2
SKENARIO 1
KELAINAN SISTEM ORGAN SENSORI
B. Klarifikasi Istilah
1
Muntah : Semburan dengan paksa isi lambung melalui mulut
C. Identifikasi Masalah
mata?
10. Apa saja syarat-syarat dan indikasi obat tetes mata?
11. Apa alur penegakan diagnosa dari keluhan Tn. Alf?
12. Apa diagnosis banding dari keluhan Tn. Alf?
13. Apa diagnosis dari keluhan Tn. Alf?
14. Apa definisi dari keluhan Tn. Alf?
15. Apa saja klasifikasi dari keluhan Tn. Alf?
16. Apa etiologi dari keluhan Tn. Alf?
17. Apa epidemiologi dari keluhan Tn. Alf?
18. Apa patofisiologis dari keluhan Tn. Alf?
19. Apa manifestasi klinis dari keluhan Tn. Alf?
20. Apa tata laksana dari keluhan Tn. Alf?
21. Apa komplikasi dari keluhan Tn. Alf?
22. Apa prognosis dari keluhan Tn. Alf?
D. Analisis Masalah
Jawab:
1 Cavum Orbita
Gambar 1.1 Cavum Orbita
2 Bola Mata
Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae.
a Dinding bola mata, terdiri atas :
Sclera
Sclera : pembungkus pelindung mata bagian luar yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen.
Jaringannya padat dan berwarna putih serta berbatasan
dengan kornea dianterior dan durameter opticus diposterior.
Diantara stroma sclera.
Kornea
Dinding bola mata bagian depan, jaringan yang jernih dan
bening.
Batas kornea dan sclera disebut limbus.
Tebal kornea (0,6-1,0) yang terdiri atas :
o Epitel : epitel gepeng berlapis tanduk.
o Membrane bowman : membrane tipis yang homogeny
yang tersusun atas susunan serat kolagen kuat yang
mempertahankan bentuk kornea.
o Stroma : lapisan paling tebal dari kornea dan terdiri atas
jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lameldan
berjalan sejajar dengan permukaan kornea.bersifat
higroskopis dan menarik air dari bilik mata bagian depan.
o Membrane descemet : lapisan tipis yang bersifat kenyal,
kuat dan tidak berstruktur dan bening, pelindung atau
barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
o Endotel : terdiri atas satu lapis sel yang merupakan
jaringan yang terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea.sel ini mengatur cairan didalam stroma
kornea.
Badan Kaca
Mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, tidak
berwarna bening dan konsistensinya lunak.
Bagian luar merupakan lapisan tipis (membrane hialoid).
Badan kaca ditengah-tengah ditembus oleh suatu saluran
yang berjalan dari papil syarafoptik kearah kapsul belakang
lensa saluran hialoid.
Struktur badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan
menerima nutrisi dari jaringan sekitarnya : koroid, badan siliar
dan retina.
Retina
Membrane tipis dan bening terdiri atas penyebaran serabut-
serabut saraf optic letaknya antara badan kaca dan koroid.
Bagian anterior berakhir pada orra serrata.
Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat macula lutea (bintik kuning) : 1-2 mm
untuk tajam penglihatan.
Retina memiliki ketebalan sekitar 1 mm terdiri dari 10 lapis.
Sel batang lebih banyak dibandingkan sel kerucut kecuali
didaerah macula dimana sel kerucut lebih banyak.
Daerah papil syaraf optic terutama terdiri atas serabut syaraf
optic dan tidak mempunyai daya penglihatan.
3) Adneksa
a Kelopak Mata
4) Otot-Otot Mata
A.centralis retina.
A. Lakrimalis.
b Vena
Vena oftalmika superior et inferior merupakan muara dari :
Vena vorticosa.
6) Persarafan
Keterangan:
5 Epitel kornea
Membaran Bowman
Stroma
Membaran descement
4 1 endotel
2
3
b Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang
menutupi bagian anterior mata sampai kornea dan
permukaan dalam kelopak mata. konjungtiva memiliki
epitel berlapis silindris dengan banyak sel goblet, dan lamina
proprianya terdiri atas jaringan ikat longgar.
