Anda di halaman 1dari 16

1.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) disebabkan oleh adanya keterbatasan


aliran udara yang terus menerus yang diikuti respon inflamasi pada saluran napas
dan paru-paru akibat adanya partikel asing atau gas beracun (GOLD, 2013).
Respon inflamasi pada saluran nafas yang dipicu oleh infeksi bakteri, virus atau
polusi lingkungan akan menyebabkan PPOK eksaserbasi akut yang ditandai
dengan gejala dyspnea, batuk dan produksi sputum. Patofisiologi dari respon
inflamasi belum banyak diketahui tetapi biasanya ditandai dengan meningkatnya
neutrofil dan eosinofil pada dahak (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011).

Pada tahun 2020 diperkirakan PPOK akan menjadi penyakit 3 besar penyebab
kematian tertinggi (GOLD, 2017). Di Indonesia angka kejadian dari beberapa
sampel cukup tinggi yaitu di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa
Tengah 3,4%, DI Yogyakarta 3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6% (Kemenkes,
2013). Angka dari penderita PPOK ini diperkirakan akan terus bertambah
dikarenakan semakin tingginya perokok di Indonesia dan udara yang tidak bersih
akibat dari penggunaan kendaraan bermotor serta asap yang ditimbulkan industri.

2. Tujuan

Mengetahui proses Asuhan Keperawatan pada pasien dengan PPOK.


2. TINJAUAN MATERI

1) Pengertian

Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan


oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-perubahan
patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat progresif
dan tidak sepenunya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi yang
abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (Hariman,
2010).

PPOK merupakan suatu istilah yang sering diguanakan untuk sekelompok


penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan adalah bronkitis kronis, emfisiema paru-
paru, asma bronchitis. (Smeltzer, 2012).

PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan


aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
parsial. Serta adanya respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (GOLD, 2009).

2) Etiologi

Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi dan
polusi:

1) Rokok

Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya ppok. Secara fisiologi rokok berhubungan
langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan metaplasia skuamulus
epitel saluran pernafasan. Rokok juga dapat menyebabkan bronko kontriksi akut.
menurut Crofton & Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel
rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
2) Infeksi

Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita


bronchitiskronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah. Serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis cronik
diperkirakan paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.

3) Polusi

Polusi zat-zat kimia yang juuga dapat menyebabkan bronchitis adalah zat
pereduksi seperti CO2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid
dan ozon.

Faktor penyebab dan faktor resiko menurut Neil F Gordan (2002) yaitu :

a. Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi

b. Merokok

c. Jenis kelamin pria lebih beresiko diibanding wanita

d. Berkurangnya fungsi paru paru

e. Keterbukaan terhadap polusi seperti asap rokok dan debu

f. Polusi udara

g. Infeksi saluran pernafasan akut seperti pnemonia dan bronkitus

h. Kurangnya alfa anti tripsin ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya meliindungi paru-paru dari kerusakan peradangan.

3) Manifestasi Klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang` timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan
purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali,
hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak
inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami
eksaserbasi akut.
Tanda dan gejalanya adalah :
a. kelemahan badan
b. batuk
c. sesak nafas, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk
bernafas
d. whezing
e. ekspirasi memanjang
f. produksi sputum yang bertambah (Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi
menjadi purulen atau mukopurulen).
4) Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan juga dapat berkurang
sehingga sulit bernafas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang. Yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru paruuntuk digunakan didalam tubuh.
Konsumsi oksiigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paruparu.
Berkurangnya fungsi paru paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fugsi ventilasi paru.
Faktor – faktor resiko diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan
juga menimbulkna kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan mengakibatkan penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.
Udara yang msuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirsi banyak terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air traping). Hal inilah yang
mengakibatkan ada nya keluhan sesek nafas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasiakan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungs fungsi paru sebagai ventilasi,
difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan
edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
5) Pathway

Merokok

Mengandung zat-zat Mengandung radikal


Genetik: Defisiensi Faktor lingkungan berbahaya bebas
antitrypsin alfa-1

Polusi udara Induksi aktivitas Peningkatan stress


makrofag dan leukosit oksidatif

Peningkatan apoptosis
dan nekrosis dari sel
Penurunan netralisasie Peningkatan pelepasam Pelepasan faktor Peningkatan pelepasan yang terpapar
lastase elastase kemotaktik neutrofil oksidan

Peningkatan jumlah Cedera Sel


Cedera Sel neutrofil di daerah yang
terpapar

Respon Inflamasi

Hipersekresi mukus Lisis dinding alveoli Fibrosa paru

Kerusakan alveolar Obstruksi paru


BRONKITIS

PPOK/COPD Timbul nyeri yang


Kolaps saluran napas
Penumpukan lender dan berlangsung kronis
kecil saat ekspirasi
sekresi berlebihan

EMFISEMA
Merangsang reflex batuk Obstruksi jalan nafas
Kompensasi tubuh dengan
Obstruksi pada pertukaran O2 dan
peningkatan RR
CO2 dari dan paru-paru

KETIDAKEFEKTIFA
N BERSIHAN JALAN Penurunan asupan O2 KETIDAKEFEKTIFAN
NAPAS POLA NAPAS
Hipoksemia
Sesak napas Timbul refleks batuk
GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS Penurunan nafsu
makan Tidur tidak efektif
Penurunan perfusi O2

Penurunan berat GANGGUAN


Mengantuk, lesu
badan POLA TIDUR

INTOLERANSI
AKTIVITAS KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
6) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksaan radiologis

Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.

b. Corak paru yang bertambah

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

 Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.


Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.

 Corakan paru yang bertambah.

2) Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang


bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1,
KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal
expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau
normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.

3) Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,


terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang
kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.
Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus
bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4) Pemeriksaan EKG

Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5) Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

6) Laboratorium darah lengkap

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Identitas

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.

2) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan


yang sama.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit


yang sama.

3) Pola Aktivitas

a. Makan dan Minum

Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan
terjadi akibat proses penyakit.

b. Eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan


defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik
otot-otot tractus degestivus.

c. Personal Hygiene

Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu
oleh orang lain.

d. Istirahat Tidur

Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah
sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
e. Aktivitas

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

4) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan fisik umum secara persistem


berdasarkan hasil observasi keadaan umum, pemeriksaan persistem meliputi:
Sistem Pernapasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan, Sistem Endokrin,
Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal, Sistem Integumen, Sistem
Perkemihan dan Sistem Penglihatan.

a. Sistem Pernapasan: Dispnea, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk


bernafas (asma), batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari minimal
3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum banyak
sekali (bronkitis kronis). Episode batuk hilang timbul biasanya tidak
produktif pada tahap dini meskipun bisa menjadi produktif (emfisema). Tanda
: Fase ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu pernafasan, dada bentuk
barrel chest. Hiperesonan pada emfisema, krekels pada bronkitis kronis, ronki
dan wheezing pada asma, sianosis, clubbing finger pada emfisema.

b. Sistem Kardiovaskular: Apakah pasien hipertensi/hipotensi, syok/tidak,


adakah aritmia jantung, adakah edema paru.

c. Sistem Persyarafan: Adakah penurunan sensoris, abnormalitas pengecapan


dan pembauan, paralisis otot wajah dan otot lainnya yang dipersarafi nervus
kranialis, suara sengau atau afonia, kesulitan untuk menelan secret, paralisis
otot pernapasan.

d. Sistem Endokrin: Adakah insufisiensi hipofisis/kelenjar adrenal yang


disebabkan infark hipofisis anterior.

e. Sistem Pencernaan: Adakah nyeri tekan, pembengkakan, kaji bising usus,


adakah mual muntah.
f. Sistem Muskuloskeletal: Terjadi pembengkakan atau tidak, kaji kekuatan otot,
adakah spasme otot rahang, adakah paralisis otot.

g. Sistem Integumen: Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, akral dingin atau
hangat, adakah nyeri tekan.

h. Sistem Perkemihan: Kaji warna urin, adakah nyeri punggung bawah,


hematuria, hemoglobinuria, oliguria/anuria,

i. Sistem Penglihatan: Adakah kaku pada kelopak mata, penglihatan kabur atau
tidak, adakah dilatasi pada pupil.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,


peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,


bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi


perfusi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dengan kebutuhan oksigen.

5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan


posisi.
3. Penatalaksanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Noc Nic


1 Bersihan jalan napas tidak Respiratory status : Ventilation  Beri pasien 6 sampai 8 gelas
efektif berhubungan cairan/hari kecuali terdapat
dengan bronkokontriksi, Respiratory status : Airway
korpulmonal.
peningkatan produksi patency
sputum, batuk tidak  Ajarkan dan berikan
Aspiration Control
efektif, dorongan penggunaan teknik
kelelahan/berkurangnya Kriteria Hasil : pernapasan diafragmatik dan
tenaga dan infeksi batuk.
 Mendemonstrasikan batuk
bronkopulmonal. efektif dan suara nafas yang  Bantu dalam pemberian
bersih, tidak ada sianosis dan tindakan nebuliser, inhaler
dyspneu (mampu dosis terukur, atau IPPB.
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak  Lakukan drainage postural
ada pursed lips). dengan perkusi dan vibrasi
pada pagi hari dan malam
 Menunjukan jalan nafas yang hari sesuai yang diharuskan.
paten (kklien tidak merasa
tercekik, irama nafas,  Instruksikan pasien untuk
frekuensi pernafasan dalam menghindari iritan seperti
rentang normal, tidak ada asap rokok, aerosol, suhu
suara nafas abnormal). yang ekstrim, dan asap.

 Mampu mengidentifikasi dan  Ajarkan tentang tanda-tanda


mencegah faktor yang dapat dini infeksi yang harus
menghambat jalan nafas. dilaporkan pada dokter
dengan segera: peningkatan
sputum, perubahan warna
sputum, kekentalan sputum,
peningkatan napas pendek,
rasa sesak didada, keletihan.
 Berikan antibiotik sesuai
yang diharuskan.
2 Pola napas tidak efektif Respiratory status : Ventilation  Ajarkan klien latihan
berhubungan dengan napas bernafas diafragmatik dan
pendek, mucus, Respiratory status : Airway
pernapasan bibir dirapatkan.
bronkokontriksi dan iritan patency
jalan napas.  Berikan dorongan untuk
Vital sign status
menyelingi aktivitas dengan
Kriteria Hasil : periode istirahat.
 Mendemonstrasikan batuk  Biarkan pasien membuat
efektif dan suara nafas yang keputusan tentang
bersih, tidak ada sianosis dan perawatanya berdasarkan
dyspneu (mampu tingkat toleransi asien.
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudag, tidak  Berikan dorongan
ada pursed lips). penggunaan latihan otot-otot
pernafasan jika diharuskan.
 Menunjukan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal).
 TTV dalam rentang noral (TD
110-130/70-90 mmHg, nadi
60-100x/menit, pernafasan 18-
24x/menit).
3 Gangguan pertukaran gas Respiratory status : ventilation  Deteksi bronkospasme
berhubungan dengan saatauskultasi.
ketidaksamaan ventilasi Kriteria hasil :
perfusi.  Pantau klien terhadap dispnea
 Frekuensi nafas normal (16-
dan hipoksia.
24x/menit)
 Berikan obat-obatan
 Itmia
bronkodialtor dan
 Tidak terdapat distritmia kortikosteroid dengan tepat
dan waspada kemungkinan
 Melaporkan penurunan efek sampingnya.
dispnea
 Berikan terapi aerosol
 Menunjukan perbaikan dalam sebelum waktu makan, untuk
laju aliran ekspirasi membantu mengencerkan
sekresi sehingga ventilasi
paru mengalami perbaikan.
 Pantau pemberian oksigen.
4 Intoleransi aktivitas Energy conservation  Kaji respon individu terhadap
berhubungan dengan aktivitas: nadi, tekanan darah,
ketidakseimbangan antara Self care : ADLs pernapasan.
suplai dengan kebutuhan Kriteria Hasil :
oksigen.  Ukur tanda-tanda vital segera
 Berpartisipasi dalam aktivitas setelah aktivitas, istirahatkan
fisik tanpa disertai peningkatan klien selama 3 menit
tekanan darah, nadi dan RR. kemudian ukur lagi tanda-
tanda vital.
 Mampu melakukan ktivitas  Dukungan pasien dalam
sehari-hari (ADLs) secara menegakkan latihan teratur
mandiri. dengan menggunakan
treadmill dan exercycle,
berjalan atau latihan lainnya
yang sesuai, seperti berjalan
perlahan.
 Kaji tingkat fungsi pasien
yang terakhir dan
kembangkan rencana latihan
berdasarkan pada status
fungsi dasar.
 Sarankan konsultasi dengan
ahli terapi fisik untuk
menentukan program latihan
spesifik terhadap kemampuan
pasien.
 Sediakan oksigen
sebagaimana diperlukan
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas untuk
berjaga-jaga.
 Tingkatlan akivitas secara
bertahap; klien yang sedang
atau tirah baring lama mulai
melakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari.
 Tingkatkan toleransi terhadap
aktivitas dengan mendorong
klien melakukan aktivitas
lebih lambat, atau waktu
yang lebih singkat, dengan
istirahat yang lebih banyak
atau dengan banyak bantuan.
 Secara bertahap tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu diluar
tempat tidur sampai 15 menit
tiap hari sebanyak 3 kali
sehari.
5 Risiko perubahan nutrisi Tujuan :  Beri motivasi tentang
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan pentingnya nutrisi.
anoreksia. keperawatan diharapkan asupan
nutrisi  Auskultasi suara bising usus.

dapat terpenuhi.  Lakukan oral hygiene setiap


hari.
 Sajikan makanan semenarik
Kriteria Hasil : mungkin.
 Peningkatan berat badan  Beri makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
 Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan  Kolaborasi dengan tim gizi
dalam pemberian diet TKTP.
 Kolaborasi dengan dokter
atau konsultasi untuk
melakukan
 pemeriksaan laboratorium
albumin dan pemberian
vitamin dan suplemen nutrisi
lainnya (zevity, ensure, socal,
putmocare) jika intake diet
terus menurun lebih 30 %
dari kebutuhan.
6 Gangguan pola tidur Kriteria Hasil :  Bantu klien latihan relaksasi
berhubungan dengan  Klien dapat beristirahat/ tidur ditempat tidur.
ketidaknyamanan, diantara gangguan
pengaturan posisi.  Melaporkan peningkatan rasa  Lakukan pengusapan
sehat dan merasa dapat punggung saat hendak tidur
istirahat dan anjurkan untuk
melakukan tindakan tersebut.
 Atur posisi yang nyaman
menjelang tidur, biasanya
posisi high fowler.
 Lakukan penjadwalan waktu
tidur yang sesuai dengan
kebiasaan pasien.
 Berikan makanan ringan
menjelang tidur jika klien
bersedia

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Hariman. 2010. Efek Latihan Pernafasan Terhadap Faal Paru, Derajat
Sesak Nafas Dan Kapasitas Fungsional Penderita Penyakit Paru Obstruksi
Kronik Stabil. Thesis. Kota: Medan.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Gold. 2013. Global Strategy For Diagnosis, Management, And Prevention Of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: GOLD
Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatn Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definsidan Klasifikasi

Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.


Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
Dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai