MAKALAH
oleh:
Ofan Dhika Dwi Kurniawan 150413600883
Setyawati Yulandari 150413603880
Shoviyatus Zaqiah 150413601059
Rumusan Masalah
STRATEGI INTENSIF
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup
(market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu
diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak
tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih
efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati
oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini
lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah
geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan kemampuan
memenuhi kebutuhan konsumen secara baik. (David, 1998; Fournier dan
Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).
2. Fokus perencanaan yang terintegrasi cenderung bergeser dari hasil yang akan
dicapai kepada sumberdaya yang tersedia.
Karena organisasi nirlaba cenderung menyediakan jasa yang sulit
diukur, mereka jarang memiliki garis batas kinerja yang jelas. Oleh karena itu,
perencanaan menjadi lebih berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya yang
dapat diukur dengan mudah, daripada jasa layanannya yang sulit diukur
dengan mudah, daripada jasa layanannya yang sulit diukur.
a. Strategi Piggybacking
Strategi ini diciptakan oleh R. P. Nielsen, strategi ini merujuk pada
pengembangan sebuah aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan
menghasilkan dana-dana yang diperlukan untuk menutupi selisih antara
penerimaan dan pengeluaran. Secara khusus, aktivitas baru itu dalam
beberapa hal terkait dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah
untuk membantu mensubsidi program-program jasa utama.
a. Sasaran
Sasaran yang dimaksud pada rencana kinerja ini adalah sasaran sebagaimana
dimuat dalam dokumen renstra. Selanjutnya diidentifikasi sasaran mana yang
akan diwujudkan pada tahun yang bersangkutan beserta indikator dan rencana
tingkat capaiannya (targetnya).
b. Program
Program-program yang ditetapkan merupakan program-program yang berada
dalam lingkup kebijakan tertentu sebagaimana dituangkan dalam Strategi yang
diuraikan pada dokumen rencana strategis. Selanjutnya perlu diidentifikasi dan
ditetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada tahun bersangkutan,
sebagai cara untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
c. Kegiatan
Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh
instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu. Dalam komponen kegiatan ini perlu ditetapkan indikator kinerja kegiatan
dan rencana capaiannya.
Konteks Manajemen Strategis dalam Sektor Publik (Ring dan Perry, 1985)
1. Policy Ambiguity
3. Attentive Publics
Masa jabatan dan peraturan yang memberikan batasan waktu menjadi perhatian
dalam manajemen strategis.
5. Shaky Coalitions
Aliansi politis saat perencanaan dan pelaksanaan belum tentu sama komposisinya.
1. Maintaining Flexibility
Proses implementasi manajemen strategi diharapkan mampu beradaptasi terhadap
perubahan internal dan eksternal.
Sektor publik yang bersifat terbuka memiliki keterikatan dengan berbagai pihak
atau kelompok kepentingan. Pemerintah harus memperlakukan semua pihak
dengan adil.
4. Minimizing Discontinuity
Parctipative Planning
Planning Flexiblility
Menjadi instansi reaktif dalam menghadapi perubahan situasi yang dinamis dan
kompleks.
Mengelola sumber daya yang dimiliki untuk hasil yang maksimal (managing for
result)
Mejadikan instansi adaftif dan fleksibel, mengurangi birokrasi yang rumit dan
lebih transparan
Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien.
Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera
konsumen
1. Kejelasan strategi,
2. Pengumpulan indikator kinerja yang tepat,
3. Pelaksanaan analisis manajemen kinerja,
4. Penciptaan budaya belajar yang positif,
5. Perolehan kepercayaan internal,
6. Penjajaran/pengarahan organisasi,
7. Perbaruan sistem terus-menerus,
8. Komunikasi dan pelaporan yang baik,
9. Implementasi software pendukung,
10. Dedikasi sumber daya dan waktu.
Pengukuran
Dalam konteks persaingan global seperti sekarang ini, perusahaan kecil harus
mengalihkan strategi pada penggunaan sumber daya internal. Strategi
pengembanga perusahaan harus mengarah pada keahlian khusus secara internal
yang bisa menciptakan produk unggul untuk memperbesar pangsa produksi
(manufacturing share).Manufacturing Share yaitu perusahaan yang muncul pada
berbagai produk yang mempunyai berbagai komponen yang sama dan tidak lagi
mencari pangsa pasar (market share) pada produk konsumen akhir seperti pada
masa lalu. Strategi resource-based ini, menurut Widjaja (1993:47) lebih murah
dan ampuh karena usaha kecil bisa memanfaatkan sumber daya alam dan tenaga
kerja lokal.
Dari teori yang berbasis sumber daya tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
konteks persaingan bebas seperti sekarang ini, para wirausaha harus menggunakan
strategi pengelolaan usahanya. Strategi pengembangan perusahaan, baik yang
baru maupun yang sudah lama harus mengarah pada penggunaan sumber daya
internal, dengan mengarah kepada keahlian khusus yang bisa menciptakan produk
yang unggul untuk memperbesarmanufacturing share produk konsumen akhir.
Dengan strategi tersebut, wirausaha bisa lebih berkembang, baik dalam persaingan
lokal, nasional maupun internasional.
Menurut Granat (1991 dalam wijaya, 1994) ada beberapa langkah untuk
mengembangkan resource-based strategy, antara lain :
- Kapabilitas karyawan.
- Keuangan.
- Kecanggihan pemasaran.