Analisis Kemiskinan Nasional 2013 PDF
Analisis Kemiskinan Nasional 2013 PDF
DAFTAR ISI
I. Definisi dan Pengukuran Kemiskinan
1.1 Definisi Kemiskinan
1.2 Data Kemiskinan
1.3 Pengukuran Kemiskinan
1.4 Garis Kemiskinan
II. Profil Kemiskinan
2.1 Perkembangan Garis Kemiskinan
2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin
2.3 Perkembangan Tingkat Kemiskinan
2.4 Perkembangan Tingkat Kemiskinan (P0), Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
1. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar
minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu Negara pada waktu
tertentu.
2. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
Tabel 1.1
Perbandingan antara Data Kemiskinan Makro dan Data Kemiskinan Mikro
Perbedaan antara Data Kemiskinan Makro dan Mikro dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Angka kemiskinan yang selama ini digunakan oleh Pemerintah adalah angka
kemiskinan makro yang dihitung dengan menggunakan Susenas. Angka
kemiskinan makro digunakan untuk memberikan gambaran kondisi secara makro
dan untuk kepentingan perencanaan secara makro. Mulai tahun 2011, survei untuk
mendapatkan angka kemiskinan makro dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun.
Selain angka kemiskinan makro, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melakukan sensus
pendataan rumah tangga sasaran melalui PPLS yang akan menghasilkan angka
kemiskinan mikro. Angka tersebut digunakan untuk perencanaan
program/kegiatan secara mikro, khususnya untuk program/kegiatan yang sifatnya
targeted. Angka kemiskinan mikro dikeluarkan setiap 3 tahun sekali dan pada
tahun 2011 dilakukan perubahan metode pendataan, yaitu dengan mendata 40%
penduduk dengan penghasilan terendah.
6 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 1.1
Perkembangan Tingkat Kemiskinan berdasarkan
Berbagai Ukuran Garis Kemiskinan
80
65.1
59.5 58.7
60 53.5 50.1 49 49.6
45.2 45.2
42.6
40
30.19
26.44
20 23.74
12 9.9 9.2
7.2 6.6 7.4 8.5 6.7 5.9
0 6 1.86 1.32 0.95
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Purchasing power parity atau paritas daya beli didefinisikan sebagai sebuah
metode yang dipergunakan untuk mengukur berapa banyak sebuah mata
uang dapat membeli sejumlah barang atau jasa yang sama dalam
pengukuran internasional karena harga barang dan jasa di beberapa negara
berbeda. Sehingga PPP dihitung dengan menyesuaikan perbedaan harga
barang dan jasa antar negara. Pengukuran kemiskinan berdasarkan US$ 1,
7 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 1.2
Komponen Indeks Kemiskinan Multidimensi
Data makro kemiskinan adalah data yang hanya menunjukkan jumlah agregat.
Data ini dihasilkan dengan menggunakan nilai garis kemiskinan, dimana penduduk
miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Kelemahan data makro adalah tidak dapat menunjukkan identitas individu dan
keberadaan/alamat mereka, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan program-program pembangunan yang bersifat langsung
ditujukan kepada masyarakat miskin (targeting), terutama untuk program-program
yang ditujukan untuk memenuhi akses terhadap pelayanan dasar (kemiskinan non
pendapatan). Untuk tujuan tersebut, dan dalam rangka meningkatkan efektivitas
penanggulangan kemiskinan, pada tahun 2005 Pemerintah melengkapi data
kemiskinan dengan data mikro kemiskinan.
Data mikro kemiskinan pada awalnya diperoleh melalui survey PSE-05 dan
diperbaharui melalui PPLS-08, yang dilakukan dengan menggunakan kriteria akses
terhadap kebutuhan dasar yang tercermin dalam 16 Kriteria Rumah Tangga Miskin.
Pada tahun 2011 dilakukan perubahan metode pendataan melalui PPLS 2011,
yaitu dengan mendata 40% penduduk dengan penghasilan terendah.
Data mikro digunakan untuk mengetahui siapa dan dimana penduduk yang akan
dibantu atau mendapatkan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Untuk mengetahui intensitas kemiskisnan dari Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang
dihasilkan dalam pelaksanaan PSE-05, maka RTS dikelompokkan menjadi rumah
tangga sangat miskin (RTSM), rumah tangga miskin (RTM) dan rumah tangga
hampir miskin/near poor (RTHM). Dasar pengelompokkan tersebut adalah nilai
Indeks skor RTS (IRM), yang dihitung dari bobot variabel terpilih dan nilai skor
variabel terpilih.
