Anda di halaman 1dari 9

Pola Pernafasan Sesuai Kerusakan di Batang Otak, antara lain :

1. Pernafasan Cheyne-Stokes (pola pernafasan kresendo-dekresendo


disertai apneu) mencerminkan disfungsi kedua hemisfer dengan fungsi
batang otak masih utuh. Pernafasan Cheyne-Stokes kemungkinan
berkaitan dengan gangguan metabolik dan penyakit jantung kongesti.
Meskipun jarang dapat juga merupakan tanda awal herniasi
transtentorial.
2. Hiperventilasi Neurogenik Sentral (pernafasan dalam dan cepat)
menunjukkan adanya kerusakan pada tegmentum batang otak antara
mesensefalon dan pons.
3. Pernafasan Apneustik (inspirasi memanjang tidak segera diikuti
ekspirasi) biasanya menunjukkan adanya infark pons
4. Pernafasan ataksik merupakan suatu keadaan praterminal dan
mencerminkan kerusakan pusat pernafasan pada medulla oblongata.

Perlu diingat bahwa jarang didapatkan pola pernafasan normal pada


kerusakan batang otak.

Koma dengan hiperventilasi sering mencerminkan adanya gangguan


metabolik :

Asidosis metabolik : diabetes mellitus, uremia, asidosis-laktat,


intoksikasi
Alkalosis respiratorik : gagal hepar, intoksikasi salisilat

Koma dengan hipoventilasi sering mencerminkan adanya depresi susunan


saraf pusat secara umum yang merupakan dampak sekunder terhadap
kelebihan dosis obat, pada penderita dengan penyakit paru kronik dan
retensi CO2

Kelainan-Kelainan Pada Batang Otak

Sindrom Herniasi Otak


Adanya TTIK dapat menimbulkan cedera karena pergeseran otak dan
herniasi. Sulit untuk menentukan apakah kerusakan otak yang terjadi
merupakan akibat dari pengaruh tekanan pada neuron dan glia atau karena
iskemia lokal akibat depresi pada pembuluh darah setempat.

Ada beberapa jenis herniasi yang dikenal yaitu:

1. herniasi transtentorial ke bawah


2. herniasi subfalksial
3. herniasi transtentorial ke atas yang di kenal sebagai herniasi upward
dan herniasi transforaminal.

Pada hernisasi transtentorial central pergeseran hemisfer otak dan


ganglion basalis akan menekan dan mendorong diencephalon dan otak
tengah ke caudal melalui incisura tentorial. Herniasi tipe ini menimbukan
distorsi rostro-caudal dan disfungsi progresif dari diencephalon, otak tengah,
pons, dan akhirnya medulla oblongata.

Pada herniasi transtentorian uncal ulcus dan hipokampus tergeser ke


medial ke arah tentorial antara tepi tentorium dan batang otak. Gejala dan
tanda klinis dapat disebabkan oleh distorsi batang otak dan renganggan
pembuluh darah atau kompresi batang otak oleh lobus temporal.

Lesi fossa posterior dapat menyebabkan herniasi transtentorial ke atas


atau herniasi transforaminal. Pada herniasi tentorial ke atas cerebellum dan
batang otak terdorong ke atas, sedangkan herniasi transforaminal akan
berakibat penekanan pada medulla oblongata dan terjadi gangguan respirasi
progresif dan fatal.

Herniasi central dan unca menimbulkan gambaran klinis yang berbeda


yaitu sindrom central dan syndrome unca, gejala klinis dari sindrom herniasis
central berjlan dari rostro sampai ke caudal diawali dari stadium diencephalic
kemudian selanjutnya otak tengah, pons, dan stadium medulla pada fase
diencephalic, bisa kita dapatkan pola pernapasan adalah cheyne-stokes,
pupil kecil dan hampir tidak bereaksi terhadap cahaya.
Pada fase otak tengah pola pernapasan berupah menjadi takipnea,
pupil cenderung terfiksasi ditengah, refleks oculo-vestibuler mulai terganggu
dan motorik mulai menimbulkan postodeserebrasi.

Fase pons biasanya pola pernapasan yang timbul adalah hiperventilasi


menurun namun masih cepet dan dangkal, pupil tetap terfiksasi pada posisi
tengah dan refleks oculo-vestibuler tak lagi didapatkan. Motorik menjadi
flasid.

Kelainan pada pons, antara lain :

1) Hemangioma cavernosa

Hemangioma cavernosa merupakan pembuluh darah yang tersusun


secara longar dan sangat melebar dengan dinding yang tipis dan
mengalami kolagenisasi. Kelainan ini paling sering ditemukan di
daerah cerebellum, pons, dan subcortikal.

