Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN DISTOSIA

Disusun guna melengkapi tugas Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :
Kelompk 8 (A12.1)
1. Meiriza Ida Wahyuningtyas (22020112130015)
2. Ulya Hikmawati (22020112140021)
3. Aulia Noor Faizah (22020112130051)
4. Fitria Mega Wardani (22020112130070)
5. Aisyah Ayu Daris (22020112140080)
6. Candra Dewi Ratnasari (22020112140073)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

KONSEP DASAR DISTOSIA


A. DEFINISI
Distosia merupakan sebuah perssalinan yang panjang, sulit atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan (Bobak,
2004). Distosia terjadi disebabkan karena adanya kelainan His (Power), hal ini
menyebabkan terhambatnya proses kelahiran sehingga proses persalinan menjadi
terhambat atau terjadi kemacetan. Distosia memberikan dampak atau pengaruh yang
buruk bagi sang ibu maupun janin. Pengenalan dini disertai penanganan yang tepat akan
menentukan prognosis ibu maupun janin.

B. ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang menyebabkan distosia, antara lain :
1. Persalinan disfungsional
Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
mengedan ibu (kekuatan/power). Persalinan disfungsional merupakan kontraksi
uterus yang tidak normal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal,
kemajuan pendataran (effacement) (kekuatan primer) dan atau kemajuan penurunan
(kekuatan sekunder).
Disfungsi kontraksi uterus dapat dibedakan menjadi disfungsi uterus kontraksi
primer dengan disfungsi kontraksi uterus sekunder. Wanita yang mengalami kontraksi
primer sekunder atau disfungsi uterus hipertonik seringkali adalah wanita yang cemas
ketika pertama kali mengalami kontraksi yang nyeri. Itensitas kontraksi ini berada
diluar diluar proporsi dan tidak menyebabkan dilatasi atau pendataran (effacement).
Kontraksi ini biasanya terjadi pada fase laten (dilatasi serviks <4 cm) dan biasanya
tidak terkoordinasi dan sering terjadi.

Disfungsi uterus Disfungsi uterus Kekuatan ekspulsi


hipertonik hipotonik volunteer yang
tidak adekuat
Deskripsi Biasanya terjadi sebelum Penyebab Menggunakan
dilatasi 4 cm, penyebab mungkin otot-otot abdomen
belum diketahui, dapat kontraktur dan dan levator ani.
berhubungan dengan malposisi janin, Terjadi pada kala
rasa takut dan tegangan distensi uterus dua persalinan.
(kekuatan primer) berlebihan Penyebab dapat
(kembar), atau berhubungan
penyebab yang dengan konduksi
tidak diketahui anastesi, analgesic
(kekuatan primer) berat dan
keletihan
Perubahan pola - Nyeri melebihi - Kontraksi Tidak ada
kemajuan proporsi intensitas menurun, baik keinginan
kontraksi frekuensi volunteer untuk
- Nyeri melebihi
maupun mendorong atau
proporsi efektifitas
intensitasnya mengejan upaya
kontraksi untuk - Atian Uterus
mendorong tidak
mengefektifkan mudah ditekan
efektif
kontraksi dalam /lembek
mendatarkan dan bahkan pada
mendilatasi serviks puncak
- Frekuensi kontraksi
kontraksi
meningkat - Uterus
- Kontraksi tidak
berelaksasi
terkoordinasi
diantara
- Uterus berkontraksi
kontraksi
diantara kontraksi.
(normal)
Tidak dapat
ditekan/dihindari
Efek potensial - Control hilang terkait - Infeksi Kelahirananak
- Keletihan
pada ibu dengan intensitas spontan
- Trauma
nyeri dan kemajuan pervaginam
psikologis
yang kurang dicegah
- Keletihan
Efek potensial Asfiksia janin dengan - Infeksi janin Asfiksia janin
pada janin aspirasi mekonium - Kematian
janin dan
kematian
neonates
Penatalaksanaa - Menyingkirkan - Analgesic , - Bombing ibu
n medis diagnosis medis misalnya saat mengejan
disroporsi morfin, setiap kali
sefalopelvis (CPD) meperiddin, kontraksi
- Stimulasi persalinan - Atur supaya
jika selaput
dengan oksitosin posisi ibu
ketuban tidak
meungkinkan
rupture atau
mengejan
CFD
- Forsep rendah
- Penanganan
atau ekstraksi
nyeri
vakum, jika
memungkinka
bantuan untuk
n ibu
melahirkan
beristirahat.
pervaginam
Saat ia
dibutuhkan
bangun,
- Melahirkan
uterusnya
secara secaria
mulai
hanya bila
berkontraksi
status janin
dengan normal
meragukan
Table 1. persalinan disfungsional (kekuatan primer dan kekuatan sekunder)