Hasil persandingan ketiga survei tersebut disajikan pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Perbandingan Kategori RTS Ketiga Survei PSE-05, PPLS-08, dan PPLS 2011
Kategori
Anggota Anggota
Rumah Rumah Rumah
% % Rumah % Rumah
Tangga Tangga Tangga
Tangga Tangga
RT SANGAT
3.894.314 20,4 2.989.865 17,1 15.944.536 3.013.796 16,3 16.003.996
MISKIN
RT HAMPIR
6.969.601 36,5 7.665.288 43,8 19.261.505 6.164.987 33,2 24.004.988
MISKIN
RT RENTAN
- - - - - 6.164.754 33,2 21.177.500
MISKIN
[Daftar Isi]
11 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Profil Kemiskinan
12 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.1
Perkembangan Garis Kemiskinan 2008-2013
300000
271626
248707
250000 233740
211726
200262
200000 182636
150000
100000
50000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Garis Kemiskinan (Rp)
Garis kemiskinan pada tahun 2008 sebesar Rp 182,636. Angka ini pada
tahun 2013 meningkat sekitar 48.72% hingga menjadi sebesar Rp
271,626. Peningkatan rata-rata garis kemiskinan per tahun selama
periode 2008-2013 adalah sekitar 8.28%.
[Daftar Isi]
13 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.2
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin 2008-2013
40.00
34.96jt
35.00 32.53jt
31.02jt
30.02jt 29.13jt
30.00
28.07jt
25.00
22.19jt
20.62jt 19.93jt
20.00 18.97jt 18.49jt
17.74jt
15.00 12.77jt
11.91jt 11.10jt 11.05jt 10.65jt
10.00 10.33jt
5.00
0.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 sekitar 34.96 juta jiwa. Angka
ini pada tahun 2013 menurun sekitar 20.05% hingga menjadi sekitar
28.07 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan rata-rata jumlah
penduduk miskin per tahun sekitar 4.36%.
Jumlah penduduk miskin perdesaan pada tahun 2008 sekitar 22.19 juta
jiwa. Angka ini pada tahun 2013 menurun sekitar 19.11% hingga
menjadi sekitar 17.74 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan
rata-rata jumlah penduduk miskin per tahun sekitar 4.12%.
Jumlah penduduk miskin perkotaan pada tahun 2008 sekitar 12.77 juta
jiwa. Angka ini pada tahun 2013 menurun sekitar 19.72% hingga
menjadi sekitar 10.33 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan
rata-rata jumlah penduduk miskin per tahun sekitar 4.29%.
[Daftar Isi]
14 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.3
20
18.93
18 17.35
16.56
16 15.72
15.42 15.12
14.15 14.32
14 13.33
12.49 11.96
12 11.65
10.72 11.37
10 9.87
9.23 8.78
8 8.39
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
[Daftar Isi]
15 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.4
Perkembangan P0, P1, dan P2 2008-2013
18
16 15.42
14.15
14 13.33 12.49
11.96
12
11.37
10
8
6
4 2.77
2.50 2.21 2.08 1.88
2 1.75
0.76 0.68 0.58 0.55 0.47
0 0.43
2008 2009 2010 2011 2012 2013
[Daftar Isi]
16 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.5
Kategori Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Periode 2007-2012
Sangat Buruk
Buruk
Kategori 1 Kategori 2
Tingkat kemiskinan meningkat Tingkat kemiskinan meningkat
Tingkat kemiskinan 2012 masih di atas Tingkat kemiskinan 2012 sudah di
tingkat kemiskinan nasional (> 11,37%) bawah tingkat kemiskinan nasional (
11,37%)
18 kab/kota
26 kab/kota
Cukup
Baik Kategori 3 Kategori 4 Baik
Gambar 2.6
Proporsi Kabupaten/Kota berdasarkan Kategori Perkembangan
Tingkat Kemiskinan Nasional Periode 2007-2012
Kategori 1 (Sangat
Buruk); 18 kab/kota; Kategori 2 (Buruk);
3% 26 kab/kota; 5%
Kategori 4 (Baik);
216 kab/kota;
41%
Kategori 3
(Cukup Baik);
273 kab/kota;
51%
[Daftar Isi]
18 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 2.1
Perkembangan Kemiskinan Kabupaten/Kota Periode 2007-2012
(Kategori 1; Sangat Buruk)
Jumlah Penduduk
Persentase Penduduk Miskin
No Kab/Kota Miskin
2007 2012 Penurunan 2007 2012
1 Kota Bengkulu 9.20 22.11 -12.91 25.70 71.63
2 Kota Tasikmalaya 9.30 18.92 -9.62 54.50 123.40
3 Kab. Teluk Bintuni 35.22 40.62 -5.40 13.70 23.38
4 Kota Palembang 8.98 13.59 -4.61 124.40 206.07
5 Kota Prabumulih 7.57 11.71 -4.14 10.00 19.82
6 Kota Tanjung Balai 11.52 14.85 -3.33 18.20 23.47
7 Kota Sibolga 9.73 13.00 -3.27 9.00 10.96
8 Kota Bandar Lampung 9.44 12.65 -3.21 78.80 116.00
9 Kota Tebing Tinggi 9.67 11.93 -2.26 13.40 17.75
10 Kota Mataram 9.67 11.87 -2.20 35.90 49.63
11 Kota Probolinggo 16.19 18.33 -2.14 34.90 40.55
12 Kab. Manokwari 28.05 29.43 -1.38 16.00 59.92
13 Kab. Rejang Lebong 16.38 17.31 -0.93 42.60 43.18
14 Kab. Rote Ndao 28.26 29.07 -0.81 30.10 38.80
15 Kab. Kep. Mentawai 15.99 16.71 -0.72 10.00 13.15
16 Kota Metro 11.53 12.09 -0.56 15.50 18.12
17 Kab. E n d e 20.33 20.68 -0.35 46.00 55.03
18 Kota Lhokseumawe 12.75 13.06 -0.31 19.40 23.56
[Daftar Isi]
19 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 2.2
Perkembangan Kemiskinan Kabupaten/Kota Periode 2007-2012
(Kategori 2; Buruk)
Jumlah Penduduk
Persentase Penduduk Miskin
No Kab/Kota Miskin
2007 2012 Penurunan 2007 2012
1 Kota Jambi 5.04 9.80 -4.76 23.20 54.61
2 Kab. Soppeng 5.45 9.12 -3.67 12.40 20.45
3 Kota Pekalongan 6.62 9.47 -2.85 17.90 26.81
4 Kota Cirebon 8.70 11.08 -2.38 28.30 33.27
5 Kota Medan 7.17 9.33 -2.16 148.10 198.05
6 Kota Banda Aceh 6.61 8.65 -2.04 14.00 20.25
7 Kota Kupang 7.50 9.39 -1.89 20.30 33.77
8 Kota Banjarmasin 2.90 4.51 -1.61 17.60 29.15
9 Kota Pematang Siantar 9.46 10.79 -1.33 22.00 25.60
10 Kota Padang Panjang 5.19 6.50 -1.31 2.60 3.15
11 Kota Solok 4.59 5.88 -1.29 2.50 3.60
12 Kota Payakumbuh 7.77 9.00 -1.23 7.70 10.81
13 Kota Sukabumi 7.26 8.41 -1.15 22.60 25.95
14 Kota Pekan Baru 2.24 3.38 -1.14 17.70 32.90
15 Kota Banjar Baru 4.08 5.16 -1.08 6.60 11.05
16 Kota Binjai 5.72 6.72 -1.00 14.00 16.88
17 Kota Bandung 3.68 4.55 -0.87 87.20 111.14
18 Kota Tegal 9.36 10.04 -0.68 22.20 23.96
19 Kota Tangerang 4.92 5.55 -0.63 76.90 107.02
20 Kota Bekasi 4.97 5.55 -0.58 106.90 138.72
21 Kota Bukit Tinggi 5.23 5.74 -0.51 5.20 6.57
22 Kota Padang 4.97 5.30 -0.33 39.50 45.84
23 Kota Magelang 10.01 10.31 -0.30 13.00 12.12
24 Bengkulu Tengah 6.42 6.52 -0.10 6.33 6.65
25 Kota Depok 2.42 2.46 -0.04 35.90 46.50
26 Kota Sungai Penuh 3.64 3.66 -0.02 2.98 3.12
[Daftar Isi]
20 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 2.3
Perkembangan Kemiskinan Kabupaten/Kota Periode 2007-2012
(Kategori 3; Cukup Baik)
35 Kab. Sragen 95 Kab. Pangkajene 154 Kab. Lembata 214 Kab. Pamekasan
Kepulauan
36 Kab. Pesawaran 96 Kab. Madiun 155 Kab. Wonogiri 215 Kab. N i a s
