan keluarganya telah terbukti menghirup konsentrasi zat pestisida dari
standar ukuran yang telah ditentukan sehingga pada tahun 1975 pabrik kimia ini,
ditutup oleh pemerintah. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh pabrik kimia
kepone selain terhadap kesehatan manusia juga telah menimbulkan kerusakan
kualitas air menjadi di Virginia yang tercemar zat kepone telah mematikan bakteri
kotoran di dalam sistem pembuangan limbah di Hopewall, tetapi ironisnya
mereka masih meloloskan pestisida ini ke dalam limbah-limbah yang tidak
melalui proses pembuangan limbah ke sungai James sehingga menyebabkan
sekitar seratus ribu poun zat ini masih mengendap di lumpur-lumpur sungai ini.
11

Racun-racun ini, diangkut secara perlahan-lahan terbawa oleh air sungai James
dan mengalir menuju ke teluk Chesapak di mana 50 juta dolar hasil penjualan
industri perdagangan ikan per tahun harus dihentikan karena adanya pencemaran
pada ikan-ikan hasil penangkapan. Kenaikan kontaminasi zat kepone yang
terserap oleh ikan. Polusi ini telah menyebar ke seluruh aliran sungan mulai dari
Hopewall sampai ke cabang-cabang sungainya. Untuk mengetahui tingkat
pencemaran udara maaka dilakukan pemantauan polusi udara sekitar dua ribu
yard jaraknya dari pabrik kimia ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari
stasiun yang telah ditentukan terbukti secara nyata menunjukkan tingkat bahaya
zat kepone di atmosfer. Walaupun demikian, tindakan ini juga tidak dilakukan
terpisah karena juga dilakukan uji coba pada lokasi pabrik yang sudah ditutup
tersebut. Kadar zat kepone yang terkandung dalam atmosfer di wilayah ini
sedemikian tingginya melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Untuk
menghindari pencemaran yang lebih serius perlu dilakukan upaya penguburan
benda-benda yang telah terkontaminasi di dalam tanah di sekitar pabrik kimia
tersebut. Secara keseluruhan, upaya ini menghabiskan biaya sekitar 18 juta dolar
Amcrika untuk memberantas produk-produk dari pabrik kimia tersebut. Dampak
negatif dalam jangka panjang di daerah-daerah pantai penduduknya sangat
menderita, kerugian besar bagi nelayan dan kemerosotan lingkungan telah
meningkat sedemikian tajamnya sehingga hasil penangkapan ikan turun drastis.
Sejarah tragedi kepone ini adalah merupakan salah satu dari berbagai peristiwa
yang serupa yang banyak terjadi di belahan dunia ini. Catatan sejarah ini dipakai
scbagai ilustrasi untuk menggambarkan bagaimana manusia dapat mempengaruhi
lingkungan hidup seperti kualitas air, udara dan tanah di mana keberadaannya
sangat tergantung pada, unsur-unsur tersebut. Sifat-sifat terestrial atau daratan
dan basin-basin samudra, unsur cuaca dan karakteristik iklim, flora dan fauna
dapat kita samakan sebagai blok-blok bangunan yang merupakan mozaik yang
kompleks yang kita sebut lingkungan alam. Lingkungan alam mengandung
pengertian keseluruhan segala sesuatu dalam beberapa pandangan yang
berpengaruh terhadap sesuatu organisme. Manusia ada di dalam suatu lingkungan
alam yakni keseluruhan dari dunia fisik, selanjutnya lingkungan ini akan diubah
oleh tindakan manusia secara individu maupun kolektif. Hutan-hutan ditebangi,
12

padang rumput dijadikan ladang, bendungan dibangun untuk nenampung air,


kota-kota didirikan. Di atas lingkungan alam didirikan lingkungan budaya.
Lingkungan budaya ini mengganti atau merusak keseimbangan alam di mana
mereka hidup. Manusia setelah mengenal praktik pertanian, telah mampu
mengubah wajah bumi telah mengubah kescimbangan secara berangsur-angsur
dan menguasai alam dan dalam proses ini bisa membahayakan (dan barangkali
harus dipertanggungjawabkan) masyarakat dan sistem ekonomi yang didirikan
dalam proses perubahan ini.
Secara esensial keseimbangan alam dan cara pandang manusia tela berubah
tidak hanya dalam topik-topik pembahasannya, tetapi juga materi sosial yang
berkaitan, mulai dari skop domesstik sampai pada isu-isu internasional.
Meskipun demikian, bagi ahli geografi dampak mamusia terhadap lingkungan
alam sesungguhnya lebih banyak bila dibandingkan dengan kaitannya isu-isu
sosial seperti: kemiskinan, bencana alam, penjarahan hutan lindung, eksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan, masalah tenaga kerja, dan biaya-biaya yang
harus dikeluarkan sccara pribadi.
Keadaan ini dapat digambarkan secara lebih baik bila kita memahami
jembatan penghubung antara tradisi disiplin ilmu-ilmu fisik dan budaya yakni
wilayahnya terletak pada hubungan timbal balik antara manusia dan bumi
sedemikian jelas, langsung dan mendalam. Energi merupakan dasar kehidupan di
bumi berasal dari energi matahari, jaraknya dari buni sejauh 9 juta mil. Agar
energi yang dapat digunakan prosesnya adalah melalui fotosintesis yang diubah ke
dalam bentuk energi kimia di dalam tumbuh tumbuhan. Sebagai respons bagi kita
untuk bertahan hidup, serta semua makhluk hidup lainnya maka kita tumbuh-
tunbuhan tersehut dalam prosesini energi kimia yang terkandung dalam tumbuh-
tumbuhan ditransformasi menjadi energi gerak. Beberapa makhluk hidup yang
tidak langsung makan tumbuh tumbuhan sebagai sumber energinya, tetapi energi
mereka didapatkan dengan cara memakan binatang serangga dan ikan, bila
ditelusuri kebelakang akhimya sampai pada tanaman. Hanya tanaman yang
mampu mengubah energi matahari ke dalam suatu bentuk cnergi yang bisa
dimanfaatkan oleh binatang. Sebatang tanaman menurut perkiraan seorang ahli
bisa menghasilkan seratus kali energi bila dibandingkan dengan semua "mesin
13

manusia" bila digabungkan. Bebcrapa energi yang belum dapat digunakan


tersimpan di dalam batuan seperti: batu bara, atau dalam bentuk airan seperti:
minyak bumi, kedua jenis ini juga berasal dari tanaman.
Pemindahan energi dari satu kehidupan ke kehidupan lain tidak pemah
mengalami proses efisiensi secara sempurna. Beberapa energi akan selalu hilang.
Suatu tipe kamivora akan kehilangan sebanyak 10% dari energi yang diserapnya.
Hanya 90% yang disimpan digunakan sebagai respirasi atau hiang sebagai panas.
Teknologi manusia telah mampu merubah enerrgi secara sederhana, pertuukaan
energi alam di atas bumi sampai hilangnya panas dalam keadaan normal maka
harus ditambah, yaitu yang ditimbulkan atau hilanggnya dalam konversi energi
laten sampai dalam bentuk yang tidak dapat digunakan oleh manusia. Semakin
tinggi teknologi suatu masyarakat maka semakin bertambah besar tingkat
ketergantungannya pada konsumsi energi dan semakin besar hilangnya panas.
Pada ukuran minimum, manusia harus mengonsumsi sekitar 2.000 kalori energi
per hari untuk mendukung kehidupannya pada tingkatan ukuran efisiensi yang
dapat dipertanggung jawabkan. Jika mereka mengembangkan usaha ternaknya
dan menggunakan energi untuk makanan maka energi yang dikonsumsi akan
bertambah sebesar 10.000 kalori per hari per orang. Di dalam industri ketika
melebur baja membangun gedung dan mengoperasikan mesin, memproduksi dan
menggunakan barang-barang yang tak terhitung banyaknya serta pelayanan-
pelayanan yang menggunakan teknologi tinggi pada masyarakat bila dijumlah
secara keseluruhan, konsumsi energi mengakibatkan hilangnya panas terus
bertambah besar pada saat mengalami proses. Di Amerika Serikat rata-rata setiap
orang menggunakan energi secara langsung maupun tidak langsung sekitar
200.000 kalori per hari dengan jumlah penduduk 6% dan jumlah penduduk dunia
mengonsumsi sebesar 35% energi dunia. Kehutuhan energi penduduk dunia tidak
dapat dicukupi hanya dengan teknologi yang dipakai saat ini serta yang hemat dari
energi sinar matahari. Kita memerlukan pupuk dan pemakaian energi cadangan
yang berasal dari fosil. Konsumsi bahan-bahan bakar ini bila dikonversi melalui
bahan-bahan mentah ke dalam pemakaian komoditas dan kecenderungan
pemborosan pada masyarakat yang berteknologi tinggi maka akan terjadi
perusakan terhadap perubahan biosfre atau ekosfir, yakni menyebabkan lapisan
14

ozon menjadi tipis yang seharusnya berupa tameng atau perisai, udara, air, dan
tanah di mana kita hidup.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat pertumbuhan
ekonomi di berbagai negara mengakibatkan berbagai etmborosan sumber daya
alam yang berakibat kemerosotan kualitas lingkungan. Akibatnya, adalah adanya
biaya yang seharusnya dipikul oleh suatu kegiatan tertentu atau institusi tertentu
ditumpahkan pada pihak lain yang tidak mengambil keuntungan sedikit pun tetapi
hanya menerima dampak negatifnya saja, seperti pembangunan kimia, otomotif,
tekstil, dan sebagainya dan lingkungan yang merupakan milik umum. Seperti
dibuangnya limbah suatu pabrik ke sungai. pada akhirnya harus dipikul biaya
atau akibatnya oleh umum yang mempunyai kepentingan pada sungai tersebut.
Berbagai emisi (limbah berupa gas) telah mencemari udara menjadi milik umum
dan merupakan bagian vital dari kehidupan. Hal ini tidak lain sebagai akibat
adanya gejala krisis attau kemunduran kearifan manusia dalam memperlakukan
lingkungannya. Oleh karena itu, baik secara lokal maupun global lingkungan
hidup harus menanggung berbagai akibat kemerosotan kualitas, baik kualitas
sumber daya maupun kualitas lingkungan.
Pada saat ini, terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan sudah menjangkau
ke berbagai segi kehidupan. Sebagai contohnya antara lain: adalah terjadinya
mutasi gen manusia terselubung, hujan asam, dampak rumah kaca, penipisan
lapisan ozon yang terus meningkat.

a. Mutasi Gen Manusia Terselubung


Berkembangnya teknologi kedokteran dengan penggunaan radiasi sinar
rongen, sinar laser, getaran ultra sonik, untuk pelayanan kesehatan manusia.
mengakibatkan terjadinya mutasi gen manusia yang terselubung, yaitu makin
merosotnya daya tahan manusia secara alami. Akibatnya, sering kali cksistensi
manusia hanya dapat di dengan dukungan teknologi yang makin lama makin
dituntut kecanggihannya, dan dengan sendirinya diikuti oleh biaya yang makin
mahal.
15

b. Hujan Asam
Industri-industri (khususnya industri pengecoran logam, pembangkit tenaga
listrik berbahan bakar batu bara, dan pendidih air) dalam operasinya melepaskan
berton-ton sulfur dioksida (S02), nitrogen dioksida (NO2), dan karbon dioksida
(CO2) ke udara yang menyebabkan terjadinya proses interaksi antara SO 2 NO2
dan CO2 menjadi asam sulfat (H2S4) sehingga air hujan berturut-turut akan
mengandung asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), dan asam karbonat
(H2CO3). Hal ini menyebabkan timbulnya hujan dengan pH lebih kecil dari 5,6.
Air dengan keasaman seperti ini dapat merusak butir-butir klorofil pada tunbuhan
yang dapat mengganggu aktivitas fotosintesis yang pada akhirnya dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Air hujan ini juga dapat mengakibatkan
benda logam (seperti jembatan atau rel kereta api), merusak berbagi bangunan
dari marmer, tegel, beton pada umumnya. Pada air danau dan sungai akan terjadi
menuru pH-nya dan mengganggu kehidupan biota air (seperti plankton dan ikan),
secara kesehatan manusia pada umumnya.

c. Dampak Rumah Kaca


Dampak rumah kaca terjadi karena meningkatnya lapisan gas, terutama gas
CO2 yang menyelubungi bumi, gas tersebut berasal dari berbagai kegiatan
manusia. Terutama pembakaran energi fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas).
Selimut gas rumah kaca ini, mengakibatkan refleksi balik sinar/panas dari
matahari membalik memantul kembali ke bumi. Akibat dari dampak rumah kaca
ini, adalah naiknya suhu bumi atau perubahan iklim global. Menurut perkiraan
dalam waktu 50 tahun yang akan datang suhu bumi akan meningkat tiga derajat
celsius. Hal ini akan berakibat mencairnya scbagian es di kutub utara sehingga
permukaan air laut pun naik, dan berbagai kota di pinggir laut akan terbenam.
Selain itu, jika terjadi hujan di daeral pegunungan atau dataran tinggi daerah yang
rendah akan terkena banjir karena air hujan tidak bisa mengalir ke laut. Sudah
barang tentu perubahan iklim ini juga mempengaruhi produktivitas budi daya
pertanian, perikanan dan perternakan, terutama sebagai akibat dari timbulnya
kekeringan dan kebanjiran di berbagai tempat.
16

d. Lubang Lapisan Ozon


Seperti kita ketahui, bumi kita diselimuti oleh lapisan tipis ozon (03) pada
ketinggian lebih kurang 30 m di atas permukaan bumi. Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan 99% sinar ultra violet yang diradiasikan atau dipancarkan oleh
matahari. Lapisan ozon ini mengalami kerusakan oleh bahan kimia, seperti:
halon (terutama untuk pemadam kebakaran) dan CFC (Chlorfluorcarbon) yang
dihasilkan oleh aerosol (gas penyemprot minyak wangi, dan scbagainya), mesin
pendingin (refrigerator air conditioner), dan proses pembuatan plastik atau karet
busa (foam) untuk berbagai keperluan. Oleh sinar matahari yang kuat berbagai
gas ini diuraikan menjadi chlorin dan chlorinemonoride yang merupakan
katalisator atau pemercepat pecahnya ozon menjadi oksigen. Jika lapisan ozon
mengalami kerusakan terjadi lubang-lubang maka sinar ultraviolet akan masuk
langsung ke bumi. Pada umumya, orang yang terkena sinar matahari adalah orang
dari daerah beriklim dingin yang sering berjemur di bawah terik matahari yang
menyebabkan kanker kulit, keusakan mata atau katarak, gangguan pada rantai
makanan laut, dan kerusakan pada tanaman budi daya, serta menurunya daya
kekebalan tubuh pada manusia mirip seperti penyakit AIDS.

3. Sumber Daya Alam, Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan


Untuk keberlangsungan kehidupan pelestarian lingkungan perlu dilakukan
karena kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas, baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
pelestarian lingkungan, yaitu dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997,
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai pedoman yang dapat
membcrikan rincian dan penjelasan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
bertujuan untuk dapat menggambarkan arti dari pengelolaan lingkungan hidup
pada masyarakat. Pengelolaan lingkungan, selain berdasarkan pada peraturan
yang diatur oleh undang-undang pengelolaan lingkungan dapat dilakukan secara
sukarela, baik oleh individu maupun kelompok masyarakat yang peduli terhadap
pclestarian lingkungan. Adapun tujuan dikeluarkannya peraturan tentang
pedoman pengelolaan lingkungan hidup adalah agar setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pengguna lingkungan tidak merusak lingkungan, melainkan harus
berwawasan lingkungan.
17

Pengertian lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 4 Tahun 1982


atau No. 23 Tahun 1997 didefinisikan sebagai suatu kesatuan ruang yang terdiri
dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Kelompok benda dan daya dikategorikan kepada
kelompok komponen fisik, makhluk hidup yang terdiri dari satwa dan tumbuh-
tumbuhan termasuk dalam komponen biotis, sedangkan makhluk hidup yang
berupa manusia termasuk dalam komponen sosial, ekonomi, budaya, dan
kesehatan masyarakat. Jadi, dalam pembagian komponen lingkungan secara
garis besarnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu, fisik, biotis,
sosekbudkesmas (sosial, ckonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat).
Pemanfaatan lingkungan oleh manusia dalam kehidupannya, berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan, seperti dalam proses pembangunan industri,
gedung, komponen lingkungan tersebut akan mempunyai dampak negatif dari
pembangunan tersebut . Oleh sebab itu, dalam pengelolaan lingkungan tersebut
perlu dilakukan berbagai upaya pengembangan yang berwawasan lingkungan
dengan meningkatkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebjaksanaan, seperti
penataan, pemanfaat, pengembangan, pembinaan, pcmeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (UU No. 23 Tahun 1997, pasal
1 dan 2). Pemanfaatan dan penataan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai
upaya untuk mendayagunakan sumber daya untuk kepentingan kchidupan dan
kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Upaya lain dalam
melestarikan lingkungan adalah pemeliharaan, pengendalian, pengawasan,
pemulihan, dan pengembangan, biasanya dikaitkan dengan upaya pencegahan
atau penanggulangan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan.
Selanjutnya, Anda dapat memahami tentang bagaimana penyelenggaraan
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam hal ini diporlukan asas yang akan selalu
menjadi pedoman pclaksanaannya. Seperti dikemukakan oleh (Darmakusuma,
asas pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan (berkelanjutan), perlu di antara pelestarian lingkungan dan
18

pelestarian kemampuan lingkungan. Pclestarian lingkungan mengandung arti


tidak diperbolehkannya upaya untuk memanfaatkan atau mengolah sumber daya
lingkungan. Sebaliknya, pelestarian kemampuan lingkungan memperbolehkan
pemanfaatan atau pengelolaan sumber daya asalkan dilaksanakan secara bijaksana
sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan.
Asas tersebut di atas dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terciptanya keselarasan hubungan
antara manusia dan lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya secara arif dan
bijaksana merupakan dinamisasi kehidupan yang perlu ditanamkan pada generasi
muda untuk kelangsungan kehidupan generasi pada masa sekarang dan yang akan
datang. Hal lain yang perlu disadari adalah bahwa semua orang mempunyai hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karena itu, sctiap orang
mempunyai kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup dari kerusakan dan
pencemaran yang merugikan kehidupan di muka bumi. Kcwaiiban memelihara
atau mengelola lingkungan tersebut diatur dalam bentuk keharusan (mandatori)
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan atau dilakukan secara
sukarela (volunteer) melalui konsep-konsep pengelolaan yang disetujui bersama
(Darmakusuma).
Dalam pelaksanaannya, mengelola lingkungan bukan hal yang mudah. Oleh
karena itu, harus ada rambu-rambu atau aturan yang menjadi acuan sehingga
lingkungan hidup dapat dikelola secara baik. Untuk itu, ada beberapa perangkat
manajemen pengelolaan lingkungan yang dapat digunakan seperti berikut.

