DIONISIUS ANDY K
NRP 2412.100.106
Asisten Laboratorium
Damas Panji Herawan
NRP 2411.100.098
DIONISIUS ANDY K
NRP 2411.100.106
Asisten Laboratorium
Damas Panji Herawan
NRP 2411.100.098
i
Halaman ini memang dikosongkan
ii
FINAL REPORT
LABWORK MATERIAL ENGINEERING P2
DIONISIUS ANDY K
NRP 2411.100.106
Asisten Laboratorium
Damas Panji Herawan
NRP 2411.100.098
iv
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
OLEH :
DIONISIUS ANDY K
NRP. 2412.100.106
Asisten Praktikan
v
Halaman ini memang dikosongkan
vi
PERCOBAAN BAHAN KERAMIK
ABSTRAK
vii
Halaman ini memang dikosongkan
viii
EXPERIMENT OF CERAMIC MATERIALS
ABSTRACT
ix
Halaman ini memang dikosongkan
x
KATA PENGANTAR
Penulis.
xi
Halaman ini memang dikosongkan
xii
DAFTAR ISI
xi
Halaman ini memang dikosongkan
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Halaman ini memang dikosongkan
xiv
DAFTAR TABEL
xv
Halaman ini memang dikosongkan
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum rekayasa bahan tentang bahan
keramik kali ini adalah sebagai berikut.
a. Mengenal bahan keramik.
b. Memahami proses pembuatan bahan keramik tradisional.
c. Menentukan harga kekerasan dari bahan keramik.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani
keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah
mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun
1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar,
seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini
tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan
anorganik yang berbentuk padat.[1]
Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard,
ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan
oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya.
Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung ada lingkungan
geologi dimana bahan diperoleh.[1]
3
4
b. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan
badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang
dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk
benda keramik yaitu pembentukan tangan langsung
(handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak
(casting).[5]
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan
tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama
ini yaitu teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan
teknik lempeng (slabbing).[5]
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan
yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam
kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga
keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik.
Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini
mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang
tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik
begitu mencobanya, diperlukan waktu yang tidak sebentar
untuk melatih jari-jari dalam membentuk sebuah benda
keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala
putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan
keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar
silinder, misalnya piring, mangkok, vas, guci, dan lain-lain.
7
c. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap
selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini
adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada
badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan
akan terjadi tiga proses penting yaitu, air pada lapisan
antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap,
sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan
penyusutan berhenti, kemudian air dalam pori hilang tanpa
terjadi susut, dan air yang terserap pada permukaan partikel
hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus
dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk
menghindari retak atau cracking terlebih pada tahap
pengeringan awal. Proses yang terlalu cepat akan
mengakibatkan keretakan dikarenakan hilangnya air secara
tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.[5]
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada
tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu
kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan
sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat
dilakukan. [5]
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik
dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi
massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan
dalam sebuah tungku atau furnace suhu tinggi. Ada beberapa
parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran diantaranya
adalah suhu sintering atau matang, atmosfer tungku, dan tentu
saja mineral yang terlibat. Selama pembakaran, badan
keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang
atau muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss).
Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api
furnace dapat dirinci dalam tabel.[5]
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting
karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut
sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah
untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada
kisaran suhu 700 10000C. Pembakaran biskuit sudah cukup
membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk
benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit
merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup
kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.[5]
e. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum
dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi
glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas.
Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan
dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang
besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi
glasir pada produk keramik adalah untuk menambah
keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-
efek tertentu sesuai keinginan.[5]
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan
menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu
kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat
diperlukan untuk menghasilkan produk yang memuaskan.[5]
Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.
Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan
dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened
steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu.[3]
13
Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk
piramida dengan sudut 136. Prinsip pengujian adalah
sama dengan metode Brinell, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang
diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur
jejak. [3]
Metode Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana
kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak
yang dihasilkan maka metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-reading).
