Contoh Format Respirasi Bayi
Contoh Format Respirasi Bayi
TEKANAN DARAH
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
Usia 1 6 bulan : 90/60 mmHg
Usia 6 12 bulan : 96/65 mmHg
Usia 1 4 tahun : 99/65 mmHg
Usia 4 6 tahun : 160/60 mmHg
Usia 6 8 tahun : 185/60 mmHg
Usia 8 10 tahun : 110/60 mmHg
Usia 10 12 tahun : 115/60 mmHg
Usia 12 14 tahun : 118/60 mmHg
Usia 14 16 tahun : 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
NADI
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi baru lahir : 140 kali per menit
Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
Umur 1 6 bulan : 130 kali per menit
Umur 6 12 bulan : 115 kali per menit
Umur 1 2 tahun : 110 kali per menit
Umur 2 6 tahun : 105 kali per menit
Umur 6 10 tahun : 95 kali per menit
Umur 10 14 tahun : 85 kali per menit
Umur 14 18 tahun : 82 kali per menit
Umur di atas 18 tahun : 60 100 kali per menit
Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
SUHU
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 15 menit
Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 5 menit
Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC
37,5oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya
< 36oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
Demam : Jika bersuhu 37,5 oC 38oC
Febris : Jika bersuhu 38oC 39oC
Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
PERNAPASAN
Pola pernapasan adalah:
Pernapasan normal (euphea)
Pernapasan cepat (tachypnea)
Pernapasan lambat (bradypnea)
Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk
memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda
apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
3.PROSEDUR
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor
ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata
4. PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
a). Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
b). Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan
kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a). Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura
yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus.
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang
disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga
ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya
b). wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi,
paresi N.fasialis.
3
c). Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
d). Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital
Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan
e). Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar
mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibatvEpisteins pearl atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
4
f). Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal
g). Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.
h). Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
i). Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan
j). Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
5
k). Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten
l). Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra.
Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
n). Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
p). Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra
q). Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
6
B. DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK
Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-
canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik
tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan
dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu
perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil diagnosis fisik penyakit hanya
dari anamnesis dan PD
1. ANAMNESIS
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan
bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan
terjadinya Bias. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan
suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat
dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang
diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan
yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh
pemeriksa, supaya tidak ngelantur
2. IDENTITAS
Supaya tidak keliru anak lain berakibat fatal
a) Nama, Umur
b) Jenis kelamin
c) Nama orang tua (ayah, ibu)
d) Alamat (lengkap)
e) Umur, Pendidikan Orang tua
f) Pekerjaan Orang tua
g) Agama, Suku bangsa
3. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis
Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
Dimulai dengan perincian keluhan utama
Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat
7
b) Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah,
kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
4. RIWAYAT KEHAMILAN
Kesehatan Ibu selama hamil
Kunjungan antenatal
Imunisasi TT
Obat yang diminum
Makanan ibu
Kebiasaan merokok, minuman keras
5. RIWAYAT KELAHIRAN
Siapa yang menolong
Cara kelahiran, masa hamil
Tempat melahirkan
Keadaan setelah lahir (nilai APGAR)
BB & Panjang badan Lahir
Keadaan anak minggu I setelah lahir
6. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
Dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik,
7. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus,
sosial, bahasa
8. RIWAYAT IMUNISASI
Status imunisasi ditanya BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak, dan tanggal / umur waktu
imunisasi
Imunisasi lain ditanya kalau ada
9. RIWAYAT MAKANAN
Ditanyakan makanan mulai bayi lahir sampai sekarang
Harus dapat gambaran tentang kwantitas dan kwalitas makanan
a. Inspeksi
Dapat diperoleh kesan keadaan umum anak
Inspeksi lokal, dilihat perubahan yang terjadi
b. Palpasi
Menggunakan telapak tangan dan jari tangan
Palpasi Abdomen Flexi sendi panggul dan lutut Abdomen tidak tegang
Dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan, konsistensi organ
c. Perkusi
Jari II, III tangan kiri diletakkan pada bagian yang diperiksa (landasan untuk mengetuk)
jari II-III tangan kanan untuk mengetuk (engsel pergerakan pada pergelangan tangan)
Dilakukan pada dada, abdomen
Suara Perkusi
Sonor (pada paru normal)
Tymphani (pada abdomen / lambung)
Pekak (pada otot)
Redup (antara sonor pekak)
Hipersonor (sonor tympani)
d. Auskultasi
Menggunakan Stetoskop
Mendengar suara nafas, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, aliran darah
Stetoskop pediatrik dapat digunakan untuk bayi dan anak
Sisi membran mendengar suara frekwensi tinggi
Sisi mangkok mendengar suara frekwensi rendah bila ditekan lembut pada kulit
Mendengar suara frekwensi tinggi, bila ditekan keras pada kulit
Bising presistolik, mid-diastolik nada rendah
9
14. KEADAAN UMUM
Dapat diperoleh kesan keadaan sakit dan keadaan gawat darurat yang memerlukan
pertolongan segera
Kesan keadaan sakit tidak identik dengan serius tidaknya penyakit
Selanjutnya perhatikan kesadaran pasien
Komposmentis (CM)
Sadar sepenuhnya
Apatis
Sadar tapi acuh terhadap sekitarnya
Somnolen
Tampak mengantuk dan ingin kembali tidur
Memberi respons terhadap stimulus agak keras kemudian tidur lagi
SoporSedikit respon terhadap stimulus yang kuat
Refleks pupil cahaya positif
Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
Reflek pupil negatif
Delirium
Kesadaran menurun disertai disorientasi
GCS (Glasgow Coma Scale)
Spontan Terhadap nyeri
Respon Verbal
Orientasi ada
Bingung
Kata-kata tidak dimengerti
Hanya suara
ResponMotorik
Selain kesadaran juga dinilai status mental (tenang, gelisah, cengeng)
Posisi pasien perlu dinilai dengan baik
Fasies pasien
Status Gizi
10
Manset dipompa sampai denyut a. brakhialis difossa cubiti tidak terdengar dengan
stetoskop. Teruskan pompa sampai 20 30 mmHg lagi, kosongkan manometer pelan-
pelan dengan kecepatan 2 3 mm/detik
Pada penurunan air raksa akan terdengar bunyi korotkof
Bunyi korotkof I : bunyi pertama yang terdengar Tekanan sistolik
Tekanan Diastolik : saat mulai terdengarnya bunyi korotkof IV yaitu bunyi tiba-tiba
melemah
11
11 12 tahun 113 18 59 10
12 13 tahun 115 18 59 10
13 14 tahun 118 19 60 10
d). Frekuensi Denyut Jantung / Nadi Normal Pada Bayi dan Anak
Frekuensi denyut per menit
17. KULIT
a). Anemi
Paling baik dinilai pada telapak tangan / kaki, kuku, mukosa mulut dan conjunctiva
b). Ikterus
Sebaiknya dinilai dengan sinar alamiah
Paling jelas terlihat di sklera, kulit, selaput lendir
Harus dibedakan dengan karotenemia
12
c) Sianosis
Warna kebiruan pada kulit dan mukosa
Sianosis sentral oleh karena penyakit jantung, paru
Sianosis perifer oleh karena kedinginan, dehidrasi, syok
d) Edema
Akibat cairan extraseluler abnormal
Pitting edema : meninggalkan bekas
Edema minimal cenderung dijaringan ikat longgar (palpebra)
Edema lebih banyak kaki sakrum, skrotum
Edema hebat Anasarka
Edema Lokal alergi, trauma
e) Lain-lain yang perlu dilihat
Ptechiae Purpura
Eritema Haemangioma
Sclerema Turgor kulit
18. KEPALA
Bentuk : ukuran kepala
Rambut : Warna, Kelebatan, Rontok
Ubun-ubun besar
Normal : Rata / sedikit cekung
Umur 18 bulan menutup
Wajah
Mata : Palpebra,Conjungtiva, Sklera, Kornea, Pupil, Bola mata
Telinga
Bentuk daun telinga
Sekret telinga
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Mukosa hidung, Sekret
Epistaksis
Mulut
Trismus, Halitosis
Bibir : Labioskisis, Keilitis ,warna mukosa bibir
Mukosa pipi : Oral thrush, Bercak koplik spots
Palatum : Palatoskisis
Lidah : Makroglossi, lidah kotor
Gigi : Caries
Salivasi : Hipersalivasi
Faring, tonsil : Hiperemi, Edem, Eksudat, Abses
19. LEHER
Tekanan vena jugularis
Edema Bullneck Parotitis
Tortikolis
Kaku kuduk
Massa : Kelenjar Getah Bening, Tiroid
13
20. DADA
Inspeksi
Bentuk, simetris
Gerakan dada, Retraksi
22. JANTUNG
a). Inspeksi
Denyut Apex (Apex / ictus cordis) biasanya sulit dilihat
b). Palpasi
Menentukan letak apex / ictus cordis
NormalICS IV MCL sinistra pada bayi, anak kecil
Anak besar ICS V
Kardiomegali bergeser kebawah, lateral
Getaran bising (thrill) bising jantung (murmur) derajat IV
VSD di ICS III IV sternum kiri
RHD di Apex (insufisiensi mitral)
c). Perkusi
Perifer ketengah
Kesan besarnya jantung sulit dilakukan pada anak . Inspeksi, Palpasi lebih baik untuk
menentukan besarnya jantung
14
d). Auskultasi
Bunyi, murmur Sisi mangkok stetoskop
4 daerah auskultasi
Apex Mitral
Parasternal kiri bawah Trikuspid
ICS II sternum kiri Pulmonal
ICS II sternum kanan Aorta
Bunyi jantung I
Fase sistolik
Bersamaan dengan ictus cordis
Paling jelas di apex
Penutupan katup atrioventrikular
Bunyi jantung II
Fase diastolik
Penutupan katup semilunar (aorta, pulmonal)
Paling jelas di ICS II sternum sinistra
Bunyi jantung III, IV
Bernada rendah
Sulit didengar
Akibat deselerasi darah
Irama derap (Gallop)
Bunyi jantung III, IV terdengar jelas + takikardi
Adanya gagal jantung
Bising jantung
Akibat turbulensi darah melalui jalan yang sempit
Bising sistolik
Terdengar antara S I S II
Pada VSD, MI, TI
Bising Diastolik
Terdengar antara S II S I Pada AI, PI
Bising Kontinyu Pada PDA
Derajat Bising
1: Sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman, ditempat tenang
2: Lemah tapi mudah didengar
3: Keras, tidak disertai thrill
4: Keras disertai thrill
5: Sangat keras
6: Paling keras, terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada
23. ABDOMEN
a). Inspeksi
Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
Distensi abdomen simetris / tidak simetris
Umbilikus
15
b). Auskultasi
Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 30
Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c). Perkusi
Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
Asites ditentukan dengan :
Shifting Dulness
Undulasi
Batas daerah pekak timpani
d). Palpasi
Bagian terpenting pada abdomen
Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis
Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae
Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner
Tarik garis dari arcus costae pusat lipat paha
Sampai pusat S IV
Sampai lipat paha S VIII
Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
Anus
Anus Imperforata
Fisura ani . Polip Rektum
Diaper Rash
Colok Dubur
Genetalia
Pada neonatus melihat kel. Kongenital
Inspeksi, Palpasi, kadang Transluminasi
Laki-laki: Phymosis, Hipospadia, Skrotum, Testis
Extremitas
Memperhatikan sikap anggota gerak, jari-jari, warna kuku, deformitas
Pemeriksaan otot
Kekuatan, Tonus
Atrofi
Pemeriksaan sendi
Radang sendi (artritis)
16
17
Bentuk dada, apnea
Fraktur clavicula
Bunyi jantung
Abdomen
Distensi abdomen
Tali pusat
Anus , Genetalia
Atresia ani
Skrotum, Testis
Extremitas
Polidaktili, Sindaktili
CTEV
Claw hand
Pemeriksaan Neurologis
Reflek moro
Rooting Reflek