tahun 1905 oleh Pemerintah Belanda. Sebagai pabrik ula yang terbesar di Pulau
Jawa, Pabrik Gula Djatiroto mampu mensuplai kebutuhan gula pasir hampir ke
seluruh Indonesia dan gula yang dihasilkan berupa gula yang berkualitas baik.
Dengan jangkauan pemasaran yang cukup luas Pabrik Gula Djatiroto memiliki
beberapa kelemahan yaitu belum memiliki merek produk yang konsisten
akibatnya konsumen kurang mengenal keberadaan produk. Selain itu produk
dikemas dengan kemasan yang cukup sederhana sehingga citra yang
ditimbulkan produk kurang berkelas dan masih terkesan komoditas. Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu diadakan pemerekan ulang (rebranding) melalui
serangkaian kegiatan perancangan media komunikasi visual untuk mencapai
target sasaran yang lebih spesifik yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai
citra positif bagi produk dan perusahaan. Perancangan ini bertujuan membangun
dan mengkomunikasikan citra Pabrik Gula Djatiroto dan produknya secara baik
dan efisien. Perancangan yang terbentuk erupa kemasan dan media promosi
gula super produksi Pabrik Gula Djatiroto.
Berdasarkan hasil perancangan ini, saran penulis perlu adanya uji coba
keefektifan hasil perancangan ini menurut target market realistik dengan skala
yang lebih besar.