Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

MENCEGAH PASIEN CEDERA KARENA JATUH


RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO

DAFTAR ISI

i
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
PERATURAN DIREKTUR PEMBERLAKUAN PANDUAN .......................... iii
BAB I DEFINISI ............................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................. 2
BAB III TATA LAKSANA .............................................................................. 8
BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................. 13

ii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO
NOMOR : ......../PER/DIR/AND/I/2020

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN MENCEGAH PASIEN CEDERA KARENA JATUH
RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO

DIREKTUR RS ANANDA PURWOKERTO

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Ananda


Purwokerto, dengan mengembangkan suatu pendekatan yang
mengurangi resiko jatuh;
2. Bahwa agar pelayanan pasien di RS Ananda Purwokerto dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Panduan Risiko Pasien Jatuh
di RS Ananda Purwokerto sebagai landasan bagi penyelenggaraan
keselamatan pasien di RS Ananda Purwokerto;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
angka (1) dan (2) diatas,perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur RS Ananda Purwokerto.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEMBERLAKUAN PANDUAN MENCEGAH PASIEN CEDERA


KARENA JATUH ANANDA PURWOKERTO
Pertama : Pemberlakuan Panduan Mencegah Pasien Cedera Karena Jatuh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Keselamatan Pasien

iii
dengan terciptanya Pengurangan Resiko Pasien Jatuh di RS Ananda
Purwokerto;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Purwokerto
Pada tanggal : 1 Januari 2020
Direktur RS Ananda Purwokerto

dr. Widayanto, M.Kes


NIPRS : 010114.1.001

iv
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS ANANDA PURWOKERTO
NOMOR : /PER/DIR/AND/I/2020
TANGGAL : 1 JANUARI 2020
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN MENCEGAH PASIEN CEDERA
KARENA JATUH

BAB I
DEFINISI

Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja / tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan)
atau lingkungan (lantai yang licin).
Kejadian jatuh terdiri dari :
1. Kejadian jatuh tidak disengaja yaitu : kejadian jatuh yang terjadi secara tidak sengaja
(misalnya terpeleset, tersandung). Pasien yang berisiko mengalami kejadian ini tidak dapat
diidentifikasikan sebelum mengalami jatuh dan umumnya tidak dikategorikan dalam risiko
jatuh. Kejadian jatuh jenis ini dapat dicegah dengan menyediakan lingkungan yang aman.
2. Kejadian jatuh yang tidak diantisipasi yaitu : kejadian jatuh yang terjadi ketika penyebab fisik
tidak dapat diidentifikasi.
3. Kejadian jatuh yang dapat diantisipasi (diperkirakan) yaitu : kejadian jatuh yang terjadi pada
pasien yang memang berisiko mengalami jatuh (berdasarkan skor asesemen risiko jatuh).

1
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pada Pasien IGD dan IRJA dilakukan skrining


2. Pada pasien yang diputuskan rawat inap atau di IGD lebih dari 2 jam sejak admisi dilakukan
skoring risiko jatuh.
3. Pada pasien IGD, IRJA digunakan alat identifikasi risiko jatuh berupa pita kuning yang
diikat pada lengan atas tangan kanan pasien.
4. Pada pasien rawat inap digunakan alat identifikasi risiko jatuh berupa kancing kuning
(ditempel di gelang identitas) dan segitiga kuning yang tempel di tempat tidur dan pintu
kamar pasien.
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh staf rumah sakit. Salah satu
upaya mendukung peningkatan keselamatan pasien adalah dengan mencegah dan menangani
pasien jatuh di rumah sakit.
Pengkajian tersebut adalah berupa tindakan mengidentifikasi faktor risiko jatuh dengan
melihat atau mengkaji dengan buku skrining RS Ananda Purwokerto, untuk pasien dengan risiko
jatuh rendah dan sedang diberikan identifikasi berupa kancing warna kuning dan untuk risiko
jatuh tinggi diberikan identifikasi berupa segitiga berwarna kuning.
Walaupun ada banyak cara untuk menghitung dan mengklasifikasikan risiko jatuh pasien
tetapi RS Ananda Purwokerto memutuskan untuk menggunakan di rawat jalan, IGD dan rawat
inap, untuk rawat jalan dan IGD menggunakan skrining risiko jatuh, untuk rawat inap memakai 2
cara yaitu menggunakan Morse Fall Score (untuk pasien dewasa), Humpty - Dumpty Fall
Assesment Score (untuk pasien anak-anak) Bayndir Hospital Risk Evaluation (untuk bayi baru
lahir). Berikut diterangkan mengenai Morse Fall Score, Humpty - Dumpty Fall Assesment Score
Bayndir Hospital Risk Evaluation (untuk pasien bayi), serta cara penggunaannya :
1. Morse Fall Score
Faktor risiko Skala Poin Skor pasien
Riwayat jatuh Ya 25

