Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus
yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
(Price Sylvia A, 2005)
Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim
paru distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. (Tjokronegoro, 2001)
Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang
secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru
sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam –
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh
trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar
hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
2. Etiologi
a. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S.
aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa

.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)
e. Aspirasi benda asing
f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah
daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi
protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak
sempurna. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
3. Tanda dan Gejala
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas.
4. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi
untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau
pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

5. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001)


Pederita sakit berat yang Jamur, virus, bakteri, protozoa
dirawat di RS
Penderita dengan supresi
sistem kekebalan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Saluran napas bagian bawah

Peningkatan produksi Bronchiolus


secret Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus

Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus

Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk

Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Gangguan rasa
Peningkatan nyaman nyeri Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat

Perangsangan RAS Resiko penyebaran O2 kejaringan


infeksi menurun Cairan tubuh
berkurang

Susah tidur Distensi abdomen Kelemahan


Defisit volume
cairan
Perubahan pola tidur Muntah, anoreksia Intoleransi
aktifitas
Ancaman kehidupan
Metabolisme Kompensasi
meningkat cadangan lemak
digunakan tubuh
Ansietas (orang tua)
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan tumbang Penurunan status gizi
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ngastiah (2002), yaitu sebagai berikut :
1) Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2) Laboratorium
 Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial
 Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigenasi
 Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk
menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
 Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
 Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab
seperti virus
3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan.
5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
7. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak
ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi
atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya
nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga
pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi dan uji resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien
perlu therapy secepatnya maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya
diperlukan campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai
dengan hasil analisis gas darah arteri.
9.          Komplikasi 
a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c.       Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d.      Infeksi sistomik
e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.
10. PENCEGAHAN PADA ANAK
a.       Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan.
b.      Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c.      Membiasakan pemberian ASI
d.     Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai
suara sesak dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical
record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan
pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum
terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
 Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan,
bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien
bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan
demam tinggi sampai kejang.
 Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana.
Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada
seluruh daerah dada.
 Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai
seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak
dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang
sampai terjadi penurunan kesadaran.
 Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan
pada pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat
malam hari dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak
dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama,
bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis,
berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-
lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan
sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan, mual
dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan
lain- lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit
menular, penyakit keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan
pantangan, pemeriksaan kehamilan.
 Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan,
Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang
lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal,
kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin
nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar
diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-
kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan
intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-
lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya;
harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan
aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi
masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang
berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan
ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti
bermain dan personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala atas dan lingkar dada
 Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan
suhu
 Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
 Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
 Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
 Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan
warna sklera mata bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
 Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji
terhadap area intercosta dan penggunaan otot tambahan,
evaluasi kulit, bibir dan membran mukosa, kaji kuku mengenai
warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa, pembesaran
kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal
fremitus
 Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
 Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi
frekuensi, kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
 Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi)
dan batuk dengan produksi sputum.
4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa,
pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya
oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran
dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
 Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
 Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena
kegiatan jantung.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-
tanda sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
 Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada
abdomen dan gerakan abdomen.
 Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas
bising usus yang dihasilkan
 Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran
cerna dan pekak hati.
 Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan,
masa krepitasi subkutan dan organ abdomen.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual,
muntah, penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
 Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku
pasien
 Perkusi : mengetahui refleks pasien.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
gelisah, bila suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan
kejang dan penurunan kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
 Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan
exstremitas.
 Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
 Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
kelelahan, tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan
intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
 Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan
perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
bronchopneumoni menurut Wong (2003), adalah sebagai berikut :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplay dan kebutuhan oksigen
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infasif
f. Cemas berhubungan dengan dyspneu
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi
Selain itu menurut Suriadi (2001), diagnosa keperawatan lain yang
bisa muncul pada kasus bronchopneumoni antara lain :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya
akumulasi secret
b. Resiko tinggi perubuhan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan
proses inflamasi
c. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi

3. Intervensi keperawatan
Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
efektif keperawatan selama .......x 24 ventilasi yang maksimum
berhubungan jam, menunjukan fungsi contoh : posisi semifowler
dengan proses pernapasan normal, dengan 2. Hindari pakaian yang ketat
inflamasi kriteria : 3. Beri oksigen lembab sesuai
 Frekuensi napas 20-40 x/menit ketentuan
(menurut Katreen Morgan 4. Tingkatkan istirahat dan tidur
Speer (2008) dengan penjadwalan yang
 Tidak ada penggunaan otot- tepat
otot aksesori pernapasan
 Pernapasan teratur
 Anak istirahat dan tidur
dengan baik

Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi atau kedalaman


napas tidak efektif keperawatan selama ......x 24 pernapasan dan gerakan dada
berhubungan jam, jalan napas bersih, dengan 2. Hisap secret sesuai kebutuhan
dengan akumulasi kriteria hasil :
secret pada  Jalan napas bersih
Bronkhiolus  Suara napas
vesikuler 3. Lakukan fisioterapi dada
 Frekuensi napas 4. Auskultasi area paru catat
20-40 x/menit (menurut adanya ronchi
Katreen Morgan Speer (2008)
 Tidak ada
dyspneu 5. Beri peningkatan kelembaban

 Tidak ada ronchi oksigen suplemen sesuai


ketentuan.
6. Kolaborasi untuk pemberian
therapy mukolitik (pengencer
dahak) bila memungkinkan
berikan ekspektoran atau
nebulizer sesuai ketentuan

Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Cemas setelah dilakukan tindakan 1. Beri aktifitas pengalihan
berhubungan perawatan selama .....x 24 jam, yang tepat sesuai kondisi
dengan dyspneu cemas hilang /berkurang, dengan anak : misal membacakan
kriteria hasil : cerita/ dongeng
 2. Beri tindakan kenyamanan
tanda ketidaknyamanan fisik yang diinginkan anak
seperti gelisah 3. Beri obyek kedekatan
 misal : mobil-mobilan
melakukan aktifitas seperti
biasa
 Tanda-tanda vital dalam batas
normal : TD : 86/54 mmhg, N
: 130 x/menit, R : 20-40
x/menit S : 36,5o-37o C
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4
penyebaran infeksi perawatan selama .........x 24 jam sekali
berhubungan jam, infeksi sekunder tidak 2. Dorong tehnik mencuci tangan
dengan adanya terjadi, dengan kriteria hasil : yang baik
organisme infeksi  Terjadi 3. Kolaborasi : berikan antibiotic
penurunan tanda-tanda infeksi sesuai indikasi
 Tanda-tanda vita normal : TD : 4. Dorong keseimbangan istirahat
86/54 mmhg, N : 130 adekuat dengan aktifitas
x/menit, R : 20-40 x/menit, S sedang
: 36,5o-37o C 5. Batasi pengunjung sesuai
indikasi
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat toleransi fisik
berhubungan perawatan selama .........x24 jam, anak
dengan terjadi peningkatan toleransi
ketidakseimbangan aktifitas, dengan kriteria hasil : 2. Bantu anak dalam aktifitas
antara suplay dan  Tidak ada dyspneu hidup sehari-hari
kebutuhan oksigen  Tanda-tanda vital dalam
batas normal : TD : 86/54 3. Beri periode istirahat dan tidur
mmhg, N : 130 x/menit, yang sesuai dengan usia dan
R : 20-40 x/menit, S : kondisi
36,5o-37o C 4. Seimbangkan istirahat dan
tidur bila psien berambulasi

Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan tindakan
nyaman : Nyeri perawatan selama .........x24 kenyamanan
berhubungan dengan jam, nyeri hilang, dengan 2. Anjurkan aktifitas
proses inflamasi kriteria hasil : pengalihan sesuai usia
 3. Berikan analgesic sesuai
 indikasi

Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kenali kekhawatiran dan


keluarga perawatan selama .........x24 kebutuhan orang tua untuk
berhubungan dengan jam, terjadi pengurangan informasi dan dukungan
hospitalisasi anak ansietas keluarga, dengan 2. Gali perasaan dan
kriteria hasil : masalah seputar hospitalisasi
 dan penyakit anak
berkurang 3. Berikan informasi
 seputar kesehatan anak
mengatakan cemas 4. Berikan dukungan
berkurang sesuai kebutuhan
5. Anjurkan perawatan
yang berpusat pada keluarga
dan anjurkan anggota keluarga
agar terlibat dalam perawatan.
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan
gas berhubungan perawatan selama .........x24 kemudahan bernapas
dengan jam, gangguan pertukaran gas 2. Observasi warna kulit,
meningkatnya dapat diatasi, dengan kriteria membrane mukosa, dan kuku,
akumulasi secret hasil : catat adanya sianosis kuku
 3. Kaji status mental

4. Awasi frekuensi dan irama
jantung
5. Pertahankan istirahat tidur
6. Observasi penyimpanan
kondisi, catat sianosis,
perubahan tingkat kesadaran
dan gelisah

Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda vital
perubahan suhu perawatan selama .........x24 contoh : peningkatan suhu
tubuh : Hipertermi jam, resiko hipertermi tidak tubuh setiap 4 jam sekali
berhubungan dengan terjadi, dengan kriteria hasil : 2. Monitor intake out put
proses inflamasi 
 3. Berikan cairan intra vena
atau peroral
4. Anjurkan dan berikan
kompres hangat

5. Kolaborasi untuk
pemberian obat antipiretik
sesuai indikasi

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda-tanda


kekurangan cairan perawatan selama .........x24 vital missal peningkatan suhu
tubuh berhubungan jam, resiko kekurangan cairan tubuh, tachicardi dan hipotensi
dengan hipertermi tidak terjadi, dengan kriteria 2. Kaji turgor kulit, kelembaban
hasil : membrane mukosa


 3. Pantau masukan dan haluaran

 Tanda-tanda vital dalam


batas normal : TD : 86/54 4. Tingkatkan asupan cairan
mmhg, N : 130 x/menit, sedikitnya 120 ml/kg BB/hari

R : 20-40 x/menit, S :
36,5-37 C

DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta:


EGC;2002

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata


: EGC.

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


Salemba Medica.
Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto;2001

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,


Volume I, Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:


Infomedika;2000

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing.


Philadelphia: WB Saunders Company

Anda mungkin juga menyukai