Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN


(DPJP)

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI


JL. Raya Bukittinggi - Medan Kampung Cengkeh No. 86 Panti
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI
YARSI SUMATERA BARAT
KampungCengkeh No. 86 Telp.Fax. (0753) 335066
e-mail:yarsi_panti@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR IBNU SINA PANTI


NOMOR : 7/PER-DIR/IS-PT/II-2019

TENTANG
PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)
DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI

Menimbang : a bahwa untuk kepentingan tugas sesuai dengan tata kerja dan organisasi
RSI Ibnu Sina Panti ;
b bahwa Dokter Spesialis dipandang cakap dan mampu untuk dijadikan
Dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
c bahwa untuk terlaksananya maksud diatas perlu ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur RSI Ibnu Sina Panti ;

Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan;
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
8 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631 Tahun 2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di
Rumah Sakit;
9 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2017
tentang Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
11 Keputusan Bupati Pasaman Nomor 447/86/PSDK/DINKES/2016
tentang Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas D;
12 Keputusan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Sumatera
Barat Nomor 147/A/SK//PGRS/YARSI/VI-2018 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti;
13 Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Sumatera Barat Nomor 312A/SK/PGRS/YARSI/XI-2017 tentang
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI
YARSI SUMATERA BARAT
KampungCengkeh No. 86 Telp.Fax. (0753) 335066
e-mail:yarsi_panti@yahoo.com

Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti Masa


Jabatan tahun 2018-2021;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
PANTI TENTANG PENEMPATAN DOKTER PENANGGUNG
JAWAB PASIEN (DPJP) RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
PANTI
KEDUA : Penempatan Dokter Spesialis sebagai Dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) RSI Ibnu Sina Panti terhitung tanggal 27 Agustus 2018
KETIGA : Dokter Spesialis tersebut dalam Surat Keputusan ini menjalankan
tugasnya sebagaimana terlampir.
KEEMPAT : Dengan dikeluarkannya surat keputusan ini, maka surat keputusan yang
terdahulu tidak berlaku lagi
KELIMA : Surat Keputusan berlaku semenjak tanggal 27 Agustus 2018 dengan
ketentuan jika dikemudian hari terdapat kekeliruan akan ditinjau dan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Panti
pada tanggal : 07 Februari 2019

Direktur

dr. Dikho Atmanegara

Tembusan:
1. Sdr. Direktur RSI Ibnu Sina Panti
2. Kasie Pelayanan RSI Ibnu Sina Panti
3. Ka.Ins Penunjang Medis
4. Sdr. Kabid SDM, Keuangan dan ADM Umum RSI Ibnu Sina Panti
5. Tim PPI
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI
YARSI SUMATERA BARAT
KampungCengkeh No. 86 Telp.Fax. (0753) 335066
e-mail:yarsi_panti@yahoo.com

Lampiran Keputusan Direktur RSI Ibnu Sina Panti

Nomor : 26 /SK-DIR/IS-PT/VIII-2018

Tanggal : 27 Agustus 2018

Tentang : Keputusan Direktur RSI Ibnu Sina Panti Tentang Penempatan Dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) RSI Ibnu Sina Panti

URAIAN TUGAS DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)

A. Tugas Pokok :
Koordinasi kegiatan sebagai dokter penanggung jawab pasien di RSI Ibnu Sina Yarsi
Panti.

B. Uraian Tugas :
1. Melakukan rangkaian asuhan medis yang lengkap, meliputi:
a. Pemeriksaan medis kepada pasien untuk penegakan diagnosis
b. Meencanakan dan memberikan terapi dan pengobatan
c. Melakukan tindak lanjut/follow up
d. Melakukan rehabilitas pasien (jika perlu)
2. Melakukan konsultasi kepada pasien sesuai dengan kompetensinya (sesuai kebutuhan)
3. Memuat rencana pelayanan lengkap dalam berkas rekam medis, yang memuat segala
aspek pelayanan yang akan di berikan, pemeriksaan yang dilakukan, diagnosis
penyakit pasien, konsultasi, rehabilitasi
4. Berkoordinasi dengan DPJP Spesialis lain dalam hal penanganan pasien rawat
bersama untuk memberikan konsultasi kepada pasien
5. Memberikan pejelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pelayanan medis pasien
termasuk terjadinya kejadian yang diharapkan dan tidak diharapkan

C. Wewenang
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI
YARSI SUMATERA BARAT
KampungCengkeh No. 86 Telp.Fax. (0753) 335066
e-mail:yarsi_panti@yahoo.com

1. Kelancaran prosedur pelaksanaan pelayanan medik kepada pasien sebagai tanggung


jawabnya
2. Tersusunnya laporan pelaksanaan di berkas rekam medis

Panti, 07 Februari 2019

Direktur

dr.Dikho Atmanagara
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya
jua Pokja Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan telah menyelesaikan penyusunan
panduan penetapan DPJP yang merupakan acuan dalam pelaksanaan tindakan di rumah sakit.
Selanjutnya pada periode mendatang panduan ini perlu dievaluasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan regulasi yang berlaku.
Terakhir kepada para pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan ini saya ucapkan
terima kasih atas segala upaya yang telah disumbangkan, semoga panduan ini dapat bermanfaat
sebaik-baiknya.
Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk kepada kita dalam menjalankan misi dan
tujuan rumah sakit kita ini. Amin

Panti, 2 Januari 2019


RSI Ibnu Sina Yarsi Sumbar

Penyusun

i
Daftar isi

SK PEMBERLAKUAN
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................. ii
Bab I Defenisi............................................................................................................ 1
Bab II Ruang Lingkup................................................................................................ 3
Bab III Tata Laksana.................................................................................................. 5
Bab IV Dokumentasi.................................................................................................. 7

ii
BAB I
DEFENISI

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam panduan ini sebagai berikut:

1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket)
kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan
di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap
artinya melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya
sesuai kebutuhan pasien. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu
DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi.
Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP:
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.

