PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada tahun 2020 diperkirakan PPOK akan menjadi penyakit 3 besar penyebab
kematian tertinggi (GOLD, 2017). Di Indonesia angka kejadian dari beberapa
sampel cukup tinggi yaitu di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa
Tengah 3,4%, DI Yogyakarta 3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6% (Kemenkes,
2013). Angka dari penderita PPOK ini diperkirakan akan terus bertambah
dikarenakan semakin tingginya perokok di Indonesia dan udara yang tidak bersih
akibat dari penggunaan kendaraan bermotor serta asap yang ditimbulkan industri.
2. Tujuan
1) Pengertian
2) Etiologi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi dan
polusi:
1) Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya ppok. Secara fisiologi rokok berhubungan
langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan metaplasia skuamulus
epitel saluran pernafasan. Rokok juga dapat menyebabkan bronko kontriksi akut.
menurut Crofton & Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel
rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
2) Infeksi
3) Polusi
Polusi zat-zat kimia yang juuga dapat menyebabkan bronchitis adalah zat
pereduksi seperti CO2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid
dan ozon.
Faktor penyebab dan faktor resiko menurut Neil F Gordan (2002) yaitu :
b. Merokok
f. Polusi udara
h. Kurangnya alfa anti tripsin ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya meliindungi paru-paru dari kerusakan peradangan.
3) Manifestasi Klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang` timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan
purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali,
hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak
inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami
eksaserbasi akut.
Tanda dan gejalanya adalah :
a. kelemahan badan
b. batuk
c. sesak nafas, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk
bernafas
d. whezing
e. ekspirasi memanjang
f. produksi sputum yang bertambah (Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi
menjadi purulen atau mukopurulen).
4) Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan juga dapat berkurang
sehingga sulit bernafas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang. Yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru paruuntuk digunakan didalam tubuh.
Konsumsi oksiigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paruparu.
Berkurangnya fungsi paru paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fugsi ventilasi paru.
Faktor – faktor resiko diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan
juga menimbulkna kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan mengakibatkan penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.
Udara yang msuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirsi banyak terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air traping). Hal inilah yang
mengakibatkan ada nya keluhan sesek nafas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasiakan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungs fungsi paru sebagai ventilasi,
difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan
edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
5) Pathway
Merokok
Peningkatan apoptosis
dan nekrosis dari sel
Penurunan netralisasie Peningkatan pelepasam Pelepasan faktor Peningkatan pelepasan yang terpapar
lastase elastase kemotaktik neutrofil oksidan
Respon Inflamasi
EMFISEMA
Merangsang reflex batuk Obstruksi jalan nafas
Kompensasi tubuh dengan
Obstruksi pada pertukaran O2 dan
peningkatan RR
CO2 dari dan paru-paru
KETIDAKEFEKTIFA
N BERSIHAN JALAN Penurunan asupan O2 KETIDAKEFEKTIFAN
NAPAS POLA NAPAS
Hipoksemia
Sesak napas Timbul refleks batuk
GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS Penurunan nafsu
makan Tidur tidak efektif
Penurunan perfusi O2
INTOLERANSI
AKTIVITAS KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
6) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
1. Pengkajian
1) Identitas
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Pola Aktivitas
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan
terjadi akibat proses penyakit.
b. Eliminasi
c. Personal Hygiene
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu
oleh orang lain.
d. Istirahat Tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah
sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
e. Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
4) Pemeriksaan Fisik
g. Sistem Integumen: Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, akral dingin atau
hangat, adakah nyeri tekan.
i. Sistem Penglihatan: Adakah kaku pada kelopak mata, penglihatan kabur atau
tidak, adakah dilatasi pada pupil.
2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Hariman. 2010. Efek Latihan Pernafasan Terhadap Faal Paru, Derajat
Sesak Nafas Dan Kapasitas Fungsional Penderita Penyakit Paru Obstruksi
Kronik Stabil. Thesis. Kota: Medan.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Gold. 2013. Global Strategy For Diagnosis, Management, And Prevention Of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: GOLD
Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatn Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definsidan Klasifikasi