Gambar 15.4 Mata (77B, pembesaran 40x)
Keterangan:
Retina
4 Koroid
3 Sklera
1 Badan kaca (corpus vitreum)
2
2 Lapisan Tengah atau Vaskular
b Badan Siliar
Merupakan perluasaan koroid ke anterior
Potongan melintang : bentuk segitiga
Jaringan ikat longgar dengan banyak serat elastin, pembuluh
dan melanosit (mengelilingi m. siliaris)
Korp. Siliaris ditutupi oleh perluasaan retina ke anterior:
- Permukaan dalam : Epitel selapis silindris dgn melanin
- Permukaan luar : Epitel selapis silindris tanpa
pigmen
c Iris
Terletak pada permukaan yang menghadap serambi mata
(kamera okuli anterior) dilapisi sel stroma secara tidak
menentu.
Permukaan yang menghadap bilik mata (kamera okuli
posterior) diliputi dua lapis sel epitel berpigmen yang
merupakan bagian dari retina pars iridika.
Bagian ujung dan pangkal iris lebih tipis dari pada bagian
tengahnya. dibagian depan, stromanya tidak mengandung
pembuluh darah sedangkan dibagian belakang terdapat
pembuluh darah.
Pada bagian yang dekat pupil, terdapat berkas otot polos
sirkular membentuk otot lingkar (sfingter) pupil. Ke arah
pangkalnya terdapat berkas sel mioepitel yang membentuk
otot pelebar (dilatator)pupil.
korpus siliaris terdapat pada pangkal iris, menonjol kedalam
bilik mata (kamera okuli posterior).disini terletak zonula zinii
berupa sekumpulan serat penggantung lensa mata.
d Lensa
terdapat di belakang iris berupa bangunan oval berwarna
merah.
Susunan serat lensa tidak jelas dalam sajian.
Ruangan di depan lensa di belakang iris di sebut bilik mata
belakang.
Di belakang lensa terdapat ruang kosong yang semula terisi
korpus vitreum.
Pada beberapa sajian dapat dilihat saluran yang menjulur
dari papila nervus optikus yang merupakan sisa a.hialoidea.
Keterangan:
1 Membaran limitans eksterna
Lapisan serat Nervus optikus
3 2 Lapisan ganglioner
4 Lapisan pleksiform dalam
5 Lapisan inti dalam
6 Lapisan pleksiform luar
7 Lapisan inti luar
9 Membrana limitans eksterna
Lapisan sel batang dan kerucut
Epitel pigmen
10
8
b Fovea sentralis.
Yang disebut juga bintik kuning merupakan bagian retina
yang tipis sehingga membentuk cekungan, karena lapisan ini
hanya terdiri atas sel kerucut saja.
Cekungan yang lain adalah papil n.optikus yang merupakan
tempat keluarnya n.optikus dari bola mata.
cekungan yang terakhir ini disebut juga bintik buta.
2 Sistem lakrimal. v vc
1 Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak
di temporo antero superior rongga orbita.
2 Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakr
imal, sakuslakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terlet
ak dibagian depan ronggaorbita. Air mata dari duktus lakrimal
akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
3 Konjungtiva.
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan k
elopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi
bolamata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda
asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensakontak (contact
lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama
dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar kornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
2 Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera di bawahnya.
3 Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan te
mpat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat
longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah
bergerak.
4 Mata.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm.
Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan
yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda.
5 Sklera.
6 Kornea.
7 Uvea.
8 Pupil.
Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,
simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur
akibat dari :
10 Retina.
11 Badan kaca.
6
a. Mata Merah dengan Visus
Keratitis
Gram (-) rods:
- Keratitis Mata merah Injeksi Gejala+Tand
Bakterial Sakit mata tobramisin,
konjungtiva/ a
Rasa kelilipan Kultur ceftazidime,
Fotofobia injeksi silier
Penurunan Defek epitel fluoroquinolon
Gram (+) rods:
penglihatan diatas infiltrat
cefazolin, vancomysin,
stromal
moxifloxacin
nekrotik warna
Gram (-) coccus:
putih keabu-
ceftriaxone,
abuan
ceftazidim,
moxifloxacin
Siklopegik
- Keratitis Mata merah Infiltrat berhifa Gejala+Tand Natamisin 5%/
Jamur Nyeri hebat & satelit a Amphoterisin B 0,15%-
Berair Mikroskopik 0,30%
Silau kornea Ketokonazole (200-600
dengan KOH mg/hari)
Siklopegik
10% (hifa)
Riwayat
trauma
tumbuhan
- Keratitis Virus Sakit mata Simpleks: Gejala+Tand Antivirus
Penglihatan - Acyclovir salep 3% tiap
Vesikel a
berkurang Usapan 4 jam atau
palpebra
Mata berair - IDU tetes 1% tiap jam &
Zooster: Vesikel epitel
Fotofobia salep 0,5% tiap 4 jam
Badan terasa & infiltrat dengan
atau
hangat pada kornea, Giemsa - Trifluorotimidin (TFT) 1%
dermatom multinuklear tiap 4 jam
pain sel-sel
raksasa
Uveitis Mata merah Injeksi siliar & Gejala + Steroid tetes (siang hari)
Anterior Penglihatan konjungtiva Tanda & steroid salep (malam
turun ringan Pupil mengecil & Khas: hari)
Sakit mata - dexamethasone 0,1 %
ireguler penyakit
Fotofobia Edema berlangsung atau prednisolone 1 %.