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Agar lingkungan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan adanya
keseimbangan antara pemanfaatan dan kemampuan lingkungan perlu ada upaya
untuk dikelola secara baik melalui berbagai usaha seperti: AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) merupakan telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting dari suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup (PPRI No. 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL) di mana hasilnya sangat berkepentingan dan diperhukan dalam suatu
proses pengambilan. Keputusan (PP No. 51/1993). Analisis mengenai dampak
19

lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pandangan
dampak proyek dan bergunanya, prosesnya, maupun sistem dari proyek terhadap
lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup manusia. Penelaahan dampak
penting dari aktivitas atau kegiatan pembangunan merupakan hal pokok yang
mendominasi kegiatan studi AMDAL. Dampak penting adalah perubahan
lingkungan yang sangat mendasar yang disebabkan oleh suatu usaha kegiatan (PP
51/1993, ps i.9).

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)


UKL merupakan perangkat preventif dalam pencegahan dan penanggulangan
dampak lingkungan yang merupakan dokumen yang dibuat pada fase perencanaan
suatu kegiatan pembangunan atau proyek, sebagai kelengkapan dalam
memperoleh perizinan. UKL dibuat untuk proyek pembangunan yang secara
potensial menimbulkan dampak lingkungan atau proyek-proyek yang dapat pentik
sudah dapat diatasi dengan teknologi yang ada serta skala kegiatannya kecil dan
tidak kompleks.
UKL dapat dilakssanakan jika kegiatan yang direncanakan tidak menimbulkan
dampak penting, sedangkan pencntuan ada atau tidaknya dampak penting di
dengan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 39 Tahun
1996, yang merupakan daftar kegiatan yang wajib AMDAL. Selain itu, ada
perangkat pcngelolaan lingkungan yang bersifat sukarela, adalah Sistem
Pengelolaan Lingkungan (Environmental Managemen System, EMS), Audit
Lingkungan yang dituangkan dalam suatu keputusan Menter i(KEPMENLH No.
42 1994), Ekolahdel, Analisa Daur Hidup Produk, ISO 1400, dan Evaluasi
Lingkungan. Meskipun sifatnya sukarela, namun ada semacam desakan atau
tekanan untuk melaksanakan. Scbagai contoh, kalau ada salah satu produsen
kedapatan tidak memiliki sertifikat ISO 1400 atau Ekolabel maka konsekuensinya
adalah beberapa negara tertentu akan menolak hasil produksi dan produsen
tersebut untuk dijual di negara yang bersangkutan. Dengan demikian,
kesempatan untuk menjual produk ke negara maju menjadi tertutup sebab masalah
lingkungan hidup adalah sudah bukan persoalan satu negara saja, tetapi sudah
merupakan masalah dunia internasional jika ada pelanggaran mengenai
pengelolaan lingkungan hidup mustahil akan tertutupi dan tidak terkontrol.
20

Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan perangkat


sukarela merupakan gambaran kepedulian yang lebih tinggi dalam upaya
pengelolaan lingkungan karena datangnya dari hati nurani yang memikirkan
kerugiannya atau dampak negatif.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari kegiatan semacam ini di antaranya
perusahaan yang menjalani audit lingkungan dapat memperoleh peringatan dini
tentang kinerja dari penusahaannya jika terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan
permasalahan lingkungan. Dengan demikian, kemungkinan pengaduan dari
pihak lain dapat dihindari. Selain itu, dengan secara kontinu melakukan
pengecekan terhadap kinerja perusahaan, akreditasi perusahaan akan menjadi
lebih tinggi dan kemungkinan untuk menjalin hubungan atau menyelesaikan
masalah dengan pihak lain seperti konsumen, lembaga swadaya masyarakat akan
lebih mudah. Selain berpedoman pada perangkat manajemen pengelolaan
lingkungan kita membahas pula pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan
lingkungan adalah sebagi berikut.
Masalah lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara
sejak dasawarsa 1970-an hingga sekarang. Konverensi lingkungan hidip sedunia
di Stockholm pada tahun 1972 menghasilkan keputusan yang positif seperti
masalah lingkungan yang terjadi pada masa sekarang penanggannya telah banyak
dilakukan baik oleh masing-masing negara maupun kerja sama antarnegara. Isu-
isu lingkungan hidup telah menjadi isu seluruh dunia seperti rusaknya lapisan
ozon, masalah perubahan iklim global dan lain sebagainya. Ini semua
menunjukkan bahwa dalam melakukan pembangunan perlu dilakukan melalui
pendekatan ckologis. Sctiap kegiatan pembangunan harus dilihat keterkaitannya
antara berbagai komponen lingkungan satu sama lainnya dalam satu unit
ekosistem yang besar (pulau, wilayah iklim yang sama, laut antar negara dan
balikan planet bumi). Dalam kegiatan pembangunan maka beberapa asas ekologi
yang harus diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut.
1) Sumber alam dalam bumi tidak tak terbatas jumlah dan ukurannya jumlah
sumber daya alam di dalam bumi relatif konstan dan hampir tak pernah
bertambah. Oleh sebab itu, harus dihindari pemborosan sumber daya alam.
2) Ekosistem asli umumnya mantap, dan mampu kembali ke dalam kondisi
keseimbangannya setelah mengalami gangguan alami. Setiap pembangunan
21

yang merubah lingkungan akan mampu dipulihkan kembali oleh lingkungan


apabila pemanfaatan tidak melampaui batas atau daya dukungnya. Ini
berarti kemampuan daya dukung lingkungan harus diperhatikan dalam
setiap kegiatan pembangunan.
3) Siklus biokimia dari materi yang ada dalam bumi telah menggunakan
sumber daya alam yang sangat penting yaitu energi. Untuk semua proses
sirkulasi energi dianggap kekal. Seperti diketahui bahwa sumber energi
utama adalah matahari di samping itu masih ada sumber energi lain,
misalnya panas bumi dan nuklir. Siklus materi dan aliran energi mempunyai
suatu hubungan yang erat sekali balikan tak tcrpisahkan. Masing-masing
siklus matcri dan aliran energi mempunyai hubungan satu sama lain pada
berbagai tingkat proses. Oleh sebab itu, gangguan terhadap salah satu
siklus dapat mengganggu siklus yang lain. Itulah sebabnya dalam
pembangunan keterkaitan ini harus diperhatikan karena gangguan terhadap
satu komponen lingkungan yang berdekatan dan berkaitan.
4) Dalam proses pengaliran energi dari datu komponen ke komponen yang lain
selalu terjadi pengahmburan energi akibatnya, energi berubah dalam bentuk
panas yang akan meningkatkan suhu lingkungan, dam kemudian tak akan
bermanfaat dalam bentuk apapun (Darmakusuma).

c. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang
direncanakan maupun di luar rencana, tidak akan menurunkan atau menghapus
kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas
hidup yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan ini hasil Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan haruslah berupa rencana pengelolaan lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan tersehut terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) rencana
penanganan dampak: 2) rencana pemantauan dampak. Antara rencana,
penanganan dampak dan rencana pemantauan dampak lingkungan merupakan
bagian yang integral dalam pengelolaan lingkungan. Tujuan penanganan ialah
untuk memperbesar dampak positif dan memperkecil dampak negatif. Dengan
demikian, manfaat yang di dapat dari proyek pembangunan tersebut akan dapat
diperbesar. Dalam rencana penanganan dampak beberapa hal perlu diperhatikan.
22

Pertama, penanganan dampak haruslah mencakup pertimbangan lingkungan.


Banyak orang yang tidak menyadari bahwa sesuatu hal yang diperoleh secara
gratis, melainkan selalu ada biayanya. Pemasangan alat pembersih belereng pada
sebuah PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar dapat
menyebabkan pencemaran air, apabila belerang yang tertangkap oleh alat
pembersih tidak diperlakukan dengan baik. Dapat kita bayangkan, penanganan
dampak akan menimbulkan suatu rantai dampak sebagai berikut.
Jika rantai kehidupan ini kita runutkan terus, tidak akan ada habisnya. Oleh
karena itu, dari segi praktis kita hanya berhenti sampai pada proses perkiraan
dampak penanganan dampak dengan memilih metode penanganan dampak yang
diketahui dengan kepercayaan tinggi, jadi tidak meragukan, tidak akan
menimbulkan dampak negatif yang penting. Kita hindari metode penanganan
yang dampaknya meragukan dan yang mempunyai dampak negatif penting.
Kedua, beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang
sederhana serta dampaknya sangatlah kecil terhadap lingkungan sehingga dampak
penanganan tersehut dapat diabaikan. Penanganan dampak demikian dapat
dilakukan secara ad hoc, sebagai contoh (dampak debu terhadap kesehatan
karyawan dapat ditangani dengan menggunakan masker, begitu juga dampak
konversi hutan menjadi lahan pertanian terhadap erosi dapat dikurangi dengan
membuat sengkedan dan penanaman pohon dengan mengikuti garis kontur) jika
penanganan dampak itu tidak bersifat lintas sektoral dan dampak penanganan itu
bersifat positif. Akan tetapi, ada jenis dampak yang perlu penanganan khusus
karena mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dan bersifat lintas
sektoral. Penanganan dampak yang demikian seyogianya dilakukan tidak secara
ad hoc, melainkan dalam konteks pengelolaan lingkungan daerah proyek.
Contohnya ialah pemukiman kembali orang yang tergusur oleh proyek
pembangunan. Dalam hal demikian penanganan dampak merupakan bagian
integral rencana pengelolaan lingkungan.
Ketiga, penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proyek.
Pemilihan altematif perlu juga memperhatikan ketidakpastian seperti diuraikan di
muka. Pada umumnya, preferensi penelitian diberikan pada alternatif yang tidak
atau sedikit mempunyai dampak negatif dengan tingkat besar atau tingkat penting
yang tinggi. Pertimbangan lain ialah apakah tersedia teknologi untuk menangani
23

