Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

RISIKO PASIEN JATUH

RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA


JL. SOEKARNO-HATTA NO.75 MALANG
TAHUN 2015
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
NO. 222 / SK / RSPB / V / 2015

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PASIEN RISIKO JATUH

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan Keselamatan Terhadap


Risiko Pasien Jatuh Rumah Sakit Permata Bunda Malang,
maka diperlukan Buku Panduan Risiko Pasien Jatuh;
2. Tujuan Buku Panduan Risiko Pasien Jatuh adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan menjadi
panduan pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di Rumah
Sakit Permata Bunda Malang;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf 1 dan 2, maka perlu ditetapkan dalam Keputusan
Direktur.
MENGINGAT : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang -Undang Rl Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik.
3. Undang -Undang Rl Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
4. Permenkes RI No. 1438 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
5. Permenkes RI Nomor 1691 / Menkes / PER / XIII / 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Kepmenkes RI No. 1333 / Menkes / SK / XII / 1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit.
7. Kepmenkes RI No. 4961 / Menkes / SK / IV / 2005
tentang Pedoman Audit Medis.
8. Kepmenkes No. 129 / Menkes / SK / II / 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
9. Kepmenkes RI No. 374 / Menkes / SK / V / 2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA


BUNDA MALANG TENTANG PANDUAN RISIKO PASIEN
JATUH RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
disampaikan kepada pihak yang terkait untuk diketahui dan
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
KETIGA : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Di tetapkan di : Malang
Pada Tanggal : 20 Mei 2015
DIREKTUR RS PERMATA BUNDA

dr. Tuty Satrijawati, M.Kes


NRP : 0313110
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku Panduan Risiko Pasien Jatuh Rumah Sakit
Permata Bunda Malang tahun 2015.
Keselamatan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh semua tenaga
kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien di rumah sakit, termasuk risiko pasien jatuh.
Dalam memahami penyebab yang melatarbelakangi sesuatu yang tidak diinginkan dan
melakukan perubahan pada sistem dan proses untuk meminimalkan kemungkinan terulangnya
kejadian di masa mendatang. Sehingga dapat terpelihara kepercayaan dan citra rumah sakit maka
dibuat Buku Panduan Risiko Pasien Jatuh ini agar menjadi acuan dalam menyelesaikan insiden
yang terjadi di Rumah Sakit Permata Bunda Malang.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan
buku panduan ini, kami menyampaikan terima kasih. Saran serta kritik sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Malang, 20 Mei 2015


Ketua Tim Keselamatan Pasien
RS Permata Bunda Malang

dr. Asri Prameswari, Sp. PD

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN RS PERMATA BUNDA


Nama Keterangan Tanggal Tanda Tangan

1. dr. Asri Prameswari, Sp.PD

2. Arisna Tunggal P., S.Kep., Ns. Pembuat Dokumen

3. JB. Dewi Putri L.M., S.Kep., Ns.

Eta Riska Amalia, S.AP Authorized person

dr. Tuty Satrijawati, M.Kes. Direktur

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
SURAT KEPUTUSAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I DEFINISI ............................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA ............................................................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................... 8
REFERENSI ... 9

iii
BAB I
DEFINISI

Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan)
atau lingkungan (lantai yang licin).
Penilaian risiko jatuh ada 3 macam, yaitu:
1. Humpty Dumpty (usia 0 sampai 13 tahun)
2. Morse Fall Risk (usia 14 sampai 65 tahun)
3. Ontario Modified Stratify Sidney Scoring (usia di atas 65 tahun)
Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang pada umumnya disebabkan
oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. Faktor risiko jatuh dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori:
1. Intrinsik : berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk psikologisnya
2. Ekstrinsik : berhubungan dengan lingkungan
Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori yang dapat diperkirakan
(anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor risiko yang dapat diperkirakan
merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum pasien jatuh.

