DOSEN :
Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri.
DISUSUN OLEH :
1
Dinda Annisa Nurdiani (25315037)
1.
2
Arlina Phelia (25715003)
2.
3
Reza Wahyudi (25714004)
3.
Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Hasil Studi Sistem
Pengumpulan-Transfer-Pengangkutan Sampah di Sebuah Lingkungan dan Non-Permukiman
dengan lokasi studi Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kebun Binatang Taman Sari,
Bandung, tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah
tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan kami selanjutnya.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri selaku dosen
mata kuliah perencanaan sistem persampahan yang telah memberikan arahan dalam penyusunan
laporan ini. Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Penyusun
KATA PENGANTAR . i
BAB I PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang... 6
1.2. Rumusan Masalah.. 9
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10
2.1. Pengumpulan Sampah (Menurut Permen PU No. 03 Tahun 2013 12
2.2 Pengangkutan Sampah 11
14
.. 12
14
2.3 Tempat Penampungan Sementara Sampah
...
2.4 Densitas, Kadar Air, Kadar Volatile, dan Nilai Kalor 14
Sampah.
43 BAB III METODOLOGI
26
PENELITIAN..
3.1 26
Umum
3.2 Tahap Persiapan.
27
3.3 Tahap Pengumpulan Data. 27
28
3.4 Tahap
29
Analisis..
3.5 Tahap Penulisan 30
Laporan. 30
BAB IV PEMBAHASAN 36
4.1. Gambaran Umum Wilayah..
4.2. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di TPS Kebun Binatang .
4.3 Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber49
TPS) 50
4.4 Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
4.5
51
Evaluasi. 20
BAB V EVALUASI
20
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15 Page 2
4.1. Gambaran Umum Wilayah..
4.2. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di TPS Kebun Binatang .
4.3 Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber49
TPS) 50
4.4 Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
4.5
51
Evaluasi. 20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah.. 56
4.2. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di TPS Kebun Binatang .
4.3 Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber49
TPS) 50
4.4 Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
4.5
51
Evaluasi. 20
56
.........................
Tabel 5.4. Catatan Waktu Pengumpul Sampah di Masing Masing Wilayah
Cakupan..
Tabel 5.5. Biaya Operasional Pengumpulan Sampah dengan Gerobak 43
...
Tabel 5.6. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak 43
DAFTAR GAMBAR
BAB I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam.
Sebagai contoh di Kota Bandung. Di kota ini, pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak
7.400 m3 per hari; dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m3 per hari (Suganda dalam
Kompas, 30 Nopember 2006). Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya
mencapai 40,09% di perkotaan dan 1,02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005). Sehingga
diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang di perkotaan khususnya, tidak menjadi
bom waktu di masa mendatang. Pengelolaan sampah Kota Bandung dilayani oleh Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung yang bertugas melayani penyapuan, pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan dan pengolahan akhir sampah. Sebelum dibuang ke TPA
Sarimukti, sampah dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang tersebar di
seluruh Kota Bandung.
Kondisi TPS di Kota Bandung yang dapat kita lihat sekarang selalu terlihat penuh dijejali
sampah akibat pola yang digunakan dalam menangani masalah persampahan masih memakai
pola kumpul angkut buang. Penanganan dan pengolahan sampah di setiap TPS yang
berada di Kota Bandung perlu dilakukan untuk mengurangi volume sampah yang sampai ke
pemrosesan tahap akhir di TPA. Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA
sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup
luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.
Permasalahan sampah yang timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan
pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan
sampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat.
Diketahui bahwa perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan pertambahan
penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin meningkat sementara lahan yang
ada tetap. Ini menyebabkan arti pentingnya pengelolaan sampah, dengan melihat
perkembangan waktu dan pertambahan penduduk dimana secara otomatis jumlah timbulan
sampah akan semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989) sarana tempat
penampungan sementara/pemindahan sampah harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
berikut:
1. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, dan kedap air
2. Volumenya dapat menampung sampah yang dihasilkan oleh pemakai dalam waktu
tertentu
(3 hari)
3. Mempunyai tutup dan sebaiknya tutup dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan
4. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan
5. Sampah di tempat ini sebelum dibuang/diangkut untuk dikelola selanjutnya tidak boleh
melebihi 3x24 jam.
Agar fungsi dari tempat penampungan sampah sementara dapat dioptimalkan, maka dalam
penentuan lokasi tempat penampungan sampah sementara setidaknya harus
mempertimbangkan indikator berikut:
1. Bukan daerah genangan TPS harus diletakkan di daerah kering, apabila sampah dibiarkan
dalam kondisi basah maka akan memancing penyakit.
2. Jarak dari permukiman Apabila peletakan TPS terlalu dekat dengan permukiman, maka
bau yang ada akan mencemari lingkungan dan ini akan cukup mengganggu.
B.4 Densitas, Kadar Air, Kadar Volatile, dan Nilai Kalor Sampah
berat sampah(kg)
Densitas=
volume sampah(m3 )
Kadar air pada sampah juga tergantung pada komposisi sampah karena masing-masing
komponen sampah memiliki kemampuan mengikat air yang berbeda-beda. Untuk sampah
domestik, perbedaan kadar air dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain komposisi sampah, musim tahunan, kelembapan, kondisi
cuaca terutama hujan.
Prinsip pengukuran sampah dikeringkan pada temperature 105C, agar semua air yang
terkandung didalamnya menguap. Kadar Air sampel didapatkan dari perhitungan dibawah
ini :
Kadar volatil pada sampah juga menunjukkan besarnya kandungan materi organik pada
sampah. Senyawa volatil dalam sampah berasal dari dekomposisi zat organik yang terjadi
dalam keadaan fakultatif maupun anaerobik oleh mikroorganisme. Akumulasi senyawa
volatil dapat menurunkan pH sampai melebihi kapasitas buffer pada pengolahan
anaerobik, sehingga dapat mengganggu proses pengolahan sampah. Sedangkan jumlah
Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada 600C
dimana bagian volatil sampah akan terpijarkan dan menguap.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Lokasi studi dilakukan di 2 tempat pada rangakaian waktu yang berbeda-beda, yakni: TPS
Kebun Binatang dan di Laboratorium Buangan Padat dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
ITB. Untuk pengukuran sampel sampah di laboratorium dilakukan pada tanggal 22 - 24 Maret
2016. Secara umum, alur penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)
tahap pengumpulan data; (3) tahap analisis data; dan (4) tahap penulisan laporan. Rangkaian
penelitian ini dilakukan di TPS Kebon Binatang Bandung dan wilayah layanannya yaitu
kecamatan coblong ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. :
Survei Pendahuluan
Persiapan Sampling
Wawancara
Uji Laboratorium :
Kadar Air, Kadar Kering,
Tahap Pengumpulan Data Kadar Volatile, dan Nilai
Kalor.
Data Sekunder
a. Wawancara
Wawancara merupakan serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh responden guna
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, wawancara diajukan untuk
Tujuan : Mengetahui kadar air sampel sampah dari suatu lokasi sumber
tertentu.
Prinsip : Sampah dikeringkan agar semua air yang terkandung di dalamnya
dapat menguap.
Alat dan : Sampel sampah dari penetapan sebelumnya.
Bahan
Timbangan.
Cawan petri.
Oven 105oC.
Penjepit.
% Kering
= 100% - % Kadar Air
%
= 100%%
3. Nilai Kalor
Tujuan : Mengetahui nilai kalor yang dikandung suatu sampel sampah tertentu.
Pada tahap ini dilakukan analisis statistik deskriptif, data-data yang sudah terkumpul akan
diolah dan ditata sedemikian rupa seperti dalam bentuk grafik, diagram, atau tabel sehingga
mudah dipahami karateristik data tersebut yang akhirnya akan digunakan sebagai bahan
evaluasi terhadap sistem pengumpulan - transfer pengangkutan sampah eksisting di TPS.
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat dijadikan alternatif untuk perbaikan sistem pengelolaan
sampah eksisting di TPS serta memberikan saran mengenai kelembagaan dan rencana
anggaran biaya (RAB) terhadap pra design TPS yang sesuai dengan kondisi lokasi.
Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian yang menghasilkan evaluasi dan
masukan teknis terhadap perbaikan sistem pengumpulan - pengangkutan sampah eksisting di
TPS, serta membuatkan kesimpulan dan saran.
BAB IV
Wilayah kajian tugas kali ini yaitu tempat penampungan sementara (TPS) Kebun Binatang,
di Jalan Taman Sari dan wilayah layanan pengangkut sampah permukiman yang membuang
sampah di TPS tersebut, yakni di Kecamatan Coblong (Jl. Taman Sari, Jl. Sekeloa, Jl. Gebag
Gede, Dago, Plesiran, Kebon bibit, Tubagus Ismail, Sekeloa, dan Cisitu.
Kecamatan Coblong merupakan salah satu Kecamatan dari 30 kecamatan yang berada di
Kota Bandung dengan luas wilayah 743,3 Ha. Kecamatan Coblong dengan jumlah penduduk
105.689 jiwa dari 75 Rukun Warga (RW) dan 464 Rukun Tetangga (RT) dengan kepadatan
penduduk 137 jiwa / Ha. Kondisi geografis batas wilayah sebagai berikut :
Kecamatan Coblong
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kecamatan Coblong dan Lokasi TPS Kebun Binatang, Taman Sari.
Lokasi transfer depo yakni TPS Kebun Binatang Taman Sari dengan luas lahan 82,727 m 2
yang berlokasi di Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Posisinya
berada di tepi barat daerah pelayanan permukiman dan berdekatan dengan jalan utama
Pada saat ini TPS Kebun Binatang melayani 3 kelurahan di kecamatan coblong dengan
perkiraan kurang lebih melayani 30000 jiwa. Adapun sumber sampah yang dilayani TPS
Kebun Binatang ini tidak hanya melayani rumah tangga saja melainkan beberapa rumah
makan dan rumah kost atau dengan kata lain TPS Kebun Binatang melayani daerah
pemukiman dan non pemukiman. Sampah sampah yang sampai di TPS Kebun Binatang
hampir semuanya sampah campuran baik itu sampah dari sisa makanan, plastik plastik
bekas, sampah kaleng dan kaca atau anorganik lainnya.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah Kebun Binatang Kota Bandung merupakan
TPS yang jenis pengangkutan sampah ke TPA nya dengan HCS atau dengan kata lain
menganti konteiner sampah ketika sudah penuh dengan konteiner yang kosong. TPS Kebun
Binatang Bandung sudah mengalami beberapa kali renovasi dan bisa kita lihat sekarang
bangunan TPS Kebun Binatang lebih menarik dilihat dengan gambar gambar serta diberi
warna yang menarik mengenai pentingnya menjaga lingkungan sekitar dengan cara
Berdasarkan observasi langsung, Luas TPS adalah sebesar 82,727 m 2. Dengan lokasi TPS
pada denah dan sketsa gambar di bawah ini.
2. Gerobak
Pengumpul yang menggunakan gerobak ada 27 gerobak dengan ukuran gerobak yang
berbeda-beda. Ada 3 tipe gerobak yang diukur dalam penelitian diantaranya yaitu:
a) Gerobak Tipe I
Gerobak Tipe I yang masuk ke TPS Kebun Binatang berjumlah 3 gerobak. Gerobak
ini berukuran 1,5 m x 0,6 m x 0,45 m. Gambar 4.7. menunjukan contoh dari gerobak
Tipe I.
b) Gerobak Tipe II
4. Tong plastik sebagai wadah pemindah sampah dari gerobak ke container sebanyak 2
buah
5. Keranjang rotan sebagai wadah pemindah sampah dari gerobak ke container sebanyak 1
buah
6. Televisi sebanyak 1 unit
7. Meja sebanyak 1 unit
8. Kursi sebanyak 1 unit
9. Area pool gerobak sampah
10. Loading area
1. Kondisi estetika; Secara visual TPS Kebon Binatang tampak baik karena komponen dinding,
atap dan pagar terawat dengan baik. Pada dinding dan pagar TPS terdapat mural edukatif
mengenai pentingnya menjaga lingkungan sekitar dengan cara membuang sampah pada
tempatnya. Namun terdapat banyak komponen lain yang tidak bagus dilihat oleh mata.