2
Tidak 0
Diagnosis sekunder (≥ 2 diagnosis Ya 15
medis) Tidak 0
Alat bantu Berpegang pada perabot 30
Tongkat alat penopang 15
Tidak ada/kursi/perawat/tirah baring 0
Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal/tirah baring/imobilisasi 0
Status mental Sering lupa akan keterbatasan yang 15
dimiliki
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total
Kategori :
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25-44
Risiko rendah = 0-24
Petunjuk Penggunaan Asesmen Risiko Jatuh Morse :
a. Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian
jatuh psikologis dalam 12 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan,
berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh berikan skor 0.
b. Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0
c. Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien
menggunakan tongkat/alat penopang berikan skor 15. Jika pasien dapat berjalan tanpa alat
bantu berikan skor 0
d. Terapi intravena (terpasang infus) :
Jika pasien terpasang infus berikan skor 20, jika tidak berikan skor 0
e. Gaya berjalan :
1) Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan, mengalami kesulitan untuk bangun dari
kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala
menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang-total

3
untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu
berjalan, dan langkah-langkahnya pendek berikan skor 20
2) Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah, pasien membungkuk, tidak dapat
mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan atau memerlukan bantuan ringan
untuk berjalan dan langkah-langkahnya pendek berikan skor 10
3) Jika pasien memiliki gaya berjalan normal berikan skor 0
f. Status mental :
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan.
Jika pasien mempunyai over – estimasi terhadap kemampuan fisiknya berikan skor 15. Jika
asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya berikan skor 0.

2. Humpty Dumpty Fall Assesment Score


No Parameter Kriteria Skor
1 Umur 1. < 3 tahun 4
2. 3-6 tahun 3
3. 7-12 tahun 3
4. ≥ 13 tahun – 15 tahun 1
2 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2
2. Perempuan 1
3 Diagnosis 1. Diagnosa berhubungan dengan neurologis 4
2. Perubahan dalam oksigenasi (diagnosa berhubungan 3
dengan respirasi, dehidrasi, anemia, syncope/pingsan,
oyong/berputar-putar, dll)
3. Kelainan psikis / perilaku 2
4. Diagnosa lain 1
4 Faktor lingkungan 1. Risiko jatuh atau bayi baru lahir - anak sangat kecil 4
yang baru belajar jalan ditaruh ditempat tidur
2. Pasien memakai alat bantu / topang atau bayi baru
lahir – anak sangat kecil yang baru belajar ditaruh 3
didalam tempat tidur berpenyangga atau didalam
ruangan yang penuh dengan perabot/perlengkapan
atau pencahayaan kamar yang buruk
3. Pasien ditempatkan di tempat tidur 2
4. Pasien ditempatkan diarea terbuka 1
5 Pemakaian obat- 1. Pemakaian 2 atau lebih dari obat golongan : Penenang 3
obatan (sedatif), Tidur (hypnotik), Barbiturat, Fenotiazin,

