Anda di halaman 1dari 14

PHYLLOTAXIS

( TATA LETAK DAUN PADA BATANG)

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Morfologi Tumbuhan

Yang diampu oleh: Lianah, M. Pd

Disusun oleh :

Fatimatuz zahro (113811028)


Ika Juliana (113811030)
Mukti Rohmawati (113811034)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2012
I. PENDAHULUAN
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada
batang dan cabang-cabangnya. Ada pula daun-daun suatu
tumbuhan yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang yaitu
pada pangkal batang atau pada ujung-ujungnya setiap tumbuhan
memiliki system percabangan yang berbeda-beda. Misalkan
pada pohon papaya, pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga
jenis tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan system
percabangan serta tata letak daun pada batang.
Dari perbedaan tata letak daun inilah maka, setiap
tumbuhan memiliki system phillotaxis yang berbeda. Dari
phillotaxis ini dapat ditentukan rumus daun serta diagram duduk
daun pada tumbuhan. Untuk tumbuhan yang sejenis (misal
semua pohon papaya) akan kita dapati tat letak daun yang
sama. Oleh dapat kita gunakan sebagai tanda pengenal suatu
tumbuhan.
Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan membahas
lebih lanjut mengenai phillotaxis pada tumbuhan.
Allah menciptakan segala Sesutu yang ada dibumi ini pasti
ada manfaatnya, termasuk dalam pembahasan ini yaitu
mengenai makalah phillotaxis. Karena itu janganlah kita
mengadakan perusakan.

Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan


langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.(QS. Al-Baqarah:22)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu


membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
(QS. Al-Baqarah:11)

II. POKOK PERMASALAH


A. Apakah pengertian phyllotaxis?
B. Bagaimanakah tata letak daun pada batang?
C. Bagaimanakah bagan (skema) dan diagram tata letak daun?

III. POKOK PEMBAHASAN


A. Pengertian phyllotaxis
Phyllotaxis atau tata letak daun adalah aturan tata letak daun
pada batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu
dan berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut
duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan
terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun
tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang
ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut
digunakan secara umum untuk menyatakan susunan daun pada
batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan
oleh banyaknya helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus
(buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila ada
satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua
helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat
tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.

B. Tata letak daun pada batang


Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang,
harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang
terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya
adalah:
1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang
berhadap-hadapan.
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua
daun.
Berikut penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:

1. Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu


Daun
Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa).
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan
tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga :
Rumus daun atau Divergensi.
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang
menghubungkan antara 2 daun pada batang dinamakan :
Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan
daun-daun berturut turut dari bawah ke atas menurut urutan
tua mudanya dinamakan : Spiral genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut
antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah
a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata
pecahan a/bnya, dapat terdiri atas pecahan-pecahan : , 1/3,
2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
- Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.)
merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh
dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan
kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau
- Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya merupakan selisih antara penyebut dan
pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah
jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu
sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang
duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga
duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan
sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset
(rosula).
Roset ada 2 macam :
a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua
daun berjejal-jejal diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus
sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat
pada ujung batang, ch. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.)
dan bermacam macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas,
daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian
rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu
disebut mosaik daun.
Bila hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka
duduk daun dapat:
1). Monostika (Monostichous) bila seluruh
daun tampak berada pada satu sisi batang jika
dilihat dari atas duduk daun seperti ini jarang
ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris
diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran
helix yang dangkal. duduk daun seperti ini
disebut sebagai spiromonostik
(spiromonostichous).
2). Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret
jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret
daun tersebut 1800 . bila kedua deretan tersebut berputar ke arah
yang sama, masing-masing dengan sudut
putar yang sama, maka duduk daun menjadi
spirodistika (spirodistichous).
3). Tristika (tristichous), yaitu bila daun-
daun berada dalam tiga deret bila dilihat
dari atas dengan sudut diantara deret satu
dengan berikutnya adalah 120o pada
tumbuhan dengan duduk daun seperti ini,
batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
4). Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih
dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan
duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai akibat panjang
ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan
selama masa pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini
biasanya disebut sebagai duduk daun tersebar. Pada beberapa
tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat
pendek, misalna pada kelapa dan beberapa tanaman famili
Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama tinggi dan
sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut
roset.

2. Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus),


maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan
(opposita). Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama lain
membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun pertama dan berikutnya
terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan daun
bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan
bersilang (opposita-decussata). Bila batang yang memiliki duduk daun
sepert ini mengalami perputaran , maka duduk daun dapat dinyatakan
sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia L.),
soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.
3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda
pada setiap buku (nodus), maka duduk
daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus),
maka duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk
daun seperti ini daun-daun yang berada dalam dua karangan berurutan
masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak.
Bila daun dari dua karangan letaknya tidak
sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan
tampak deretan daun sebanyak dua kali jumlah
daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon
pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda
(Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium
oleander L.).

C. BAGAN (SKEMA) DAN DIAGRAM TATA LETAK


DAUN
1. Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya
digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku
batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang
helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-
daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.

Gambar: bagan duduk daun

2. Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun


Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang
sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya
sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran
berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu
diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi
setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam
diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya
semakin keatas digambar semakin sempit.
Gambar: diagram daun

IV. KESIMPULAN

Phyllotaxis atau tata letak daun adalah aturan tata letak daun pada
batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan
berulang-ulang.
Tata letak daun pada batang, berlaku apabila:
1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-
hadapan.
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Dalam tata letak daun pada setiap buku terdapat satu daun
dapat ditentukan :
1. Rumus daun atau Divergensi.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun pertama
tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati
selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan
merupakan pecahan a/b.
2. sudut divergensi.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-
turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua
daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600.
Bentuk roset pada tumbuhan:
a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun
berjejal-jejal diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan
tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada
ujung batang, ch. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan
bermacam macam palma lainnya.
Bila hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka
duduk daun dapat:
1). Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada
satu sisi batang jika dilihat dari atas duduk daun seperti ini jarang
ditemukan.
2). Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret
jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret
daun tersebut 1800.
3). Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret
bila dilihat dari atas dengan sudut diantara deret satu dengan
berikutnya adalah 1200.
4). Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih
dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret .
Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus),
maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan
(opposita). Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama lain
membentuk sudut 1800 . Contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia L.),
soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus),
maka duduk daun .
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus),
maka duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Contoh
pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda
cathartica L.),oleander (Nerium oleander L.).
Bagan Tata Letak Daun dengan rumus 2/5

Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun dengan


rumus 2/5
IV. SOAL DAN PEMBAHASAN
Soal:
1) Apakah yang dimaksud dengan spirostik dan parastik?
2) Dalam menentukan rumus Fibonacci, apakah manfaat dari
aplikasi rumus tersebut pada batang?
3) Bagaimanakah menghitung rumus daun dan diagram daun
untuk tanaman yang memiliki daun lebih dari satu dalam satu
buku-buku batang?
Pembahasan:

1) Garis-garis ortostik yang biasanya lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-


perubahan arah karena pengaruh bermacam faktor. Garis-garis ortostik dapat
menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam keadaan
yang demikian spiral genetik sukar untuk ditentukan, dan letak daun pada
batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi,
keadaan ini dinamai : Spirostik. Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang
tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah
menjadi spirostik. Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian, misalnya:
Pacing (Costus spesiousus Smith) yang mempunyai satu spirostik, Pandan
(pandanus tectoris Sol) yang memperlihatkan tiga spiriotik.

2) Manfaat dari deret Fibonacci dalam rumus daun:

Deret Fibonacci ini menunjukkan rumus tata letak daun suatu tanaman, setiap
tanaman pasti mempunyai rumus daun yang berbeda sesuai dengan tata letak
daun yang terdapat dalam batang, karena itu deret Fibonacci ini dapat
digunakan sebagai tanda pengenal tumbuhan yang membedakan antara
tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya. Contoh untuk semua
tanaman yang sejenis misalnya pohon srikaya pasti akan memilki rumus daun
yang selamanya akan sama meskipun tumbuh pada lingkungan yang berbeda.

3) Rumus daun hanya dapat dihitung apabila dalam tiap buku batang hanya
terdapat satu daun. Untuk tanaman yang dalam tiap buku batang terdapat dua
helai daun atau bahkan lebih, tidak dapat ditentukan rumusan daunnya. Hal ini
dikarenakan susunan duduk daun yang terlalau rumit dan sulit menentukan
putaran daun yang saling tegak lurus.
V. DAFTAR PUSTAKA

http://itnaijrun.wordpress.com/2011/04/02/filotaksis/

http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/iriawati/bahan-kuliah/bahan-
1/Struktur,%20Fungsi%20dan%20Perkembangan%20Daun.pdf

http://www.google.com/imgres?
q=filotaksis&um=1&hl=en&client=firefox-
a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1024&b

http://books.google.co.id/books?
id=yeyMoZiI4DkC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=tata+letak+daun+pa
da+batang&source=bl&ots=jGWiDrbR_O&sig=zUTLvFkDbh6Kd0I
z_50gWdeofdo&hl=en&sa=X&ei=EUB5T7C4BMrHrQe-
4s21DQ&redir_esc=y#v=onepage&q=tata%20letak%20daun
%20pada%20batang&f=false

T jitrosoepomo Gembong, 2007, Morfologi Tumbuhan,


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai