Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROBLEMATIKA PROFESI ILMUAN MUSLIM DALAM TANTANGAN GLOBAL

Disusun oleh:

Muhammad Windi Siliwangi (041311433106)


Yoga Dwi Anugrahadi (041311433057)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
Problematika Profesi Ilmuwan Muslim Dalam Tantangan Global.
Pada makalah ini kami akan membahas dan menjelaskan tentang kelemahan,
tantangan, hambatan, dan peluang profesi ilmuwan dalam pandang islam. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam makalah ini kami yakin banyak
sekali kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik saran yang mendukung
demi perbaikan makalah kami.

Surabaya, 20 September 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pengertian Ilmuwan...............................................................................3
2.2 Tanggung jawab Ilmuwan....................................................................4
2.3 Kewajiban Ilmuwan terhadap Umat......................................................5
2.4 Kewajiban Ilmuwan terhadap Bangsa...................................................5
2.5 Kelemahan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam..........................6
2.6 Tantangan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam............................6
2.7 Hambatan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam............................8
2.8 Peluang Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam..............................9
BAB III PENUTUP......................................................................................10
3. 1 Kesimpulan.........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata


rantai kehidupan yang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan dan
eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang semakin maju menjadi
bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks.
Kemajuan ilmu pengetahuan itu diciptakan dengan tujuan membantu
manusia dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi, perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin maju ini juga diiringi dengan tantangan
yang semakin berat. Ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan
penemuan dalam berbagai segi yang semakin mutakhir menjanjikan
risiko yang semakin tinggi pula, baik bagi manusia maupun ilmu
pengetahuan itu sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Mudattsir ayat 38:







Artinya : Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
Dari ayat ini, Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya
memiliki tugas untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah SWT dan suatu
saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta pertanggung
jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah SWT.
Dalam melakukan misinya, manusia diberi petunjuk bahwa dalam hidup ada dua jalan
yaitu, jalan baik dan jalan yang buruk. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Balad ayat
10:




Artinya : Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan ( kebaikan dan keburukan).
Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan
kemampuan potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami alam yang telah diciptakan dan

1
disediakan oleh Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika ilmu
sudah dimiliki diharapkan manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus
membina hubungan vertical dan horizontal.
Manusia yang mau mengembangkan potensi akalnya dapat memanfaatkan
pengetahuannya tersebut untuk pencerahan dirinya dan memiliki tanggung jawab moral
dan menyebarkan kepada sesama, mereka biasa disebut ilmuwan, cendikiawan atau
intelektual. Tentu untuk mengembangkan potensi akalnya membutuhkan perjuangan yang
tidak mudah. Ada beberapa problematika yang harus diselesaikan serta harus mengenali
tantangan, hambatan, dan peluang agar Ilmuan Muslim dapat bekerja secara maksimal
serta dapat memberi manfaat terhadap agama dan negara. Oleh karena itu melalui tulisan
ini penulis ingin mengambil judul Problematika Profesi Ilmuan Muslim dalam
Tantangan Global.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kelemahan, tantangan, hambatan serta peluang profesi Ilmuan Muslim?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kelemahan, tantangan, hambatan serta peluang profesi Ilmuan Muslim

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmuwan

Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah


seorang yang terlibat dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh
pengetahuan ( ilmu ). Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai
orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau
beberapa bidang ilmu.. Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian
professional yang diberikan masyarakat kepada seorang yang
mengabdikan dirinya. Pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam
semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan kehidupan social.
Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk
menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan
mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja
mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan
tersebut kepada masyarakat awam, karena mereka merasa bahwa
tanggung jawab itu ada dipundaknya.

Ilmuwan memiliki beberapa ciri yang ditunjukkan oleh cara


berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. Mereka
memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan
harus tunduk dibawah wibawa ilmu. Karena ilmu merupakan alat yang
paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran. Seorang
ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi atau

3
pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam mencari
atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari
semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana
manusia dan kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus
junjungan utama. Banyak yang mengartikan ilmuwan sama dengan
intelektual, namun pada dasarnya berbeda. Intelektual adalah pemikir-
pemikir yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah
tertentu.

2.2 Tanggung Jawab Ilmuwan

Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-


kurangnya berdimensi religious atau etis dan social. Pada intinya,
dimensi religious atau etis seorang ilmuwan hendaknya tidak
melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum
dan etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial
pengembangan ilmu mewajibkan ilmuwan berlaku jujur, mengakui
keterbatasannya bahkan kegagalannya, mengakui temuan orang lain,
menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati dalam dunia
keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya
atau kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi,
menjelaskan hasil-hasil temuannya secara terbuka dan sebenar-
benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain sebagaimana ia juga
memperoleh bahan-bahan dari orang lain guna mendukung teori-teori
yang dikembangkannya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan
ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi
tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu.

DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung


jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:

4
1. Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar
ilmu tetap ada (tidak hilang),
2. Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih
hakekatnya, agar ilmu itu menjadi meningkat,
3. Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,
4. Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang
mencarinya, agar ilmu itu menjadi bersih (terbayar zakatnya),
5. Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan
mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu semakin luas,
6. Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan
mewarisi dan memikulkan agar mata rantai ilmu tidak terputus, lalu,
terutama, bahkan pertama sekali
7. Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT
semata, agar ilmu itu diterima oleh Allah SWT.

2.3 Kewajiban ilmuwan terhadap umat

Sebagai seorang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan


dengan tekun dan sungguh-sunggu, seorang ilmuwan memiliki
tanggung jawab sebagai penyeru ke jalan Allah SWT dan petunjuk ke
jalan yang benar (amar maruf nahi mungkar). Allah berfirman dalam
QS. Al-Ahzab : 46:




Artinya: Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya
dan untuk menjadi cahaya yang menerangi

2.4 Kewajiban ilmuwan terhadap bangsa

Kewajiban ilmuwan terhadap bangsa yaitu sebagai khalifah Allah


SWT di bumi. Karena sebagai hamba yang dipercayai oleh Allah SWT,
maka seorang ilmuwan harus bertanggung jawab atas amanat yang
dipikulnya.

5
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim
mempunyai tanggung jawab, dan ia akan dimintai pertanggung
jawaban atas ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda:

:


:











: )
([2417]


Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:


Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat
sehingga ia ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia
menghabiskannya, tentang ilmunya; dalam hal apa ia berbuat,
tentang hartanya; dari mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia
membelanjakannya, dan tentang pisiknya; dalam hal apa ia
mempergunakannya. (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata: Ini hadits hasan
shahih, hadits no. 2417).

2.5 Kelemahan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ilmuwan mengabaikan


tanggung jawab profesionalnya yaitu:

1. Mentalitas ilmuwan yang menghianati tanggung jawab profesional


semata-mata untuk kepentingan pribadi.
2. Penindasan dan ancaman yang menyebabkan ilmuwan takut
mengungkapkan kebenaran.
3. Keterikatan yang kuat terhadap suatu kelompok (agama,
nasionalisme, dsb).
Khusus untuk butir yang ketiga dijelaskan kembali, bahwa

6
keterikatan ilmuwan pada suatu kelompok tidak boleh bercampur
baur dengan aspek ontologis dan epistemologis ilmu yang harus
dipertahankan konsistensinya oleh para ilmuwan.
Hasil kajian ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan manusia
dengan berdasarkan asas-asas antara lain: mementingkan kodrat
manusia, mementingkan martabat manusia, mementingkan
keseimbangan dan kelestarian alam, komunal, dan universal . Ilmu
pengetahuan berasas komunal artinya ilmu tersebut menjadi milik
bersama dan siapapun dapat memanfaatkannya. Asas universal
memiliki pengertian bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial
seperti ras, ideologi atau agama.

2.6 Tantangan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Ilmuwan sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung


dan menggunakan pikirannya untuk bernalar. Kemampuan berpikir dan
bernalar itu pula yang membuat kita sebagai manusia menemukan
berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian
digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari
lingkungan alam yang tersedia di sekitar kita. Oleh karena itu
tanggung jawab ilmuwan terhadap masa depan kehidupan manusia
diantaranya adalah :

1. Tanggung Jawab Profesional terhadap dirinya sendiri, sesama


ilmuwan dan masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan
keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya secara
formal. Agar semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu benar
dan memberikan tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ada
pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang tidak benar.
2. Tanggung Jawab Sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap
masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika. Pengalaman
dua perang dunia I (terkenal dengan perang kuman) dan II (terkenal

7
dengan bom atom) telah membuktikan bahwa ilmu digunakan
untuk tujuan-tujuan yang destruktif.
3. Sikap Politis Formal Ilmuwan
Jika ilmuwan mempunyai rasa tanggung jawab moral dan sosial
yang formal, maka konsekuensinya ilmuwan harus mempunyai
sikap politik formal. Sebab sikap politik formal merupakan konsisten
dengan asas moral keilmuan serta merupakan
pengejawantahan/implementasi dari tanggung jawab sosial dalam
mengambil keputusan politis, dimana keputusan ini bersifat
mengikat (authorative). Demi pertanggungan jawaban ilmuwan
terhadap masa depan umat manusia, semua dampak negatif sains
dan teknologi terus ditangani secara bersama-sama, bukan saja
oleh masyarakat ilmuwan dunia, melainkan juga oleh pemerintah
semua negara, berlandaskan suatu pandangan bahwa manusia di
bumi ini mempunyai tugas untuk mengelolanya dengan sebaik-
baiknya. Maka dari itu manusia juga harus melakukan hal-hal
sebagai berikut :

Mengadakan kerjasama dengan ilmuwan dan ahli teknologi


berbagai negara dalam menerapkan pengetahuannya demi
kepentingan seluruh umat manusia.
Perlunya pembangunan yang berorientasi masa depan dan
wawasan lingkungan.

Adapun peran dan fungsi ilmuwan antara lain :

1. Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap


mempertahankan dialognya yang kontinyu dengan masyarakat
sekitar dan suatu keterlibatan yang intensif dan sensitif.

8
2. Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis
dan keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru
dalam bidang keahliannya.
3. Sebagai teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai
instrument yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Dua
peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya,
sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga
martabat.
4. Hawa nafsu termasuk rintangan, karena ia cenderung mematikan
daya nalar manusia dalam melihat kebenaran. Karena itu Al Quran
mengutuk hawa nafsu sebagai sesuatu yang merintangi manusia
dalam menemukan kebenaran .

2.7 Hambatan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan


sumbangan pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan
pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan
ekonomi atau sosial yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu,
karena tanggung jawabnya ialah memerang ketidaktahuan, prasangka
dan mitos di kalangan manusia mengenai alam semesta ini. Adapun
pedoman kerja yang disepakati dan harus diikuti para ilmuwan ialah :

1. Bekerjalah dengan jujur.


2. Jangan sekali-sekali memanipulasi data.
3. Selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat.
4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang muncul terlebih
dahulu.
5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran ilmuwan
lain.

9
6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dengan tuntas.
7. Perlunya Etika dan Ketaatan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Hal itu juga sejalan dengan asas moral menurut Jujun (1990 : 93),
yaitu

a. Kebenaran.
b. Kejujuran.
c. Tidak mempunyai kepentingan.
d. Menyandarkan diri pada kekuatan argumentasi dalam menilai
kebenaran.
a. Kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari pemikiran dan pengamatan
seorang ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
seluruh umat manusia. Hal itu berarti perlunya kode etik ilmuwan.
Mau tidak mau kode etik itu harus dikaitkan dengan sistem dosa.
Setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian, ia
harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini.
Artinya ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya
hanya sebagian kecil saja dari Alilmi-nya Allah SWT dan bahwa ia
hanyalah pesuruh-Nya di muka bumi ini sesuai dengan Al Quran
surat Al Baqarah : 30-34.

2.8 Peluang profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari agamanya, apapun


profesinya. Karena Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah. Dinilai
shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Ibnu Majah
no. 224). Dari konteks hadits tersebut terbuka peluang bagi
masyarakat muslim khususnya ilmuan untuk memperdalam ilmu yang
digeluti. Karena ada dorongan dari syariat untuk mempelajari ilmu,
sehingga akan tercapai ilmu baru yang dapat bermanfaat bagi umat.

10
Karena dalam memperoleh ilmu baru itu sebagai ilmuwan akan
mencari kebenaran ilmu yang dia cari dari mana saja dari Al Quran,
Hadist, Ijma, Qiyas jadinya peluangnya di bisa mendapatkan ilmu dari
mana saja serta bisa membuat ilmu baru yang berguna bagi
masyarakat yang luas.

BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan

Dari apa yang kita ketahui bersama di atas dapat kita simpulkan,
bahwa ilmuwan adalah seorang yang berkecimpung dalam beberapa bidang
keilmuwan. Sebagai mana kita lihat bersama dalam beberapa pengertian
ilmuwan, yang mana seorang ilmuwan itu tidak luput dari hal ilmiah. Karena
karya ilmiah ini merupakan salah satu pokok yang terpenting untuk
mempublikasikan karyanya dengan riset-riset tertentu. Di samping itu,
ilmuwan tidak hanya terpaku dalam hal sikap saja melainkan dalam
tanggung jawab. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia
sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk
menyalahgunakan ilmu.

Ilmuan jangan hanya terpaku pada pengetahuan yang dia terima tanpa
disaring terlebih dahulu. Ilmuan juga memiliki kewajiban dalam
mengembangkan ilmu-ilmu baru untuk kehidupan yang akan datang. Tetapi

11
untuk menjadi ilmuan harus mempunyai etika yang baik agar ilmu yang
diperoleh bisa dipakai oleh khalayak luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Quran dan Terjemahan

2. http://www.wazinbaihaqi.com/2010/05/eksistensi-ilmuwan-dalam-
masyarakat.html
3. https://arya0809.wordpress.com/2013/01/05/tanggung-jawab-
ilmuwan-terhadap-masa-depan-kehidupan-manusia/
4. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/tantangan-
dan-masa-depan-ilmuwan-dalam-zaman-global/
5. http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-
jawab-ilmuan_5500d5018133111918fa7e8b
6. http://asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/04/tanggung-jawab-
ilmuwan-muslim-dalam.html

12
13

Anda mungkin juga menyukai