4
Anti Depresan, Pencahar/Diuretik, dan Narkotik)
2. Satu dari obat yang tertera diatas 2
3. Obat-obatan selain golongan diatas 1
6 Perbaikan 1. Tidak was-was / tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Kognitif 2. Lupa terhadap keterbatasan 2
3. Orientasi baik terhadap kemampuan sendiri 1
7 Mengalami 1. Dalam 24 jam 3
operasi/pembiusan 2. Dalam 48 jam 2
sedasi (Anestesi / 3. Lebih dari 48 jam 1
sedasi)
Keterangan :
Skor Minimal = 75
Skor Maximum = 23
Resiko tinggi = ≥ 12
Resiko rendah = < 12

3. Bayndir Hospital Risk Evaluation


Faktor risiko Skor Nama risiko skor Preventif
1 Bayi dikeluarkan Ibu di informasikan
dari inkubator tentang risiko jatuh
1 Bayi dimandikan Suport dari orang
kedua dibutuhkan,
lantai harus kering
1 Riwayat bayi Ibu dan tim perawat
terjatuh diiforasikan tentang
riwayat jatuh
1 Riwayat kejang Ibu diinformasikan,
pada ibu atau bayi ibu tidak boleh
memegang bayi
sendiri, ibu
disarankan untuk
menginformasikan
petugas apabila
terasa akan kejang
1 Ada alat yang Awasi risiko jatuh
terhubung pada yang disebabkan
bayi karena alat yang
terhubung pada
bayi
3 Pemindahahan bayi Lantai harus kering,
bayi tidak boleh
dibawa dengan
tangan kosong
harus dibawa
dengan bok bayi
1 Perubahan status Ibu diinformasikan
klinis dari bayi tentang risko jatuh

5
1 Perubahan kondisi Faktor risiko pada
seperti hipoglikemi ibu dievaluasi
dan hipotensi pada dengan morse, ibu
ibu tidak diperbolehkan
memegang bayi
sendirian
1 Disabilitas pada ibu Dokter dan ibu
atau ibu terlalu diberitahu tantang
muda atau terlalu risiko jatuh
tua
1 Ibu sendirian Menekan bel
dirumah sakit apabila
membutuhkan
bantuan perawat
Interpretasi :
1. Skor 1-3 ibu diinformasikan tentang risiko jatuh, risiko jatuh ibu di evaluasi dengan
morse
2. Skor > 4 bayi diberikan kancing warna kuning ibu diberikan informasi risiko jatuh
tatalaksana risiko jatuh sesuai risiko dandipasangkan segitiga warna biru kamar dan bed
ibu apabila rawat gabung

Selain itu, faktor risiko pasien jatuh di rumah sakit dapat juga dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated 5)
Intrinsik (berhubungan dengan Ekstrinsik (berhubungan
kondisi pasien) dengan lingkungan)
Dapat diperkirakan  Riwayat jatuh sebelumnya  Lantai basah/silau, ruang
 Inkontinensia berantakan, pencahayaan
 Gangguan kognitif/psikologis kurang, kabel longgar/lepas

 Gangguan  Alas kaki tidak pas


keseimbangan/mobilitas  Dudukan toilet yang rendah
 Usia > 65 tahun  Kursi atau tempat tidur
 Osteoporosis beroda

 Status kesehatan yang buruk  Rawat inap berkepanjangan


 Peralatan yang tidak aman
 Peralatan rusak
 Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi
Tidak dapat  Kejang  Reaksi individu terhadap
diperkirakan  Aritmia jantung obat-obatan
 Stroke atau serangan iskemik
sementara (Transient Ischaemic
Attack-TIA)

6
 Pingsan
 Serangan jatuh (Drop Attack)

BAB III
TATA LAKSANA

1. Setelah skrining, pasien IGD dan IRJA dengan risiko jatuh akan diberikan tatalaksana:

7
a. Pemberian pita kuning di lengan kanan atas
b. Edukasi, orientasi area IGD dan rawat jalan pada pasien dan pengantar.
c. Pasien IGD dipersilakan berbaring di tempat tidur IGD dengan pengaman tempat tidur
ditegakan dan tempat tidur terkunci.
d. Pasien rawat jalan dipersilakan duduk di kursi roda/tempat duduk didampingi
pendamping.
2. Adapun prosedur pencegahan jatuh untuk risiko jatuh rendah pada pasien dewasa
(pencegahan umum) adalah sebagai berikut :
a. Edukasi risiko jatuh pada pasien dan keluarga
b. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien.
c. Posisikan bel panggilan, pispot, dan pegangan tempat tidur berada dalam jangkauan.
d. Jalur untuk pasien berjalan harus bebas obstruksi dan tidak licin.
e. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien.
f. Posisikan tempat tidur rendah (tinggi tempat tidur sebaiknya ≤ 63,5 cm), dan pastikan
roda terkunci.
g. Tentukan penggunaan paling aman untuk pegangan di sisi tempat tidur. Ingat bahwa
menggunakan 4 sisi pegangan tempat tidur dianggap membatasi gerak (mechanical
restraint).
h. Menggunakan sandal anti licin.
i. Pastikan pencahayaan adekuat.
j. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan.
k. Bantu pasien ke kamar mandi, jika diperlukan.
l. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi, anti
hipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya), konsultasikan dengan dokter atau
petugas farmasi jika perlu.
m. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada pasien dengan
gangguan keseimbangan/gaya berjalan/penurunan fungsional.
n. Nilai ulang status kemandirian pasien setiap hari.
o. Pantau adanya hipertensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing atau vertigo dan ajari
pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan.
p. Gunakan peninggi tempat dudukan toilet jika diperlukan atau alat pegangan disamping
dudukan toilet.
3. Sedangkan untuk pasien dewasa dengan risiko jatuh tingkat sedang sampai tinggi dilakukan
prosedur pencegahan umum diatas ditambah :
a. Pakaikan kancing kuning di gelang identifikasi
b. Pasang tanda segitiga risiko jatuh di tempat tidur dan pintu kamar pasien untuk pasien
berisiko jatuh tinggi

8
c. Lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station
d. Lakukan pengawasan ketat
e. Pastikan sepanjang waktu bahwa posisi tempat tidur rendah dan kedua sisi pegangan
tempat tidur terpasang dengan baik
f. Tawarkan bantuan ke kamar mandi
g. Batasi aktivitas pasien dan berikan tindakan pencegahan pada pasien dan keluarga
h. Perawat mengingatkan keluarga untuk membawa alas kaki dan alat bantu dari rumah
(seperti tongkat, alat penopang)
i. Nilai kebutuhan akan fisioterapi
j. Pastikan pasien menggunakan alat bantu yang sesuai
k. Kolaborasi dengan tim interdisiplin dalam merencanakan program pencegahan jatuh
l. Pastikan perangkat keselamatan pasien digunakan dan berfungsi dengan baik
m. Memasang restrain pada pasien yang berisiko jatuh tinggi dan disertai penurunan
kesadaran yang tidak kooperatif atau terdapat gangguan mental (kognitif) / usaha bunuh
diri, atas anjuran dan sesuai instruksi dokter
4. Prosedur Pencegahan Resiko Jatuh untuk semua pasien anak-anak (Pencegahan Umum)
a. Lakukan orientasi kamar kepada pasien / orang tua / pengasuh pasien
b. Posisikan tempat tidur rendah dan roda terkunci
c. Penyangga samping tempat tidur dapat ditinggikan lebih kurang 2 kali tinggi badan saat
pasien sedang berbaring / tempat tidur berpenyangga dengan tinggi 2 kali tinggi badan
pasien (khususnya anak kecil < 3 tahun yang kooperatif)
d. Memakai sandal dan pakaian dengan ukuran yang sesuai untuk mencegah risiko terselip
e. Membantu bila hendak ke toilet jika diperlukan
f. Bel panggilan berada dalam jangkauan dan orang tua / pengasuh diajari tentang cara
pemakaiannya
g. Lingkungan sekitar bebas dari perlengkapan yang tidak diperlukan perabot pada tempatnya
dan terbebas dari bahan / zat berbahaya
h. Mendapat pencahayaan yang cukup dan memberikan lampu malam tetap menyala jika
diperlukan
i. Mengedukasi pasien/keluarga/pengasuhnya tentang pencegahan terhadap risiko jatuh
j. Mendokumentasikan semua yang sudah diedukasikan termasuk rencana perawatan pasien
yang jatuh
k. Mendokumentasikan semua yang sudah diedukasikan termasuk rencana perawatan pasien
yang jatuh
l. Mengantar pasien antar unit didalam rumah sakit dengan brankard berpengaman (jika
memakai brankard)

9
5. Prosedur pencegahan risiko jatuh terhadap pasien anak-anak yang memiliki risiko jatuh yang
tinggi yaitu seluruh prosedur penugasan umum ditambah:
a. Memberikan kancing kuning pada gelang identitas pasien dan tanda segitiga kuning di
tempat tidur dan pintu kamar
b. Menemani pasien saat hendak bepergian / berjalan
c. Menempatkan pasien didalam tempat tidur berpenyangga jika diperlukan
d. Lokasi tempat tidur pasien berdekatan dengan nurse station
e. Mengevaluasi jam / waktu pemberian obat
f. Memindahkan perlengkapan tidak dipakai keluar ruangan pasien
g. Membiarkan pasien sementara terbuka (jika diperlukan) kecuali ada pengantar khusus
untuk tidak membiarkan pasien terbuka
h. Memasang restrain pada pasien yang berisiko tinggi jatuh dan disertai untuk penurunan
kesadaran yang tidak kooperatif atau terdapat gangguan mental / kognitif / usaha bunuh
diri, atas anjuran dan sesuai instruksi dokter.
6. Tatalaksana bayi baru lahir dengan risiko jatuh disesuiakan dengan faktor risikonya.
a. Ingatkan kepada semua perawat/bidan
1) Menutup pintu inkubator jika meninggalkan bayi
2) Tidak meninggalkan bayi pada saat bayi ada diatas meja tindakan
3) Tidak meninggalkan bayi di atas timbangan
4) Berhati-hati pada saat akan memegang atau memindahkan bayi dari satu tempat
ketempat lain.
b. Ajarkan pada orang tua agar mengangkat bayi dengan hati-hati
c. Selalu bersikap waspada terhadap risiko jatuh : meningkatkan frekuensi kehadiran
perawat/bidan
d. Jelaskan kepada orang tua /pendamping tentang risiko jatuh pada bayi dan upaya
pencegahannya :
1) Gunakan alas kaki yang tidak licin
2) Memegang bayi (seizin perawat/bidan)
e. Anjurkan kepada orang tua/pendamping untuk meminta bantuan petugas perawat/bidan
bila mengalami kesulitan saat bersama bayi : menyusui, mengganti popok atau menidurkan
bayi.
f. Pasang segitiga warna kuning pada pasien berisiko jatuh tinggi di deb pasien atau pintu
kamar pasien
7. Tatalaksana pasien jatuh
Tidak menutup kemungkinan walaupun segala prosedur diatas sudah diterapkan tapi tetap
saja ada kasus pasien jatuh di rumah sakit, maka bila ada kejadian tersebut baik dengan atau
tanpa cedera, prosedur yang akan segera dilakukan adalah sebagai berikut:

