Anda di halaman 1dari 9

Audiensi Dokter Internsip Indonesia dengan Badan Pengembangan dan

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia
Senin, 13 Juni 2016
Penyerahan dan Pembahasan Petisi Dokter Internsip Indonesia Menuntut Implementasi
Kebijakan Kenaikan Biaya Bantuan Hidup Dokter. Ditandatangani oleh 2614 Dokter Internsip
yang berasal dari 153 Wahana di 27 Provinsi Seluruh Indonesia.

a. Kronologis
Inisiatif sejawat Dokter Internsip untuk memberikan Petisi telah hadir sejak 2 bulan yang
lalu
Awal Juni, kami memfasilitasi teman-teman untuk menyampaikan aspirasi, salah satunya
dengan pembuatan draf Petisi dan mekanisme penandatanganannya
Tanggal 4 Juni 2016, berkomunikasi dengan Ibu Menkes via SMS, direspon dengan sangat
cepat dan terbuka. Beliau menerima aspirasi, memahami adanya Petisi, dan kemudian
berkomunikasi dengan Kepala BPPSDMK. Kami lalu diarahkan untuk berkomunikasi lebih
lanjut dengan Kepala BPPSDMK
Tanggal 6 Juni 2016, berkomunikasi dengan Kepala BPPSDMK. Kami dipaparkan
penjelasan-penjelasan mengenai kendala yang terjadi terkait turunya BBH baru. Beliau
merekomendasikan untuk diadakan pertemuan langsung dalam rangka penyerahan Petisi
dan diskusi yang lebih intensif mengenai kebijakan yang berkaitan dengan PIDI
Tanggal 7 Juni 2016, terbit Surat Edaran BPPSDMK No HK.03.03/II.2/958/2016 perihal
Informasi Pembayaran Biaya Bantuan Hidup (BBH) Dokter Internsip
Tanggal 13 Juni, pertemuan audensi Dokter Internsip dengan BPPSDM Kesehatan
Kemenkes RI

b. Agenda dan peserta audiensi


Agenda
o Penyerahan Petisi Dokter Internsip Indonesia
o Pembahasan tiap topik diskusi, khususnya topik Biaya Bantuan Hidup (BBH) Dokter
Internsip
Peserta Audiensi
o Poundra Adhisatya Pratama, dr. (Dokter Internsip RSUD Majalengka)
o Bela Dirk, dr. (Dokter Internsip RSUD Kayen)
o Pramadio Bambang Nugroho, dr. (Dokter Internsip RSUD Sekarwangi)
o Asyikin Iman Dahlan, dr., MHA (BPPSDMK)
o Marwan Edy, dr., M. Epid (BPPSDMK)
o Bu Tuti (Staf BPPSDMK)
o Pak Sentot (BPJS Ketenagakerjaan)
o Bu Marleni (BPJS Ketenagakerjaan)
o Drg. Usman (Kepala BPPSDMK) mendadak tidak bisa hadir pertemuan karena
dipanggil DPR-RI untuk segera Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung DPR
MPR-RI, Senayan