37 Kab. Mappi 97 Kab. Ngawi 156 Kab. Bojonegoro 216 Kab. Sumba Barat
38 Kota Tual 98 Kab. Melawi 157 Kab. Kolaka 217 Kab. Yapen
Waropen
21 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
[Daftar Isi]
22 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
[Daftar Isi]
24 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.6
[Daftar Isi]
25 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.7
[Daftar Isi]
26 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.8
[Daftar Isi]
27 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.9
[Daftar Isi]
28 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.10
[Daftar Isi]
29 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.11
[Daftar Isi]
30 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.12
JATIM 4771260
JATENG 4732950
JABAR 4297040
SUMUT 1339160
LAMPUNG 1163060
SUMSEL 1110370
PAPUA 1017360
NTT 993560
ACEH 840700
NTB 830840
SULSEL 787670
BANTEN 656240
YOGYA 550190
RIAU 469280
SUMBAR 407470
SULTENG 405420
KALBAR 369010
JAKARTA 354190
BENGKULU 327350
MALUKU 321840
SULTRA 301710
JAMBI 266150
KALBAR 237960
PAPUA BARAT 224270
GORONTALO 192580
SULUT 184400
KALSEL 181740
BALI 162510
SULBAR 154010
KALTENG 136950
KEP RIAU 126670
MALUT 83440
KEP BABEL 69220
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000
Jumlah Penduduk Miskin 2013
[Daftar Isi]
31 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.13
PAPUA 31.13
PAPUA BARAT 26.67
NTT 20.03
MALUKU 19.49
BENGKULU 18.34
NTB 17.97
ACEH 17.6
GORONTALO 17.51
YOGYA 15.43
LAMPUNG 14.86
SULTENG 14.67
JATENG 14.56
SUMSEL 14.24
SULTRA 12.83
JATIM 12.55
SULBAR 12.3
PAPUA 11.37
SUMUT 10.06
SULSEL 9.54
JABAR 9.52
KALBAR 8.24
SUMBAR 8.14
JAMBI 8.07
SULUT 7.88
RIAU 7.72
MALUT 7.5
KEP RIAU 6.46
KALBAR 6.06
KALTENG 5.93
BANTEN 5.74
KEP BABEL 5.21
KALSEL 4.77
BALI 3.95
JAKARTA 3.55
0 5 10 15 20 25 30 35
[Daftar Isi]
32 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.14
PAPUA 6.89
PAPUA BARAT 6.35
MALUKU 3.88
NTT 3.39
GORONTALO 3.18
ACEH 3.13
SULTENG 3.09
BENGKULU 3
NTB 2.74
YOGYA 2.4
LAMPUNG 2.27
JATENG 2.21
SULTRA 2.12
SUMSEL 2.08
SULBAR 1.89
JATIM 1.84
SULSEL 1.67
SUMUT 1.54
JABAR 1.32
KALBAR 1.19
SULUT 1.18
RIAU 1.18
SUMBAR 1.01
JAMBI 0.99
KALTENG 0.86
KALBAR 0.83
MALUT 0.78
BANTEN 0.7
KEP RIAU 0.69
JAKARTA 0.63
KEP BABEL 0.54
KALSEL 0.53
BALI 0.47
0 1 2 3 4 5 6 7 8
[Daftar Isi]
33 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 2.15
PAPUA 2.21
PAPUA BARAT 2.16
MALUKU 1.16
SULTENG 1.04
GORONTALO 0.9
NTT 0.88
ACEH 0.85
BENGKULU 0.74
NTB 0.61
SULTRA 0.56
YOGYA 0.55
JATENG 0.54
SULBAR 0.52
LAMPUNG 0.52
SULSEL 0.48
SUMSEL 0.46
JATIM 0.43
SUMUT 0.37
JABAR 0.3
RIAU 0.3
KALBAR 0.28
SULUT 0.26
SUMBAR 0.21
KALBAR 0.19
KALTENG 0.19
JAMBI 0.19
JAKARTA 0.17
BANTEN 0.16
KEP RIAU 0.15
MALUT 0.14
KALSEL 0.11
KEP BABEL 0.11
BALI 0.1
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[Daftar Isi]
34 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 3.1
Strategi, Arah Kebijakan, dan Fokus Prioritas Penanggulangan Kemiskinan
Tiga arah kebijakan tersebut dilakukan melalui 4 (empat) fokus prioritas seperti
dalam Gambar 3, yaitu:
1. Peningkatan dan penyempurnaan kualitas kebijakan perlindungan sosial
berbasis keluarga.
2. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
3. Peningkatan akses usaha mikro dan kecil kepada sumberdaya produktif.
4. Peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan
kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku.
pro-rakyat ini adalah adalah kelompok masyarakat miskin dan rentan yang
berada di tiga wilayah tersebut. Mekanisme pemberian bantuan adalah berupa
penyediaan fasilitas dasar bagi penerima sasaran dengan harga murah karena
sebagian dibantu oleh pemerintah.
Komponen program kemiskinan klaster 4 terdiri dari:
1. Program Rumah Sangat Murah diberikan melalui bantuan stimulan perumahan
swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk membangun
rumah atau perumahan atas prakarsa dan upaya masyarakat sendiri, meliputi
perbaikan, pemugaran/perluasan atau pembangunan rumah baru serta
lingkungannya.
2. Program Kendaraan Angkutan Umum Murah untuk pengembangan industri
kendaraan angkutan umum murah.
3. Program Air Bersih untuk Rakyat ditujukan untuk mendukung Program Rumah
Sangat Murah.
4. Program Listrik Murah dan Hemat diperuntukkan untuk mendukung Program
Rumah Sangat Murah, sama halnya dengan Program Air Bersih untuk Rakyat.
5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan meliputi kegiatan untuk
pemenuhan fasilitas dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat
nelayan, serta peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat nelayan melalui
kredit maupun dukungan infrastruktur lainnya.
Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan, meliputi penataan
kawasan kumuh, peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dan
pembangunan rumah singgah bila diperlukan.
Pada tahun 2012, terjadi penambahan Program dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan di Klaster 2 yaitu Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan
Tangkap, Program Pengembangan Produksi Perikanan Budidaya, Program
Pengembangan Produksi Perikanan Budidaya, dan Program Peningkatan Daya
Saing Produk Perikanan. Selain itu, di tahun 2012 sesuai dengan direktif Presiden
dibentuklah program-program Pro Rakyat yang tertuang dalam Klaster 4. Program-
program ini difokuskan untuk meningkatkan serta memperluas cakupan program-
42 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 3.1
Anggaran Program-Program Penanggulangan Kemiskinan
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun Perkiraan ke depan
Fokus
2010* 2011** 2012*** 2013**** 2014***** 2015***** 2016***** 2017*****
Peningkatan Akses
15.642,5 15.945,0 15.957,7
Pelayanan Dasar
Masyarakat Miskin dan
43.562,7 30.081,9 32.859,6 33.215,7 42.269,3 (belum (belum (belum
Penyandang Masalah
termasuk termasuk termasuk
Kesejahteraan Sosial
Raskin) Raskin) Raskin)
(PMKS) Klaster 1
Peningkatan
Keberdayaan dan
14.840,7 16.171,8 15.438,4 15.476,3 16.514,9 17.339,8 17.624,5 16.992,3
Kemandirian
Masyarakat Klaster 2
Peningkatan Efektivitas
Pelaksanaan dan
Koordinasi 2.158,2 2.831,9 2.156,2 2.245,1 2.321,6 2.405,2 2.405,2 2.405,2
Penanggulangan
Kemiskinan Klaster 3
29.823,4
Peningkatan Kapasitas
(tambahan
Usaha Skala Mikro dan
kegiatan
Kecil melalui
- - 3.791,5 6.114,0 FLPP untuk 7.487,5 7.289,6 7.289,6
Penguatan
Program
Kelembagaan
Rumah
Klaster 4
Murah)
Peningkatan
Sinkronisasi dan
Efektivitas Koordinasi
Penanggulangan 7,6 6,9 8,1 12,2 17,2 2,1 2,3 0,0
Kemiskinan serta
Harmonisasi Antar
Pelaku
Keterangan:
* Berdasarkan perkiraan pencapaian tahun 2010 dalam RKP tahun 2011
** Berdasarkan perkiraan pencapaian tahun 2011 dalam RKP tahun 2012
*** Berdasarkan perkiraan pencapaian tahun 2012 dalam RKP tahun 2013
**** Berdasarkan RKP tahun 2013
[Daftar Isi]
43 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Analisis Kemiskinan
44 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Kuadran Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2013
Keterangan:
Kuadran I, Jumlah penduduk miskin tinggi dan persentase penduduk miskin rendah
Kuadran II, Jumlah penduduk miskin tinggi dan persentase penduduk miskin tinggi
Kuadran III, Jumlah penduduk miskin rendah dan persentase penduduk miskin tinggi
Kuadran IV, Jumlah penduduk miskin rendah dan Persentase Penduduk miskin rendah
Dari Gamar 4.1 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4 (15
provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Jateng, Jatim, NTT, Lampung,
Aceh, NTB, Sumsel).
[Daftar Isi]
45 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.2
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks kedalaman kemiskinan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks kedalaman kemiskinan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks kedalaman kemiskinan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks kedalaman kemiskinan rendah
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa provinsi tersebar merata di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku, NTT,
Gorontalo, Aceh, Bengkulu, NTB, Sulteng, Yogyakarta, Lampung, Jateng,
Sumsel, Sultra, Jatim, Sulbar).
[Daftar Isi]
46 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks keparahan kemiskinan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks keparahan kemiskinan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks keparahan kemiskinan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks keparahan kemiskinan rendah
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa provinsi tersebar merata di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku, NTT,
Gorontalo, Aceh, Bengkulu, NTB, Sulteng, Yogyakarta, Lampung, Jateng,
Sumsel, Sultra, Jatim, Sulbar).
[Daftar Isi]
47 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan tingkat pengangguran terbuka rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan tingkat pengangguran terbuka tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan tingkat pengangguran terbuka tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan tingkat pengangguran terbuka rendah
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(11 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua Barat, Maluku, Aceh,
Jateng, Sumsel).
[Daftar Isi]
48 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.5
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan gini rasio rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan gini rasio tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan gini rasio tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan gini rasio rendah
Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-2
dan 4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku,
Gorontalo,Yogyakarta, Sulteng, Jateng, Sumsel, dan Sultra).
[Daftar Isi]
49 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.6
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan IPM rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan IPM tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan IPM tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan IPM rendah
Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Papua, Papua Barat, NTT, NTB,
Maluku, Gorontalo, Lampung, Sulteng, Sultra, Sulbar, Jatim).
[Daftar Isi]
50 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.7
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan pertumbuhan ekonomi tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan pertumbuhan ekonomi rendah
Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-3
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Gorontalo, Aceh, NTB,
Yogyakarta, Jateng, Sulbar).
[Daftar Isi]
51 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.8
.
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan pendapatan daerah rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan pendapatan daerah tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan pendapatan daerah tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan pendapatan daerah rendah
Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
52 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.9
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan dana perimbangan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan dana perimbangan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan dana perimbangan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan dana perimbangan rendah
Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Papua Barat, NTT, Maluku,
Bengkulu, NTB, Gorontalo, Yogyakarta, Lampung, Sulteng, Sumsel, Sultra,
Sulbar).
[Daftar Isi]
53 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.10
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAU DAK rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAU DAK tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan DAU DAK tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan DAU DAK rendah
Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4
(11 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Maluku, Bengkulu, NTB,
Gorontalo, Yogyakarta, Sumsel, Sulbar) dan kuadran ke-3 (Jabar, Sumut,
Kalbar, Kalteng, Sumbar, Sulsel).
[Daftar Isi]
54 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.11
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAK rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAK tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan DAK tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan DAK rendah
Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Maluku, Bengkulu, Gorontalo,
Yogyakarta, Sumsel, Sulbar, Sultra) dan kuadran ke-3 (Jabar, Kalbar, Sumut,
Malut, Kalteng, Sumbar, Sulsel).
[Daftar Isi]
55 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.12
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan total belanja rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan total belanja tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan total belanja tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan total belanja rendah
Dari Gambar 4.12 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
56 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.13
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja langsung rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja langsung tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja langsung tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja langsung rendah
Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(13 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
57 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.14
.
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja modal rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja modal tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja modal tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja modal rendah
Dari Gambar 4.14 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(15 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh).
[Daftar Isi]
58 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.15
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut fungsi rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut fungsi tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut fungsi tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut fungsi rendah
Dari Gambar 4.15 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
59 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.16
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan rendah
Dari Gambar 4.16 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
60 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.17
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan rendah
Dari Gambar 4.17 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsi-
provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jatim, Jateng, Sulteng).
[Daftar Isi]
61 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.18
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
1.0
Persentase pengeluaran 0.5
0.0 Persentase Penduduk
per kapita untuk makanan
-0.5 Miskin
(Miskin)
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI
SUMSEL BENGKULU LAMPUNG KEP BABEL KEP RIAU
[Daftar Isi]
62 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.19
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
1.0
Persentase pengeluaran 0.5 Persentase Penduduk
per kapita untuk 0.0 Miskin
makanan (Miskin) -0.5
-1.0
-1.5
-2.0
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
[Daftar Isi]
63 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.20
Garis Kemiskinan
0.8
0.6
0.4
0.2
Persentase pengeluaran 0.0 Persentase Penduduk
per kapita untuk makanan -0.2 Miskin
(Miskin) -0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.2
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
Gambar 4.21
Garis Kemiskinan
1.5
1.0
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
[Daftar Isi]
65 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.22
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
1.0
Persentase pengeluaran
0.5 Persentase Penduduk
per kapita untuk
0.0 Miskin
makanan (Miskin)
-0.5
-1.0
-1.5
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
[Daftar Isi]
66 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Gambar 4.23
Garis Kemiskinan
1.5
1.0
Persentase pengeluaran 0.5
Persentase Penduduk
per kapita untuk 0.0 Miskin
makanan (Miskin)
-0.5
-1.0
-1.5
P1 (Indeks Kedalaman
Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
[Daftar Isi]
67 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 4.1
Ranking Kondisi Kemiskinan Provinsi Tahun 2012
Keterangan:
V1 : Persentase Penduduk Miskin (P0)
V2 : Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
V3 : Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
V4 : Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Usia 15 Tahun ke Atas dengan Pendidikan yang Ditamatkan < SD