dampak yang diprakirakan. Jika ada alternatif yang mempunyai dampak negatif
penting dan belum diketahui teknologi untuk mengatasinya, altematif itu kita
eliminasi.
Keempat, penanganan dampak menerlukan biaya. Biaya ini harus,
diperhitungkan dalam anggaran belanja sehingga dalan hasil akhir perhitungan
biaya/manfaat ekonomi masih tetap menguntungkan. Kelima, Penanganan
dampak mencakup penanganan dampak positif pihak pemrakarssa sering tidak
tertarik untuk memanfaatkan dampak positif ini. Kali ini disebabkan banyak hal
antara lain terbatasnya anggaran belanja dan dampak positif terletak di luar bidang
minat usaha atau tugas pemrakarsa berbeda dengan dampak negatif dan menurut
undang-undang ada sanksi kepada pemrakarsa yang tidak menangani dampak
positif. Untuk dapat menangani dampak positif tersebut dan menganjurkan untuk
memanfaatkannya. Kedua dampak positif tersebut, digunakan sebagai sarana
untuk menangani dampak negatif sehingga pemrakarsa akan berninat pada
dampak positif tersebut. Alternatif kedua mempunyai keuntungan, biaya
penanggulangan dampak negatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan dampak
positif. Dengan demikian, manfaat proyek dapat dinaikkan kualitasnya,
sedangkan biaya dapat ditekan. Oleh sebab itu, agar sedapat mungkin kedua
altematif ini yang dipilih. Cara ini telah digunakan oleh lembaga ekologi
Universitas Padjajaran, untuk menangani dampak penggusuran penduduk olch
waduk Saguling (Institut of Eecology, 1979).

B. Individu, Kelompok Sosial, Dan Masyarakat


1. Manusia sebagai Individu
Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dari kelompok
masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian
pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat
lebih dari satu. Individu berhubungan dengan orang perorangan atau pribadi,
berarti individu bertindak sebagai subjek yang melakukan sesuatu hal, subjek
yang memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan, subjek yang memiliki
kebebasan, subjek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu, subjek yang
24

mampu menilai tindakan sendiri dan tindakan orang lain. Dengan demikian,
tidak ada dua orang manusia yang sama. Hal tersebut mencitrakan bahwa betapa
beragamnya sosok tubuh dan latar belakang kejiwaan manusia.
Seseorang dilahirkan sebagai suatu sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan
(individe) antara subsistem jasmani dan subsistem rohani. Dia lahir sebagai
"individu'' yang memiliki kelengkapan fisik-biologis dan potensi-potensi
psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan. Antara subsistem fisik-
biologis dengan subsistem mental-psikologis yang menjadi kesatuan individu,
berada dalam kondisi yang saling mempengaruhi (hubungi fungsional).
Kesempurnaan perangkat fisik dan biologis seseorang sangat berpengaruh
terhadap kondisi mental psikologisnya. Sebaliknya, kesehatan pada mental
psikologis sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik-biologis individu
bersangkutan. Walaupun terdapat penyimpangan dari hubungan fungsional
tersehut merupakan kasus yang sangat kccil frekuensinya. Misalnya, seseorang
yang lahir dengan memiliki cacat mental atau cacat fisik sangat sedikit
kejadiannya dibandingkan dengan bayi yang terlahir sempuma.
Secara biologis, pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan
leluhur sebelumnya sangat mempengaruhi kelahiran individu. Kesempurnaan atau
kecacatan pada gen, menjadi warisan biologis yang terbawa waktu lahir, dan akan
tumbuh berkembang di hari-hari selanjutnya.
Untuk melahirkan individu yang normal, selain dipengaruhi oleh gen yang
menjadi warisan biologisna juga sangat tergantung pada kondisi yang sehat
ditempat calon individu itu dilahirkan. Kondisi sehat yang dimaksud adalah
kondisi pranatalis di dalam rahim ibu. Karena itu, seorang ibu yang sedang hamil
sangat penting menjaga kesehatannya, memakan makanan yang bergizi
berolahraga yang sesuai, berada dalam ketenangan batin, dan selalu
memeriksakan kandungan secara teratur pada dokter untuk menjamin dan
mendapatkan anak yang sehat, baik fisik-biologisnya maupun mental-
psikologisnya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. sangat dipengaruhi oleh
berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Untuk menjadikan anak sebagai
individu yang sehat diperlukan lingkungan yang sehat dalam arti seluas-luasnya.
25

Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan pendidikan. Melalui


pendidikan, individu dapat terbina dan terlatih potensinya sehingga dapat tumbuh
dan berkembang sebagai individu yang memiliki SDM berkualitas, baik aspek
fisik-biologisnya maupun mental-psikologisnya.
Individu yang kemudian tumbuh berkembang menjadi pribadi, merupakan
suatu keutuhan mulai dari masa sebelum lahir, menjadi bayi yang selanjutnya
berinteraksi dengan lingkungannya. Secara pribadi, ia memiliki otonomi untuk
menentukan jalan hidupnya. Namun, sebagai makhluk sosial budaya, ia
dipengaruhi oleh lingkungannya karena itu, menurut Nursid Sumaatmadja (1998)
"Kepribadian menupakan keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan
rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta
reaksi mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan"
Untuk mendapat gambaran bagaimana proses pembentukan kepribadian dari
individu menjadi seseorang yang memiliki kepribadian, dapat diikuti bagan
berikut

Potensi fisik- Lingkungan


biologis sosial -
budaya
Pembentukan
Individu Pribadi
kepribadian

Potensi mental- Lingkungan


psikologis Alam/Fisikal

Sumber: Nursid Sumaatmadja (1998:23)


Gambar 2.1 Bagan Proses Pembentukan Individu menjadi pribadi

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat


melepaskan diri dari hubungan dengan sesama manusia lain di dalam menjalani
kehidupannya. Berbeda dengan makhluk lainnya misalnya hewan tanpa manusia
lainnya maka manusia akan mati. Sejak dilahirkan, manusia merupakan individu
26

yang membutuhkan individu lain untuk dapat bertahan dan melangsungkan


kehidupan. Seorang bayi yang baru dilahirkan, membutuhkan scorang ibu yang
dapat memberinya makan, melatih berjalan, bermain, dan sebagainya. Selain itu
berbeda dengan hewan yang mempunyai kelengkapan fisik untuk dapat bertahan
sendiri, sedangkan manusia tidak. Fredman (1962:112) menyatakan bahwa
manusi merupakan makhluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk
"immediate adaptation to environment" atau kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan segera terhadap lingkungannya. Namun, lebih dari itu manusia diberi
alat yang melebihi kekuatan fisik, yaitu akal, pikiran, dan perasaan yang tidak
dimiliki makhluk lain. Melalui pikiran dan akal manusia dapat menciptakan
kreasi untuk memenuhi kebutuhannya, baik berupa alat-alat materiil maupun
non-materiil.
Dapat dikatakan bahwa apabila manusia hidup sendirian akan mengalami
gangguan keijiwaan. Sehingga dengan bergaul bersama manusia lainnya, ia akan
merasakan kepuasan dalam jiwanya. Naluri manusia untuk selalu berhubungan
dengan sesamanya dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut.
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya
(masyarakat),
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelillingnya.
Keinginan-keinginan tersebut mendorong manusia untuk berinteraksi.
beradaptasi dengan lingkungannya dengan menggunakan pikiran, akal, dan
perasaannya sehingga ia bertahan dan dapat mcmenuhi kebutuhan hidupnya.
Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai
"gregariousness". Karena itu, manusia juga disebut sebagai social animal
yaitu "hewan sosial" yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup.
Dalam mengembangkan keinginannya, manusia akan saling berinteraksi
secara komplementer dan timbal balik. Sebagai akibat dari hubungan-hubungan
yang terjadi di antara individu-individu (manusia) ini maka lahirlah kelompok-
kelompok social (social groups) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan.
kepentingan bersama, dimulai dari kelompok sosial terkecil, yaitu keluarga,
masyarakat hingga suatu bangsa.
27

2. Kelompok Sosial
Kebutuhan manusia untuk saling berhubungan akan melahirkan kelompok-
kelompok sosial dalam kehidupan. Namun demikian, tidak semua himpunan
manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Untuk dikatakan sebagai
kelompok sosial, terdapat persyaratan-persyaratan tertentu seperti yang
dikemukakan oleh Soekanto (1982: 111) sebagai berikut.
1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan
bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya
dalam kelompok itu.
3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang
bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor
tersebut dapat berupa nasib yang sama, kepentingan bersama, tujuan
yang sama ataupun ideologi yang sama.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