c. Penyaluran Aspirasi dan Rekomendasi : Biaya Bantuan Hidup


Kronologis Tersendatnya Implementasi Kebijakan Kenaikan BBH
o Pengajuan kenaikan BBH telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sejak Bulan
Agustus 2015
o Pengajuan tersebut baru disetujui Kementerian Keuangan pada Bulan Januari 2016
o Izin Prinsip dari Kementerian Keuangan baru keluar 2 bulan kemudian, yakni pada
tanggal 3 Maret 2016
o Surat Izin Prinsip tersebut baru sampai Kantor Kementerian Kesehatan sekitar 2
minggu kemudian
o Setelah Izin Prinsip diterima, dilakukan pengajuan SK Menteri Kesehatan untuk
kenaikan BBH Dokter Internsip, proses ini berlangsung 2 hingga 3 minggu. Proses tidak
bisa berlanjut karena untuk melakukan Buka Blokir dari Kementerian Keuangan,
diwajibkan kebijakan anggaran tersebut memiliki Izin Prinsip dan SK Menteri
Kesehatan
o Setelah Buka Blokir keluar, dilakukan revisi oleh Inspektorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan pada bulan Mei 2016
o Akhirnya, Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Revisi keluar pada 2 Juni 2016,
dan diterima oleh Kemenkes pada 3 Juni 2016
o Sejak 3 Juni, Kemenkes berproses untuk melakukan penghitungan anggaran dan
pencairan BBH
BBH yang sudah naik (Rp. 3.150.000 dan Rp. 3.622.500) akan turun pada bulan Juni, pada
tanggal turunnya BBH setiap bulannya. Informasi mengenai adanya sebagian Batch yang
sudah cair maupun daerah-daerah tertentu yang baru cair sudah disampaikan dan akan
ditindaklanjuti oleh pihak penyelenggara. Mohon sejawat bersabar dan tetap mengawasi
Rapelan selisih BBH lama dan baru sesuai ketentuan Surat Edaran 7 Juni 2016 akan turun
sebelum Lebaran, paling terlambat dijanjikan turun 9 Juli 2016
Selisih besaran BBH berdasarkan Surat Edaran 7 Juni 2016 (Rp. 512.500 Barat dan Rp.
973.750)
o Pada BBH Baru, terdapat dua komponen yaitu BBH Murni dan Bantuan Iuran BPJS
Kesehatan. Sebagai contoh, pada BBH Wilayah Barat yang baru, BBH Murni adalah Rp.
3.000.000 dan Bantuan Iuran BPJS adalah Rp. 150.000., sehingga totalnya Rp.
3.150.00. Dalam perhitungan selisih BBH, digunakan selisih perhitungan BBH MURNI
SAJA. Untuk Wilayah Barat, artinya hanya Rp. 3.000.000 saja, bukan Rp. 3.150.000.
o Dalam penghitungan selisih BBH baru dan lama, terminologi BBH mengacu pada BBH
Murni saja. Sebagai contoh, untuk Wilayah Barat, maka BBH Murni Lama adalah Rp.
2.500.000 dan BBH Murni Baru adalah Rp. 3.000.000
o Darimana angka selisih Surat Edaran 7 Juni 2015 keluar? Angka-angka tersebut
hanyalah angka nominatif untuk terminologi pagu anggaran Negara. Sebagai contoh,
untuk Wilayah Barat, angka Rp. 512.500 muncul dari selisih BBH Lama dan Baru
(3.000.000 2.500.000 = 500.000) ditambah biaya bantuan membayar payak (2.5% x
500.000 = 12.500) sehingga berjumlah Rp. 512.500. Pertanyaannya, apakah jumlah ini
yang akan kita terima sebagai rapelan per-bulan? Jawabannya TIDAK. Sekali lagi,
jumlah tersebut hanya angka nominatif untuk dimasukkan pada terminologi anggaran
penggunaan Negara untuk Internsip. Lantas, berapa jumlah riil yang akan kita terima
di rekening kita?
o Jumlah riil yang akan kita terima di rekening kita meliputi 3 hal: Selisih BBH Murni,
bantuan iuran BPJS sejak Januari 2016 atau sejak mulai bertugas, dan bantuan
pembayaran pajak sejak januari 2016
o Simulasi Perhitungan* : Dana rapel yang diterima Dokter Internsip yang memulai
Internsip pada bulan Februari 2016 di Wilayah Indonesia Barat (per-bulan)
Selisih BBH Murni: 3.000.000 2.500.000 = 500.000
Bantuan pembayaran iuran BPJS per-bulan = 150.000
Biaya bantuan pembayaran pajak = 62.500
Total selisih dana rapel Dokter Internsip yang memulai Internsip pada bulan
Februari 2016 di Wilayah Indonesia Barat adalah : 500.000 + 150.000 + 62500
= 712.500/bulan.
Maka, total dana rapelan yang akan masuk rekening dokter Internsip
tersebut ialah sekitar: Rp. 712.500 x 3 = Rp. 2.137.500 (Dikali 3 sesuai jumlah
BBH yang belum dibayarkan yakni Februari, Maret, dan April. Batch lain
menyesuaikan jumlah pengali-nya)
o Perhitungan diatas berlaku bagi peserta dokter Internsip batch manapun dan tempat
manapun, dengan menyesuaikan jumlah iuran BPJS yang dibayarkan per-bulan dan
pengali di akhir perhitungan berdasarkan jumlah bulan rapelan BBH
*) Simulasi ini tidak dimaksudkan untuk memberikan angka definitif jumlah uang
yang akan ditransfer, tetapi hanya sebagai gambaran komponen perhitungan
jumlah rapelan selisih BBH. Jumlah yang ditransfer bisa jadi tidak persis sama,
karena potongan/tambahan lain dalam regulasi keuangan Negara masih
memungkinkan untuk terjadi.

d. Topik Tambahan 1 : Pengaduan Jam Kerja dan Aktivitas Lain yang Berlebihan pada Wahana
Berdasarkan Surat Edaran BPPSDM Kesehatan Nomor KP.01.05/II.2/KIIII/88/2016
tentang Ketentuan Jam Kerja yang mengacu pada UU No.13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jam kerja dokter Internsip, yakni:
o 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
o 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu
Untuk sejawat yang mengalami kelebihan jam kerja, aktivitas lain yang merugikan,
atau kezaliman lain diharapkan dalam melakukan proses klarifikasi dan pelaporan
secara bertahap dan simultan:
o Melakukan konsultasi dengan pendamping Internsip, bila tidak menemukan
solusi;
o Melapor ke KIDI Provinsi melalui Koordinator Dokter Internsip Wahana yang
melapor ke Koordinator Dokter Internsip Kota/Kabupaten setempat, bila
belum juga menemukan solusi;
o Dapat melakukan pelaporan ke KIDI Pusat atau Badan PPSDM Kesehatan
secara langsung atau melalui kontak kami di Wendi Nurfandi, dr.
(085659156299) atau Poundra Adhisatya Pratama, dr. (081320237776)
o Laporan harus memenuhi Prinsip OTWK (Orang, Tempat, Waktu, Kronologis)
yang spesifik dan mengandung bukti (tanda absen, foto, uraian kronologis,
dan lainnya). Laporan-laporan yang tidak berdasar dan tidak mencantumkan
bukti sulit untuk dilanjutkan dan menemui hasil
o Bila telah memenuhi syarat, laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh Badan
PPSDM Kesehatan dan KIDI Pusat untuk dilakukan supervisi, evaluasi,
klarifikasi, dan bahkan sanksi

