Hukum Penyelesaian Sengketa PDF
Hukum Penyelesaian Sengketa PDF
Pepatah :
Malang tak dapat ditolak
Mujur tak dapat diraih
Malang sekejap mata
Mujur sepanjang hari
Dalam kehidupan manusia, selalu saja ada sengketa baik itu disengaja atau tidak, baik itu
besar atau kecil. Yang jelas setiap hari dapat terjadi sengketa.
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara :
1. Litigasi
2. Non Litigasi
b. Pengadilan Tinggi
1) Yang diperiksa cuma berkas-berkas. Jika hakim PT ingin keterangan tambahan, maka
PT minta bantuan pada PN untuk meminta keterangan pada pihak tersebut.
2) Perkara tersebut harus diputuskan dalam jangka waktu 6 bulan
c. Mahkamah Agung
1) Tidak termasuk tingkat tetap merupakan muara peradilan
2) Minimal 6 bulan
Suatu perkara lama selesai karena wilayah hukum dari PN dan PT itu luas, di samping itu
setiap hari selalu saja terjadi perkara dan perkara tersebut menumpuk di MA sehingga
butuh waktu yang lama untuk putusannya.
Dalam penyelesaian sengketa lewat litigasi/pengadilan butuh waktu yang lama dan dimana
bagi pihak tersebut waktu itu adalah uang, sehingga dia mencari jalan pintas untuk
menyelesaikan perkara sehingga dalam UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan ADR
(Alternative Dispute Resdution) atau pilihan/win-win solution.
Alternative yaitu dalam penyelesaian suatu perkara para pihak dapat memilih jalur mana
yang dia pilih :
a. Litigasi
b. Non litigasi
Arbitrase adalah proses yang simpel/secara sukarela yang dipilih oleh para pihak yang
ingin memutuskan suatu perselisihan sengketa oleh seorang hakim yang bebas yang
mereka pilih berdasarkan kepentingan mereka, dimana keputusannya didasarkan atas
jenisnya kasus mereka setuju secara sukarela menerima keputusan yang diberikan itu
sehingga keputusan yang final akhir dan bersifat mengikat.
b. Z. Assiqin Kusumo Atmadja
Dalam ceramahnya yang berjudul Enforcement of Foreign Arbitral Award, dimuka
seminar yang diadakan badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) bersama-sama
dengan International Chamber of Commerce (ICC) pada tanggal 13 September 1978 di
Jakarta mengatakan bahwa :
Arbitration is the . Communitys self regulatory pratice of dispute settlement
Arbitrase adalah penyelesaian sengketa yang dilaksanakan oleh komunitas bisnis itu
sendiri secara teratur berdasarkan keinginan mereka.
c. Abdul Kadir Muhammad
Arbitrase adalah badan peradilan swasta diluar lingkungan peradilan umum yang dikenal
khusus dalam dunia perusahaan.
Arbitrase adalah peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela oleh
pihak-pihak pengusaha yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan negara merupakan kehendak bebas pihak-
pihak. Kehendak bebas ini dapat dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mereka buat
sebelum/sesudah terjadi sengketa sesuai dengan azaz kebebasan berkontrak dalam
hukum perdata.
d. Subekti
Arbitrase adalah suatu penyelesaian/pemutusan sengketa oleh seorang wasit/apra wasit
yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk/ akan mentaati keputusan
yang akan diberikan oleh wasit atau para wasit yang mereka pilih/tunjuk tersebut.
e. Sudargo Gautama
Arbitrase adalah cara-cara penyelesaian hakim partikulir yang tidak terikat dengan
berbagai formalitas, cepat dalam memberikan keputusan, disetujui sebagai instansi
terakhir serta mengikat yang mudah untuk dilaksanakan karena akan ditaati para pihak.
f. UU No. 30/1999
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu perkara perdata diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersangkutan.
Perjanjian Arbitrase
a. Jika dibuat secara tertulis maka mereka dapat mengantisipasinya sebelum/ sesudah
terjadi sengketa.
b. Diselesaikan oleh para pihak yang tidak termasuk dalam pihak tersebut/pihak yang
bebas/pihak yang berwenang
c. Para pihak sepakat untuk mentaati dan melaksanakan putusannya.