10
a. Perawat segera memeriksa pasien terhadap cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi,
cedera kepala, dan lain-lain) dan memeriksa tanda vital
b. Dokter yang bertugas akan segera diberitahu untuk melakukan pemeriksaan fisik termasuk
pemeriksaan neurologis serta evaluasi lebih lanjut
c. Perawat akan mengikuti tatalaksana yang diberikan oleh dokter
d. Pindahkan kamar pasien lebih dekat dengan pos perawat (nurse station)
e. Pasien secara otomatis masuk pasien berisiko tinggi
f. Jika pasien menunjukkan adanya gangguan kognitif / mental / usaha bunuh diri, sediakan
alarm tempat tidur. Jika kurang efektif dapat dipertimbangkan untuk menggunakan tali
pengaman (non – emergency restraint) atas instruksi dokter
g. Pemeriksaan neurologi dan tanda vital
h. Dengan izin dari pasien, keluarga akan diberitahukan jika pasien mengalami kejadian
jatuh, termasuk cedera yang ditimbulkan
i. Kejadian jatuh akan dicacat dalam Asuhan Keperawatan
j. Laporkan kejadian jatuh ini sebagai insiden keselamatan pasien
k. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan upaya pencegahannya kepada pasien dan
keluarga
8. Faktor lingkungan
Sebagai tambahan karena faktor lingkungan dan menerima merupakan salah satu faktor risiko
penyebab pasien jatuh di Rumah Sakit maka perlu diperhatikan dalam hal :
a. Petugas Kebersihan tanda “Awas lantai licin” bila sedang mengepel / dijumpai ada bagian
lantai yang basah dan segera dibersihkan
b. Staf RS segera memberitahu Petugas Kebersihan jika ada kondisi lantai licin akibat
tumpahan cairan / tetesan air / kebocoran / genangan.
c. Petugas Kebersihan mengepel / membersihkan lantai pada jam-jam sepi pengunjung /
aktivitasnya yaitu mulai jam 07.00 – 09.00 pagi dan jam 14.00 – 16.00 siang serta
memasang tanda “Awas lantai licin”
d. Penerangan didalam lingkungan rumah sakit adalah tergolong cukup baik sesuai syarat
K3RS
e. Staf RS tidak dibenarkan berlarian di dalam lingkungan RS bila tidak ada kepentingan
gawat darurat.
f. Edukasi pasien / keluarga / pengasuhnya / pengunjung juga punya peran penting dalam
pencegahan pasien risiko jatuh di rumah sakit, oleh karena itu maka kepada mereka harus
diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan setuju utuk mengikuti strategi pencegahan
jatuh yang telah ditetapkan. Pasien, keluarga, dan pengasuh / pengunjung harus diberikan
edukasi mengenai faktor risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan melanjutkan.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

12
Sistem pencatatan dan pelaporan dari asesmen, pencegahan dan manajemen pasien risiko jatuh ,
tatalaksana pasien jatuh, dan pelaporan insiden keselamatan pasien berupa pasien jatuh yaitu:
1. IGD dan IRJA : hasil skrining risiko jatuh didokumentasikan di lembar skrining
2. IRNA : risiko jatuh didokumentasi di lembar asesment awal
3. Setelah asesmen dilakukan maka minimal 2 jam kemudian rencana intervensi segera
disusun, diimplementasikan dan dicatat dalam asuhan keperawatan.
4. Asesment ulang risiko jatuh dilakukan dan didokumentasikan di CPPT:
a. Minimal 1x 24 jam
b. Saat ada perubahan kondisi/pemberian obat obatan yang mempengaruhi kesadaran dan
keseimbangan
c. Saat transfer pasien ke unit lain
5. Saat pergantian jam kerja, setiap perawat yang bertugas akan melaporkan pasien yang telah
menjalani asesmen risiko jatuh kepada perawat jaga berikutnya.
6. Lakukan dan dokumentasikan pencegahan, manajemen risiko jatuh, tatalaksana pasien jatuh
pada asuhan keperawatan.
7. Laporkan insiden pasien jatuh sebagai IKP mengituti alur pelaporan IKP
8. Apabila menemukan hal/kondisi yang terkait dengan risiko jatuh masukan dalam risk
register unit.

13

Anda mungkin juga menyukai