Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kimia Analitik KI-3121

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

Nama : Ansori Muchtar

NIM : 10510071

Kelompok : 07

Tanggal Praktikum : 28 September 2012

Tanggal Laporan : 05 Oktober 2012

Asisten: Ocky Bhimantara

Laboratorium Kimia Analitik

Program Studi Kimia

Fakultas Matematika Dan IPA

Institut Teknologi Bandung

2012
ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

I. Tujuan

Menentukan panjang gelombang KMnO4 dan K2Cr2O7.


Menentukan nilai k pada masing-masing panjang gelombang.
Menentukan komposisi campuran larutan sampel.

II. Teori Dasar

Terdapat dua kemungkinan jika dua komponen yang berlainan


dicampurkan dalam suatu larutan. Adanya interaksi antar komponen akan
mengubah spektrum absorpsi, jadi warna atau lebih tepatnya lagi sifat-sifat
penyerapan akan berubah. Sebaliknya jika tak terjadi interaksi, sifat-sifat
tersebut tidak mengalami perubahan. Dalam hal terakhir ini, absorpsi
campuran larutan akan merupakan jumlah aljabar dan absorpsi masing-
masing larutan komponen yang terpisah jika konsentrasinya sama dengan
konsentrasi komponen-komponen tersebut dalam campurannya. Sifat seperti
ini yang disebut sebagai sifat aditif. Jika sifat aditif dipenuhi, maka analisis
dua komponen secara simultan tanpa pemisahan dapat dilakukan secara
spektrofotometri.
Analisis dua komponen tanpa pemisahan ini dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yang berbeda. Dalam pendekatan yang pertama, dapat dipilih
panjang gelombang komponen yang satu menyerap jauh lebih kuat serta
panjang gelombang lainnya terdapat keadaan sebaliknya. Dalam hal ini
berlaku anggapan bahwa absorpsi komponen yang lain dapat diabaikan
terhadap absorpsi yang jauh lebih besar dari komponen yang diukur. Namun
pengabaian ini jarang dapat dilakukan dalam persoalan-persoalan analisis
yang nyata.
Pendekatan kedua dapat dilakukan melalui perhitungan dengan
menggunakan Hukum Lambert Beer. Dalam satu larutan yang mengandung
n komponen, maka:
n
A i= k ij C j
j=1
Jika terdapat dua komponen, maka: A1 = k11C1 + k12C2
A2 = k21C1 + k22C2
Harga k dapat diperoleh dari kemiringan kurva standar, sedangkan A dari
hasil pengukuran pada panjang gelombang yang bersesuaian.
III. Data Pengamatan

KMnO4 = 525 nm
K2Cr2O7 = 436 nm

Tabel1 Pengukuran Absorbansi KMnO4 pada Dua Panjang Gelombang

Absorbansi pada Absorbansi pada


Konsentrasi (M)
=436 nm =525 nm
0.00010 1.359x10-3 0.25240
0.00020 3.1054x10-2 0.53364
0.00030 2.3337x10-2 0.78337
0.00040 4.3238x10-2 1.06140

Tabel2 Pengukuran Absorbansi K2Cr2O7 pada Dua Panjang Gelombang

Absorbansi pada Absorbansi pada


Konsentrasi (M)
=436 nm =525 nm
0.001328 0.56055 3.8785x10-2
0.001666 0.69409 3.6396x10-2
0.001992 0.86234 5.3273x10-2
0.002324 0.99285 5.8919x10-2

Tabel3 Pengukuran Absorbansi Campuran dan Sampel

Larutan Absorbansi pada Absorbansi pada


=436 nm =525 nm
Campuran Aditif 0.56294 0.29973
Sampel Ocky 0.63604 0.69772
IV. Perhitungan Dan Pengolahan Data

Gambar1 Kurva Absorban terhadap [KMnO4]

Kurva Absorbansi Terhadap Konsentrasi KMnO4


1.2

1 f(x) = 2676.73x - 0.01 panjang gelombang


R = 1 436nm
0.8
Linear (panjang
0.6 gelombang 436nm)
Absorbansi
panjang gelombang
0.4
525nm
0.2 Linear (panjang
gelombang 525nm)
0
0 0 f(x)
0 =0 0 0 0 0 0
R = 0
Konsentrasi

Gambar2 KurvaAbsorbanterhadap [K2Cr2O7]

Kurva Absorbansi Terhadap Konsentrasi K2Cr2O7


1.2

1 panjang gelombang
f(x) = 441.98x - 0.03 436nm
0.8 R = 1
Linear (panjang
0.6 gelombang 436nm)
Absorbansi
panjang gelombang
0.4
525nm
0.2 Linear (panjang
gelombang 525nm)
0
0 0f(x) 0= 0 0 0 0
R = 0
Konsentrasi
Pada percobaan didapatkan panjang gelombang maksimum untuk
KMnO4 adalah 525 nm dan panjang gelombang maksimum K 2Cr2O7
adalah 436 nm.
Perhitungan Nilai k
Pada kurva absorban terhadap KMnO4 untuk panjang gelombang 525 nm

A 2676 C 0,011
diperoleh persamaan garis dan untuk panjang
gelombang 436 nm tidak didapatkan persamaan kurva kalibrasi karena
nilai absorbansi yang sangat rendah. Dengan memakai hukum Lamber-