Seperti banyak sampah organic yang berserakan di depan pagar. Hal ini menyebabkan
kebersihan TPS berkurang. Sampah organic tersebut menimbulkan bau tidak sedap, vector
penyakit seperti lalat, serangga, belatung, tikus dan nyamuk.
2. Lalu lintas; keadaan lalu lintas di pertigaan sekitar TPS, terbilang ramai. Namun pada
beberapa waktu, lalu lintas bisa menjadi sangat padat. Gambar 4.11 menunjukan keadaan lalu
lintas di TPS Kebun Binatang.
Untuk sampling timbulan sampah hanya diambil satu sampel gerobak. Pengukuran ini
dilakukan pada hari Sabtu pukul 08.00 WIB di TPS Kebun Binatang di dapat hasil timbulan
sampah pada tabel 4.1;
Tabel 4.1 Timbulan Sampah yang Dibawa dalam Satu Kali Ritasi.
No Jenis Jumlah
Domestik
Non Domestik
Kg/orang/ha
Timbulan Sampah perorang
0,36 ri
m3/orang/ha
0,0013 ri
Total Volume/bulan 54 m3
Untuk komposisinya dari TPS tersebut dapat dilihat pada gambar 4.12;
Kayu/Daun; 17%
Komposisi sampah di TPS Kebun Binatang masih di dominasi oleh sisa makanan sebesar 51
% yang terdiri dari sisa-sisa sayuran, bahan makanan dan buah-buahan, serta sisanya berasal
dari sampah kayu/daun, plastik, kertas maupun botol bekas.
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kadar airnya cukup besar yaitu sekitar 77% Berat
Basah. Hal ini bisa disebabkan karena ketika dilakukan pengambilan sampel adalah musim
hujan. Selain itu sampah di TPS kebun binatang didominasi oleh sampah sisa makanan.
Menurut Thcobanoglous et al (1993), sampah sisa makanan memiliki kadar air sekitar 70
Menurut Nadia (2013), insenerasi tidak disarankan jika nilai kalor yang dimiliki sampah
cukup rendah dibawah 1200 kkal/kg). Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kalor (HHV)
dari sampah di TPS Kebun Binatang adalah 2270 kkal/gram dan didapat nilai kalor (LHV)
nya adalah 1700 kkal/gram. Dari nilai LHV tersebut disimpulkan bahwa sebaiknya tidak
dilakukan insinerasi pada sampah tersebut.
Pada umumnya pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul sampah yang ada di TPS
Kebun Binatang Taman Sari dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan hanya satu kali
dalam sehari secara bergantian untuk tiap RT berbeda. Dalam transportasi sampah dilakukan
selama dua hari yaitu satu hari pengambilan sampah di rumah-rumah, kemudian sampah
berada di gerobak ditinggal dijalan, dan hari keduanya sampah diangkut ke TPS pagi sampai
siang harinya. Sehingga jadwal kedatangan petugas pengumpul sampah di TPS paling
banyak saat beranjak siang atau sore setelah pengumpulan sampah. Namun sampah yang
masuk ke TPS dapat dikatakan selama 24 jam karena ada beberapa warga yang langsung
membuang sampah ke TPS pada waktu yang tak tentu, sehingga dapat dikatakan selalu ada
sampah yang masuk ke TPS setiap jam dalam sehari. Kebiasaan warga yang membuang
sampah langsung ke TPS sebenarnya tidak menimbulkan masalah apabila sampah yang
dibuang tersebut tidak tercecer. Sampah yang tercecer dapat mengganggu kinerja petugas
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15 Page 34
TPS karena petugas harus membersihkan tumpukan sampah yang tercecer terlebih dahulu
sebelum truk pengangkut menurunkan container.