Faktor Risiko Jatuh Intrinsik (berhubungan Ekstrinsik (berhubungan dengan


pada Pasien dengan kondisi pasien) lingkungan)
Dapat diperkirakan Riwayat jatuh sebelumnya Lantai basah/ silau, ruang
Inkontinensia berantakan, pencahayaan
Gangguan kognitif/
kurang, kabel longgar/ lepas
psikologis Alas kaki tidak pas
Gangguan keseimbangan/ Dudukan toilet yang rendah
mobilitas Kursi atau tempat tidur beroda
Usia > 65 tahun Rawat inap berkepanjangan
Osteoporosis Peralatan yang tidak aman
Status kesehatan yang Peralatan rusak
Tempat tidur ditinggalkan
buruk
Gangguan moskuloskeletal dalam posisi tinggi
Tidak dapat Kejang Aritmia jantung Reaksi individu terhadap obat-
diperkirakan Stroke atau Serangan obatan
Iskemik Sementara
(Transcient Ischaemic
Attack/ TIA)
Pingsan
Serangan Jatuh (Drop
Attack)
1
Penyakit kronis

Tujuan pencegahan jatuh merupakan suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada
pasien, dengan cara:
1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko jatuh tinggi dengan menggunakan
Asesmen Risiko Jatuh
2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien (setiap hari)
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh dengan
menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Harian
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pelaksanaan asesmen pasien risiko jatuh dilaksanakan:


a. Unit Gawat Darurat
b. Unit Rawat Jalan
c. Unit Rawat Inap
d. Kamar Operasi
e. Unit Penunjang (Gizi, Radiologi dan Laboratorium)
2
f. Tempat Pendaftaran Pasien
2. Pengkajian risiko jatuh dilakukan oleh perawat pada saat pasien masuk rumah sakit dan
dimasukkan dalam catatan kajian awal keperawatan.
3. Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua pasien yang di
rawat inap memiliki risiko untuk jatuh, dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk
mencegah pasien jatuh.

BAB III
TATA LAKSANA

Berikut tata laksana dari risiko pasien jatuh:


A. Petugas penanggung jawab:
Perawat penanggung jawab pelayanan (PPJP).

B. Perangkat kerja:
1. Status rekam medis pasien;
2. Tanda risiko pasien jatuh (pita kuning & stiker kuning);
3. Formulir asesmen risiko pasien jatuh;
4. Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh;
5. Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh.
3
C. Tata laksana:
1. Penggunaan format asesment awal pada dewasa menggunakan Morse Fall Scale, pada
anak-anak menggunakan Humpty Dumpty Scale, & geriatri menggunakan Ontario
Modified Stratify Sidney Scoring.
2. Asesmen awal & skrining
a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale
dalam waktu segera sejak pasien masuk rumah sakit dan menyimpan hasil penilaian
dalam status rekam medis.
b. Skrining dilakukan dilakukan dengan tiga pertanyaan, yaitu apakah pernah jatuh
dalam 2 bulan terakhir?; apakah mengunakan alat bantu?; apakah ada kesulitan
berjalan?. Apabila salah satu jawaban ya, maka dilakukan intervensi, pertama,
pasang pagar pengaman dan kunci roda tempat tidur; kedua, edukasi pasien risiko
jatuh;, ketiga, pasang risk fall atau pita kuning pada pasien (rawat inap).
c. Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan, dan dicatat dalam
rencana keperawatan interdisiplin dalam waktu 2 jam setelah skrining awal.
d. Skrining farmasi dilakukan jika terdapat adanya risiko jatuh pada pasien.
3. Asesmen ulang
a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen risiko jatuh setiap dua kali sehari, saat
transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada
pasien.
b. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh sesuai usia dan kondisi pasien dan
rencana keperawatan interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan
hasil asesmen.
c. Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor <25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
4. Perawat penanggung jawab pelayanan yang bertugas akan mengidentifikasi dan
menerapkan Prosedur Pencegahan Jatuh, berdasarkan pada:
a. Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi);
b. Kebutuhan dan keterbatasan per pasien;
c. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices);
d. Asesmen klinis harian.
5. Prosedur Pencegahan Jatuh pada pasien yang berisiko rendah, sedang, atau tinggi
harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai secara optimal.
6. Intervensi pencegahan jatuh
a. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
1) Lakukan orientasi kamar rawat inap kepada pasien;
2) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur terpasang dengan baik;
3) Ruangan rapi;
4) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata);
5) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien);
6) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang);
7) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan
berfungsi);
8) Pantau efek obat-obatan;

4
9) Anjuran ke kamar mandi secara rutin;
10) Sediakan dukungan emosional dan psikologis;
11) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga.
b. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini:
1) Beri tulisan di dekat tempat tidur pasien Risiko Jatuh;
2) Beri penanda berupa pita berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan
tangan pasien;
3) Sandal anti licin;
4) Tawarkan bantuan ke kamar mandi/penggunaan pispot setiap 2 jam (saat pasien
bangun), dan secara periodik (saat malam hari);
5) Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh PPJP;
6) Nilai kebutuhan akan:
- Fisioterapi dan terapi okupasi;
- Alarm tempat tidur;
- Tempat tidur rendah (khusus);
- Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station.
7. Strategi Rencana Keperawatan
a. Strategi umum untuk pasien risiko jatuh, yaitu:
1) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam (saat pasien bangun);
2) Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur;
3) Lampu panggilan berada dalam jangkauan, perintahkan pasien untuk
mendemonstrasikan penggunaan bel pasien;
4) Jangan ragu untuk meminta bantuan;
5) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan;
6) Adakan konferensi multidisiplin mingguan dengan partisipasi tim keperawatan;
7) Rujuk ke unit yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik, misalnya
fisioterapi;
8) Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari
tempat tidur.
b. Strategi untuk mengurangi/mengantisipasi kejadian jatuh fisiologis, yaitu:
1) Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien;
2) Libatkan pasien dalam pemilihan aktifitas sehari-harinya;
3) Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika;
4) Kurangi suara berisik;
5) Lakukan asesmen ulang;
6) Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
c. Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, yaitu:
1) Bel pasien berada dalam jangkauan;
2) Posisikan tempat tidur rendah;
3) Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin;
4) Pencahayaan yang adekuat;
5) Ruangan rapi;
6) Sarana toilet dekat dengan pasien.
d. Manajemen setelah kejadian jatuh
1) Nilai apakah terdapat cidera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur,
cidera kepala);
2) Nilai tanda-tanda vital;
3) Nilai adanya keterbatasan gerak;
4) Pantau pasien dengan ketat;
5) Catat dalam status pasien (rekam medis);
6) Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi laporan
insidens;
7) Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien.
5
e. Edukasi pasien/ keluarga
Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan setuju
untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan
keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor risiko jatuh di lingkungan rumah
sakit dan melanjutkan keikutsertaannya sepanjang keperawatan pasien.
1) Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktifitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu;
2) Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-obatan, efek
samping, serta interaksinya dengan makanan/obat-obatan lain;
8. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan keperawatan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Penerapan risiko pasien jatuh dilakukan dan berkaitan dengan segala aktivitas yang ada
di Rumah Sakit Permata Bunda. Dalam pendokumentasian sebaiknya diusahakan selengkap-
6
lengkapnya dan dengan benar. Data diperoleh selengkap mungkin dan benar serta dapat
dipertangunggjawabkan, maka dengan pendokumentasian dapat ditetapkan standar penanganan
risiko pasien jatuh. Dokumen yang berkaitan dengan risiko pasien jatuh adalah sebagai berikut:
1. Format Humpty Dumpty pada pasien anak;
2. Format Morse Fall Risk Assesment pada pasien dewasa;
3. Format Ontario Modified Stratify Sidney Soring pada pasien geriatri;
4. Format Intervensi Risiko Jatuh Berdasarkan Risk Grading;
5. Format Morse Fall Risk Assesment Ulang pada Pasien Dewasa;
6. Format pengkajian ulang.
Demikian buku panduan ini dibuat untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
permata bunda dan meningkatakan keamanan. Sehingga diharapkan dapat memberikan
pelayanan maksimal khususnya pada pemberian pelayanan pada pasien risiko jatuh . Dengan
terbitnya buku panduan risiko pasien jatuh di Rumah Sakit Permata Bunda, maka segala hal
yang berkaitan dengan risiko pasien jatuh berdasarkan buku panduan ini terhitung setelah
ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit Permata Bunda Malang.

REFERENSI

Pearson, K.B & Coburn, A.F. (2011) Evidence-Base Falls Prevention In Critical Access
Hospital. Flex Monitoring Team University Of Minnesota.
Tim KKP-RS. 2007. Pedoman Pelaporan Insiden keselamatan Pasien (IKP). Jakarta.
Tim Akreditasi RS Permata Bunda, (2015) Panduan Pencegahan Risiko Pasien Jatuh. Malang.

Anda mungkin juga menyukai