Anda di halaman 1dari 3

INCOORDINATE UTERINE ACTION

DEFINISI
Incoordinate uterine action / uncoordinated hypertonic uterine contraction / hypertonic uterine
dysfunction adalah : Kontraksi pada his yang tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi

antara

kontraksi

bagian-bagiannya

(atas,

tengah

dan

bawah)

sehingga

mengakibatkan ketidakefisienan his dalam mengadakan pembukaan serviks.


Pada kelainan ini, tonus otot uterus meningkat, juga pada segmen bawah uterus, walaupun di luar
his. Akibatnya timbul rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu serta dapat menyebabkan
hipoksia janin. Apabila ketuban sudah pecah dan persalinan berlangsung lama, dapat terjadi
spasmus sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu, disebut
lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi, biasanya terjadi pada batas antara uterus atas dan
bawah.
Kelainan yang berhubungan adalah distosia servikalis. Kelainan terletak pada serviks, dan bisa
primer atau sekunder.

Distosia servikalis primer. Jika serviks tidak membuka oleh karena incoordinate uterine
action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba
jelas pinggir serviks yang kaku. Jika keadaan tersebut dibiarkan, maka tekanan kepala
terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan
lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler
Distosia servikalis sekunder. Disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya
jaringan parut atau karsinoma. Dengan his kuat, serviks bisa robek, dan robekan ini bisa
menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang pernah menjalani
operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit

ETIOLOGI

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua


Factor herediter juga berperan
Penyebab lain adalah gangguan pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya
uterus bikornis unikollis
Kelainan ini juga dihubungkan dengan : gangguan pada plasenta, penggunaan oksitosin
yang terlalu sering, CPD, malpresentasi fetus dan fase laten persalinan.

DIAGNOSIS
Salah satu pemeriksaan yang dapat mendiagnosis kelainan ini adalah dengan pemeriksaan dalam
untuk mengidentifikasi lingkaran konstriksi, dan hanya bisa dilakukan jika pembukaan sudah
lengkap. Sehingga jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengetahui adanya
kelainan ini dengan pasti.

PENATALAKSANAAN
Belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus yang
tidak sinkron, sehingga kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis.
Antara lain :
Mengurangi tonus otot dengan memberikan analgetika, seperti morphin, pethidin dan
lain-lain
Jika terjadi pada masa laten, dapat diberikan sedasi untuk mengubah kontraksi hiper
menjadi pola yang normal
Mengurangi ketakutan penderita
Dapat diberikan tokolitik
Persalinan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut apalagi jika ketuban sudah pecah, jika pembukaan
belum lengkap perlu dipertimbangkan seksio sesaria.

Lingkaran konstriksi pada kala I biasanya tidak diketahui, kecuali jika lingkaran tersebut terletak
di bawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis. Jika telah didiagnosis
lingkaran konstriksi pada kala I, persalinan harus diselesaikan dengan seksio sesaria.
Lingkaran konstriksi terkadang ditemukan pada kala II saat mengobservasi penyebab kegagalan
persalinan dengan cunam, jika demikian berikan narcosis dalam untuk menghilangkan lingkaran
sehingga janin dapat dilahirkan dengan cunam. Jika gagal, terpaksa dilakukan seksio sesaria.
Penatalaksanaan pada distosia servikalis primer seperti pada incoordinate uterine action. Pada
distosia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesaria sebelum jaringan parut serviks robek,
yang dapat menjalar ke atas sampai ke segmen bawah uterus.

DAFTAR PUSTAKA
ILMU KEBIDANAN 2007
WILLIAM
De Cherney, Alan H. et all. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth
Edition. The McGraw-Hill Companies

Anda mungkin juga menyukai