Sampah pada gerobak yang datang langsung dipindahkan ke dalam container yang ada di
TPS Kebun Binatang Taman Sari. Lamanya sampah berada di container yaitu bergantung
pada kedatangan truk pengangkut. Truk pengangkut datang setiap hari untuk mengangkut
sampah apabila tidak ada kendala. Biasanya truk pengangkut datang sekitar pukul 15.00
WIB untuk menurunkan container kosong dan langsung mengangkat container yang penuh
untuk dibawa ke TPA Sarimukti. Lama perjalanan ke TPA Sarimukti ditempuh selama 2 jam
16 menit ke wilayah Padalarang, Sarimukti, berikut alur perjalanannya :
2 jam
Penurunan container kosong dari truk ke TPS membutuhkan waktu antara 1,5 3 menit
(hasil pembacaan waktu 0258 dan 0130). Lamanya waktu penurunan container kosong
ke TPS maupun pengangkutan container yang siap untuk dibawa ke TPA dipengaruhi oleh
kondisi TPS. Apabila tidak ada sampah yang menumpuk di sekitar container, truk dapat
langsung masuk ke dalam TPS. Maka dari itu perlunya lahan parkir untuk truk ketika
menunggu penyiapan container maupun penyiapan penurunan container.
Cara pemindahan sampah dari gerobak ke container adalah dengan melempar sampah ke
dalam container. Sambil melemparkan sampah ke container, sampah-sampah yang masih
memiliki nilai guna maupun nilai jual tersebut dipilah. Saat truk datang, yang pertama kali
dilakukan adalah penyiapan container yang telah terisi untuk nantinya diangkut ke TPA,
biasanya dilakukan pada dini hari. Waktu penyiapan container yang akan dibawa oleh truk
untuk pengangkutan yaitu antara 12 15 menit (waktu pembacaan 1436 dan 1206).
Penyiapan pengangkutan yang dilakukan yaitu menutup tumpukan sampah dengan terpal
lalu diikat kuat dengan jarring pada sisi-sisi truk agar sampah tidak berjatuhan saat proses
pengangkutan.
BAB V
Untuk mengetahui kecepatan pengumpulan sampah dilakukan observasi, Tabel 5.1 menunjukan
hasil observasi dari kecepatan pengumpulan sampah
Tabel 5.1 Catatan Waktu Pengumpul Sampah di Masing Masing Wilayah Cakupan.
Kecepatan pengumpulan sampah yang dilakukan Pak Ade adalah 14,05 meter/menit sementara
pak Panjul kecepatannya adalah 10,48 meter/menit. Walaupun sama-sama menggunakan gerobak
pak Ade mengumpulkan sampah lebih cepat dibandingkan pak Panjul. Jika dilihat dari Tabel 5.1
perbedaan yang cukup signifikan terdapat pada kecepatan rata-rata pengumpulan sampah ke
gerobak. Kecepatan pak ade adalah 10 meter/menit sementara pak panjul 6,67 meter/menit. Pak
Panjul lebih lama dalam mengumpulkan sampah ke gerobak dibandingkan pak Ade bisa
disebabkan karena pak Panjul melakukan pemilahan sampah-sampah yang bernilai jual ketika
melakukan pengumpulan sampah sementara pak Ade tidak melakukannya. Selain itu, pak Panjul
mengumpulkan sampah di perumahan yang tidak teratur sementara pak Ade mengumpulkan
sampah di perumahan yang teratur.
Menurut Permen PU No 3 Tahun 2013 pengumpulan sampah harus mendukung upaya pemilahan
sampah dimana sampah yang terpilah tidak boleh dicampur kembali. Namun saat ini sampah
masih dicampur dalam pengumpulan sampah. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemilahan
misalnya pengaturan jadwal pengumpulan sampah yang dikerjakan sebagai berikut:
a. Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali
lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
b. Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah guna ulang,
sampah daur ulang, dan sampai lainnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak swasta .
Syarat TPS
Bersifat
Jenih Wadah
2 sementara, bukan Sudah memenuhi syarat
Penampung
permanen
Keberadaan
3 Tidak boleh lebih dari Sudah memenuhi syarat
Sampah di TPS 24 jam
Belum memenuhi syarat karena walaupun
Tidak mengganggu
sudah diberi dinding penghalang masih
4 Penempatan estetika dan lalu
terlihat TPS yang kotor dan beberapa kali
lintas
ketika dilakukan pengangkutan
menyebabkan kemacetan jalan
Dalam memproyeksikan timbulan sampah kota, maka ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
mencari angka timbulan sampah yang representatif, diantaranya jumlah penduduk yang dilayani TPS,
angka timbulan sampah per orang per hari, usaha minimasi sampah (pembatasan guna-ulang, daur-ulang,
dan tingkat pelayanan).
Dengan menggunakan metode regresi linear yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab
akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel, proyeksi jumlah penduduk 5 tahun
mendatang ditentukan. Tahun dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan
Jumlah penduduk dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response.
Y = a + bX
Dimana :
a = konstanta
n(x) (x)
Maka didapat jumlah penduduk terlayani oleh TPS Kebun Binatang untuk Tahun 2021 adalah sebagai
berikut (Tabel 5.3):
Tahu Jumlah
n Penduduk
2011 32372
2012 33755
2013 35138
2014 36521
2015 37904
2016 39287
2017 40670
2018 42053
2019 43436
2020 44819
2021 46202
Skenario yang digunakan dalam perencanaan ini adalah jumlah timbulan sampah perorang perhari yang
dikumpulkan ke TPS pada tahun 2016 sekitar 0,36 kg tidak akan bertambah karena adanya usaha 3R yang
dilakukan oleh masyarakat. Sementara untuk timbulan sampah non domestiknya diasumsikan 40 persen
dari timbulan sampah domestiknya. Berikut adalah hasil proyeksi timbulan sampah yang akan masuk ke
TPS Kebun Binatang (Tabel 5.4).
Oran
Jumlah Penduduk 46202 g
Timbulan Sampah Domestik 16632,72 Kg
Timbulan Sampah Non
Domestik 6653,09 Kg
Total Timbulan Sampah 23285,81 Kg
Catatan: *asumsi bahwa sampah yang bisa didaur ulang hanya 80% dari jumlah sampah plastik, kertas,
kaca dan besi.
a. Area Pemilahan
Sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang setiap harinya adalah 23285, 81 kg dengan
densitas 277 kg/m3 maka volumenya adalah 84 m3/hari karena setiap harinya ada 30 alat
pengumpul yang masuk (gerobak dan triseda) maka diasumsikan bahwa setiap alat
pengumpulnya mengumpulkan sapah sebanyak 2,8 m3. Maka kebutuhan area penerimaan
jika ketinggian sampah yang ditampung 0,5 m adalah 5,6 m2
b. Gudang Penyimpanan Sampah Daur Ulang
Sampah recyclable yang masuk setiap hari ke TPS kebun binatang adalah 5774 kg jika
asumsi densitasnya 240 kg/m3 maka volume sampah yang masuk adalah 24,1 m3. Jika
direncanakan ketinggian tumpukan adalah 2 m maka luas lahan yang dibutuhkan adalah
48,2 m2
c. Tempat Penyimpanan Container
Tempat Container yang dibutuhkan adalah sebesar container yang ada di TPS Kebun
Binatang yaitu sekitar 15 m2
d. Area Pengomposan
Sampah yang akan dikomposkan adalah sampah sisa makanan dan kayu/daun. Menurut
Tchobanoglous et al (1993), untuk pengomposan sistem pen windrow diperlukan lahan 1
acre untuk lahan pengomposan dengan kapasitas 50ton/hari. Pada TPS ini disediakan
lahan seluas 18 m2 untuk melakukan pengomposan maka di TPS Kebun Binatang ini
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15 Page 41
sampah yang bisa dikomposkan hanya sebesar 22,24 kg/hari. Dengan demikian kebutuhan
luas lahan untuk TPS adalah (Tabel 5.5):
L
Kegunaan 2
uas (m )
5
1. Area Penerimaan dan Pemilahan
,6
2. Area Pencucian 5
3. Gudang Penyimpanan Sampah Daur 4
Ulang 8,2
1
4. Tempat Penyimpanan Container
5
1
5. Area Pengomposan
8
3
6. Kantor, ruang staff, toilet
0
3
7. Parkir
0
1
Total
51,8
Untuk memperjelas proses kerja di TPS diperlukan suatu struktur organisasi agar kegiatan
berlangsung dengan terstruktur atau teratur. Berikut adalah rancangan struktur organisasi di TPS
Kebun Binatang yang baru (Gambar 5.1).
Gambar 5.1. Rancangan Struktur Organisasi di TPS Kebun Binatang yang baru.
a. Kepala TPS : berperan sebagai pemberi keputusan dan mengontrol kinerja bawahannya.
b. Petugas Pengumpul Sampah: bertugas mengumpulkan sampah sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
c. Operator: berperan untuk mengoperasikan mesin dan memperbaiki mesin jika terjadi
kerusakan.
d. Komunitas Bank Sampah : berperan sebagai pelaku kegiatan 3R.
e. Komunitas Pemuda Pecinta Lingkungan : Sebagai wadah pengembangan diri pemuda
yang peduli terhadap lingkungan.
UMUR
NO. URAIAN PEKERJAAN BIAYA TEKNIS BIAYA/TAHUN
(TAHUN)
6,8
D PEK. LAIN - LAIN 23,448.55 5 1,364,689.71
2,4
E Pengadaan Sekop dan Garpu Sampah 00,000.00 1 2,400,000.00
1
F Pengadaan Lampu 50,000.00 1 150,000.00
1,0
G Pengadaan APD Pegawai 00,000.00 1 1,000,000.00
Dari tabel diatas didapat total biaya investasi per tahun sebesar Rp. 54.938.537,21,-
Total biaya operasi dan pemeliharan perbulan adalah Rp. 10.470.000,- dalam satu tahun ada 12
bulan maka biaya operasinya selama satu tahun adalah Rp. 125.640.000,-. Dan total biaya
pengelolaan sampah selama satu tahun adalah sebesar Rp. 180.578.537.21,-. Timbulan sampah
yang dikelola selama setahun adalah 6070942,8 kg = 6070,9428 ton oleh karenanya di dapat
biaya/ton = Rp. 29.744.73,-
Berikut perkiraan rencana anggaran biaya untuk membangun TPS Kebun Binatang yang
terintegrasi:
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
1. Volume timbulan sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang adalah sebesar
0.0013m3. Komposisi sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang sampah sisa
makanan sebanyak 51%, kayu daun 17%, kerta 17%, plastic 12%, sampah B3 0.7%,
besi 1%, kaca 1% dan lain lain 0,3%.
2. Karakteristik sampah yang masuk ke TPS Jati memiliki kadar air 77,29%, kadar kering
22,71%, kadar volatil 75,54% dan nilai kalor sebesar 2276,26 Kcal/kg.
3. TPS Kebun Binatang melayani 4 Kelurahan (30.000 Jiwa) dengan jumlah gerobak
sebanyak 27 buah gerobak dan 3 motor triseda dengan ritasi dalam satu hari adalah satu
kali.
6.2 SARAN
1. Perlu adanya sosialisasi, penyuluhan, praktek dan penyepakatan aturan bersama terkait
pengelolaan sampah di TPS dan pemilahan sampah.
2. Perlu penambahan frekuensi pengangkutan oleh truk sampah yang melayani TPS Kebun
Binatang menuju TPA Sarimukti, mengingat seringnya antrian gerobak sampah di TPS
tersebut yang menyebabkan tertundanya proses pengumpulan sampah.
3. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin padat maka diperlukan lahan lain dilokasi
yang berbeda dan pengerjaannya sesuai dengan kriteria yang ada.
Damanhuri, Enri dan Tri Padmi: Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL 3104, Teknik
Lingkungan ITB, Agustus. 2010
Mendagri. (2010). Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010 tentang pedoman
pengelolaan sampah. Jakarta.
SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991- 03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
N
GAMBAR KETERANGAN
O
3 Desikator
4 Timbangan Digital
Sampel dimasukkan
o
kedalam oven 105 C
Setelah mengering,sampel
ditimbang
1
1
Penimbangan sampel
o
setelah di oven 550 C untuk
mengetahui kadar volatile
1
2
Penimbangan Sampel
Sampah dengan Container Bomb
Calorimeter
1
4
Memasukkan sampel ke
alat bomb calorimeter
1
5