2. DPJP Utama adalah bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi atau secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama.
Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinatorproses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
yang bersangkutan (“Kapten Tim“), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun
sinergisme, mencegah duplikasi. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian/data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP,
karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap.

3. Perubahan DPJP Utama


Untuk mencapai efektifitas pelayanan, DPJP utama dapat saja beralih dengan pertimbangan
seperti diatas atau atas keinginan pasien / keluarga atau keputusan komite medis.
Perubahan DPJP utama ini harus dicatat dalam berkas rekam medis dan ditentukan sejak
kapan berlakunya.

4. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para
professional pemberi asuhan pasien/staf klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang

1
memadai, yang antara lain terdiri dari : dokter, perawat, ahli gizi, farmasi klinis, fisioterapis,
dan sebagainya.

5. Manajer Pelayanan Pasien adalah professional di rumah sakit yang melaksanakan manajemen
pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi,
koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan
kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya
yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif.

6. Pelayanan kesehatan di rumah sakit : dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis. Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan
perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah
upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik. Dengan demikian asuhan medis kepada pasien diberikan
oleh dokter spesialis.

7. Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care),
dilakukan oleh semua professional pemberi asuhan, antara lain : dokter, perawat, ahli gizi,
farmasi klinis, dan lain sebagainya, disebut sebagai Tim interdisiplin.

7. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data tentang
hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan
medis yang lengkap.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini berlaku pada semua Instalasi Pelayanan di RSI Ibnu Sina Panti yang meliputi :
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi, Dan Instalasi Farmasi.

3
BAB IV
TATA LAKSANA

1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk pelayanan
interpretatif (antara lain : dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis radiologi, dan
sebagainya) harus memiliki SK dari Direktur Rumah Sakit berupa Surat Penugasan
Klinis/SPK (Clinical appointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis/RKK
(Clinical Privilege).
2. Penerbitan SPK dan RKK tersebut harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang
mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit.
3. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur dengan mengacu ke
Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan Standar
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
4. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien, pergantian
DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur Rumah
Sakit.
Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain berdasarkan :
a. permintaan pasien,
b. jadwal praktek,
c. jadwal jaga,
d. konsul/rujukan langsung.
Pergantian DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan
pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu dengan pola hari
Senin DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari Sabtu DrSp PD Y.
5. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan penunjukan DPJP
Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur Rumah Sakit.
6. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-butir sebagai
berikut :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan.
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam
kondisi (relatif) terparah.
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait.

4
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
7. Pengaturan tentang pengelompokan DPJP ditetapkan oleh Direktur sesuai kebutuhan.
Pengelompokan dapat dilakukan per disiplin (Kelompok Staf Medis Bedah, Mata, dan
sebagainya).
8. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat
inap harus memiliki DPJP.
9. Di Instalasi Gawat Darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan medis
awal/penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat dikonsulkan/dirujuk
ditempat (on-site) atau lisan ke dokter spesialis, dan dokter spesialis tersebut memberikan
asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah menjadi
DPJP pasien yang bersangkutan, sehingga DPJP berganti.
10. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP
Utama yang berasal dari para DPJP pasien tersebut. Kesemua DPJP bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator
proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan (sebagai “Kapten Tim“),
dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif,
keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
11. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/atau keluarga pasien.
12. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai
kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih
tanggung jawabnya.
13. Di kamar operasi, DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di kamar
operasi tersebut.
14. Pada keadaan khusus misalnya : seperti konsul saat diatas meja operasi/sedang dioperasi,
maka dokter yang dikonsulkan tersebut melakukan tindakan/memberikan instruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tersebut.
15. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain (antara
lain : dokter ruangan), maka DPJP yang bersangkutan harus memberikan supervisi, dan
melakukan validasi berupa pemberian paraf/tandatangan pada setiap catatan kegiatan
tersebut di rekam medis.
16. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para profesional pemberi asuhan yang bekerja secara tim
interdisiplin sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), DPJP
sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan
mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.

5
17. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada pasien karena
merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Yang Baik di Indonesia, KKI 2006)).
18. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para profesional pemberi asuhan
bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai
dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien, agar terjaga kontinuitas pelayanan.
19. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu formulir yang diisi
secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir
penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP
Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir.
20. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap DPJP
bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun asuhan
keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan
Klinis/Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Tingkat kepatuhan pada
Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit
Medis.

6
BAB V
DOKUMENTASI

1. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan nama dan
paraf/tandatangan. Pendokumentasian tersebut dilakukan antara lain di lembar asesmen awal
medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi/CPPT (Integrated note), lembar asesmen pra
anestesi/sedasi, laporan operasi, formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi, informed
consent, dan sebagainya.
2. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu formulir yang diisi
secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir
penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP
Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir.

Anda mungkin juga menyukai