2. Perubahan struktur lahir (jalan lahir/passage).


a. Distosia pelvis
Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis yang
menurangi kapasitas tulang pelvis, termasuk pintu atas panggul (pelvic inlet),
panggul tengah (mid pelvic), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau setiap
kombinasi tulang-tulang tersebut. Kontraktur pelvis dapat disebabkan kelainan
konginetal , malnutisi ibu, neoplasma dan gangguan spinal bagian bawah (lawer
spinal disorder) . ukuran pelvis yang tidak matur merupakan faktor predipsosisi
bagi para ibu remaja untuk mengalami distosia pelvis. Deformitas pelvis dapat
terjadi akibat kecelakaan mobil atau kecelakaan lainnya.
b. Distosia jaringan lunak
Distosia jaringan lunak dapat terjadi akibat obtruksi jalan lahir oleh
kelainan anatomi, selain kelainan pada tulang pelvis. Obstruksi bisa terjadi karena
plasenta previa (plasenta letak rendah) yang sebagian atau seluruhnya menutup
ostium internal pada serviks. Penyebab lain seperti leiomioma (fibroid uterus) di
segmen bawah uterus , tumor ovarium dan kandung kemih atau rectum penuh
dapat mencegah janin masuk kedalam pelvis. Kadang-kadang terjadi edema
serviks selama persalinan, waktu serviks terjepit antara bagian terendah simfisis,
sehingga mencegah dilatasi lengkap.
3. Sebab-sebab pada janin,
Distosia yang berasal dari janin bisa disebabkan oleh anomaly, ukuran bayi yang
berlebihan dan malpresentasi, malposisi atau kehamilan kembar. Komplikasi yang
berhubungan dengan distosia yang berasal dari janin meliputi risiko asfiksia neonatal,
cedera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu. Meskipun ibu dapat
melahirkan pervaginam, distosia pada janin seringkali mengakibatkan kelahiran
dengan forsep rendah, ekstraksi vakum atau sesaria.

4. Posisi ibu selama melahirkan


Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin dan panggul ibu berubah
akibat perubahan posisi ibu. Selain itu, pengaturan posisi dapat memberikan
keuntungan atau kerugian mekanis terhadap mekanisme persalinan dengan mengubah
efek gravitasi dan hubungan antara bagian-bagian tubuh yang penting bagi kemajuan
persalinan (Gilbert, Harmon 1993). Terhambatnya gerakan maternal atau pembatasan
persalinan terhadap posisi rekumben atau litotomi bisa mengganggu persalinan.
Insiden distosia meningkat, menyebabkan kebutuhan untuk melakukan augmentasi
persalinan, penggunaan forsep, ekstraksi vakum dan kelahiran sesaria meningkat
(Andrews, Chrzanowski, 1990)
5. Respon psikologis
Hormone yang dilepas sebagai respon terhadap stress dapat menyebabkan
distosia. Sumber stress bervariasi pada setiap individu, tetapi nyeri dan tidak adanya
pendukung merupakan dua faktor yang mempengaruhi. Tirah baring dan pembatasan
gerak ibu menambah stress psikologis yang berpotensi menambah stress fisiologis
akibat imobilisasi pada wanita bersalin yang tidak dapat pengobatan. Apabila rasa
cemas berlebihan, hal ini dapat menghambat dilatasi serviks normal, mengakibatkan
partus lama dan meningkatkan persepsi nyeri. Cemas juga menyebabkan kadar
hormone yang berhubungan dengan stress meningkat (beta-endorfin, hormone
adrenokortikotropik (ACTH), kortisol dan epinefrin. Efek kadar hormone yang tinggi
dalam menghambat persalinan telah didokumentasikan dengan baik (Simkin, 1986)
dan dapat dikaitkan dengan pola persalinan distosia (Liu,1998). Respon psikologis
ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya
dan warisannya, serta sistem pendukung.

C. MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala yang ditemukan pada ibu dengan distosia antara lain :
1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesampimg
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas
pada dada
6. Waktu persalinan memanjang
7. Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
8. Dilatasi serviks lambat
9. Lebih rentan terdapatnya placenta yang tertinggal dan perdarahan paska persalinan
karena intarsia persisten
10. Gelombang kontraksi kurang dari normal dengan amplitude pendek (tokografi)

D. KLASIFIKASI
Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar yaitu :
1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai ,yaitu :
a. Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia .
Jenis kelainan :
Inersia uteri merupakan pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-
duanya dari kala pembukaan. Inersia uteri dibagi menjadi dua yaitu :
- Inersia uteri hipotonis : kontraksi terkoordinasi, tetapi lemah. Dengan CTG,
terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Biasnya terjadi dlam fase aktif
atau kala II. Oleh karen itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder.
-. Inersia uteri hipertonis : kontraksi tdak terkoordinasi, misalnya kontraksi
segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini sifatnya
hipertonis, sering disebut inersia spastis. Pasien biasanya sangat kesakitan.
Inersia hipertonis terjadi dalam fse laten. Oleh karena itu boleh dinamakan
inersia primer. Serta tanda-tanda gawat janin ( fetal distres) cepat terjadi.

b. Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka perut,
diastase muskulus rektus abdominis, atau kelainan umum ibu seperti sesak napas atau
adanya kelelahan ibu.
2. Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin
Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya :
Letak sunsang
Letak lintang
Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :
Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor
dileher)
Distosia bahu pada janin dengan bahu besar
Distosia perut pada hidropsfetalis, asites
Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin
Kembar siam

3. Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang), seperti
adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak seperti
adanya tumor-tumor baok pada genitalia interna maupun pada visera lain di daerah
panggul yang menghalangi jalan lahir.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISTOSIA


1. Palpasi dan Balotemen: Leopold I :
Teraba kepala (balotemen) di fundus uteri
2. Vaginal Toucher :
Teraba bokong yang lunak dan irregular

3. Pelvimetri (Pengukuran panggul)


Pelvimetri merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan
tentang keadaan panggul. Pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dapat
dicurigai adanya kesempitan panggul. Pelvimetri dengan pemeriksaan dalam (manual)
mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta
panggul tengah, dan untuk member gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul.
4. Pelvimetri rontgenologik
Dengan Pelvimetri rontgenologik diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul
dan ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini dalam
masa kehamilan beresiko, khususnya terhadap janin. Meskipun demikian, Pelvimetri
rontgenologikmempunyai tingkat radiasi lebih kurang sepertiga dari tingkat radiasi X-ray
pelvimetri sehingga lebih aman penggunaannya, namun tetap saja membahayakan janin.
Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk menjalankan pelvimetri
Rontgenologik secara rutin pada masa kehamilan, kecuali atas indikasi yang kuat.
pelvimetri Rontgenologik lebih disukai karena radiasinya lebih rendah dan lebih cepat
pelaksanaannnya dibandingkan dengan X-Ray pelvimetri
5. X-ray Pelvimetri: Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini
penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya
kelainan kongenital lain. Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah mempunyai tingkat
radiasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelvimetri Rontgenologik

6. Ultrasonografi (pengukuran panggul ibu melalui foto): Pemeriksaan USG yang dilakukan
oleh operator berpengalaman dapat menentukan :
a. Presentasi janin
b. Ukuran
c. Jumlah kehamilan
d. Lokasi plasenta
e. Jumlah cairan amnion
f. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin
7. MRI
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam sehingga harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan M R I ( M a g n e t i c R e s o n a n c e
I m a g i n g ) . Pemeriksaan MRI diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila
Distosia Bahu
pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan
kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi
tungkai bawah,
Persalinan konfirmasi
vaginal: letak janin
Seksio serta fleksi
Sesarea Seksio Sesarea
kepala, menentukan
sekunder: Primer:
adanya kelainan
bawaan anak. MRI pelvimetri memiliki tingkat resolusi yang tinggi dan lebih akurat
Habbard Resnick Zavaneli Janin makrosomia
dalam mengukur tulang panggul. Kelebihan dari MRI pelvimetrin ini adalah mudah
Wood Cork Komplikasi DM-hamil
digunakan meskipun pada pasien yang gemuk dan tanpa reposisi berulang
Schwartz Dixon
F. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI Safelopelvik disproporsi panggul sempit
1. Prognosis
Kleidotomi
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadiTercapai
presentasiwell born
kepala, baby
tetapi danwell
kelainan health mother
kelainan
Komplikasi:
yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan
Simphiotomi
Trias
plasenta previa masih komplikasi
tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
2. Komplikasi
a. Kematian ibu
Maternal: Janin:
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
Trauma: Asfiksia
ekstraksi. Partus lama, ketuban pecahsampai meninggal:
dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi
intrapartum.
Simfisiolisasis Gagal persalinan bahu 10 menit
b. Kematian janin
Angka
Robekan kematian tinggi (25Trauma
serviks 49 %), janin:
yang dapat disebabkan oleh :
1) Prolasus funiculi
2) dan
Vagina Trauma partus
perineum Persendian leher dan bahu
3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4) Ketuban
Ruptura uteri pecah dini Dislokasi persendian

Perdarahan: Fraktura tulang laher/bahu

Atonia
Ruptura uteri
uteri: Perdarahan intrakranial
Komplikasi Distosia
Robekan
Buktikantrauma Infeksi:
ruptura uteri dengan minilaparotomi
Infeksi:
Terjadi rupture uteri:

Siapkan histerektomi-histerorapi

Janin dilahirkan dengan dekapitasi

Tanpa rupture uteri:


Dapat didahului kledotomi

Perawatan postpartum-pascaoperasi

ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang ibu multipara, G2P1A0, datang ke rumah sakit dengan keluhan sudah
merasa kenceng-kenceng. Dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 80x/menit, RR 14x/menit, pembukaan 3cm, klien
sudah tampak keletihan, kurang energy, fase laten memanjang 14jam, kontraksi setiap
7menit, serviks kaku.

1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 19 September 2014
A. IDENTITAS
1) Identitas Klien
Nama klien : Ny. A
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : semarang
2) Identitas Keluarga
Nama suami : Tn. A
Umur : 25 tahun
Suku : Jawa
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Semarang

B. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama yang dirasakan klien antara lain klien merasa kencang-kencang pada
daerah perutnya.

C. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


HPHT : 13 Desember 2013
HPL : 20 September 2014
1) Keluhan pada :
a) Trimester I : Mual, muntah
b) Trimester II : -
c) Trimester III : -
2) Pergerakan janin pertama kali : usia kehamilan 16 minggu
3) Pergerakan janin 24 jam terakhir : 18-20 x /24 jam
4) Keluhan yang dirasakan ibu :
a) 5L : -
b) Mual dan muntah terus menerus : -
c) Nyeri perut : -
d) Sakit kepala berat : -
e) Penglihatan kabur : -
f) Rasa nyeri/panas BAK : -
g) Gatal pada vulva : -
h) Pengeluaran Pervaginam : -
i) Nyeri dan kemerahan pada tungkai : -
j) Bengkak pada wajah, tangan dan kaki :

D. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU


No Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Bayi Nifas
Lahi Persa- Peno
. Keha- Persa- PB/BB/J Keada Loc- Lak-
Linan Ibu Bayi long
r K -an hea tasi
milan linan
1. 23- 40 Spon- Puskes
4- mgu tan mas Bi- 48/2900/ Nor- Lan-
- - Baik
2009 (atrm dan pr mal car
)

E. KEHAMILAN DAHULU
Klien mengatakan kehamilannya yang pertama tidak mengalami masalah, bayi
lahir dengan proses yang lama karena posisi janin yang abnormal. Klien juga
mengatakan pada saat kelahiran yang pertama mengalami hal yang serupa yaitu
perasaan takut dan keletihan pada saat persalinan.

