Anda di halaman 1dari 7

SISTEM EKSKRESI

A. Sistem Ekskresi pada Manusia


a) Organ yang terlibat dalam sistem ekskresi beserta bagian-bagiannya

Gambar 1. Ginjal Gambar 2. Paru-paru

Gambar 3. Hati Gambar 4.Kulit

b) Perbedaan ekskresi, sekresi dan defekasi


Dalam aktivitas sehari-hari manusia membutuhkan energi. Energi diperoleh dari zat-
zat makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh manusia terurai menjadi energi dan juga digunakan untuk proses metabolisme
tubuh, sedangkan sisa-sisa zat-zat makanan ini dan sisa-sisa metabolisme tubuh akan
dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh manusia dibedakan
menjadi 3 macam yaitu Eksresi, Sekresi dan Defekasi. Eksresi adalah proses
pengeluaran bahan-bahan yang tidak berguna yang merupakan sisa metabolisme atau
bahan yang berlebihan dari sel atau suatu organisme. Sekresi adalah proses
pengeluaran substansi kimia berbentuk lendir (enzim dan hormon) oleh sel dan
kelenjar. Sedangkan defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa makanan dalam
bentuk feses dan dikeluarkan melalui anus.

c) Organ-organ yang terlibat dalam sistem ekskresi beserta fungsinya


Sistem ekskresi pada manusia melibatkan organ ginjal, hati, paru-paru dan kulit.
Fungsi ginjal yang berkaitan dengan sistem ekskresi yaitu menghasilkan zat sisa
seperti urea, asam urat, kreatinin, kreatin dan zat sisa lain yang bersifat racun. Hati
berfungsi menghasilkan empedu secara terus-menerus yang ditampung dalam kantung
empedu. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi untuk mengeluarkan keringat. Paru-paru
memiliki fungsi dalam sistem ekskresi yaitu mengeluarkan sisa-sisa hasil metabolisme
berupa karbondioksida dan air dalam bentuk uap air.
d) Struktur dan fungsi ginjal yang berkaitan dengan sistem eksresi
- Ginjal merupakan alat ekskresi pada manusia yang mengeksresikan urine, terletak
dibagian belakang rongga perut sekitar daerah pinggang, menempel pada dinding
dorsal kirir dan kanan tulang belakang. Ginjal manusia berbentuk seperti kacang
merah dengan berat sekitar 0,5% dari berat tubuh. Tiap ginjal terbungkus dalam
selubung berserabut yang dilapisi oleh peritoneum. Bagian terluar ginjal
dinamakan korteks, sedangkan bagian terdalam ginjal dinamakan medulla
(sumsum ginjal). Didalam medulla terdapat pelvis renalis (rongga ginjal) yang
merupakan tempat masuknya ureter kedalam ginjal. Setiap ginjal terdiri atas 1-4
juta tubulus mikroskopis bernama nefron. Setiap nefron tersuun atas satu
glomerulus, kapsula bowman, tubulus konvolusi proksimal, lengkung henle dan
tubulus konvolusi distal. Glomerulus dan kapsula bowman dikelilingi oleh badan
Malpighi.
- Pembentukan urine
Pembentukan urine pada ginjal terjadi di nefron yang meliputi tahap-tahap: filtrasi,
reabsorbsi dan augmentasi.
Filtrasi
Proses filtasi atau penyaringan, yang disaring oleh ginjal adalah darah.
Penyaringan darah terjadi dari kapiler glomerulus menuju lumen kapsula bowman
karena adanya tekanan darah yang tinggi dalam glomerulus. Bersama dengan
proses penyaringan, terjadi pula pengikatan sel-sel darah, keeping-keping darah
ataupun prtein yang terdapat pada plasma darah agar tidak ikut tersaring. Hasil
penyaringan itu disebut filtrate glomerulus atau urine primer.
Reabsorbsi (penyerapan kembali)
Proses reabsorbsi merupakan penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna
yang terdapat dalam urin primer kedalam darah. Proses reabsorbsi terjadi didala
tubulus konvolusi proksimal dan berfungsi untuk mempertahankan komposisi air
serta garam dalam cairan tubuh. Dari proses reabsorbsi akan dihasilkan urine
sekunder.
Augmentasi
Urine sekunder yang terbentuk didalam tubulus konvolusi proksimal akan
diteruskan ke tubulus konvolusi distal. Didalam tubulus konvolusi distal terjadi
augmentasi, yaitu proses penambahan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, misalnya urea. Setelah terjadi augmentasi, filtat dialirkan ke medulla. Dari
medulla urine yang sesungguhnya masuk ke pelvis renalis lalu ke ureter. Dari
ureter sebelum dikeluarkan urine ditampung dulu dalam kantong kemih.
Selanjutnya urine dikeluarkan melalui uretra melui proses urinasi.
e) Struktur dan fungsi hati yang berkaitan dengan sistem ekskresi.
Hati merupakan kelenjar terbesar yang terletak di dalam rongga perut sebelah kanan,
tepatnya di atas lambung dan di bawah diagfragma. Hati manusia terdiri atas dua lobus
besar yang dibatasi oleh jaringan ikat ligament falsiformis yaitu lobus kanan dan kiri.
Lobus kanan terbagi lagi menjadi tiga lobus yang lebih kecil. Setiap lobus terdiri atas
sejumlah lobulus yang berbentuk polygonal yang dipisahkan oleh percabangan dari
kapsula hepatica yang disebut kapsula glison. Fungsi hati dalam sistem ekskresi adalah
menghasilkan empedu yang ditampung dalam kantung empedu.
Gambar 5. Struktur hati