Metode ini banyak dipakai dalam industry karena
pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indetor
yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak
macamnya. Metode yang paling umum dipakai adalah
Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6
inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor
intan dengan beban 150 kg). [3]
14
15
16
Rata-rata =
Keterangan:
= rata-rata hitung
xi = nilai sampel ke-i
n = jumlah sampel
Standar deviasi
Keterangan:
= rata-rata hitung
xi = nilai sampel ke-i
n = jumlah sampel
Range
R = xb xk
Keterangan:
R = Rentang
xb = nilai data tang terbesar
xk = nilai data tang terkecil
Standar Error
19
20
(x x)
2
(1)
n 1
Keterangan :
n : banyak data
x : tinggipantulan
x : rata-ratatinggipantulan
( ) ( ) ( ) ( )
21
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
22
( ) ( ) ( ) ( )
Standar error
Keterangan :
: Standar Deviasi
n : banyak data
23
= 0.178
= 0.626
= 0.268
= 0.447
Untuk sampel dengan suhu pemanasan 400C
= 0.268
= 0.626
= 0.268
24
= 0.565
Range:
data max data min
15 cm 11 cm
4 cm
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini, dibuat empat buah keramik dengan
perbandingan campuran semen danpasir yang berbeda-beda.
Variabel yang diubah adalah jumlah pasir. Perbandingan nya
adalah 1:1 ; 1:2 ; 1:3 ; 1:4.
Pada pengujian pertama menggunakan uji pantul, didapatkan
data bahwa bahan yang keras adalah pada keramik 1:3 yang di
panaskan dengan suhu 200C, karena nilai rata-rata pantulannya
yang paling tinggi, yaitu sebesar 14.4 cm. Namun hal ini tidak
sesuai dengan teori. Seharusnya nilai perbandingan semen yang
lebih besar cenderung memiliki tingkat kekerasan yang lebih
tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah kurang
ratanya saat proses pencampuran dan proses pengeringan yang
kurang sempurna (kurang cahaya matahari), selain itu factor lain
adalah karena kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca
pantulan dari bola pingpong pada saat uji kekerasan metode
pantul.
Pada pengujian kedua menggunakan uji gores, pada
sampel 1:1 dan 1:4 suhu 2000C merupakan yang paling lemah,
karena tergores oleh kaca, genteng, serta bata. Tetapi seharusnya
pada sampel dengan komposisi 1:1 suhu 2000C tidak tergores
oleh batu bata, dikarenakan secara teoritis sampel ini memiliki
kekerasan yang lebih tinggi dari batu bata, kesalahan tersebut
disebabkan karena kesalahan praktikan dalam memilih sisi
penggoresan dari sampel tersebut, yaitu yang digores adalah sisi
bawah dari sempel dimana sisi bawah adalah sisi dimana terdapat
lebih banyak pasir dikarenakan pasir mengendap ke bawah,
sehingga kurang keras. Sampel dengan hasil uji gores terbaik
adalah sampel 1:1 suhu 4000C sebab tidak tergores oleh kaca,
genteng serta bata, karena sisa air yang masih tertinggal sudah
hilang karena teruapkan dan molekul keramik menjadi lebih padat
sehingga lebih kuat.
Pada pengujian kekerasan dengan metode pantul,
perhitungan standar deviasi menjadi penting, Karena Benda Uji
dibuat beberapa buah dan pengujian dilakkan sebanyak 5 kali,
tentu saja Hasil Uji kekerasan metode pantul masing-masing
27
5.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat keramik lain adalah sebagai
berikut :
1. Keramik pada umumnya merupakan hasil dari pengolahan
tanah liat menggunakan air sebagai pelarut yang kemudian
dikeringkan dan dibakar dengan suhu tertentu dalam tungku
pembakaran,
2. Komposisi Pembuatan keramik akan mempengaruhi teingkat
kekerasan dari keramik tersebut, hal ini terlihat dari sampel
dengan komposisi 1:1 pada uji gesek cenderung lebih keras
daripada sampel dengan komposisi pasir lebih banyak dari
semen.
3. Suhu pada proses sintering juga mempengaruhi tingkat
kekerasan pada keramik, dimana dapat dilihat pada sampel
dengan suhu sintering 400 cenderung lebih keras dari pada
sampel yang disinterring pada suhu 200C.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan
percobaan sebagai berikut :
1. Sebaiknya disediakan cetakan agar praktikan tidak perlu
membuat cetakan terlebih dahulu.
25
DAFTAR PUSTAKA
29