Nomor. :
Tentang
MENIMBANG a. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Kartika Pulo Mas,
maka diperlukan regulasi tentang Panduan pengelolaan pasien resiko jatuh.
b. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam poin a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Kartika Pulo Mas
MENGINGAT 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tenang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Mentri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
PERTAMA : Memberlakukan Kebijakan Direktur Rumah Sakit Kartika Pulo Mas
KEDUA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Kartika Pulo Mas tentang Panduan Pengelolaan
Pasien Resiko Jatuh Rumah Sakit Kartika Pulo Mas
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, apabila dikemudian hari
terdapat keliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki kembali sebagaimana
mestinya
Di Tetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :10 April 2017
Direktur Utama
dr.Athmadhilla Rafitasari,B.Med,Sci,MARS
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KARTIKA
PULO MAS
NO. :
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN
PASIEN RISIKO JATUH
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang
mengakibatkan sesorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka. (makalah IPSG, 2013).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di
permukaantanahtanpadisengaja, dan tidak termasuk jatuh karena pukulan keras, kehilangan kesadaran
atau kejang.Kejadian jatuh tersebutadalahpenyebabspesifik yang jenis dan konsekuensinyaberbeda
dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh.
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tudak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian
yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat / dirasakan atau kejadian
jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi akibat penyakit seperti stoke, pingsan, dan lainnya.
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Ada dua faktor risiko yang mempengaruhi kejadian jatuh antara lain:
1. Faktor Intrinsik
Adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu
tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh.Faktor intrinsik tersebut
antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan,
kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan
gelap, keringat dingin, pucat dan pusing.
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)diantaranya cahaya ruangan
yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda. Faktor-faktor ekstrinsik tersebut
antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah, tempat
tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu
berjalan. Dalam panduan ini faktor ekstrinsik tidak dijelaskan secara mendalam namun akan
dijelaskan lebih lanjut di Managemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
Kejadian jatuh dapat mengakibatkan beberapa dampak yang merugikan bagi seseorang, antara lain:
1. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek
atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur
pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
2. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik dan
penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.
3. Mati, yaitu akibat terburuk dari kejadian jatuh.
A. Tujuan
1. Sebagai acuan untuk melakukan pengelolaan pasien risiko jatuh di rumah sakit.
2. Mengurangi cedera akibat pasien jatuh di rumah sakit.
B. Sasaran
Semua pasien di Rumah Sakit Kartika Pulo Mas
BAB II
RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pasien jatuh merupakan salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Yang mendasari upaya ini adalah beberapa kasus jatuh yang terjadi di Rumah
Sakit yang menimbulkan cedera atau hampir cidera bagi pasien. Bahkan kasus tersebut menyebabkan
semakin lamanya waktu kesembuhan pasien atau mungkin dapat memperburuk kondisi pasien.
Seharusnya hal seperti ini dapat dicegah apabila setiap rumah sakit menerapkan manajemen risiko
pasien jatuh dengan baik. Sehingga dapat mengurangi angka insiden dan meningkatkan keselamatan
pasien Rumah Sakit.
Jumlah kasus pasien jatuh di rawat inap cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien di rumah
sakit, oleh karena itulah maka rumah sakit perlu menetapkan tindakan atau langkah – langkah untuk
mengurangi risiko pasien jatuh di rumah sakit. Rumah Sakit Kartika Pulo Mas memiliki komitmen
tinggi dalam mewujudkan keselamatan pasien. Hal ini dituangkan dalam panduan manajemen resiko
pasien jatuh yang dibuat sebagai acuan staf Rumah Sakit dalam mengelola pasien.
Ruang lingkup pengelolaan pasien jatuh meliputi pasien rawat inap baik dewasa dan anak-anak
dengan menggunakan metoda yang sudah ditentukan. Pengelolaan yang dimaksud adalah asesmen
awal risiko jatuh, asesmen ulang dan intervensinya.
BAB III
TATA LAKSANA RISIKO PASIEN JATUH
…………………………… …………………………
DI RAWAT INAP
Keterangan:
- Lingkari skore yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Jumlah total skore pasien.
Pasien diobservasi selama 24 jam, lingkari skore yang sesuai untuk pasien,
hitung total skor
e pasien.Skore yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat
risiko jatuh pasien tersebut. Lakukan tindakan pencegahan (patient safety).
Setelah dilakukan skoring, tentukan tingkat resiko sebagai berikut :
Tingkat risiko pasien Skore Pengelolaan pasien
jatuh
Tidak berisiko 0-24 Perawatan yang baik
Risiko rendah 25-44 Lakukan intervensi jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 45 Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
Tindakan keperawatan :
1) Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat
menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan
sendiri, misalnya pada malam.
2) Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
3) Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya sepatu
atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
4) (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya
terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidrasi ( perawat
menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari ).
5) Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada.
6) Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak .
7) Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari .
8) Mewaspadai obat-obatan yang dapat menyebabkan risiko pasien jatuh di rumah
sakit seperti daftar di bawah ini :
Golongan Nama Obat
Obat
Psikotropika Klordiazepoksid, klorpromazin, carbamazepin, THP, ergotamin kafein
Narkotika Petidin, fentanil, morfin,codein
Antihistamin Klorfeniramin maleat, cetirizin, mebhidrolin
Antikejang Diazepam, phenobarbital
Diuretik Furosemid, Manitol, Spironolakton
Sedatif Midazolam, Alprazolam, Clobazam
Anti Insulin, Glimepirid,Glibenklamid,
hipoglikemi
Antihipertensi Captopril, lisinopril, propanolol, bisoprolol, amlodipin, nifedipin,
irbesartan, nicardipin, diltiazem
............. ...............
1. Isi format skoring resiko pasien jatuh sesuai dengan keadaan sebenarnya pasien dengan
format dibawah ini :
Keterangan:
- Lingkari skor yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Jumlah total skor pasien.
5. Tata cara pelaporan bila terjadi jatuh pada anak tidak berbeda dengan alur pelaporan
kejadian jatuh pada pasien dewasa. Proses pelaporan sesuai diatas.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi yang diperlukan dalam asesmen risiko jatuh pasien adalah formulir
pengkajian risiko jatuh untuk pasien dewasa dan anak-anak. Ini juga termasuk pengkajian
ulangnya. Selain itu, kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap pengelolaan risiko
pasien jatuh di rumah sakit juga harus terdokumetasikan yang meliputi :
1. Pengkajian dengan benar risiko pasien jatuh dengan metode modified get up and go test untuk
pasien rawat jalan
2. Pengkajiandengan benar risiko pasien jatuh dengan menggunakan metode fall morse scale
dan humpty dumpty scaleuntuk pasien rawat inap
3. Tata laksana risiko pasien jatuh dilakukan sesuai prosedur
4. Angka kejadian insiden pasien jatuh di rumah sakit
5. Pelaporan insiden jatuh dan dilakukan audit
6. Peningkatan fasilitas kesehatan dan pengembangan
Di Tetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :10 April 2017
Direktur Utama
dr.Athmadhilla
Rafitasari,B.Med,Sci,MARS
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
FORMAT SKORING RISIKO PASIEN JATUH RUMAH SAKIT KARTIKA PULO MAS
BERDASARKAN METODE FALL MORSE SCALE
Nama : Tanggal lahir :
Pasien
Alamat : No RM :
Ruang : Diagnosa :
KETERANGAN KRITERIA SCORE
Riwayat jatuh Tidak 0
Ya 25
Diagnosis sekunder Tidak 0
Ya 15
Bantuan Ambulasi Tidak ada, bed rest 0
Bantuan perawat , kruk , tongkat, walker 15
Bantuan perawat , kruk , tongkat, walker dan 30
mencengkeram furniture untuk berjalan
IV atau akses IV Tidak 0
Ya 20
Gaya berjalan Normal/bedrest 0
Lemah 10
Gangguan 20
Status mental Orientasi pada kemampuan sendiri 0
Overestimates atau forgets limitations 15
TOTAL SCORE …………
KESIMPULAN
Tidak berisiko Risiko rendah Risiko tinggi
(0-24) (25-50) (lebih dari 51)
…………………………….. …………………………..
Keterangan:
1. Lingkari skore yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Jumlah total skore pasien.
Lampiran 2
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.
Lampiran 3
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.
Lampiran 4
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.
Lampiran 5
FORMAT SKORING RISIKO PASIEN JATUH PADA ANAK RUMAH SAKIT KARTIKA
PULO MAS
BERDASARKAN METODE HUMPTY DUMPTY FALL SCALE
Parameter Kriteria Skor
Usia
Kurang dari 3 tahun 4
3 sampai kurang dari 7 tahun 3
7 sampai kurang dari 13 tahun 2
13 tahun keatas 1
Jenis kelamin
Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosis
Penyakit neurologis 4
Diagnosis yang memerlukan oksigenasi (penyakit respiratori, amenia, 3
anoreksia, syncope/dizziness dll)
Penyakit gangguan tingkah laku/psikis 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan
kognitif
Tidak dapat berorientasi 3
Berorientasi sebagian pada kemempuan diri 2
Mampu berorientasi penuh pada kemampuan diri 1
Faktor
lingkungan
Riwayat jatuh sebelumnya atau jatuh dari ranjang 4
Pasien menggunakan alat bantu atau diletakkan di buaian 3
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Pasien dapat berjalan bebas 1
Pengaruh dari
pembedahan/sed
asi/anesthesi
Kurun waktu 24 jam 3
Keterangan:
Lingkari skor yang sesuai dengan kondisi pasien.
Jumlah total skor pasien.
Lampiran 6
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.
Lampiran 7
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.
Lampiran 8
Keterangan:
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan pengkajian pasien jatuh. Petugas evaluator adalah manajer keperawatan atau petugas SPI,
atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai.