Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Alat ucap merupakan hal yang pertama dalam fonetik artikulatoris karena

alat ucap manusia berfungsi menghasilkan bunyi bahasa. Adanya fenomena

tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengkajian mengenai alat ucap manusia agar

dapat diperoleh dan diketahui berbagai hubungan antara alat ucap dan bunyi yang

dihasilkan. Namun, secara kebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara.

Kita perlu mengenal nama alat ucap itu untuk bisa memahami bagaimana bunyi

bahasa itu diproduksi dan nama-nama bunyi itupun diambil dari nama-nama alat

ucap tersebut.

Pada makalah ini akan di jelaskan tentang alat ucap manusia dalam bahasa

Jepang agar kita mengetahui tentang perbandingan antara istilah alat ucap bahasa

Jepang dan istilahnya di negara kita sendiri.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Bunyi bahasa dihasilkan karena tiga hal, yaitu adanya aliran udara yang

keluar dari paru-paru, artikulator, dan titik artikulasi. Artikulator adalah alat ucap

yang dapat bergerak atau bergeser untuk menghasilkan suatu bunyi bahasa, seperti

bagian lidah dan bibir bawah. Titik artikulasi adalah bagian alat ucap yang tidak

dapat digerakkan yang menjadi sasaran sentuh dari artikulator, seperti gigi atas,

langit-langit, dan sebagainya. Di antara ketiga hal tersebut, jika salah satunya

tergangggu, maka tidak akan menghasilkan bunyi bahasa yang sempurna.

Alat ucap manusia terdiri dari bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit,

tenggorokan, pita suara, dan lain-lain. Udara yang keluar dari paru-paru ada

kalanya keluar melalui rongga mulut, ada juga yang keluar melalui rongga

hidung, sehingga akan melahirkan bunyi yang terdengar dengan jelas dan bunyi

yang terdengar sebagai bunyi sengau. Selain itu, bunyi bahasa bisa terjadi sebagai

hasil letupan atau akibat terhambatnya aliran udara oleh artikulator dan titik

artikulasi.

Bagian-bagian tubuh manusia yang digunakan untuk mengeluarkan atau

mengucapkan bunyi bahasa disebut onsei kikan (Sudjianto, 2007 : 24). Dengan

onsei kikan (alat ucap) tersebut bunyi bahasa dibentuk dengan memanfaatkan arus

udara pernapasan sebagai sumber bunyi utamanya. Arus udara pernapasan yang

dimanfaatkan untuk mengucapkan bunyi bahasa keluar dari paru-paru (hai)

melewati tenggorokan (kikan) dan setelah mengalami proses pengolahan oleh alat

2
ucap, lalu dihembuskan melalui rongga mulut (kookoo/kuchimuro) atau ada pula

yang melalui rongga hidung (bikoo/hanamuro).

Bunyi suara yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara

pernapasan melalui rongga hidung disebut bion (bunyi nasal). Bunyi nasal

diucapkan dengan keadaan anak tekak atau uvula (kougaihan) turun ke bawah

sehingga jalan udara ke rongga hidung terbuka sedangkan satu bagian rongga

mulut tertutup sehingga arus udara hanya bisa melewati rongga hidung.

Di sekitar pangkal tenggorokan (koutou) terdapat pita suara (seitai). Pada

waktu mengeluarkan arus udara pernapasan pada saat pembentukan bunyi bahasa,

pita suara ini biasanya bergetar sehingga dapat membentuk tekanan-tekanan suara

tertentu. Bunyi yang dihasilkan yang disertai getaran pita suara disebut yuuseion

(bunyi yang bersuara), sedangkan bunyi yang dihasilkan tanpa disertai getaran

pita suara disebut museion (bunyi yang tidak bersuara). Di antara kedua belah pita

suara terdapat celah suara atau glotis (seimon), sedangkan di bagian atas pita suara

terdapat epiglotis (kootoogai) yang berfungsi melindungi pita suara pada waktu

makan. Kalau kita sedang menelan makanan atau minuman, maka epiglotis ini

akan bergerak ke bawah menutupi lubang tenggorokan untuk melindungi pita

suara agar makanan masuk ke kerongkongan (shokudoo) bukan ke tenggorokan,

lalu apabila kita bernapas (menarik atau menghembuskan napas), maka epiglotis

ini akan terbuka kembali.

Di bagian rongga mulut paling luar terdapat dua buah bibir bagian atas dan

bawah (kuchibiru/kooshin/ryooshin). Di bagian terdekat dengan bibir ada

serentetan gigi atas dan gigi bawah (ha) dan di sekitar gigi terdapat gusi

(haguki/shikei). Di bagian yang lebih dalam sebelah gusi dalam atas (alveolum)

3
ada langit-langit (koogai) yang terdiri atas langit-langit keras atau palatum

(kookoogai) dan langit-langit lunak atau velum (nankoogai). Bagian alat ucap

antara shikei (gusi/alveolum) dan kookoogai (langit-langit keras/palatum) disebut

shikei kookoogai. Lalu di bagian ujung setelah nankoogai terdapat koogaiban atau

koogaisui (anak tekak/uvula).

Di bagian bawah rongga mulut ada lidah (shita) yang secara berurutan dari

bagian depan dibagi menjadi ujung lidah atau apeks (shitasaki/zessen), lidah

bagian depan (maejita/zenzetsu), lidah bagian tengah (nakajita/chuuzetsu), lidah

bagian belakang (okujita/okuzetsu/koozetsu), dan bagian lidah yang paling

belakang atau paling dalam yaitu akar lidah (zekkon).

Dengan menggunakan berbagai alat ucap tersebut maka dapat dihasilkan

bunyi-bunyi bahasa yang berbeda-beda. Variasi bunyi bahasa ditentukan oleh

pergeseran artikulator terhadap titik artikulasi, sehingga melahirkan berbagai jenis

bunyi, seperti bunyi vokal (boin), konsonan (shiin), dan semi vokal (hanboin).

Jenis vokal ditentukan oleh posisi lidah dan bentuk terbukanya bibir, sedangkan

konsonan oleh merapat atau menyempitnya saluran udara akibat bergesernya

artikulator.

Alat Ucap Manusia dan Istilahnya dalam Bahasa Jepang

Untuk dapat mengucapkan macam-macam bunyi bahasa Jepang, kita perlu

mengenal dan memahami berbagai macam alat ucap yang sangat berperan dalam

4
menghasilkan bunyi yang beraneka ragam. Berikut adalah 21 istilah alat-alat ucap

dalam bahasa Jepang (Sudjianto, 2007 : 26) :

1. nakashita= lidah bagian tengah

2. maeshita= lidah bagian depan

3. koukougai= langit-langit keras/palatum

4. haguki= gusi/alveolum

5. kuchibiru= bibir

6. ha= gigi

7. shitasaki= ujung lidah/apeks

8. shitaago= rahang bawah

5
9. seitai= pita suara/selaput suara

10. kikan= batang tenggorokan/pembuluh nafas

11. bikou= rongga hidung

12. kougaihan= anak tekak/uvula

13. nankougai= langit-langit lunak/velum

14. koukou= rongga mulut

15. oogaisui= anak tekak/uvula

16. intou= (rongga) faring

17. okushita= lidah bagian belakang

18. , zekkon= akar/pangkal lidah

19. shita= lidah

20. koutou= pangkal tenggorokan

21. seimon= celah suara/glotis

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Mengenal dan memahami macam-macam alat ucap merupakan hal yang

sangat penting untuk mengucapkan bunyi bahasa yang beraneka ragam. Dalam

bahasa Jepang, terdapat 21 alat ucap yang sangat berperan dalam ujaran berbahasa

Jepang. Dengan memahami nama-nama alat ucap dalam bahasa Jepang ini, kita

dapat membandingkannya dengan nama-nama alat ucap yang ada di Indonesia.

7
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Sudjianto, Ahmad Dahidi. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta :

Kesaint Blanc.

Anda mungkin juga menyukai