F. RIWAYAT MENSTRUASI
Keadaan pada saat menstruasai antara lain :
a) Menarche pada usia 12 tahun
b) Siklus teratur 28 hari, lamanya 7 hari.
c) Keluhan menstruasi: disminore (+)
d) Keluhan keputihan berbau (-)

G. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Jantung : - Asma : -
Hipertensi : - TBC : -
Ginjal : - Epilepsi : -
DM : - PMS/IMS : -
2) Riwayat alergi
Makanan : -
Obat : -
3) Riwayat transfusi darah : -
4) Riwayat operasi : -
5) Riwayat kelainan jiwa : -

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Jantung : - Asma : -
Hipertensi : - TBC : -
Ginjal : - Epilepsi : -
DM : - PMS/IMS : -

I. RIWAYAT PENGOBATAN SEKARANG


Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan selama hamil.

J. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1) Kehamilan ini : Direncanakan/Tidak
2) Hubungan dengan suami : Baik
3) Hubungan dengan keluarga lain : Baik
4) Hubungan dengan tetangga : Baik
5) Respon suami dan keluarga : BaiK

K. PENGKAJIAN TAHAP PERSALINAN


1) Tahap Kala 1
Sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur (his sejati) sampai dilatasi serviks
lengkap/
- Multipara : 14 jam mengedan
- TTV : 140/100 mmHg, nadi 80x/menit, RR 14x/menit,
- Auskultasi djj
- Kontraksi uterus, dilatasi serviks, penurunan presentasi terendah
- Pemeriksaan tanda-tanda perineum
2) Tahap Kala II
- Hasil pemeriksaan dalam tanda-tanda kala i
- Keadaan TTV : 140/110 mmHg, nadi 80x/menit, RR 14x/menit,
- Koping klien selama kontraksi (-)
3) Tahap Kala III
- Kontraksi uterus (+)
- Tanda-tanda perdarahan (-)
- Laserasi jalan lahir
- Kebutuhan cairan dan Nutrisi pada ibu (-)
- Kehangatan bayi

4) Tahap Kala IV
- Kontraksi uterus (+)
- Tanda perdarahan
- Lokhea/pengeluaran pervaginam (+)
- TTV : 120/80 mmHg, nadi 78x/menit, RR 15x/menit,
- Persiapan laktasi
- Psikologis terhadap penerimaan : baik
- Bayi (kondisi bayi, sex) : perempuan
- BAK

L. PEMERIKSAAN FISIK
1) TTV
- TD 140/100 mmHg
- N 80 x/mnt
- RR 14 x/mnt reguler.
2) Kepala
- Bentuk kepala mesochepal
- Rambut hitam
- Kulit kepala bersih tidak berketombe
- Tidak ada ditemukan lukas
3) Muka
- Tidak ada cloasma gravidarum
4) Mata
- Keadaan mata simetris antara kanan dan kiri
- Konjungtiva tak anemis
- Sclera tak ikterik
5) Hidung
- Hidung bersih
- Tidak ada penumpukan secret
6) Mulut
- Bersih
- Tidak ada gigi yang berlubang
- tidak ada stomatitis
- tidak ada perdarahan gusi.
7) Telinga
- Bersih
- tidak ada penumpukan serumen
8) Leher
- tidak ada nyeri telan
- tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- tidak ada pembesaran dan tarikan vena jugularis.
9) Dada
- Inspeksi: dada simetris, pengembangan dada teratur
- Payudara : simetris, putting menonjol, ASI belum keluar, areola
hiperpigmentasi, tidak teraba massa/benjolan pada payudara
10) Abdomen
- Inspeksi: ada striae, terdapat linea nigra
- Tidak ada luka post operasi,
- Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : Fundus teraba bulat dan lunak, TFU 28 cm
Leopold II : Teraba punggung kiri
Leopold III : Divergen dan bagian kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Kepala teraba 1/5 bagian
DJJ : bunyi denyut janin terdengar 11-11-11, frekuensi 144
x/mnt
Kontraksi : (+), kuat, selang waktu setiap 7 menit.

M. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR


1. Sistem kardiovaskuler
- Klien mengatakan tidak ada keluhan pada jantung, seperti berdebar-debar atau
nyeri dada.

2. Sistem pernafasan
- Nafas klien tersengal-sengal, lemah, dan klien sudah tampak keletihan.
3. Nutrisi dan Cairan
- Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan jumlah yang sedikit.
- Klien mengatakan terkadang klien merasa mual sehingga tidak nafsu makan.
- Klien mengatakan minum 6-7 gelas per hari, terdiri dari air putih dan
teh.Tetapi kadang klien mengurangi minumnya supaya tidak sering berkemih
4. Eliminasi
- Klien berkemih dalam sehari lebih 8-9 kali, setiap kali BAK sekitar 100 cc
tetapi terasa seperti akan BAK banyak. Hal ini sering membuat klien
terbangun malam hingga tidur terganggu.
5. Pola tidur
- Klien mengatakan jarang tidur siang.
- Malam tidur sekitar pukul 21.00 dan bangun sekitar pukul 04.00 tetapi sering
terbangun dari tidurnya karena keinginan ingin BAK.
6. Mobilisasi
- Klien mengatakan punggung mulai terasa pegal dan mengatakan tidak kuat
untuk melakukan aktivitas lanjut. Ny.N tampak kehilangan energi dan lemah.
7. Kenyamanan
- Klien mengatakan nyeri yang tidak dapat ditahan pada bagian perutnya.
- Skala nyeri berada pada tingkat 7.
- Rasa nyeri seperti di remas-remas dan terasa mules. Frekuensi nyeri tidak
hilang timbul, terus menerus, dan teratur.
8. Psikososial
- Klien mengatakan agak cemas akan perubahan dan ketidaknyamanan yang
terjadi pada dirinya meskipun sebelumnya.
- Klien sudah memiliki pengalaman melahirkan. Klien merasa takut mengalami
hal yang serupa dengan pengalaman persalinan pertamanya.
9. Intergritas Ego
- Klien mengatakan ingin melahirkan dengan lancar dan anak yang dilahirkan
sehat.
10. Penyuluhan dan Pembelajaran
- Klien mengatakan jika tidak mengetahui tentang gangguan yang terjadi pada
proses kehamilannya .

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi
1 DS: Nyeri Proses persa
- Ny.N mengatakan merasakan nyeri
pada bagian perutnya seperti di remas-
remas
DO:
- Skala nyeri pada tingkat 7
2 DS: Ansietas Pengalaman
- Ny.N mengatakan agak cemas akan
perubahan dan ketidaknyamanan yang
terjadi pada dirinya
DO:
- TD 140/100 mmHg
- Denyut nadi 80x/menit
3 DS: Keletihan Kurangnya m
- Ny.N mengatakan mengatakan tidak
yang adekua
kuat untuk melakukan aktivitas lanjut
- Klien mengatakan terkadang klien
merasa mual sehingga tidak nafsu
makan.
DO:
- Ny.N tampak kehilangan energi dan
lemah.
4. DS : Risiko cedera janin Penekanan K
DO :
pada Panggu
- Janin tampak mengalami kesudahan
pada saat proses kelahiran
- DJJ jantung yang abnormal

Diagnose keperawatan :

1. Nyeri berhubungan dengan proses persalinan


2. Ansietas berhubungan dengan pengalaman sebelumnya
3. Keletihan berhubungan dengan masuknya energy yang kurang adekuat
4. Risiko cedera janin yang berhubungan dengan penekanan janin kepala pada
panggul

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

Nyeri berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri :


1. Kaji tingkat, frekuensi dan rea
dengan Proses keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
nyeri yg dialami klien
Persalinan yang dirasakan klien berkurang
2. Gunakan komunikasi terapeuti
dengan kriteria : 3. Jelaskan pada klien sebab-seba
timbulnya nyeri
a. Klien mengatakan secara verbal 4. Ciptakan lingkungan yang ten
5. Atur posisi senyaman mungkin
nyeri berkurang
b. Dapat melakukan tindakan untuk sesuai keinginan klien
6. Ajarkan teknik nonfarmakolog
menghilangkan nyeri
c. Klien menyatakan rasa nyaman (misalnya distraksi)
7. Evaluasi keefektifan kontrol n
setelah nyeri berkurang

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji tingkat kecemasan klien


2. Pantau tanda dan gejala ansiet
dengan Pengalaman keperawatan selama 1x24 jam rasa
3. Gunakan komunikasi teraupeti
sebelumnya cemas klien hilang dengan kriteria : 4. Ciptakan lingkungan yang ten
dan nyaman
a. Mempertahankan kenyamanan 5. Dorong klien untuk
psikologis mengungkapkan perasaan
b. Klien mampu mengungkapkan 6. Dengarkan dengan penuh
kecemasan perhatian
c. Klien dapat melakukan teknik 7. Instruksikan pasien mengguna
untuk mengontrol cemas teknik relaksasi
d. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh klien menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Keletihan Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji adanya faktor yang


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam rasa menyebabkan kelelahan
2. Monitor nutrisi dan sumber en
Kurangnya Masukan letih klien hilang dengan kriteria :
Energi yang Adekuat
a. Klien mengatakan secara verbal dan adekuat
3. Tingkatkan tirah baring dan
bahwa ada peningkatan energi dan
pembatasan aktivitas (tingkatk
merasa lebih baik
b. Klien dapat melakukan aktivitas periode istirahat)
4. Konsultasikan dengan ahli giz
lanjut
untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tingg

Resiko Cidera Janin Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji malposisi menggunakan


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam risiko manuver Leopold
2. Kaji data dasar DJJ secara man
Penekanan Kepala cedera pada janin berkurang dengan
dan elektronik
Janin pada Panggul kriteria :
3. Siapkan metode melahirkan
metode bila janin dalam posisi
a. DJJ dalam batas normal
b. Kemajuan persalinan baik kening, wajah atau dagu

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Waktu Implementasi


1. Nyeri berhubungan
Manajemen nyeri :
dengan Proses
1. Mengkaji tingkat, frekuensi dan reaksi nye
Persalinan
dialami klien
2. Menggunakan komunikasi terapeutik
3. Menjelaskan pada klien sebab-sebab timb
nyeri
4. Menciptakan lingkungan yang tenang
5. Mengatur posisi senyaman mungkin sesua
keinginan klien
6. Mengajarkan teknik distraksi.

2. Ansietas berhubungan
1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
dengan Pengalaman
sebelumnya
2. Memantau tanda dan gejala ansietas
3. Menggunakan komunikasi teraupetik
4. Menciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman

3. Keletihan berhubungan
1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabk
dengan Kurangnya
kelelahan
Masukan Energi yang
2. Monitoring nutrisi dan sumber energi dan
Adekuat
adekuat
3. Meningkatkan tirah baring dan pembatasa
aktivitas (tingkatkan periode istirahat)
4. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk
meningkatkan asupan makanan yang bere
tinggi.

4. Resiko Cidera Janin


1. Mengkaji malposisi menggunakan manuv
berhubungan dengan
Leopold
Penekanan Kepala
2. Mengkaji data dasar DJJ secara manual da
Janin pada Panggul
elektronik
3. Menyiapkan metode melahirkan metode b
janin dalam posisi kening, wajah atau dag

5. EVALUASI
No. Diagnosa Waktu Evaluasi
1. Nyeri berhubungan S : Ny.N mengatakan merasakan nyeri pada
dengan Proses bagian perutnya seperti di remas-remas
Persalinan O : Skala nyeri pada tingkat 7
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi untuk mengatasi mas
keperawatan ansietas
2. Ansietas berhubungan S : Ny.N mengatakan agak cemas akan peruba
dengan Pengalaman dan ketidaknyamanan yang terjadi pada
sebelumnya dirinya
O:
- TD 140/100 mmHg
- Denyut nadi 80x/menit
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi untuk mengatasi mas
keperawatan keletihan
3. Keletihan berhubungan S:
dengan Kurangnya - Ny.N mengatakan mengatakan tidak k
Masukan Energi yang untuk melakukan aktivitas lanjut
- Klien mengatakan terkadang klien me
Adekuat
mual sehingga tidak nafsu makan.
O : Ny.N tampak kehilangan energi dan lemah
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi untuk mengatasi mas
keperawatan
4. Resiko Cidera Janin S : klien mengatakan janin dapat keluar
berhubungan dengan O : DJJ jantung normal
Penekanan Kepala Janin A : masalah teratasi
pada Panggul P : Lanjutkan intervensi untuk mengatasi mas
yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Bobak . 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obtetri dan ginekologi. Jakarta:
EGC.
Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Intranatal.
Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Medication Publishing.
Sastrawinata, sualiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.
Wiknjosasto, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo.

Anda mungkin juga menyukai