2) Telangiektasia capilaris

Telangiektasia capilaris merupakan focus-fokus kecil pembuluh kapiler


yang dindingnya tipis dan berdilatasi pembuluh kapiler ini dipisahkan
oleh parenkim otak yang relatif normal. Kelainan ini paling sering
ditemukan didaerah pons.

3) Infark lacuner

Infark yang kecil dan sering berbentuk kista yang multiple ini terjadi
karena oklusi arteriol. Infark lacuner paling sering ditemukan pada
dalam nucleus leticularis, thalamus, capsula interna, substansia alba
profunda, nucleus caudatus, dan pons.

Secara klinis ia bersifat asimtomatis atau menimbulkan gangguan


serius.

Kematian Batang Otak (Brain Stem Death)


Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi
otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama
manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh
reflex batang otak, dan apnea.
LANGKAH PENETAPAN KEMATIAN BATANG OTAK
Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal berikut:
1. Evaluasi kasus koma
2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien
3. Penilaian klinis awal refleks batang otak
4. Periode interval observasi
a. sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam
b. usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode interval
observasi 24 jam
c. usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun, periode
interval observasi 12 jam
d. usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam
5. Penilaian klinis ulang reflex batang otak
6. Tes apneu
7. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi
8. Persiapan akomodasi yang sesuai
9. Sertifikasi kematian batang otak
10. Penghentian penyokong kardiorespirasi

Penilaian Klinis Reflex Batang Otak


Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak
oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan beberapa
jam. Tiga temuan penting pada kematian batang otak adalah koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea. Pemeriksaan apnea (tes
apnea) secara khas dilakukan setelah evaluasi refleks batang otak yang
kedua.
Hilangnya refleks batang otak :
Pupil:
a. Tidak terdapat respon terhadap cahaya / refleks cahaya negatif
b. Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi (9 mm)
Gerakan bola mata /gerakan okular:
a. Refleks okulosefalik negatif (pengujian dilakukan hanya apabila secara
nyata tidak terdapat retak atau ketidakstabilan vertebrae cervical atau
basis kranii)
b. Tidak terdapat penyimpangan / deviasi gerakan bola mata terhadap irigasi
50 ml air dingin di setiap telinga (membrana timpani harus tetap utuh;
pengamatan 1 menit setelah suntikan, dengan interval tiap telinga
minimal 5 menit)
Respon motorik facial dan sensorik facial:
a. Refleks kornea negatif
b. Jaw reflex negatif (optional)
c. Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang tekanan dalam
pada kuku, supraorbita, atau temporomandibular joint
Refleks trakea dan faring:
a. Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring bagian posterior
b. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial /
tracheobronchial suctioning

Tes Apnea
Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang
otak yang kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi
prasyarat terpenuhi, yaitu:
a. Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F

b. Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)

c. PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg)


d. PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, dokter melakukan tes apnea
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan ventilator
b. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea (tempatkan kanul
setinggi carina)
c. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan dinding dada
atau abdomen yang menghasilkan volume tidal adekuat)
d. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian ventilator
disambungkan kembali
e. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 60 mmHg (atau
peningkatan PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar normal), hasil tes
apnea dinyatakan positif (mendukung kemungkinan klinis kematian batang
otak)
f. Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negative (tidak
mendukung kemungkinan klinis kematian batang otak)
g. Hubungkan ventilator selama tes apabila tekanan darah sistolik turun
sampai < 90 mmHg (atau lebih rendah dari batas nilai normal sesuai usia
pada pasien < 18 tahun), atau pulse-oxymeter mengindikasikan adanya
desaturasi oksigen yang bermakna, atau terjadi aritmia kardial.
Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas darah.
Apabila PaCO2 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 20 mmHg di
atas nilai dasar normal, tes apnea dinyatakan positif.
Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 < 20 mHg di atas
nilai dasar normal, hasil pemeriksaan belum dapat dipastikan dan
perlu dilakukan tes konfirmasi
DAFTAR PUSTAKA

1. Weiner L Howard, Lawrence P Levitt. Buku Saku Neurologi. Edisi 5.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001
2. Sufarnap Erliano, Satyanegara, dkk. ILMU BEDAH SARAF. Edisi IV. JAKARTA :
Gramedia pustaka utama, 2010
3. Ghea Pandhita S, Kematian Batang Otak [online] 20 Juni 2010 [cited on: 24
Januari 2012];[3 screens] Available from: URL:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_178Kematianbatangotak.pdf/05_178K
ematianbatangotak.pdf
TUGAS
KEGAWATDARURATAN NEUROLOGI

NAMA : Chelsy
Simatauw
NIM : 2009~83~032

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012

Anda mungkin juga menyukai