a. Kronologis
Inisiatif sejawat Dokter Internsip untuk memberikan Petisi telah hadir sejak 2 bulan yang
lalu
Awal Juni, kami memfasilitasi teman-teman untuk menyampaikan aspirasi, salah satunya
dengan pembuatan draf Petisi dan mekanisme penandatanganannya
Tanggal 4 Juni 2016, berkomunikasi dengan Ibu Menkes via SMS, direspon dengan sangat
cepat dan terbuka. Beliau menerima aspirasi, memahami adanya Petisi, dan kemudian
berkomunikasi dengan Kepala BPPSDMK. Kami lalu diarahkan untuk berkomunikasi lebih
lanjut dengan Kepala BPPSDMK
Tanggal 6 Juni 2016, berkomunikasi dengan Kepala BPPSDMK. Kami dipaparkan
penjelasan-penjelasan mengenai kendala yang terjadi terkait turunya BBH baru. Beliau
merekomendasikan untuk diadakan pertemuan langsung dalam rangka penyerahan Petisi
dan diskusi yang lebih intensif mengenai kebijakan yang berkaitan dengan PIDI
Tanggal 7 Juni 2016, terbit Surat Edaran BPPSDMK No HK.03.03/II.2/958/2016 perihal
Informasi Pembayaran Biaya Bantuan Hidup (BBH) Dokter Internsip
Tanggal 13 Juni, pertemuan audensi Dokter Internsip dengan BPPSDM Kesehatan
Kemenkes RI
d. Topik Tambahan 1 : Pengaduan Jam Kerja dan Aktivitas Lain yang Berlebihan pada Wahana
Berdasarkan Surat Edaran BPPSDM Kesehatan Nomor KP.01.05/II.2/KIIII/88/2016
tentang Ketentuan Jam Kerja yang mengacu pada UU No.13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jam kerja dokter Internsip, yakni:
o 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
o 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu
Untuk sejawat yang mengalami kelebihan jam kerja, aktivitas lain yang merugikan,
atau kezaliman lain diharapkan dalam melakukan proses klarifikasi dan pelaporan
secara bertahap dan simultan:
o Melakukan konsultasi dengan pendamping Internsip, bila tidak menemukan
solusi;
o Melapor ke KIDI Provinsi melalui Koordinator Dokter Internsip Wahana yang
melapor ke Koordinator Dokter Internsip Kota/Kabupaten setempat, bila
belum juga menemukan solusi;
o Dapat melakukan pelaporan ke KIDI Pusat atau Badan PPSDM Kesehatan
secara langsung atau melalui kontak kami di Wendi Nurfandi, dr.
(085659156299) atau Poundra Adhisatya Pratama, dr. (081320237776)
o Laporan harus memenuhi Prinsip OTWK (Orang, Tempat, Waktu, Kronologis)
yang spesifik dan mengandung bukti (tanda absen, foto, uraian kronologis,
dan lainnya). Laporan-laporan yang tidak berdasar dan tidak mencantumkan
bukti sulit untuk dilanjutkan dan menemui hasil
o Bila telah memenuhi syarat, laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh Badan
PPSDM Kesehatan dan KIDI Pusat untuk dilakukan supervisi, evaluasi,
klarifikasi, dan bahkan sanksi
Petisi ini adalah salah satu upaya gerakan untuk membuka kanal informasi yang terbuka
antara Peserta dan Penyelenggara Program Internsip Dokter Indonesia. Gerakan ini bukanlah
akhir, tapi hanya sebuah anak tangga kecil dari pengawalan kebijakan PIDI yang
berkesinambungan, bukan hanya demi kepentingan Dokter Internsip, melainkan juga demi
kepentingan kesehatan rakyat Indonesia.
Terima kasih sebesarnya untuk para inisiator; Abdurrahman Hadi, Aldillas Achmad Nursetyo,
Bela Dirk, Erlanga Araditya Satriyo, Fakih Nur Salimi Latief, Nur Laily Agustina, Saddam Husein
Saputra, dan Wendi Nurfandi. Juga untuk para kontributor: Andi Khomeini Takdir (Badan Data
dan Informasi PB IDI) atas masukan dan penerimaan Petisi kami, Indra Bramanditia, dan
Pramadio Bambang Nugroho.
Apresiasi tertinggi kami berikan kepada seluruh Dokter Internsip Indonesia yang telah
berpartisipasi menandatangani, menyebarkan, dan mendukung proses penyusunan Petisi ini.
Semoga bisa membawa perubahan baik untuk kita semua, tetap kawal dan kritisi.
Penyusun Notulensi,