f) Struktur dan fungsi paru-paru yang berkaitan dengan sistem ekskresi


Paru-paru selain sebagai organ pernapasan juga merupakan organ ekskresi karena
mengeluarkan sisa metabolisme berupa CO2 dan H2O yang berbentuk uap air, CO2 dan
H2O tersebut dihasilkan pada proses katabolisme respirasi intraseluler yang terjadi
secara aerob (memerlukan oksigen) di dalam mitokondria, untuk menghasilkan energi
berupa ATP. Pada respirasi intraseluler digunakan senyawa kompleks berupa
karbohidrat, protein, atau lemak. Zat sisa CO2 dan H2O dari sel-sel jaringan diangkut
oleh darah menuju jantung ke paru-paru selanjutnya melalui saluran pernapasan
dibuang keluar tubuh.

Gambar 6. Bagian paru-paru

g) Struktur dan fungsi kulit yang berkaitan dengan sistem ekskresi


Kulit terdiri dari beberapa lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hypodermis.
Epidermis adalah bagian terluar kulit yang tersusun dari sel-sel epitel pipih berlapis
banyak dengan susunan yang sangat rapat dan dapat mengalami keratinasi. Jaringan
ini tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis terdiri dari lima lapisan yaitu:
(1) Stratum korneum yaitu lapisan epidermis yang paling atas yang terdiri dari
lapisan sisik, lapisan ini akan diganti oleh sel-sel dari dasar.
(2) Stratum lusidum merupakan lapisan yang berwarna jernih dan transparan, terdiri
dari lapisan sel-sel pipih tidak berinti yang mati.
(3) Stratum granulosum terdiri dari sel-sel bergranula keratohialin yang merupakan
prekursor dalam pembentukan keratin.
(4) Stratum spinosum terdiri dari lapisan sel-sel spina (tanduk) yang memiliki
tonjolan penghubung intraseluler
(5) Stratum basalis (germinativum) terdiri dari sel-sel yang mengalami pembelahan
sangat cepat dan sel-sel baru di dorong masuk ke lapisan berikutnya. Diantara sel-
sel stratum basalis terdapat melanosit yang menghasilkan pigmen melanin.
Melanin berfungsi dalam pewarnaan kulit dan melindungi kulit dari bahaya
radiasi sinar ultraviolet matahari.
- Dermis merupakan lapisan pada jaringan penyambung yang sebagian besar terdiri
dari serat kolagen, retikuler, dan elastin. Pada bagian dermis terdapat rambut,
pembuluh darah, kelenjar minyak, kelenjar keringat dan saraf.
- Hypodermis merupakan lapisan yang mengikat kulit secara longgar dengan
organ-organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini benyak mengandung sel
lemak, pembuluh darah, dan ujung saraf.
Adapun fungsi kulit yang berkaitan dengan sistem ekskresi yaitu untuk
mengeluarkan keringat.

Gambar 7. Struktur kulit


h) Kelainan atau gangguan pada sistem ekskresi
a. Albuminuria, penyakit yang terjadi kegagalan proses filtrasi (penyaringan)
oleh ginjal, terutama filtrasi protein (albumin).
b. Anuria, merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak terbentuknya urine.
c. Batu ginjal, terbentuk dari pengendapan garam-garam mineral, misalnya
kalsium fosfat, didalam ginjal atau disaluran urine.
d. Diabetes mellitus, merupakan gangguan yang ditandai urine penderita
mengandung glukosa.
e. Nefritis, merupakan suatu radang pada glomeruli yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.

B. Sistem Ekskresi pada Serangga


Sistem ekskresi pada serangga (contohnya belalang), tersusun atas alat ekskresi yang
disebut pembuluh Malpighi. Pembuluh Malpighi merupakan kumpulan pembuluh halus
yang pangkalnya melekat pada dinding usus, tepatnya diantara usus tengah dan usus
belakang. Fungsi pembuluh Malpighi mirip dengan fungsi ginjal, yaitu menyaring darah.
Bahan-bahan sisa metabolism yang terdapat dalam darah serangga, seperti garam, air dan
bahan-bahan ekskresi bernitrogen akan masuk kedalam pembuluh Malpighi, sisa-sisa
metabolism yang mengandung senyawa nitrogen akan diendapkan dalam bentuk asam
urat. Hal itu disebabkan serangga tidak mampu mensekresikan ammonia sehingga
ammonia akan diubah menjadi asam urat yang sifatnya tidak larut dalam air. Selanjutnya
berbagai metabolism yang tidak terpakai dan masih berbentuk cairan masuk kedalam
usus belakang. Dari situ sisa-sisa pencernaan (feses) masuk kedalam rectum. Didalam
rectum terjadi reabsorbsi air yang sangat banyak untuk diangkut kembali ke dalam darah.
Akibatnya, asam urat yang ada menjadi Kristal dan keluar dari tubuh serangga bersama
feses yang kering.

C. Sistem ekskresi pada Ikan


Alat ekskresi utama pada ikan adalah ginjal. Selain sebagai alat ekskresi, ginjal juga
berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu organ untuk memelihara keseimbangan garam
cairan tubuh suatu organisme (osmoregulasi). Alat ekskresi lainnya adalah insang, kulit
dan anus.
1. Ikan Air laut
Tubuh ikan air laut bersifat hipotonis terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu berarti
darah mereka memiliki konsentrasi air yang lebih tinggi dibandingkan air laut
disekelilingnya. Akibatnya tubuh ikan laut cenderung kehilangan air secara osmosis
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Untuk menggantikan air yang keluar terus
menerus dari tubuhnya, ikan laut minum air laut dalam jumlah banyak. Banyak nya
air laut yang diminum akan meningkatkan jumlah garam darah ikan laut. Selanjutnya,
kelebihan garam dikeluarkan oleh sel-sel sekretoris klorida (sel-sel khusus pada
insang) dari darah menuju air dengan cara transport aktif.
Untuk mencegah dehidrasi akibat air yang keluar secara terus-menerus tubuh ikan
laut harus menurunkan laju filtrasi air kedalam tubulus ginjal. Hal ini dimungkinkan
karena kebanyakan ikan laut memiliki ginjal yang kecil dengan sedikit glomeruli juga
kecil. Akibantnya, urine yang dihasilkan jumlahnya sedikit dan berkonsentrasi tinggi
(pekat). Produk ekskresi yang terbentuk adalah urea dan trimetilamin oksida.
2. Ikan air tawar
Cairan tubuh (darah) ikan air tawar memiliki konsentrasi air yang lebih rendah
dibandingkan lingkungan sekitarnya (bersifat hipertonis). Akibatnya, air secara terus
menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui kulit dan sebagian besar melalui
membrane insang dengan cara difusi. Agar cairan tubuhnya tetap terjaga, ikan air
tawar juga harus secara terus menerus mengekskresikan kelebihan air yang mereka
serap dengan cara menghasilkan urine yang banyak dan encer. Untuk itu, ikan air
tawar harus mengeluarkan sejumlah besar air dari darah dengan cara meningkatkan
laju filtrasi air kedalam tubulus ginjal.
Banyak nya urine yang keluar menyebabkan hilangnya sejumlah besar garam dan
bahan-bahan terlarut lainnya. Garam-garam (sebagian besar ion-ion natrium dan
klorida) juga hilang melalui membrane insang dengan cara difusi.

Anda mungkin juga menyukai