Penyelesaian/pemutusan sengketa melalui arbitrase adalah suatu praktek yang sudah lama
dikenal di Indonesia. Dalam Kitab UU Hukum Acara Perdata di zaman kolonial Belanda
yang dikenal dengan sebutan Reglement op de burgelijke rechts vordering (BRV) yang
mulai berlaku 1849 terdapat ketentuan-ketentuan mengenai keputusan arbiter dan
pelaksanaannya.
6
Oleh karena itu ada/tidaknya penyelesaian arbitrase antara para pihak dapat kita lihat dari
perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Dari ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan arbitrase ini dapat diketahui
bahwa perikatan arbitrase harus dibuat di dalam suatu akte baik dalam suatu akte
kompromitendo maupun akte kompomise.
Hampir semua lembaga arbitrase yang ada menyatakan adanya perjanjian tertulis.
Dari perikatan arbitrase ada 2 macam klausula arbitrase yaitu :
a. Pactum de compromittendo
Klausula pactum de compromittendo dibuat sebelum persengketaan terjadi. Dapat
bersamaan dengan saat pembuatan perjanjian pokok atau sesudahnya, dengan kata lain :
perjanjian arbitrase bisa menyatu/menjadi satu dengan perjanjian pokoknya (dalam
suatu perjanjian tersendiri diluar perjanjian pokok.
Karena perjanjian tersebut dibuat sebelum terjadinya sengketa, maka diperlukan
pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai perjanjian pokoknya untuk dapat
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak dikehendaki tapi mungkin saja
terjadi.
Dengan adanya pengetahuan luas dan mendalam mengenai perjanjian pokoknya dapat
diharapkan tercipta pactum de compromittendo yang baik dan terinci.
b. Akta comtomise
Dibuat setelah terjadinya sengketa yang berkenaan dengan pelaksanaan satu
perjanjian. Jadi klausula ini ada setelah sengketa terjadi dan kedua belah pihak setuju
bahwa sengketa yang terjadi tersebut akan diselesaikan dengan arbitrase.
Dari penjelasan di atas ada 2 perkataan yang sedang timbul dalam arbitrase ini yaitu :
a. Perkataan persetujuan arbitrase
b. Perkataan klausula arbitrase
Menurut hukum Indonesia pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara kedua
perkataan tersebut. Kedua-duanya mempunyai akibat hukum :
a. Bahwa persengketaan yang telah timbul/yang akan timbul itu tidak akan diperiksa dan
diputus pengadilan.
b. Bahwa persengketaan itu akan diperiksa dan diputus oleh seorang arbiter atau tim
arbiter sehingga kedua belah pihak berkewajiban untuk membantu terselenggaranya
arbitrase/peradilan wasit itu dan menaati apa yang akan diputuskannya.
Mengenai klausula arbitrase BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) menyarankan
kepada para pihak yang ingin menggunakan lembaga arbitrase untuk mencantumkan
dalam perjanjian mereka klausula standar sebagai berikut :
Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalma tingkat I dan
terakhir menurut peraturan prosedur BANI oleh arbiter yang ditunjuk menurut
peraturan tersebut.
All disputes arising from this contract shall be finally rettled under the rules of
arbitration of BANI by arbitration pointed in accordance with the said rules.
Alle gischillen, welke mochten onstaan naar aanleiding van de onder havige
overeenkomst dan wel van nodere oveceen komsten, die daar van het gevolg mochten zijn
zuller warden beslecht door arbitrage overeenkomstigz het reglement von het nederlands
arbitrage institut.
9
Arbiter
Arbiter adalah seorang/lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa/ yang ditunjuk
oleh PN/oleh lembaga arbitrase untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu
yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
Untuk bisa menjadi seorang arbiter harus memenuhi beberapa syarat sebagaimana yang
ditentukan oleh pasal 12 UU No. 30 tahun 1999 yaitu :
1. Syarat:
a. Cakap melakukan tindakan hukum
b. Berumur paling rendah 35 tahun
c. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah/semenda sampai dari kedua dengan
salah satu pihak yang bersengketa
d. Tidak mempunyai kepentingan dengan salah satu pihak bersengketa
e. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif bidangnya paling sedikit 15 tahun.
2. Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk/ diangkat
sebagai arbiter.
Seorang arbiter dapat ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri apabila tidak tercapai
kesepakatan antara para pihak.
Penunjukan arbiter berarti para pihak memberikan wewenang kepada arbitrase untuk
memilih dan membentuk arbiter yang ke 3. Arbiter ke 3 diangkat oleh ketua majelis arbiter.
Prosedur Pemilihan Arbiter
Apabila dalam waktu paling lama 30 hari setelah pemberitahuan diterima oleh pemohon
dan salah satu pihak tidak menunjuk seseorang yang akan menjadi anggota majelis
arbitrase. Arbiter yang ditunjuk oleh pihak lain akan bertindak sebagai arbiter tunggal dan
keputusannya mengikat kedua belah pihak.
Dengan ketentuan ini dalam prakteknya ada kemungkinan penyelesaian secara arbitrase itu
dapat dilakukan oleh seorang arbiter/berbentuk majelis tergantung pada kondisi dan
kasusnya.
Honorarium Para Arbiter
Pada azaznya honorarium arbiter ditetapkan oleh majelis arbitrase sendiri. Masing-
masing pihak diwajibkan membayar honor arbiter mereka masing-masing. Sedangkan
honor ketua majelis dipikul oleh masing-masing para pihak separuh.
Menurut peraturan BANI besarnya honor ditetapkan oleh ketua BANI untuk tiap-tiap
sengketa menurut berat ringannya sengketa, tetapi jumlah honor untuk semua arbiter tidak
boleh melebihi 2x biaya administrasi pemeriksaan yang telah ditetapkan untuk sengketa
tersebut. Biaya administrasi pemeriksaan tersebut berkisar antara 3% untuk perkara yang
paling kecil s/d % dari jumlah tuntutan untuk perkara yang besar.
Macam-Macam Lembaga Arbitrase
Di Indonesia dikenal 2 macam lembaga arbitrase
a. Arbitrase institusional
b. Arbitrase adhoc
ad.1. Arbitrase Intitusional
Arbitrase yang sifatnya permanen/melembaga yaitu suatu organisasi tertentu yang
menyediakan jasa administrasi yang meliputi pengawasan terhadap proses arbitrase,
aturan-aturan, prosedur sebagai pedoman bagi para pihak dan pengangkatan para arbiter.
Arbitrase yang melembaga itu untuk Indonesia terdiri dari :
10
b. Proses replik, duplik dan mengenai pembuktian serta alat-alat bukti berlaku ketentuan
hukum yang berlaku di pengadilan.
Terhadap putusan verstek dari arbitrase/para arbiter dapat diajukan banding ke MA.
Prosedur Arbitrase Menurut BANI
Berdasarkan AD dan peraturan prosedur BANI dan UU No. 30 tahun 1999 adalah :
a. Melakukan pendaftaran surat permohonan untuk mengadakan arbitrase dalam register
BANI oleh sekretaris.
b. Surat permohonan harus memuat :
1) Nama lengkap dan tempat tinggal kedua belah pihak.
2) Suatu uraian singkat tentang duduknya sengketa
3) Apa yang dituntut
Pada surat permohonan harus dilampirkan salinan dari naskah/perjanjian yang secara
khusus, menyerahkan penyelesaian sengketa kepada arbitrase atau badan
arbitrase/perjanjian yang memuat khusus arbitrase yaitu ketentuan-ketentuan yang
menetapkan bahwa sengketa-sengketa yang timbul dari perjanjian tersebut akan
diputuskan oleh arbiter/badan arbitrase.
Apabila surat permohonan tersebut diajukan oleh seorang juru kuasa, maka surat kuasa
untuk mengajukan permohonan tersebut harus dilampirkan pula. Dalam surat permohonan
tersebut pemohon dapat menunjuk/memilih seorang arbiter atau menyerahkan
pendudukan arbiter itu kepada ketua BANI.
Pendaftaran tidak akan dilakukan oleh sekretaris arbitrase apabila : biaya-biaya
pendaftaran dan administrasi atau pemeriksaan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
tentang biaya arbitrase belum dibayar lunas oleh pemohon.
BANI akan menyatakan bahwa permohonan tidak dapat diterima apabila perjanjian yang
menyerahkan putusan sengketa pada arbiter/badan arbiter ada klausula arbitrase tersebut
dianggap tidak cukup untuk memeriksa sengketa yang diajukan itu.
Apabila perjanjian arbitrase/klausula arbitrase menunjuk BANI sebagai badan arbitrase
yang akan memutus sengketa/apabila dengan tegas disebutkan bahwa :
Pemutusan sengketa akan dilakukan oleh suatu badan arbitrase menurut ketentuan-
ketentuan berikut : Diperbolehkan bahwa BANI atas persetujuan kedua belah pihak
memeriksa dan memutusi suatu sengketa dengan memakai ketentuan-ketentuan prosedur
yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan tersebut.
Persetujuan yang demikian itu harus diadakan dengan tegas dan tertulis.
Apabila perjanjian yang menyerahkan pemutusan sengketa kepada arbiter/ badan arbitrase
atau klausula dianggap sudah mencukupi, maka Ketua BANI memerintah dan
menyampaikan salinan dari surat permohonan kepada si termohon, disertai meminta untuk
menanggapi permohonan tersebut dan memberi jawaban secara tertulis dalam waktu 30
hari.
Dalam jawaban tersebut si termohon harus pula menunjukkan/memilih seorang arbiter itu
kepada Ketua BANI.
Jika dalam jawaban tersebut tidak menyerahkan seorang arbiter, maka dianggap bahwa si
termohon menyerahkan penunjukan arbiter itu kepada Ketua BANI.
Dalam halnya para pihak telah menunjuk arbiter mereka masing-masing, maka Ketua BANI
menunjuk seorang arbiter yang akan mengetuai majelis arbiter yang akan memeriksa
sengketa.
12
Penunjukan arbiter yang akan mengetuai majelis ini dilakukan dengan menggodok ususl-
usul dari para arbiter masing-masing pihak yang dengan mempersilahkan masing-masing
mengajukan 2 calon yang dipilihnya dari para arbiter BANI. Ketua BANI dapat mengizinkan
para arbiter dari kedua belah pihak atas dasar kesepakatan mereka bersama untuk
menunjukkan arbiter ketiga dari luar daftar arbiter BANI.
Apabila para pihak tidak menunjuk seorang arbiter maka Ketua BANI menunjuk suatu tim
yang terdiri dari 3 orang arbiter yang akan memeriksa dan memutuskan sengketa.
Jika sengketa dianggapnya sederhana dan mudah, akan menunjuk seorang arbiter tunggal
untuk memeriksa dan memutuskanya.
Arbiter-arbiter yang ditunjuk oleh Ketua BANI tersebut di atas dipilih dari para anggota
BANI.
Apabila satu pihak mempunyai keberatan terhadap seorang arbiter yang ditunjuk oleh
Ketua BANI, ia wajib mengajukan alasan. Apabila alasan itu diterima, Ketua BANI akan
menunjuk arbiter lain.
Majelis (tim) arbiter yang dibentuk/arbiter tunggal yang ditunjuk menurut ketentuan-
ketentuan BANI, akan memeriksa dan memutuskan sengketa antar kedua belah pihak, atas
nama BANI dan menjalankan semua kewenangan BANI yang berkenaan dengan
pemeriksaan dan pemutusan sengketa.
Segera setelah diterimanya jawaban dari si termohon, atas perintah Ketua BANI, salinan
dan jawaban tersebut diserahkan kepada si pemohon. Bersamaan dengan itu Ketua BANI
memerintahkan kepada kedua belah pihak untuk menghadap di muka sidang arbitrase pada
waktu yang ditetapkan, selambat-lambatnya 14 hari terhitung mulai hari dikeluarkannya
perintah itu, dengan pemberitahuan bahwa mereka boleh mewakilkannya kepada seorang
kuasa dengan surat kuasa khusus.
Apabila tidak telah ditentukan dalam perjanjian sidang diadakan ditempat yang ditunjuk
oleh majelis mengingat kepentingan para pihak.
Apabila si termohon setelah lewat 30 hari tidak menyampaikan jawaban, Ketua akan
memerintahkan pemanggilan kedua pihak.
Dalam jawaban atau paling lambat pada hari sidang pertama si termohon dapat
mengajukan surat tuntutan balasan.
Tuntutan balasan ini oleh majelis arbiter akan diperiksa dan diputuskan bersama-sama
dengan tuntutan asli si pemohon.
Apabila pada hari yang telah ditetapkan si pemohon tanpa alasan yang sah tidak datang
menghadap, sedangkan ia telah dipanggil secara patut maka majelis akan menggugurkan
permohonan arbitrase.
Apabila pada hari yang telah ditetapkan itu si termohon, tanpa suatu alasan yang sah tidak
datang menghadap, sedangkan ia telah dipanggil secara patut, maka Ketua akan
memerintahkan supaya ia dipanggil sekali lagi untuk menghadap kemuka sidang pada
waktu kemudian yang ditetapkan selambat-lambatnya 14 hari sejak dikeluarkannya
perintah tersebut.
Apabila pada hari yang telah ditetapkan lagi itu si termohon tanpa alasan yang sah tidak
datang menghadap juga maka pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya dan tuntutan
pemohon akan dikabulkan kecuali tuntutan itu oleh majelis dianggap tidak berdasarkan
hukum dan keadilan.
Dalam waktu 14 hari setelah putusan diberikan kepadanya, termohon berhak mengajukan
perlawanan.
13
Perlawanan diajukan dengan cara yang sama seperti yang berlaku untuk mengajukan
permohonan untuk mengadakan arbitrase dengan ketentuan bahwa biaya-biaya
pendaftaran (administrasi/pemeriksaan tidak usah dibayar).
Apabila pada hari perlawanan itu diperiksa oleh majelis, termohon meskipun telah
dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir pada hari sidang maka majelis akan menguatkan
putusan.
Apabila kedua belah pihak datang menghadap, maka pemeriksaan dilakukan dari
permulaan seusai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Terlebih dahulu majelis akan mengusahakan perdamaian.
b. Apabila usaha tersebut berhasil, maka majelis akan membuat suatu akte perdamaian dan
menghukum kedua belah pihak untuk memenuhi perdamaian tersebut.
Apabila usaha untuk mencapai perdamaian tersebut tidak berhasil, maka BANI akan
meneruskan pemeriksaan terhadap pokok sengketa yang dimintakan putusannya itu.
Kedua belah pihak dipersalahkan untuk menjelaskan masing-masing pendirian serta
mengajukan bukti-bukti yang oleh mereka dianggap perlu untuk menguatkannya.
Apabila dianggap perlu, Ketua baik atas permintaan para pihak maupumn atas prakarsa
BANI sendiri dapat memanggil saksi-saksi/ahli-ahli untuk didengar keterangannya.
Pihak yang minta dipanggil saksi/ahli, haruslah membayar lebih dahulu kepada sekretaris
egala biaya pemanggilan dan perjalanan saksi/ahli tersebut sebelum mereka memberikan
keterangan para saksi maupun ahli dapat disumpah terlebih dahulu bahwa mereka hanya
akan menerangkan apa yang mereka ketahui dengan sungguh-sungguh.
Semua pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Selama belum dijatuhkan putusan,
pemohon dapat mencabut permohonannya.
Apabila sudah ada jawaban dari termohon pencabutan tersebut hanya diperbolehkan
dengan persetujuan termohon.
Apabila pemeriksaan belum dimulai, maka biaya pemeriksaan dikembalikan kepada
pemohon.
Apabila pemeriksaan sudah dimulai, dari biaya tersebut dikembalikan sebagian menurut
ketentuan Ketua BANI sebagaimana dianggap pantas.