A k C
Beer , nilai k dari KMnO4 untuk 525 nm adalah 2676 M-1.
Pada kurva absorban terhadap K2Cr2O7 untuk panjang gelombang 436

A 441.9 C 0.03
nm diperoleh persamaan garis dan untuk panjang
gelombang 525 nm tidak diperoleh persamaan kurva kalibrasi karena nilai
absorbansinya sangat rendah. Dengan memakai hukum Lamber-Beer

A k C
, nilai k dari K2Cr2O7 untuk 436 nm adalah 441.9 M-1.
Perhitungan Komposisi Dua Komponen
Rumus perhitungan :
A4 3 5n m k 4 3 5n m, KM n O4 C KM n O4 k 4 3 5n m, K 2Cr2O7 C K 2Cr2O7
A5 2 5n m k 5 2 5n m, KM n O4 C KM n O4 k 5 2 5n m, K 2Cr2O7 C K 2Cr2O7

V. Pembahasan

Analisis dua komponen tanpa pemisahan merupakan suatu metode


analisis kuantitatif untuk menentukan komposisi masing-masing
konsentrasi pada campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 dalam sampel. Campuran
KMnO4 dan K2Cr2O7 merupakan campuran senyawa yang bersifat aditif.
Pencampuran dua senyawa dapat terjadi dua kemungkinan dalam
campuran, yaitu:
1. Kemungkinan pertama, terdapat interaksi antara dua komponen,
sehingga bereaksi dan menimbulkan perubahan pada absorpsi spektrum
dari masing-masing campuran. Analisis absorpsi dua komponen ini harus
dilakukan pemisahan terhadap campuran terlebih dahulu dan dibandingkan
dengan standarnya.
2. Kemungkinan kedua, campuran tidak saling berinteraksi,
antarkomponen tidak saling bereaksi sehingga tidak akan terjadi perubahan
pada penyerapan dalam masing-masing campuran. Absorpsi campuran
larutan merupakan penjumlahan dari absorpsi masing-masing komponen
dengan syarat kondisi larutan dalam keadaan yang sama. Kemungkinan
kedua ini merupakan sifat dari campuran aditif dan terdapat dalam
campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 sehingga analisis absorpsi dua komponen
ini dapat dilakukan tanpa pemisahan. Pendekatan analisis tanpa pemisahan
semakin mudah dilakukan karena KMnO4 dan K2Cr2O7 merupakan jenis
senyawa oksidator kuat, dan kedua campuran tersebut menyerap pada
panjang gelombang yang saling komplementer. Warna saling
komplementer mengindikasikan salah satu komponen akan menyerap
panjang gelombang tertentu lebih kuat dari komponen lain, sehingga kurva
absorpsi masing-masing komponen tidak berhimpit.
Komponen utama dalam penyusunan spektrofotometer adalah: sumber
cahaya, monokromator, kuvet, detektor, amplifier, sistem baca. Sumber
cahaya yang diberikan oleh spektrofotometer adalah energi cahaya yang
kontinu. Monokramator diperlukan untuk memperkecil pita-pita panjang
gelombang. Kuvet merupakan wadah penampungan sampel. Detektor
berfungsi mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik yang terbaca di
layar. Sistem baca merupakan bagian komponen spektrofotometer yang
berfungsi untuk mengubah sinyal listrik dalam bentuk %T (persen
Transmittan) maupun A (Absorban).

Gambar 1. Komponen Utama Spektrofotometer

Analisis dua komponen untuk konsentrasi masing-masing komponen


dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer karena larutan
KMnO4 dan larutan K2Cr2O7 merupakan senyawa yang berwarna. Warna
senyawa tersebut timbul akibat terjadinya perbedaan energi orbital d pada
logam transisi yang menyerap panjang gelombang tertentu dan
mengemisikan panjang gelombang komplementernya. Larutan KMnO 4
berwarna ungu yang merupakan warna komplementer dari hasil
penyerapan pada panjang gelombang maksimum 525 nm, sedangkan
larutan K2Cr2O7 mempunyai warna kuning sebagai warna komplementer
dari panjang gelombang maksimum yang diserap oleh komponen sebesar
436 nm. Penambahan asam bertujuan untuk menstabilkan MnO 4- dan
Cr2O72- melalui prinsip kesetimbangan, sehingga didapatkan konsentrasi
dari komponen oksidator yang lebih maksimum. Alasan sebenarnya adalah
nilai daei epsilon dari dikromat dan permanganat yang tinggi. Panjang
gelombang maksimum masing-masing komponen berbeda, sifat aditif dari
kedua campuran, dan pengukuran absorban pada alat memenuhi hukum
Lambert Beer sehingga dalam menganalisis konsentrasi masing-masing
komponen dapat digunakan persamaan hukum Lambert-Beer yang
dijumlahkan secara aljabar.

VI. Kesimpulan

KMnO4 = 525 nm dan K2Cr2O7 = 436 nm

nilai k dari KMnO4 untuk 525 nm adalah 2676 M-1 dan nilai k dari
K2Cr2O7 untuk 436 nm adalah 441.9 M-1.
VII. Daftar Pustaka

Day, R.A. Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 6.


Jakarta: Erlangga. p. 412 414.

Harvey, David. 1996. Modern Analytical Chemistry. Prentice Hall. p. 338-


342.

Anda mungkin juga menyukai