Mata merah &
iris&lensa Midriatikum/ siklopegik
berair tanpa Slit lamp hanya
- Sulfas atropin 1% sehari
sekret mata antara 2-4
dapat terlihat 1 tetes
purulent minggu - Homatropin 2% sehari 1
flare di bilik
tetes
mata depan - Scopolamin 0,2% sehari
dan bila terjadi 1 tetes
inflamasi berat Terapi penyebab
dapat terlihat (antibiotik)
hifema atau
hipopion.
Kips, mutton fat,
koeppe
Hifema Nyeri pada Bila pasien Gejala + Rawat ditempat tidur
mata disertai duduk Tanda yang ditinggikan 30
dengan hifema akan pada kepala beri
epifora terkumpul di koagulasi mata
Penglihatan COA ditutup
TIO dapat Steroid topical, Vitamin
kabur
meningkat C
Asetazolmida (bila ada
penyulit glaukoma)
Parasentesis (bila perlu)
Ulkus Mata merah Injeksi Gejala+Tand Debridement
Jangan dibebat
Kornea ringan konjungtiva. a Siklopegik
Jamur Antibiotika topikal
hingga berat Injeksi silier
Kornea putih sediaan Steroid
+secret
Sakit mata keruh dengan hapus yang
Berair defek epitel memakai
Fotofobia
Penglihatan yang bila diberi larutan
ditengahnya. Sabouraud,
Iris sukar dilihat triglikolat,
karena dan agar
keruhnya coklat
kornea akibat
edema dan
infiltrasi sel
radang pada
kornea
Tanda penyerta:
hipopion,
hifema dan
sinekia
posterior.
Endoftalmiti Mata merah Edem palpebral Gejala+Tand Antibiotik topical &
s Penglihatan Edema/kekeruha a sistemik
kabur n kornea Pewarnaan - Ampisilin 2
Mata sakit Keratik gram/hari
gram dan
Kelopak - Kloramfenikol 3
presipitat kultur dari
bengkak Hipopion, kips, gram/hari
aqueous
flare sel Antibiotik sesuai kausa
Refleks fundus humour
(basitrasin, tobramisin,
hilang (adanya atau
gentamisin)
pus di dalam vitreous Siklopegik tetes 3x/hari
humour Kortikosteroid (hati-hati)
vitreus)
Jamur amfoterisin
Tekanan bola
B150 mikro gram
mata sangat
sub.konj
merendah dan
kadang
meninggi.
Tepi luka kuning
atau nekrosis.
Panoftalmiti Penglihatan Mata menonjol Gejala + Antibiotik dosis tinggi
s Edema palpebra Eviserasi isi bola mata
menurun Tanda
Sakit pada Konjungtiva bila sangat berat
mata kemotik
Mata menonjol Kornea keruh
Demam Hipopion pada
bilik mata
Refleks putih
dalam fundus &
okuli
Glaukoma Mata merah Injeksi Gejala + Pilokarpin 2% (setiap 5
Akut Penglihatan konjungtiva, Tanda menit lalu setiap 1 jam
turun Gonioskopi
Injeksi silier perhari)
mendadak TIO meningkat Asetazolamid 500 mg IV
Nyeri hebat Pupil dilatasi tak atau manitol 1,5-2
pada mata bereaksi mg/kgbb
dalam terhadap sinar Anestesi retrobulbar
Kornea keruh &
beberapa jam xilokain 2%
edem Iridektomi
dan hilang
COA dangkal
setelah tidur Iris bengkak
sebentar Lensa keruh
Melihat Papil hiperemis,
pelangi (halo) edem.
sekitar lampu
Mual, muntah
Sakit kepala
hebat
I. Anamnesis
Segmen belakang
Badan kaca
Saraf optik
Retina dan koroid
4. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur telapak
tangan dengan tahanan tekanan bola mata bagian superior. Bila
tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya glukoma.