e. Topik Tambahan 2 : BPJS Ketenagakerjaan


Sesuai dengan Surat Edaran 7 Juni 2016, bahwa BBH Baru meliputi pembayaran iuran
kepada BPJS Ketenagakerjaan melalui negara, yang kelak akan memberikan jaminan
kematian dan jaminan kecelakaan kerja pada dokter Internsip (informasi lebih
lengkap melalui cakupan dan pelayanan tersebut dapat dilihat di website BPJS
Ketenagakerjaan)
Dokter Internsip akan terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan selama waktu
Internsip berlangsung, dan akan mendapatkan kartu anggota BPJS Ketenagakerjaan.
Dalam rangka pencatatan dan penerbitan kartu anggota BPJS Ketenagakerjaan, dalam
waktu dekat BPPSDM Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan meyebarkan sebuah
link google.doc yang wajib diisi oleh seluruh dokter Internsip yang masih aktif. Untuk
hal tersebut, diharapkan sejawat Dokter Internsip bersiap-siap dan kelak melakukan
pengisian dengan segera. Salah satu data penting yang dibutuhkan ialah Nomor Induk
Kependudukan (NIK)

f. Topik Tambahan 3 : Pemberian THR pada Dokter Internsip


Pemberian THR berdasarkan Permenaker No.4/1994 Pasal 3
o Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus
atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah
o Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus-menerus
tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional dengan masa kerja
yakni dengan perhitungan: Masa kerja x 1 (satu) bulan upah
Menurut Kementerian Kesehatan, tidak ada SOP dan regulasi pada Kementerian yang
mengatur pemberian THR pada Dokter Internsip.

g. Topik Tambahan 4 : Honor Pembimbing Internsip


Gaji bulan Januari April tidak akan dirapel karena sudah dibayarkan Rp. 2.000.000
Dihimbau tidak menggunakan rekening gaji PNS sebagai rekening penerima gaji
sebagai dokter pendamping Internsip. Bila menggunakan rekening yang sama, gaji
akan tertolak dan kembali secara otomatis ke Kas Negara
Sejauh ini proses pembayaran pendamping dokter Internsip telah berlangsung,
apabila terdapat keluhan-keluhan mayor (terutama apabila ada yang merasa tidak
dibayar bertahun-tahun) diharapkan dapat memberikan laporan yang otentik dan
sesuai prinsip kepada pihak otoritas, terutama KIDI Provinsi. Laporan yang valid akan
ditindaklanjuti

h. Himbauan dan Follow-up


Kendala keterlambatan turunnya BBH terjadi karena banyak faktor, untuk itu
diharapkan sejawat Dokter Internsip tetap bersabar, bepikiran positif, dan terus
menyalurkan aspirasinya demi perbaikan pembayaran BBH
Akan dibentuk grup komunikasi di aplikasi WhatssApp antara Perwakilan Dokter
Internsip, KIDI, Badan PPSDM Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan sebagai sarana
komunikasi yang terbuka antara pihak-pihak tersebut. Harapan kami, setelah ini
aspirasi dan permasalahan di lapangan mengenai Internsip dapat lebih cepat
tersalurkan dan ditindaklanjuti melalui arus informasi di grup tersebut.
Penutup

Petisi ini adalah salah satu upaya gerakan untuk membuka kanal informasi yang terbuka
antara Peserta dan Penyelenggara Program Internsip Dokter Indonesia. Gerakan ini bukanlah
akhir, tapi hanya sebuah anak tangga kecil dari pengawalan kebijakan PIDI yang
berkesinambungan, bukan hanya demi kepentingan Dokter Internsip, melainkan juga demi
kepentingan kesehatan rakyat Indonesia.
Terima kasih sebesarnya untuk para inisiator; Abdurrahman Hadi, Aldillas Achmad Nursetyo,
Bela Dirk, Erlanga Araditya Satriyo, Fakih Nur Salimi Latief, Nur Laily Agustina, Saddam Husein
Saputra, dan Wendi Nurfandi. Juga untuk para kontributor: Andi Khomeini Takdir (Badan Data
dan Informasi PB IDI) atas masukan dan penerimaan Petisi kami, Indra Bramanditia, dan
Pramadio Bambang Nugroho.
Apresiasi tertinggi kami berikan kepada seluruh Dokter Internsip Indonesia yang telah
berpartisipasi menandatangani, menyebarkan, dan mendukung proses penyusunan Petisi ini.
Semoga bisa membawa perubahan baik untuk kita semua, tetap kawal dan kritisi.

Penyusun Notulensi,

Poundra Adhisatya Pratama


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai