Referat Foto Thorax
Referat Foto Thorax
FOTO THORAX
Penyusun :
06.70.0100
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2013
KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan referat dengan
judul Foto Thorax. Referat ini kami buat sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik
di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo.
Dengan rasa hormat kami juga menyampaikan banyak terima kasih dari semua
pihak atas bantuan, terutama kepada :
1. dr. Tuty S. Sp.Rad, sekalu pembimbing tugas referat di SMF Radiologi RSUD
Sidoarjo.
2. dr.Iriawati Sp.Rad, selaku pembimbing di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo.
3. Dr Agustina Sp.Rad, selaku pembimbing di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo.
4. Tenaga para medis yang telah membantu kami selama mengikuti kepaniteraan
klinik di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo, dan semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan namanya satu per satu.
5. Teman sejawat kami, kelompok D dokter muda Kepaniteraan Klinik RSUD
Sidoarjo.
Kami menyadari referat ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, sehingga kami mohon kritik dan sarannya. Harapan kami semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita bersama. Amin.
Sidoarjo, 21-02-2013
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Halaman Judul ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
FOTO THORAX
3
I. Pendahuluan
Pemeriksaan radiologik toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting.
Kemajuan yang sangat pesat selama dasawarsa terakhir dalam teknik pemeriksaan
radiologik toraks dan pengetahuan untuk menilai suatu roentgenogram toraks
menyebabkan pemeriksaan toraks dengan sinar roentgen ini suatu keharusan rutin.
Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dapat dianggap tidak
lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologik. Selain itu,berbagai kelainan dini dalam paru juga sudah dapat
dilihat dengan jelas pada foto roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis. Foto
roentgen yang dibuat pada suatu saat tertentu dapat merupakan dokumen yang abadi
dari penyakit seorang penderita, dan setiap waktu dapat dipergunakan dan
diperbandingkan dengan foto yang dibuat pada saat- saat lain.
ROENTGENOGRAPHY
Adalah pembuatan foto roentgen toraks. Agar distorsi dan magnifikasi
yng diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film
harus 1,80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam
(inspirasi).
TOMOGRAPHY
Istilah lainnya : Planigrafi , Laminagrafi , atau Stratigrafi.Pemeriksaan
lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi adanya tumor atau
atelektase yang bersifat padat
.
4
COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT SCAN)
Yaitu Tomography transversal, dengan X-ray dan komputer.
Pemeriksaan ini terutama untuk daerah mediastinum.
BRONCHOGRAPHY
Ialah pemeriksaan percabangan bronkus, dengan cara mengisi saluran
bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan
bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung
jodium (lipiodol, dionosil, dsb).
Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada Bronkiektasis untuk meneliti
letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada tumor-
tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang
mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan.
ARTERIOGRAPHY
Mengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat
diketahui vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru.
ANGIOCARDIOGRAPHY
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh-
pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi),
dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopaque, misalnya Hypaque
50%, dimasukkan kedalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara
intravena.
5
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan
supaya scapula tidak menutupi parenkim paru.
6
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi
lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan,
maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film.
Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.
7
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada
cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral.
Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka
dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.
8
Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan
suatu lesi di apex.
9
RAO
10
LAO
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan
lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan
sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto
oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.
Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan
adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang
terinhalasi.
Cukup/ normal
Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar)
Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja di buat,
tergantung bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:
a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
11
Inilah kondisi yang standar pada foto thorax, sehingga gambaran
parenkim dan corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu
foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak:
1. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
2. Memperhatikan vertebra thorakalis:
Pada proyeksi PA kondisi cukup: tampak Vth I-IV
Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VThI
b. Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak:
1. Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tak terlihat lagi. Cara
mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan
jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama
2. Memperhatikan vertebra thorakalis
Proyeksi PA kondisi keras: tampak Vth V-VI
Proyeksi PA kondisi keras: yang tampak VTh I-XII selain itu
densita jaringan lunak dan kosta terlihat mirip
2. Inspirasi Cukup
Foto thorax harus di buat dalam keadaan inspirasi cukup.
Cara mengetahui cukup tidaknya inspirasi adalah:
a. Foto dengan inspirasi cukup:
Diagfrma setinggi Vth X (dalam keadaan expirasi diagframa setinggi
Vth VII-VIII)
Kosta VI anterior memotong dome diagframa
b. Foto dengan inspirasi kurang
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi
Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah
interpretasi
3. Posisi sesuai
Seperti telah di terangkan di atas, posisi standar yang paling banyak di
pakai adalah PA dan lateral. Foto thorax biasanya juga diambil dalam posisi
erek
Cara membedakan foto thorax posisi PA dan AP adalah sebagai berikut:
1. Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara
pada foto PA scapula terletak di luar bayangan thorax
2. Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak di bandingkan foto PA
3. Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
4. Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas
5. Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto PA
label biasanya terletak di sebelah kanan foto
Cara membedakan foto posisi erek dengan supine:
1. Erect
12
a. Di bawah hemidiagframa sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus
gaster akibat aerofagia. Udara ini samar samar karena bercampur dengan
makanan. Jarak antara udara gaster dengan permukaan diagframa adalah
1cm atau kurang. Udara di fundus gaster ini di namakan magenblase
b. Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di
situ. Warna lebih lusen (gelap)
2. Supine
a. Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga jarak
udara magenblase dengan diagframa 3cm. jadi biasanya pada posisi
supine udara magenblase tidak terlihat
4. Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto:
Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis median
adalah sama. Jika jarak antara kanan dan kiri berbeda berarti foto tidak simetris
5. foto thorax tidak boleh terpotong
1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi
penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan
karena bisa menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru, kardiomegali
atau mediastinum yang lebar. Kesampingkan bayangan-bayangan yang
terjadi karena rambut, pakaian atau lesi kulit.
2. Cek apakah Exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas yang
benar, maka jari yang diletakkan di belakang daerah yang hitam pada foto
tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena underexposed harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru bisa memberi kesan
adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena
overexposed bisa memberi kesan adanya emfisema.
3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.
4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus seperti
pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat
terlihat mammae serta nipplenya.
5. Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5 cm
lebih tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan
memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.
6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal,
dan carilah trachea.
13
8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter
jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar
dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh
limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.
14
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya
kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan :
Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan
50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung
(Cardiomegally)
15
4. Pada Pulmo
a) Oedema paru
16
TB Paru
pneumonia
- Terlihat pemadatan berbercak bercak dengan bayangan
berbatas tidak jelas
- Terlihat kavitasi (pembentukan abses)
17
Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru sebelah kiri
yang menutupi batas kiri jantung, diafragma,dan sinus disertai
dengan shift midline ke kiri.
18
Abses Paru
- Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus
- Terdapat bayangan sferis
f) Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting
adalah garis septal, dapat terlihat pada limfangitis Ca
g) Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
- Bayangan retikulonodularis pada paru
h) Fibrosis paru
19
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang
jelasnya garis bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat
nodulus berbatas tak jelas dengan garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular
terlihat memberikan pola yang dikenal sebagai paru sarang
tawon, kemudian jantung dan arteria pulmonalis membesar
karena semakin parahnya hipertensi pulmonalis.
i) Neoplasma
5. Pada Pleura
20
a) Efusi Pleura
b) Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih
kecil daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap
terobliterasi.
c) Kalsifikasi Pleura
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa
disertai penebalan pleura
d) Pneumothorax
6. Pada Diafragma
21
a) Paralisis Diafragma
- Akibat kelainan nervus phrenicus, misal invasi oleh karsinoma
bronchus
- Ditandai oleh elevasi 1 hemidiaphragma
b) Eventrasi Diafragma
22
- Merupakan keadaan kongenital, yang diafragmanya tanpa otot
dan menjadi lembaran membranosa tipis.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta,2005.
2. Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of Radiographic
Interpretation for General Practitioners (Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter
Umum). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : EGC,1995.
3. Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta :
EGC,1989
24