5. Pemeriksaan lapang pandangan
Bila saat melihat benda oleh pasien dan pemeriksa sama hal ini
menunjukkan lapang pandangan sama pada mata kanan
pemeriksa dan mata kiri penderita.
Bila pasien melihat terlambat, berarti lapang pandangan lebih
sempit dibanding lapang pandangan pemeriksa.
6. Uji penjajaran binokuler
7. Pemeriksaan gerak ekstraokuler
Pemeriksa meminta pasien menggerakkan bola matanya mengikuti
gerakan obyek (pensil/pena) kedelapan arah: lateral, medial,
lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan
kebawah.
8. Pemeriksaan oftalmoskop langsung
Normalnya: warna merah cemerlang. Kalau terjadi kekeruhan pada
media refrakta maka akan tampak bintik hitam dengan latar
belakang merah.
Pada kornea yang jernih kekeruhan pada humour aquous bisa
ditentukan dengan pemeriksaan sebagai berikut.
d. Patofisiologi.
Pada glaukoma sudut tertutup primer, terjadi bila cairan mata yang berada di
belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke depan
dan mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata yang biasa disebut
mekanisme blokade pupil. Blokade pupil ini akan menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular di kamera okuli posterior sehingga akan menyebabkan iris menempel pada
kornea di bagian perifer dan struktur iris terdorong ke depan, keadaan ini disebut iris
bombe. Glaukoma akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini akan
menyumbat aliran humor aqueous dan tekanan intraokular akan meningkat dengan
cepat. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan yang
kabur. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami
penyempitan anatomik sudut kamera anterior (terutama dijumpai pada hipermetropi).
Serangan akut biasanya terjadi pasien usia tua seiring dengan pembesaran kristalina
lensa yang berkaitan dengan proses penuaan. Serangan akut tersebut sering
dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi secara spontan di malam hari, saat
pencahayaan berkurang. Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan dengan efek
antikolinergik atau simpatomimetik (misalnya: atropine, antidepresan, bronkodilator,
inhalasi, dekongestan hidung atau tokolitik). Serangan dapat juga terjadi pada dilatasi
pupil pada waktu oftalmoskopi tatapi jarang.
e. Pemeriksaan penunjang.
1. Tonometri Schiotz
Pada glaukoma akut dapat mencapai 40-80 mmHg.
2. Funduskopi
Papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan atrofi Sehingga cup disk ratio
membesar (N = <0,4), namun pemeriksaan ini sukar dilakukan karena terdapat
kekeruhan media penglihatan.
3. Slit-lamp
Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi
silier,injeksi konjungtiva, injeksi epislera.
Kornea: edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma,
keruh,insensitif karena tekanan pada saraf kornea.
Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flaredan sel
akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi.
Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarnakelabu,
dilatasi pembuluh darah iris.
Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang
didapatmidriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap
cahaya danakomodasi.
4. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung
keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut
tertutup dan mungkin dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai edem kornea berkurang, salah satunya
dengan obat yang dapat menurunkan tekanan intraocular, misalnya dengan
gliserin topical atau saline hipertonik salap mata. Pada waktu tekanan intaokuler
tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, sedang pada waktu tensi intraokuler
normal sudutnya sempit. Bila serangan dapat dihentikan maka sesudah 24 jam,
biasanya sudut bilik mata depan terbuka kembali, tetapi masih sempit. Kalau
terjadi serangan yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka akan timbul
perlengketan antara iris bagian pinggir dengan trabekula (goniosinekhia, sinekhia
anterior perifer).
f. Tatalaksana.
1. Agen osmotic
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekan intra okuler dan efeknya
menjernihkan kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak
mengalami emesis. Agen-agen hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume
vitreus, yang,kebalikannya, menurunkan tekanan intraokular. Penurunan tekanan
intra okular memulihkan iskemia iris dan memperbaiki kepekaan terhadap
pilokarpin dan obat-obat lainnya. Agen-agen osmotic menyebabkan diuresis osmotic
dan mengurangicairan tubuh total. Agen-agen tersebut tidak boleh digunakan pada
pasien penyakit jantung dan penyakit ginjal.
Gliserin
Dosis efektif 1-1,5 gr/kgBB dalam 50% cairan. Selama penggunaanya gliserin
dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap pasien
diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular karena
agenini sendiri dapat menyebabkan mual muntah. Menurunkan tekanan
intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian.
Manitol
Dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien diabetes
karena tidak dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3
jam. Bila tidak dapat diberikan oral (mis : mual muntah) dapat diberikan secara
intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit.
Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian iv. Pada
penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume darah
yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah gagal.
Pemberianmanitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria,
kongestiatau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra
kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang
hipersensitivitas terhadapmanitol.
Ureum intravena
Dosis 1-1,5 g/kg i.v. Tidak seefektif manitol karena berat molekulnya lebih
rendah sehingga lebih cepat dipenetrasi pada mata. Penggunaannya harus
dengan pengawasan ketat untuk menghindari komplikasi kardiovaskuler.
2. Karbonik Anhidrase Inhibitor
Mengurangi produksi akuos humor dengan menghambat karbonik anhidrasedi
badan siliar sehingga mengurangi TIO secara cepat
Asetazolamide
Merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada glaucoma
akut. Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500 mg IV yang
diikuti dengan 250 mg per oral setiap 4 jam sesudah keluhan enek hilang.
sekarang diketahui bahwa karbonik anhidraseinhibitor oral sedikit atau tidak ada
sama sekali efek samping sistemik.
Methazolamide: Dosis 50-100 mg p.o. 2 atau 3 kali sehari ( total tidak lebih dari
600mg/hari)
Dorzolamide
Berbeda dengan obat-obat yang lebih tua, Dorzolamide sanggup menerobos
kedalam mata dengan aplikasi topical.
Dichlorphenamide
Dosis awal 100-200mg per oral, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai
tercapairespons yang diinginkan. Dosis pemeliharaan (maintenance) yang biasa
untuk glaukoma adalah 25-50 mg 3 atau 4 x/hari. Dosis harian total tidak
melebihi 300mg.
Brinzolamide
Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada
matadengan kadar 1 %. Brinzolamide digunakan untuk mengobati tekanan
yangmeningkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka. Brinzolamide
jugadigunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut hipertensi pada mata.
b. Epidemiologi.
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit
yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan
kedua gender.8 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata
insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah
satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2
Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau
kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan
waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. Sekitar 2%
dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya
adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk konjuntivitis yang infeksius,
42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral.
Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di
poli umum. Occular cicatrical pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang
tampak.
c. Etiologi.
Konjuktivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa bersifat infeksius (bakteri,
klamidia,virus, jamur, parasit), imunolgis (alergi),iritatif (baham kimia, suhu,,
radiasi,).
d. Patofisiologi.
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan
substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki
kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang
berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa
konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari
peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih
ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan
berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang
berdilatasi dan tinggi permeabilitas.
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang
merangsang lakrimasi.
e. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel
kornea).
Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
Pemeriksaan oftalmoskop
Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda
menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
f. Tatalaksana.
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.
3. Uveitis (sklerisis).
1. Definisi.
Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai
oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan
adanya vaskulitis.
2. Epidemiologi.
Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. Di Amerika Serikat
insidensi kejadian diperkirakan 6 kasus per 10.000 populasi. Dari pasien-pasien
yang ditemukan, didapatkan 94% adalah skleritis anterior, sedangkan 6%nya
adalah skleritis posterior. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai penyakit
ini. Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, dengan onset perlahan atau
mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan.
Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras.
Wanita lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 1,6 : 1. Insiden
skleritis terutama terjadi antara 11-87 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun.
3. Etiologi.
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh
proses imunologi yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan
tipe III (kompleks imun) dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus,
mungkin terjadi invasi mikroba langsung, dan pada sejumlah kasus proses
imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh proses-proses lokal, misalnya bedah
katarak.
4. Patofisiologi.
Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi
sel T dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis.
Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan
menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.
Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit
imun sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. Disregulasi pada penyakit
auto imun secara umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses
inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan
kerusakan vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon kronik
granulomatous (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian
dari sistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat
deposisi kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera yang
menyebabkan perforasi kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara.
5. Pemeriksaan penunjang
1. Daylight
Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah
serangan yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan translusen
juga dapat muncul dan juga terlihat uvea yang gelap. Area hitam, abu-abu dan
coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang aktif yang mengindikasikan adanya
proses nekrotik. Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada sklera bisa menjadi
avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang dikelilingi lingkaran
coklat kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara bertahap dengan
jaringan granulasi meninggalkan uvea yang kosong atau lapisan tipis dari
konjungtiva.
6. Tatalaksana
Terapi skleritis disesuaikan dengan penyebabnya. Terapi awal skleritis
adalah obat anti inflamasi non-steroid sistemik. Obat pilihan adalah indometasin
100 mg perhari atau ibuprofen 300 mg perhari. Pada sebagian besar kasus, nyeri
cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan. Apabila tidak timbul respon
dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak penyumbatan vaskular harus segera
dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi. Steroid ini biasanya diberikan peroral
yaitu prednison 80 mg perhari yang ditirunkan dengan cepat dalam 2 minggu
sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg perhari. Kadangkala, penyakit yang
berat mengharuskan terapi intravena berdenyut dengan metil prednisolon 1 g
setiap minggu.
Obat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. 2 Siklofosfamid sangat
bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah. Tetapi steroid
topikal saja tidak bermanfaat tetapi dapat dapat menjadi terapi tambahan untuk
terapi sistemik. Apabila dapat diidentifikasi adanya infeksi, harus diberikan terapi
spesifik. Peran terapi steroid sistemik kemudian akan ditentukan oleh sifat proses
penyakitnya, yakni apakah penyakitnya merupakan suatu respon hipersensitif atau
efek dari invasi langsung mikroba.
Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi
sklera atau kornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi
kerusakan hebat akibat invasi langsung mikroba, atau pada granulomatosis
Wegener atau poliarteritis nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea.
Penipisan sklera pada skleritis yang semata-mata akibat peradangan jarang
menimbulkan perforasi kecuali apabila juga terdapat galukoma atau terjadi trauma
langsung terutama pada usaha mengambil sediaan biopsi. Tandur sklera pernah
digunakan sebagai tindakan profilaktik dalam terapi skleritis, tetapi tandur
semacam itu tidak jarang mencair kecuali apabila juga disertai pemberia
kemoterapi.
Skleromalasia perforans tidak terpengaruh oleh terapi kecuali apabila
terapi diberikan pada stadium paling dini penyakit. Karena pada stadium ini
jarang timbul gejala, sebagian besar kasus tidak diobati sampai timbul penyulit.6
4. Keratitis.
a. Definisi.
Keratitis adalah reaksi inflamasi kornea. Keratitis jamur dapat menyebabkan
infeksi jamur yang serius pada kornea dan berdasarkan sejumlah laporan, jamur
telah ditemukan menyebabkan 6%-5% kasus keratitis ulseratif. Lebih dari 70
spesies jamur telah dilaporkan menyebabkan keratitis jamur
b. Epidemiologi.
Frekuensi keratitis di Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus
kelainan mata. Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-
20,7 per 100.000 orang tiap tahun. Insidensi keratitis pada tahun 1993 adalah 5,3 per
100.000 penduduk di Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu
bermakna pada angka kejadian keratitis. Sedangkan predisposisi terjadinya keratitis
antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak dan perawatan lensa
kontak yang buruk, penggunaan lensa kontak yang berlebihan, Herpes genital atau
infeksi virus lain, kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain, serta higienis
dan nutrisi yang tidak baik,dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.
c. Etiologi.
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat
menyebabkankeratitis.Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex tipe 1.
Selain itu penyebablain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang
sangat terang, bendaasing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu
sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan
vitamin A dan penggunaan lensakontak yang kurang baik
d. Patofisiologi.
golongan I :
Topikal Amphotericin B 1 , 02 , 5 mg/ml , Thiomerosal (10 mg/ml), Natamycin
> 10 mg/ml, golongan Imidazole.
golongan I I :
Topikal Amphotericin B , Thiomerosal, Natamycin (obat terpilih), Imidazole
(obat terpilih)
Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut
tertutup subakut sama dengan yang berperan pada tipe akut,
kecuali episode peningkatan tekanan intraokularnya berlangsung
singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut membaik secara
spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut bilik mata
depan disertai pembentukan sinekia anterior perifer. Glaukoma
sudut tertutup subakut kadang-kadang berkembang menjadi
glaukoma sudut tertutup akut.
Karakteristik dari jenis ini adalah pandangan kabur, halo, dan
nyeri ringan akibat peningkatan tekanan intraokular. Gejala ini
sembuh secara tiba-tiba dan tekanan intraokular biasanya normal
diantara episode-episode, yang mana terjadi secara periodik selama
berhari-hari atau berminggu-minggu. Episode ini mungkin bisa
menyebabkan kebingungan disertai sakit kepala dan migrain.
Serangan mungkin dipercepat oleh midriasis fisiologis
(menonton televisi di ruangan gelap). Faktor emosional juga
mungkin faktor yang mempercepat faktor terjadinya. Diagnosa
berdasarkan riwayat serangan pandangan kabur sementara
berhubungan dengan halo di sekitar cahaya sampai ke edema epitel
kornea. Mungkin ada juga hubungannya dengan ketidaknyamanan
bola mata dan sakit kepala di bagian depan. Serangan biasanya
berulang dan berhenti setelah 1-2 jam oleh miosis fisiologis
(pemaparan cahaya terang atau tidur). Diagnosa dapat dipastikan
dengan gonioskopi dan terapinya adalah iridotomi perifer dengan
laser.
Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata
depan mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan
tekanan intraokular akut, tetapi mengalami sinekia anterior perifer
yang semakin meluas disertai dengan peningkatan tekanan
intraokular secara bertahap. Pada oftalmoskopi menunjukkan
perubahan optic disc mirip dengan glaukoma sudut terbuka kecuali
adanya saraf mata yang rusak.
Iris plateu
Iris plateu termasuk kelainan yang jarang dijumpai. Pada
keadaan ini, kedalaman bilik mata depan sentral normal, tetapi
sudut bilik mata depannya sangat sempit karena posisi prosessus
siliaris terlalu anterior. Mata dengan kelainan ini jarang mengalami
blokade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan merapatnya iris
perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut), pengidap
kelainan ini mengalami glaukoma sudut tertutup akut pada usia
muda, dan sering mengalami kekambuhan setelah tindakan
iridiotomi laser perifer atau iridektomi bedah. Diperlukan terapi
miotik jangka panjang atau iridioplasti dengan laser.
b Glaukoma kongenital
Lima puluh persen kasus glaukoma kongenital bermanifestasi
sejak lahir, 70% kasus didiagnosis dalam 6 bulan pertama, dan 80%
kasus didiagnosis di akhir tahun pertama. Ketidakseimbangan aliran
aqueous pada glaukoma kongenital ini disebabkan oleh kesalahan
dari perkembangan sudut bilik anterior, tidak ada hubungan dengan
kelainan mata lainnya. Ada 3 klasifikasi dari glaukoma kongenital,
yaitu:
1 True congenital glaucoma (40%) yang mana tekanan intraokular
meningkat selama dalam kandungan.
2 Infantile glaucoma (55%) gejala mulai Nampak pada usia 3 tahun.
3 Juvenile glaucoma, jarang, dimana tekanan meningkat setelah usia
3 tahun sampai sebelum usia 16 tahun. Gonioskopi normal atau
adanya trabeculodysgenesis.
c Glaukoma sekunder
Peningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu
manifestasi dari penyakit mata lain disebut glaukoma sekunder.
Terapinya adalah pengontrolan tekanan intraokular dengan cara-
cara medis dan bedah, serta mengatasi penyakit yang mendasari
apabila mungkin. Yang termasuk glaukoma sekunder antara lain:
1 Perubahan lensa (Dislokasi Lensa)
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau
secara spontan, misalnya pada sindrom Marfan. Dislokasi anterior
dapat menimbulkan sumbatan pada apertura pupil yang
menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior
ke dalam vitreus juga berkaitan dengan glaukoma meskipun
mekanismenya belum jelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kerusakan sudut pada waktu dislokasi traumatik.1
Pada dislokasi anterior, terapi definitifnya adalah ekstaksi lensa
segera setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis. Pada
dislokasi posterior, lensa biasaanya dibiarkan dan glaukoma diobati
sebagai glaukoma sudut terbuka primer
3 Trauma hifema
Terdapat mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya hifema.
Mekanismenya adalah mekanisme dimana kekuatan trauma
menyebabkan kontusi sehinga terjadi robekan pada pembuluh darah
iris dan badan silier yang rentan rusak.
a Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis
glaukoma disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak
tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi
nyeri. Seringkali enukleasi merupakan tindakan yang paling efektif.
Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
1.1 Tatalaksana
A Medikamentosa
I Agen osmotic
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular.
Agen osmotik oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan
dengan cairan atau es, agar osmolaritas dan efisiensinya tidak
menurun.
Gliserin: dosis efektif 1-1,5 gr/kg bb dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tio dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian,
dan dipastikan agen ini bekerja selama 5-6 jam. Selama
penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia
dan dehidrasi. Agen ini dapat menyebabkan mual dan muntah
Mannitol: merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat
memberikan keuntungan dan aman digunakan pada pasien
diabetes karena tidak dimetabolisme. Dosis yang dianjurkan
adalah 1-3 g/kgbb dalam 50% cairan.
Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi penggunaan oral
maka manitol dapat diberikan iv dalam 20% cairan dengan dosis
2 gr/kgbb selama 30 menit.
II Karbonik anhidrase inhibitor
Asetazolamid: merupakan pilihan yang sangat tepat untuk
pengobatan darurat pada glaukoma akut. Efeknya dengan
menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor
akuos, sehingga sangat berguna untuk menurunkan tio secara
cepat, yang diberikan secara oral dan iv. Dosis inisial 2x250 mg
oral, dapat diberikan kepada pasien yang tidak mempunyai
komplikasi lambung. Dosis alternatif iv 500 mg bolus efektif pada
pasien penderita nausea. Penambahan dosis maksimal
asetazolamid diberikan setelah 4-6 jam untuk menurunkan tio
yang lebih rendah.
III Miotik kuat
Pilokarpin: 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian
sebegai terapi inisial, diindikasikan untuk mencoba menghambat
serangan awal pada glaukoma akut. Penggunaannya ternyata
tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini
terjadi karena muskulus sfingter pupil sudah iskemik sehingga
tidak dapat merespon terhadap pilokarpin. Pilokarpin diberikan
satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam. Pada umumnya respon
pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama
sehingga menyebabkan atrofi otot sfingter akibat iskemik.
IV Beta blocker
Beta bloker dapat menurunkan tio dengan cara mengurangi
produksi humor akuos. Timolol merupakan beta bloker nonselektif
dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang
yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal.
Beta bloker tetes mata sebagai inisial terapi diberikan 2 kali
dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8,
dan 12 jam kemudian.
B Non medikamentosa
1 Bedah laser
I Laser iridotomy
Indikasi: pada glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil,
iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok
pupil pada mata yang berisiko, yang ditetapkan melalui
evaluasi gonioskopi.
Kontraindikasi: tidak bisa dilakukan pada mata dengan
rubeosis iridis, karena dapat terjadi perdarahan.
2 Bedah insisi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan
tindakan laser iridektomi, seperti:
Iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini
sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat.
Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-kornea
yang luas
Tidak tersedianya peralatan laser.
Pada iridektomi pupil dibuat semiosis mungkin, dengan
menggunakan miotik tetes. Kemudian dilakukan insisi 1 mm di
belakang limbus. Insisi dilakukan agar iris prolapse lalu dilakukan
iridektomi.
Trabekulektomi diindikasikan pada keadaan glaucoma akut yang
berat atau setelah kegagalan iridektomi perifer.
2 Edukasi
o Pasien harus follow up terus menerus karena penyakit glaukoma
harus terkontrol.
o Pemakaian obat yang melebarkan pupil berbahaya
o Pasien diberi pengertian untuk menjalani operasi apabila ada
gejala dini untuk menghindari efek glaukoma yang lebih jauh,
yaitu kebutaan.
o Rujuk ke spesialis mata 9
Mata Merah
Anatomi
Histolog
Kaca mata i
fisiologi
Diagnosis Banding
Glaukoma Glaukoma
Diagnosa : sudut
sudut
tertutup Glaukoma terbuka
Penatalaksanaan Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC
2. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Edisi 6. Jakarta: EGC.