Dengan demikian, kelompok terbentuk melalui proses interaksi dan proses


sosial, dimana manusia berhimpunan dan bersatu dalam kehidupan bersama
berdasarkan hubungan yang timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki
kesamaan untuk tolong-menolong sebagaimana dikemukakan oleh Mac Iver
(1961 : 213).
Di dalam kelompok, manusia menyesuaikan diri satu sama lainnya. Usaha
penyesuaian diri ini akan terus-menerus dilakukan selama kelompok itu "bernilai"
bagi dirinya dan selama kelompok diperlukan bagi kemajuan dan
perkembangannya. Proses penyesuaian diri ini lama-kelamaan menjurus kepada
proses sosialisasi, yaitu proses yang menurut Buhler (1968:172) disebut sebagai
"Proses yang membantu individu-individu melalui belajar dan penyesuaian diri,
bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperanserta
berfungsi bagi kelompoknya". Proses ini terjadi melalui interaksi sosial di mana
anggota kelompok ini dapat berhubungan secara serasi atau dapat pula terjadi
pertentanganan. Namun, selama manusia sebagai anggota kelompok merasa
memerlukan kelompoknya ia akan bersedia melakukan beberapa kompromi
28

terhadap tuntutan kelompok. Berdasarkan pengalaman dalam kelompok, manusia


mempunyai sistem tingkah laku (behavior-system) yang dipengaruhi oleh watak
pribadinya. Sistem perilaku ini akan menentukan dan membentuk sikap (attitude)
terhadap sesuatu. Selanjutnya, marilah kita lihat macam-macam kelompok sosial.

a. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok


Sosial Mac Iver dan Page (1957-124) menggolongkan kelompok sosial
dalam beberapa sudut pandang dengan berdasarkan pada bcrbagai criteria
(ukuran). Sementara Simmel, dalam Systematic Society mendasarkan
pengelompokannya pada besar kecilnya jumlah anggota, cara individu
mempengaruhi kelompoknya, serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut.
Simmel memulainya dengan bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang
individu sebagai fokus hubungan sosial yang dinamaka "monad", lalu dua atau
tiga orang, yaitu "dyad" dan "triad. Sebagai perbandingan ditelaah pula
kelompok-kelompok yang lebih besar. Ukuran lain dalam klasifikasi kelompok
sosial adalah berdasarkan derajat ineraksi sosial pada kelompok teraksi yang
bersangkutan. Dalam pendekatan ini, para sosiolog mendasarkan
pengelompokan pada derajat saling kenal pada anggota-anggotanya (face to
face groupings). Contohnya : keluarga, rukun tetangga, desa, kota, koperasi
dan negara.

b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu


Pembagian kelompok sosial dipandang dari sudut individu dapat dilihat dari
keterlibatan individu dengan kelompok sosial di mana ia tinggal, apakah dalam
masyarakat yang masih sederhana atau dalam struktur masyarakat yang sudah
kompleks. Kenyataan bahwa individu biasanya lebih tertarik pada kelompok-
kelompok sosial yang dekat dengan kehidupan keluarga, rukun tetangga,
kekerabatan, daripada dengan perusahaan besar atau negara, merupakan
indikator yang menunjukkan gejala kolektivitas dalam konsep dan sikap
individu terhadap kelompok sosial.
29

Keanggotaan individu dalam kelompok sosial tidak selalu bersifat sukarela


baik dalam struktur masyarakat sederhana maupun yang sudah kompleks.
Dalam susunan masyarakat sederhana, seorang individu sebagai anggota
masyarakat secara relatif merupakan anggota pula dari kelompok-kelompok
kecil secara terbatas. Kelompok-kelompok sosial tersbut biasanya didasari oleh
kekerabatan, usia sex, pekerjaan atau kedudukan yang akan menempatkan
individu pada prestige tertentu sesuai adat dan kebiasaan masyarakat
sekitarnya.
Sementara dalam susunan masyarakat yang sudah kompleks, individu
menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Kelompok-kelompok
tersebut biasanya berdasarkan pada sex, ras. Pada hal-hal lain,
keanggotaannya bersifat sukarela, seperti misalnya pada bidang pekerjaan,
rekreasi, dan lain-lain. Hal-hal di atas memperlihatkan bahwa ada derajat dan
arti tertentu bagi individu-individu sehubungan dengan keanggotaannya dalam
kelompok sosial. Sehubungan dengan itu maka akan timbul dorongan-
dorongan atau motif bagi individu sebagai anggota kelompok sosial.

c. In Group dan Out Group


Konsep in group dan out group merupakan pencerminan dari adanya
kecenderungan sikap "etnocentrisme" dari individu-individu dalam proses
sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok
sosial, yaitu suatu sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan
ukuran-ukuran sendiri (Polak, 1966 ; 166). Sikap ini sering disamakan dengan
sikap mempercayai sesuatu (belief) yang diajarkan kepada anggota-anggota
kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar maupun tidak sadar
sciring dengan nilai-nilai kebudayaan sehingga sering kali sukar untuk diubah.
Sikap-sikap tersebut cenderung membuat perbedaan yang dibuat oleh individu
dalam mewujudkan kelompok kelompok sosial.
Sikap in group biasanya didasari oleh perasaan simpati. Sementara out
group didasarkan suatu kelainan dengan wujud antagonisme atau antipasti.
Dalam in group sering kali dipergunakan stereotypen (Soekanto, 1984:120),
yakni gambaran-gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek
30

terhadap suatu objek tertentu. Keadaan tersebut sering terdapat pada suatu
ethnic Broup terhadap ethnic group lainnya. Misalnya, golongan kulit putih
terhadap kulit hitam (Negro) di Amerika Serikat.
In Group dan out Group dapat ditemui pada seluruh masyarakat, baik yang
susunannya sederhana maupun yang kompleks, meskipun demikian pada
masyarakat sederhana jumlahnya tidak terlampau banyak jika dibandingkan
dengan masyarakat yang kompleks.

d. Primary Group dan Secoundary Group


1) Primary Group
Charles Harton Cooley dalam Social Organization yang dikutip oleh
Soekanto (1984 ; 120) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang luas dan
fundamental dalam klasifikasi kelompok-kelompok sosial bila menyangkut
perbedaan antara kelompok-kelompok kecil dengan kelompok-kelompok
yang lebih besar. Perbedaan tersebut ditandai dengan hubungan di antara
anggotanya. Berkenaan dengan hal tersebut, Cooley menyatakan bahwa,
Primary Groups adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-
mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat
pribadi.
Hasil dari hubungan timbal balik antara anggota-anggota kelompok
tersebut secara psikologis berupa peleburan individu dengan kelompok
sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompoknya.
Pendapat dari Selo Soemarjan dan Soemardi dalam "Setangkai bunga
Sosiologi" (1964 : 401) menyatakan bahwa primary group merupakan
kelompok-kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal
secara pribadi di antara anggotanya. Perlu digarisbawahi bahwa kehidupan
dalam keharmonisan awal kehidupan kelompok kecil tidaklah mutlak
sifatnya. Namun meski terjadi pertentangan-pertentangan scmuanya
bertujuan bagi kepentingan kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa primary group merupakan kelompok-kelompok kecil yang agak
langgeng (permanen) dan berlandaskan sifat saling kenal-mengenal secara
pribadi antara anggota-anggotanya
31

2) Secondary Group
Cooley belum pemah secara tegas menggunakan istilah secondary group.
Istilah terschut dalam sosiologi biasanya digunakan untuk menggambarkan
buah pikiran Cooley, apa yang menjadi kebalikan dari primary group
berlaku bagi secondary group. Rouceck dan Warren dalam Sociology an
Introduction (1962 : 46) membatasi pengertian secondary group sebagai
kelompok-kelompok besar yang terdiri banyak orang antara siapa
hubungannya tak perlu bcadasarkan kenal mengenal secara pribadi dan
sifatnya tidak begitu langgeng.
Batasan tersebut kurang memuaskan sebab bagaimanapun suatu
kelompok sosial pasti mempunyai suatu tujuan bersama yang ingin
dicapainya, seperti halnya primary group. Begitu pula dengan
kelanggengan mesti dalam batas-batas tertentu. Sebagai contoh misalnya
suatu bangsa yang merupakan gambaran konkret dari secondary group,
dalam kenyataannya memiliki ciri-ciri primary group, yaitu tujuan yang
sama dan faktor derajat kelanggengan tertentu. Dengan memperhatikan
uraian tersebut, kiranya lebih tepat untuk membedakan antara primary
group dengan secondary group jika menekankan perbedaannya dari sudut
hubungan-hubungan atau interaksi-intekasi sosial berbentuk struktur
kelompok sosial yang bersangkutan. Bangsa sebagai bentuk kongkret
secoundary group mewujudkan struktur yang kurang akrab di antara
anggotanya.

e. Gemeinschaft dan Gesselschaft


Hubungan-hubungan positif antarmanusia menurut Ferdinand Tonnies,
selalu bersifat gemeinschaft dan gesselschaft. Dalam Reading in Sociology
(1960:82) Tonnics dan Loomis menyatakan bahwa Gemeinschaft adalah
bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan
kesatuan batin yang telah dikodratkan. Bentuk utama dari gemeinschaft dapat
32

dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain-


lain.
Sementara gesselschaft merupakan kebalikannya, yaitu berupa ikatan
Sementara lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat
imajiner, dan struktumya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam sebuah
mesin. Gesselschaft terdapat bentuk utama hubungan perjanjian berdasarkan
ikatan timbal balik, sepertinya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu
pabrik atau industri, dan lain-lain. Kehidupan bersama tersebut merupakan
penyesuaian dari dua bentuk kemauan asasi manusia yang dinamakan
wessenwile dan kurwile merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan dengan
dasar dan akal yang merupakan terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan
organis. Sedangkan kuwile adalah bentuk yang datunjukan pada tujuan-tujuan
tertentu yang sifatnya rasional, dimana unsur lainnya hanya bersifat sebagai
alat. Orang menjadi anggota suatu gesselschaft karena mempunyai kepentingan
yang bersifat rasional (Soekanto, 1982:129).
Pandangan Tonnies tentang Gemeinschaft dan Gesselschaft dapat
dibandingkan dengan pendapat Enilc Durkheim yang mengambil dasar
pembagian kerja dalam masyarakat sebagai pembeda. Pada masyarakat desa,
perbedaan kepandaian umumnya kurang menonjol sehingga kedudukan
anggota-anggotanya secara individu tidak menjadi penting. Keluarnya
seseorang tidaklah begitu terasa. Sementara pada masyarakat kota, di mana
telah terjadi spesialisasi pada anggota-anggotanya, akan membutuhkan
keahlian masing-masing sehingga tiap golongan tidak akan bisa hidup secara
tersendiri. Hal tersebut menggambarkan suatu organisme yang merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di mana jika salah satu bagian
mengalami kerusakan, akan mempengaruhi kelangsungan organisme secara
keseluruhan.

f. Formal Group dan Informal Group


Formal Group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-
peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk men hubungan gatur di antara
anggotanya. Formal Group disebut juga sebagai sociation di mana anggotanya
33

mempunyai kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas dan wewenang.


Contohnya, perkumpulan pelajar, himmpunan wanita, persatuan sarjana, dan
lain-lain.
Adapun Informal Group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang
pasti. Informal Group berbentuk biasanya oleh pertemuan yang berulang kali
antara orang-orang yang pertahankan kepentingan dan pengalaman
pengalaman bersama. Contohnya: klik (clique) yang merupakan bentuk
kelompok kecil tanpa struktur formil.

g. Kelompok-kelompok sosial yang Tidak Teratur


Selain kelompok sosial yang teratur, terdapat wilayah sosial yang secara
relatif tidak teratur, yaitu kerumunan, politik, dan sebagainya Bentuk-bentuk
kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam dua golongan
besar, yaitu kerumunan dan politik.

1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan suatu kelompok manusia yang bersifat sementara
(temporer), tidak terorganisasi dan tidak mempunyai sistem pwmbagian kerja
maupun pelapisan sosial, namun bisa saja untuk mempunyai seorang
pimpinan. Ciri-ciri dari kerumunan:
1. Interaksi di dalam kerumunan bersifat spontan.
2. Orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama..

Suatu kerumunan mudah sekali untuk beraksi dan meniru tingkah laku
sesamanya, mengingat dalam kerumunan itu individu-individu mempunyai
satu pusat perhatian yang sama. Untuk membubarkan kerumunan, diperlukan
adanya usaha pengalihan perhatian dengan jalan mengingatkannya agar mereka
menyadari kembali kedudukan dan peran yang segguhnya. Ada beberapa
macam kerumunan, sebagai berikut.
a. Kerumunan formal (Formael audiences) yaitu kerumunan yang
mempunyai pusat perhatian dan tujuan. Pada umumnya, mereka itu
pasif
34

b. Kerumunan ekspresif (planned expressive group), contohnya orang yang


sedang menghadiri pesta.
c. Kerumunan sementara (casual crowds), yang bersifat kurang
menyenangkan, contohnya pengantre karcis kereta api bagi mereka
orang yang ada di depan dianggap merupakan penghalang.
d. Kerumunan orang panik (panic crowds)
e. Kerumunan penonton (spectator crowds)
f. Kerumunan yang berlawanan dengan hokum (lawless crowds)
1) acting mobs, kumpulan orang yang bertindak emosional dalam
demonstrasi atau unjuk rasa.
2) immoral mobs, kumpulan orang yang mahuk-mabuk.

2) Publik
Publik mcrupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang
terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung seperti
pembicaraan berantai accara individual, media masa maupun kelompok.
Dengan alat penghubung, dimungkinkan bagi suatu publik untuk mendapatkan
pengikut. Setiap aksi publik dipengaruhi oleh keinginan individu, jadi tingkah
laku pribadi dari publik pun didasari oleh tingkah laku individu atau perilaku
individu. Agar publik terkumpul nilai-nilai social masyarakat digabungkan
dengan alat penghubung dengan bentuk penyiaran berita (pesan baik yang
bersifat kebenaran maupun palsu).

h. Masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan


(urban community)
1) Masyarakat Setempat (community, komunitas)
Community dapat diterjemahkan sebagai "masyarakat setempat'' yang dapat
menunjukkan warga sebuah kota, desa, suku atau bangsa. Ciri utama
masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggota-
anggotanya. Dengan demikian, tempat tinggal suatu wilayah geografis dengan
faktor utama interaksi di antara anggotanya menunjukkan kekhasan suatu
community. Batasan dari Selo Soemarjan (1962) menyatakan bahwa
35

masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh
suatu derajat hubungan sosial yang tertentu (Soekanto, 1982:142).
Unsur-unsur community sentiment nenurut Mac Iver dan Page (1961: 293)
antara lain: seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan. Adapun
tipe-tipe dari masyarakat setempat menurut Davis (1960:313), di antaranya
dapat digolongkan dengan menggunakan empat kriteria sebagai berikut.
1) jumlah penduduk
2) luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
3) fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat organisasi masyarakat yang bersangkutan.

Kriteria tersebut digunakan untuk membedakan jenis-jenis masyarakat


setempat yang sederhana dan modern, masyarakat pedesaan, dan perkotaan.

2) Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan


Pada kehidupan masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk "rural community dan
"urban community.
Dalam kehidupan masyarakat pedesaan, hubungan yang terjadi antara
anggota masyarakat terjalin secara erat, mendalam dengan sistem kehidupan
berkelompok. Pekerjaan inti penduduk biasanya terkonsentrasi pada sektor
pertanian. Dalam mengelola pcrtanian, cara-cara yang digunakan masih
(sangat tradisional dan tidak efisien yang lazim disebut sebagai subsistence
farming). Pada umumnya, golongan orang-orang tua dijadikan sebagai
penasihat dalam kehidupan sehingga peranan mereka menjadi begitu penting.
Masalah yang timbul kemudian adalah sulitnya mengadakan perubahan-
perubahan. Hal ini disebabkan pedagang-pedagang mereka yang didasarkan
pada tradisi yang kuat. Karena itu, sulit sekali untuk megubah pola pikir, sikap
maupun perilaku penduduknya. Kelangkaan alat-alat komunikasi yang
menunjang terhadap perubahan-perubahan tadi. Salah satu komunikasi yang
berkembang adalah desas-desus yang biasanya negatif sifatnya.
36

Dilihat dari sudut pemerintahan hubungan antara penguasa dengan rakyat


berlangsung secara tidak resmi, di mana segala sesuatu yang menyangkut
kepentingan bersama dilaksanakan secara musyawarah. Ciri lainnya adalah
tidak adanya pembagian kerja yang tegas. Yang mengakibatkan kesulitan
untuk memisahkan kedudukan dan peranan scseorang, misalnya kedudukan
seorang kepala desa, akan tersentralisasi pada dirinya dengan merangkap
peranan, baik sebagai orang tua, pemimpin upacara-upacara adat, dan lain-
lainnya, khususnya di desa-desa terpencil.
Pada masyarakat kota, (urban community) tekanan pengertian terletak pada
sifat-sifat serta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan,
antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup. Yang menjadi pusat
perhatian pada masyarakat desa dalam memperhatikan kebutuhan hidup
dikhususkan pada keperluan utama dari kehidupan, fungsi pakai makanan,
rumah, dan lain-lain. Sementara pada masyarakat kota, orang-orang telah
memandang penggunaan kebutuhan hidup dari sudut pandang masyarakat
sekitarnya. Perbedaan yang terlihat dari masyarakat penekanan perhatian pada
fungsi dan pemenuhan kebutuhan sosial. Bagi orang desa menilai makanan
dari sudut pemenuhan kebutuhan biologis, pakaian untuk melindungi tubuh,
rumah sebagai tempat tinggal. Adapun bagi orang kota, makanan, pakaian,
dan rumah merupakan pemenuhan bagi kepuasan sosial yang berkaitan dengan
kedudukan/status sosialnya di masyarakat.

3. Masyarakat
Istilah "masyarakat terlalu banyak digunakan dan dengan berbagai konteks,
misalnya masyarakat agraris, masyarakat kota, masyarakat petani, masyarakat
agama, dan sebagainya Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang
masyarakat. Smith, Stanley, dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai
suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berpikir tentang diri
mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (smith, stanley, Shores,
1950 : 5).
Berbeda dengan pendapat Znaniecki yang menyatakan masyarakat sebagai
suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada
37

suatu daerah geografis tertentu, selama periode waktu tertentu dari suatu
generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran
kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki 1950 : 145).
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut, tampak bahwa pendapat znaniecki
memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat, yaitu masyarakat itu
suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam
lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik.
Karena itu, masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis,
akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain
saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling
member. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa
sekalian alam.
Pengertian lain tentang masyarakat, juga dikemukakan Paul B. Horton.
Menurutnya, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri,
yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,
memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam
kelompok itu. Pada bagian lain, Horton mengemukakan bahwa masyarakat
adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Mungkin cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan
menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri. Adapun ciri masyrakat
antara lain :
1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia
akan menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama
itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengantur
hubungan antara manusia
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kestuan.
4. Merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait dengan
yang lainnya.
5. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
38

Masyarakat terbentuk karena manusi manusia menggunakan pikiran, perasaan,


dan keinginan-keinginannya dalam mcmberikan reaksi terhadap lingkungannya.
Hal ini didasari karena manusia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu
keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan keinginan untuk
menyatu dengan lingkungan alamnya. Manusia. mempunyai naluri untuk selalu
berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan tersebut
menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan
tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan.
Pandangan-pandangan tersebut akan nilai-nilai manusia yang kemudian sangat
berpengaruh terhadap cara dan pola perilakunya. Untuk terbentuknya suatu
masyarakat paling sedikit harus terpenuhi beberapa unsur berikut.
1. Terdapat sekumpul orang.
2. Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relatif sama
atau kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup sescorang
anggotanya.
3. Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau
kelahiran
4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
5. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersana-sama.
6. Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu
menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan
dan kebudayaan kebendaan.

Masyarakat sebagai sistem sosial di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling


berhubungan. Unsur-unsur dalam sistem sosial sebagai berikut. 1) Kepercayaan
dan Pengetahuan, 2) Perasa, 3) Tujuan, 4) Kedudukan, 5) Kaidah / norma, 6)
Tingkat/Pangkat, 7) Kekuasaan, 8) Sanksi dan 9) Fasilitas.
Masyarakat sebagai bidang telaah dalam ilmu sosial, pada hakikatnya dapat
ditelaah dari berbagai sisi atau aspeknya. Hal ini terbukti dari beragamnya
definisi yang diberikan. Definisi-definisi tersebut pada dasarnya merupakan
pemyataan tentang sisi dari masyarakat yang dijadikan objek studi. Karena itu,
tidak semua aspek mampu dibahas sehingga perlu ditentukan ruang lingkupnya.
39

Masyarakat dapat ditelaah dari dua sudut, yaitu sudut struktural dan sudut
dinamikanya. Segi struktural dinamakan juga struktur sosial, Sedangkan yang
dimaksud dinamika masyarakat adalah apa yang di proses sosial dan perubahan-
perubahan sosial. Dengan demikian, pembahasan terhadap masyarakat secara
garis besar menyangkut tiga aspek, yaitu berikut ini.
1. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang
pokok, yaitu kaidah-kaidah social (norma sosial), lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial.
2. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi
dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan segi
kehidupan agama: antara segi kehidupan agama dengan scgi kehidupan
ekonomi dan sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah
dalam hal terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial.
3. Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan
dalam masyarakat.

4. Kelembagaan Sosial
a. Pengertian dan Fungsi Kelembagaan Sosial
Para ahli/sarjana sosiologi belum menyepakati satu istilah yang pasti tentang
terjemahan social institution". Sebagian ahli mengartikannya sebagai pranata
sosial, sebagai kemasyarakatan, sebagian lagi menggunakan istilah bangunan
sosial. Soekanto (1982:191) memberi definisi bahwa lembaga kemasyarakatan
adalah "sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang
abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri
dari lembaga tersebut.
Koentjaraningrat (1984:115) memberikan istilah pranata sosial dengan asumsi
bahwa "Social institution" menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur
perilaku masyarakat. Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-
kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat( Soerjono, 1982:191).
Membandingkan pendapat di atas, istilah lembaga kemasyarakatan kiranya lebih
40

luas, artinya karena tidak hanya membahas tentang unsur-unsur yang mengatur
perilaku namun lebih luas lagi pada bentuk dan norma yang menjadi ciri lembaga
tersebut.
Lebih lanjut, Soekanto menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yaitu :
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana
bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang
bersangkutan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control), yaitu sistem pengawasan dari
masyarakatnya.

Dengan demikian, dalam telaah kebudayaan dan masyarakat tidak dapat


mengesampingkan arti dari lembaga-lembaga sosial yang ada pada masyarakat
yang bersangkutan.

1) Bagaimana Lembaga Kemasyarakatan Terbentuk


Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui suatu proses yang
disebut sebagai institusionalisasi, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk
untuk membantu hubungan antarmanusia di dalam masyarakat. Nilai-nilai yang
mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai kekuatan
mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda. Dengan adanya norma dalam
masyarakat diharapkan tingkah laku manusia akan berjalan sesuai dengan
petunjuk hidup dalam masyarakat yang bersangkutan. Kekuatan meningkat dari
norma, apakah lemah maupun kuat dipengaruhi oleh kekuatan manusia yang ada
dalam upaya menaati norma itu sendiri. Secara sosiologis, kekuatan mengikat
dari norma dapat dibedakan atas berikut ini.

1. Cara (Usage)
41

Menunjuk pada suatu bentuk perbuatan dalan hubungan antarindividu.


Kekuatannya termasuk lemah sehingga penyimpangan dari cara tidak akan
mengakibatkan sanksi yang berat.

2. Kebiasaan (Falkways)
Kekuatan mengikatnya lebih besar daripada cara (usage) kebiasaan merupakan
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Mc Iver dan Page
(1967:19) menyatakan bahwa kebiasaan merupakan "perikelakuan yang diakui
dan diterima oleh masyarakat.

3. Tata Kelakuan (Mores)


Alat yang mengatur perbuatan anggota-anggota masyarakat agar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pentingnya tata kelakuan bagi masyarakat disebabkan
oleh hal-hal tata kelakuan memberikan batas-batas pada kelakuan individu, tata
kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya dan tata kelakuan
menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat.

4. Adat Istiadat(Custom)
Suatu tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola kelakuan
masyarakat dapat meningkat kekuatannya menjadi custom atau adat istiadat,
custom mempunyai sanksi yang keras bagi anggota masyarakat jika
melanggannya. Contoh yang bisa kita dapatkan pada kehidupan masyarakat di
Indonesia adalah yang berlaku pada seluruh etnik budaya dengan beragam cara
serta sanksinya.

b. Ciri Lembaga Kemasyarakatan


Suatu lembaga kemasyarakatan (social institution) memiliki ciri-ciri:
1. mempunyai tujuan tertentu
2. untuk mencapai tujuan di atas memiliki alat perlengkapan
42

3. memiliki lambang-lambang tertentu dalam bentuk tulisan atau slogan


misalnya pada kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata
4. memiliki tradisi lisan atau tertulis yang diwujudkan dalam bentuk adat
istiadat, norma, tata tertib peraturan, atau hukum.

c. Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Gillin and Gillin, ada beberapa tipe lembaga kemasyarakatan,
berikut ini.
1. Berdasarkan Perkembangannya
2. Berdasarkan sistem nilai
3. Berdasarkan Penerimaan Masyarakat
4. Berdasarkan Penyebarannya
5. Berdasarkan Fungsinya.

d. Sistem Pengendalian Sosial (Social Control)


Untuk dapat menghindari atau mencegah perilaku atau tindakan anggota
masyarakat yang melanggar norma sosial maka diperlukan adanya kontrol sosial.
Adanya norma-norma sosial dan kontrol sosial merupakan dua aspek yang sangat
penting bagi proses pertumbuhan lembaga kemasyarakatan. Sistem pengendalian
sosial yang dimaksud dalam bahasan ini adalah suatu tindakan pengendalian
dalam arti yang luas, yaitu scluruh sistem maupun proses sosial yang dijalankan
oleh masyarakat lingkungan berpedoman pada kesesuaian terhadap nilai-nilai dan
kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
Social control yang dilakukan bertujuan untuk mencapai keserasian antara
stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Berdasarkan sifatnya,
social control dapat preventif atau represif. Preventif merupakan upaya
pencegahan terhadap gangguan yang mungkin terjadi pada keserasian antara
kepastian dan keadilan upaya yang dilakukan bcrupa cara-cara persuasive
(Pendekatan tanpa kekerasan) hingga pada cara yang memaksa (coersive).
43

Sementara pengendalian sosial yang bcrsifat represi merupakan usaha yang


bertujuan untuk mengembalikan keserasian dan kepastian yang pernah mengalami
gangguan. Cara yang dapat ditempuh adalah melalui penjatuhan sanksi terhadap
warga masyarakat yang melanggarnya.
Di samping cara-cara tersebut, terdapat teknik-teknik lain, yaitu compulsion
dan pervasion melalui penciptaan situasi yang sedemikian rupa hingga seseorang
terpaksa patuh dalam menyampaikan sehingga kaidah dan norma-norma masuk
dalam aspek bawah sadar seseorang.
Alat-alat yang dapat digunakan untuk mengendalikan sosial sangat beraneka
ragam. Efektivitas dari penggunaan alat pengendalian sosial akan sangat
tergantung pada kebutuhan masyarakatnya. Jadi, suatu alat tertentu mungkin
efektif bagi masyarkat yang kompleks, alat tersebut tidak lagi efektif. Sebagai
contoh dari alat-alat dimaksud dapat pada uraian berikut.
1. Sopan santun : berupa batasan-batasan pergaulan
2. Penyebaran rasa rindu : efektif unutk pengendalian diri-Individu
3. Pendidikan : alat yang melembaga pada masyarakat sederhana maupun
kompleks.
4. Hukum : dianggap sebagai alat yang paling ampuh bagi pengendalian
sosial.
Perwujudan dari pengendalian sosial dapat berupa pemindahan, kompensasi,
terapi maupun konsiliasi yang masing-masing mungkin tidak berdiri sendiri-
sendiri dalam pelaksanaannya. Alternatif kombinasi dari beberapa bentuk tersebut
merupakan kemungkinan yang akan digunakan dalam penggunaannya. (Soekanto,
1982:202).

e. Perubahan Lembaga Sosial


Keberadaan lembaga dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan
sesuatu yang bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan manusia yang berancka ragam dan selalu bcrubah-ubah maka pranata
sosial pun dapat melakukan perubahan sesuai dengan fungsinya tersebut.
Perubahan pada lembaga sosial dapat terjadi, apabila sudah tidak memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan maka lembaga sosial tersebut
44

harus diubah. Proses perubahannya itu berlangsung dalam interaksi di dalam


masyarakat. Perubahan pranata sosial tidak dapat dilakukan oleh seseorang.
sekalipun orang tersebut memiliki kekuasaan. Karena itu, walaupun lembaga
sosial bisa berubah, tetapi dalam kenyataannya sulit dilakukan. Hal ini sangat
tergantung pada beberapa hal seperti:
1. proses internalisasi lembaga sosial yang dialami sejak lahir sampai
meninggal, merupakan proses waktu yang relatif lama.
2. Karena adanya kontrol sosial, yang pada dasarnya merupakan suatu
mekanisme dalam kehidupan masyarakat yang dijalankan untuk menjamin
agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku.

Keberadaan lembaga sosial sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan


manusia dan menciptakan kehidupan yang teratur dari hubungan-hubungan antar
manusia dalam masyarakat. Untuk itu, sebagai anggota masyarakat yang baik
sangat penting untuk mempelajari dan menelitinya. Dalam meneliti lembaga
sosial, banyak ahli memberikan beberapa pendekatan yang bisa digunakan
terhadap masalah tersebut sebagai berikut.
1. Analisis secara historis, bertjuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan
suatu lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial tertentu. Misalnya,
diselidiki asal mula serta perkembangan lembaga demokrasi, perkawinan
yang monogam, keluarga batih, dan lainnya.
2. Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan
tertentu dalam berbagai masyarakat berlainan atau berbagai lapisan sosial
masyarakatnya. Misalnya, bentuk-bentuk milik, praktek-praktek
pendidikan kanak-kanak, dan lain-lain.
3. Analisis fungsional, yaitu dengan jalan menganalisis hubungan antara
lembaga-lembaga di dalam suatu masyarakat tertentu. Pendekatan ini lebih
menekankan hubungan fungsionalnya, sering kali menggunakan analisis
historis dan komparatif. Karena sesungguhnya suatu lembaga
kemasyarakatan tidak mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga
kemasyarakatan lainnya.
45

f. Lembaga Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat


Sesuai dengan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka
ragam tersebut. Terdapat beberapa lembaga sosial pokok yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat, seperti lembaga keluarga, lembaga
ekonomi, lembaga pendidikan, lembaga politik, dan lembaga agama.

1. Lembaga Keluarga
Keluarga memiliki fungsi sosial majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial
dalam masyarakat. Dalam keluarga diatur hubungan antaranggota keluarga,
sehingga tiap anggota mempunyai peran dan fungsi yang jelas. Pengertian luas
dari keluarga disebut kekerabatan yang dibentuk atas dasar perkawinan dan
hubungan darah.

2. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi adalah lembaga-lembaga berkisar pada lapangan produksi,
distribusi, konsumsi (pemakaian) barang-barang dan jasa yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup bermasyarakat. Masyarakat di manapun berada akan
memiliki pranata-pranata ekonomi, hanya saja berbeda dalam sifat dan cara
pelaksanaannya. Sehingga setiap masyarakat akan menyusun pola pemenuhan
kebutuhan ekonominya yang disehut konsumsi atau pengeluaran pendapatannya
berupa makanan, pakaian, pcrumahan yang harus tersedia, agar mereka dapat
bertahan hidup.

3. Lembaga Politik
Politik merupakan suatu aspek kehidupan sosial yang tidak dapat dihindarkan
oleh setiap orang di dalam suatu negara. Politik pada umumnya disamakan
dengan penggunaan pengaruh, perjuangan kekuasaan dan persaingan di antara
individu dan kelompok atas alokasi ganjaran atau nilai-nilai di dalam masyarakat.
Politik juga mencakup proses pengendalian sosial, termasuk lingkungan dan
pencapaian tujuan bersama. Pranata politik adalah suatu pola tingkah laku manusi
yang sudah mapan, yang terdiri dari interaksi sosial yang tersusun di dalam suatu
46

kerangka nilai yang relevan. Pranata politik dibentuk berdasarkan konstitusi


dokumen-dokumen dasar atau beberapa kebiasaan, sehingga terbentuk struktur
dan proses formal legislatif, hingga eksekutif, administratif dan hukum.

4. Lembaga Pendidikan
Pendidikan mulai di terapkan dalam kehidupan seseorang, semenjak yang
bersangkutan masih ada dalam kandungan ibunya, kemudian lahir dan
pendidikan keluarga mulai dilaksanakan sebagai pendidikan yang paling awal
diterima. Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang diselenggarakan setiap
orang dewasa atau orang tua kepada orang lain semenjak yang bersangkutan
dilahirkan. Orang tua akan mengajar anaknya berjalan, berbicara, sopan santun,
merupakan proses sosialisasi sebagai awal untuk mengenal lingkungan sosial,
nanti dipersiapkan untuk meneruskan nilai tradisi atau nilai norma masyarakat
apabila yang bersangkutan siap menerimanya.
Pendidikan sebenarnya hampir sama dengan proses sosialisasi terhadap anak,
tetapi pendidikan sekolah selain proses sosialisasi, juga mentransfer pengetahuan
dasar dari setiap bidang ilmu atau menyosialisasikan kebudayaan kepada warga
masyarakat terutama generasi muda, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan dasar pada hakikatnya menyiapkan anak bagi peralihan dari
hubungan-hubungan keluarga yang tertutup, kemudian menyebar ke hubungan-
hubungan masyarakat yang luas dan beraneka ragam. Pendidikan sekolah,
terutama pendidikan kejuruan mempersiapkan anak didik untuk mendapatkan
kemahiran dalam seperangkat keterampilan bidang tertentu yang tidak dapat
diajarkan oleh orang tuanya dalam pendidikan keluarga. Sedangkan pendidikan
umum mempersiapkan anak untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Pendidikan mempunyai tugas mempertahankan atau melakukan pelestarian
terhadap sistem nilai-nilai yang berlaku, dan pendidikan dituntut dapat berperan
penuh dalam mempercepat perubahan social. Nilai dan budaya diturunkan dari
generasi ke generasi melalui pendidikan sekolah, berarti sekolah sebagai pranata
formal adalah tempat untuk menyosialisasikan warisan nilai budaya, di samping
pengetahuan kepada anak didiknya. Warisan nilai budaya yang diturunkan dapat
47

berupa perilaku untuk membentuk kepribadian yang bertanggung jawab terhadap


masa depan bangsa, dengan tidak melepaskan diri dari nilai dan norma yang
sesuai dengan identitas. Pendidikan sekolah juga memegang peran penting untuk
terjadinya perubahan-pcrubahan di masyarakat, dalam arti mengenbangkan
kehidupan masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya.

5. Lembaga Agama
Kerukunan hidup tidak saja di antara mamusia sebagai individu maupun
sebagai kelompok, tetapi juga kerukunan hidup beragama. Dengan demikian,
setiap agama mengatur hubungan antarmanusia, juga mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan sehingga agama merupakan pedoman hidup yang kekal.
Kehidupan manusia antarindividu, antar masyarakat, antar bangsa, antar
budaya dan antaragama di muka bumi ini pada umumnya menghendaki adanya
kerukunan dan kedamaian satu sama lain. Agar penganut agama satu sama lain
dapat saling menghargai, saling menghormati dalam pergaulan hidup sampai
akhir zaman maka di antara mereka perlu adanya saling mengenal, mengenai
tanggapan pikiran, sikap, dan perilaku masing-masing. baik tentang latar
belakang yang berbeda maupun antar agama dan budaya masing-masing.
Pengertian hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan
Tuhannya, dapat dikaji melalui sosiologi agama. Agama menurut sosiologi
adalah : satu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang
berporos kepada kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya
untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada
umumnya. Berdasarkan definisi agama tersebut maka diuraikan pengertiannya
satu persatu yang mcliputi berikut ini.
a. Agama disebut jenis sistem sosial. Bahwa agama dapat dikatakan sebagai
suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan. Suatu sistem sosial
dapat dianalisis, karena terdiri dari atau suatu kompleks kaidah dan
peraturan yang dibuat, saling berkaitan dan terarahkan pada tujuan tertentu.
48

b. Agama berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris. Ungkapan ini


hendak mengatakan bahwa agama memiliki ciri khas yang berurusan
dengan dunia luar yang dihuni oleh kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi
dari pada kekuatan manusia dan dipercaya sebagai arwah, roh, dan
kekuatan supranatural.
c. Manusia mendayagunakan kekuatan-kekuatan tersebut untuk kepentingan
dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan kepentingan (keselamatan) ialah
keselamatan di dunia sekarang ini dan kesceanatan di alam lain (akhirat)
yang dimasuki manusi sesudah kematiannya.

Anda mungkin juga menyukai