V5 : Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dengan Golongan Umur 15-55 th
68 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 3 provinsi yang memiliki kondisi kemiskinan terburuk
adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo.
Tabel 4.2
Kondisi Kemiskinan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Aceh Tahun 2012
1 ACEH 18.58 3.07 0.83 18.47 96.34 99.31 41.77 42.74 70.37 49.66 38.27 49.27
2 SUMATERA UTARA 10.41 1.82 0.5 21.93 96.04 97.61 34.26 45.65 69.39 58.46 48.75 64.83
3 SUMATERA BARAT 8 1.24 0.31 34.7 96.25 97.49 38.51 47.91 69.6 51.9 48.21 43.01
4 RIAU 8.05 1.13 0.25 32.43 96.26 95.14 38.82 37.48 65.92 56.52 30.36 71.03
5 JAMBI 8.29 1.37 0.44 34.08 95.01 96.6 38.02 38.89 67.49 39.99 34.88 55.96
6 SUMATERA SELATAN 13.48 1.85 0.43 26.99 98.18 96.22 35.19 46.47 66.36 55.28 44.8 64.97
7 BENGKULU 17.52 3.05 0.8 25.7 96.66 98.21 31.82 51.79 68.6 44.98 32.83 64.18
8 LAMPUNG 15.65 2.53 0.62 30.03 97.13 97.26 35.74 50.34 66.43 25.04 39.26 83.26
9 KEP. BANGKA BELITUNG 5.36 0.66 0.14 37.66 95.3 94.57 40.03 34.64 61.33 43.23 54.19 49.71
10 KEPULAUAN RIAU 6.83 0.85 0.19 21.2 97.21 97.89 41.17 21.09 57.25 55.15 73.93 86.51
11 DKI JAKARTA 3.7 0.56 0.15 16.14 98.49 96.97 38.34 25.24 57.25 81.86 87.97 87.25
12 BALI 3.95 0.39 0.07 33.89 90.01 99.31 24.23 57.34 61.24 50.78 68.27 63.5
13 BANTEN 5.71 0.95 0.28 32.12 96.93 93.83 47.61 31.69 64.06 54.66 38.51 43.05
14 D I YOGYAKARTA 15.88 2.89 0.75 28.57 96.25 99.6 29.27 53.22 67.96 8.06 58.38 92.61
15 JAWA BARAT 9.88 1.62 0.42 28.09 96.34 95.71 45.87 36.57 64.45 45.03 41.06 61.93
16 JAWA TENGAH 14.98 2.39 0.57 34.09 93.24 97.57 34.16 52 64.1 10.91 54.58 63.93
17 JAWA TIMUR 13.08 1.93 0.44 37.5 90.62 97.22 35.7 51.54 64.88 15.46 56.52 64.04
18 KALIMANTAN BARAT 7.97 1.24 0.33 41.34 90.46 92.11 31.13 54.41 68.84 53.52 11.87 46.1
19 KALIMANTAN SELATAN 5.02 0.76 0.17 36.63 96.74 94.14 34.25 50.11 65.79 40.78 42.11 61.48
20 KALIMANTAN TENGAH 6.19 1.08 0.27 28.56 96.81 96.03 36.25 44.09 70.32 55.28 33.68 63.08
21 NUSA TENGGARA BARAT 18.02 3.2 0.83 41.21 82.94 96.77 37.56 53.95 70.61 55.33 42.38 36.7
NUASA TENGGARA
22 20.41 3.47 0.91 44.55 86.8 93.24 24.71 70.08 70.79 67.22 34.22 60.77
TIMUR
23 KALIMANTAN TIMUR 6.38 0.99 0.25 25.99 96.74 97.43 37.39 38.67 60.32 60.79 44.04 74.91
24 SULAWESI UTARA 7.63 1.18 0.3 30.1 98.11 93.21 45.07 37.96 70.17 65.22 48.98 64.21
25 SULAWESI TENGAH 14.94 2.82 0.82 33.32 90.86 92.37 34.05 54.43 68.09 63.39 41.58 32.42
26 SULAWESI SELATAN 9.82 1.68 0.42 43.21 85.96 94.36 41.69 48.29 67.01 38.75 43.84 53.81
27 SULAWESI TENGGARA 13.06 1.92 0.49 31.83 91.2 94.74 33.78 56.76 65.81 47.48 47.6 41.74
28 GORONTALO 17.21 3.21 0.84 50.11 94.93 94.93 41.01 48.28 68.48 66.6 40.29 15.63
29 SULAWESI BARAT 13 1.74 0.4 39.97 86.43 92.91 33.05 57.9 69.15 56.03 27.84 23.25
69 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
30 MALUKU 20.76 4.38 1.31 20.55 95.74 95.87 36.23 54.54 66.51 63.8 40.97 32.46
31 MALUKU UTARA 8.05 0.85 0.14 33.22 95.18 96.83 36.61 53.61 68.68 62.61 28.7 30.8
32 PAPUA BARAT 27.04 5.71 1.71 26.22 89.87 94.06 38.12 46.47 63.53 48.74 28.69 62.88
33 PAPUA 30.66 7.35 2.44 57.12 52.5 67.22 17.72 78.28 71.36 85.77 11.01 35.89
Keterangan:
V1 : Persentase Penduduk Miskin (P0)
V2 : Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
V3 : Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
V4 : Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Usia 15 Tahun ke Atas dengan Pendidikan yang Ditamatkan < SD
V5 : Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dengan Golongan Umur 15-55 th
V6 : Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin dengan Golongan Umur 7-12 th
V7 : Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas dengan Status Tidak Bekerja
V8 : Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas dengan Status Bekerja di Sektor Informal
V9 : Persentase Pengeluaran Perkapita untuk Makanan dengan Status Miskin
V10 : Persentase Rumah Tangga Miskin dengan Luas Lantai Perkapita 8
V11 : Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menggunakan Air Bersih dengan Status Miskin
V12 : Persentase Rumah Tangga Tidak Miskin yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama dengan Status Miskin
[Daftar Isi]
70 PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
SIMPADU
PENANGGULANGAN KEMISKINAN