DOSEN :
Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri.
DISUSUN OLEH :
1
1.
2
2.
3
3.
(25315037)
Arlina Phelia
(25715003)
Reza Wahyudi
(25714004)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Hasil Studi Sistem
Pengumpulan-Transfer-Pengangkutan Sampah di Sebuah Lingkungan dan Non-Permukiman
dengan lokasi studi Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kebun Binatang Taman Sari,
Bandung, tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah
tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan kami selanjutnya.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri selaku dosen
mata kuliah perencanaan sistem persampahan yang telah memberikan arahan dalam penyusunan
laporan ini. Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .
BAB I PENDAHULUAN.
1.1.
Latar Belakang...
1.2.
Rumusan Masalah..
1.3.
Tujuan Penelitian
1.4.
Manfaat Penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..
2.1. Pengumpulan Sampah (Menurut Permen PU No. 03 Tahun 2013
2.2
Pengangkutan
Sampah
..
2.3
Tempat
Penampungan
43
Sementara
Sampah
i
6
9
10
10
12
11
14
12
14
...
2.4
Densitas, Kadar Air, Kadar Volatile, dan Nilai Kalor 14
Sampah.
BAB
III
METODOLOGI
26
PENELITIAN..
3.1
26
Umum
3.2 Tahap Persiapan.
27
3.3
Tahap Pengumpulan Data. 27
28
3.4
Tahap
29
Analisis..
3.5
Tahap
Penulisan 30
30
Laporan.
BAB IV PEMBAHASAN 36
4.1. Gambaran Umum Wilayah..
4.2. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di TPS Kebun Binatang .
4.3
Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber49
TPS)
4.4
4.5
50
Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
Evaluasi.
BAB V EVALUASI
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
51
20
20
Page 2
4.1.
4.2.
TPS)
4.4
4.5
50
Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
51
Evaluasi.
20
BAB IV PEMBAHASAN
56
4.1. Gambaran Umum Wilayah..
4.2. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di TPS Kebun Binatang .
4.3
Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber49
TPS)
4.4
4.5
50
Alur Sistem Pengumpulan Sampah..
Evaluasi.
51
20
56
Page 3
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1.
Tahapan
Pelaksanaan.
.........................................................
Tabel 2.2. Penyediaan Fasilitas
Pengolahan
Sampah..........................
Tabel
5.1.
Persentase
sampah
warga................................
Tabel
5.2.
Timbulan
berat
Sampah
yang
dan
yang
Dibawa
Pemrosesan
Akhir
dimanfaatkan
oleh
dalam
Kali
Satu
Ritasi.....................................
Tabel 5.3. Jumlah Sampah yang Dijual oleh Petugas Pengumpul Sampah.
7
20
30
36
40
42
.........................
Tabel 5.4. Catatan Waktu Pengumpul Sampah di Masing Masing Wilayah
Cakupan..
Tabel 5.5.
Biaya
Operasional
...
Tabel 5.6. Biaya
Tabel
5.7.
Investasi
Timbulan
Pengumpulan
Pengumpulan
Sampah
Up...
Tabel 5.8. Biaya Operasional
Up.
Tabel
5.9.
Biaya
Up..
Tabel
5.10.
Investasi
Sampah
Sampah
yang
Pengumpulan
Pengumpulan
Timbulan
Jalan..
Tabel
5.11.
Kecepatan
Sampah
dengan
Gerobak 43
dengan
Gerobak 43
Dikumpulkan
Sampah
Sampah
di
Penyapuan
Pick
44
dengan
Pick
44
dengan
Pick
45
Penyapuan 45
Jalan 47
Page 4
Tabel
5.12.
Biaya
Operasional
Jalan/Tahun...
Tabel
5.13.
Biaya
Jalan/Tahun
Tabel 5.14. Jumlah Timbulan Sampah
Penyapuan
Investasi
Penyapuan
47
47
49
Pemulung
52
.
Tabel 5.15. Biaya Operasional Rekomendasi Pengumpulan Sampah dengan
52
Gerobak..
Tabel 5.16. Biaya
Gerobak...
Tabel
5.17.
yang
diambil
oleh
Biaya
Investasi
Pengumpulan
Sampah
dengan
dengan
Pick
Up...
Tabel 5.18. Keinginan Membayar Masyarakat dalan Hal Pengumpulan Sampah
53
54
..
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pola Pengumpulan Sampah Permen 03 Tahun 2013. 23
..
26
Gambar
3.1.
Metodologi
Penelitian.
24
..............................
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kecamatan Coblong dan Lokasi TPS Kebun
Binatang..................
Gambar
4.2.
Lokasi
Sari..........................
Gambar 4.3. Kondisi Eksisting
TPS
Sampah
Kebun
yang
Binatang
ada
di
TPS
Taman 32
Kebun
34
Binatang..........................
Gambar 4.4. Kondisi Lalu Lintas di Sekitar TPS Kebun Binatang.. 35
..
36
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 5
Gambar 5.4. Kebiasaan warga membuang sampah secara langsung ke TPS Kebun
Binatang
Gambar 5.5. Komposisi Sampah di Gerobak (% Berat). .. 37
38
Gambar 5.6. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe I..
38
...
Gambar 5.7. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe 39
39
II....
Gambar 5.8. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe III. 40
..
Gambar 5.9.
Alat
Pengumpul
Sampah
Menggunakan
Motor
Triseda
41
......
Gambar 5.10. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak
Panjul)...
Gambar 5.11. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak Ade)
......
Gambar 5.12. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Motor Triseda (Pak 41
Amin)..
46
Gambar 5.13. Petugas Penyapu Jalan di Sekitar Jalan Baltos dan Taman Sari..
46
...
Gambar
5.14.
Wilayah
Layanan
Petugas
Penyapu
Jalan 48
49
......
Gambar 5.15. Petugas Penyapu Jalan dengan menggunakan unit motor triseda
..
Gambar
5.16.
Rute
Pengumpulan
Sampah
Penyapuan
Jalan..
Gambar 5.17. Salah satu peran sektor informal (Pemulung) yang berada diSekitar
Permukiman 50
.
Gambar
5.18.
Alur
Sistem
Pengumpulan 50
Sampah.....
BAB I.
PENDAHULUAN
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 6
1.1.
Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam.
Sebagai contoh di Kota Bandung. Di kota ini, pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak
7.400 m3 per hari; dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m3 per hari (Suganda dalam
Kompas, 30 Nopember 2006). Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya
mencapai 40,09% di perkotaan dan 1,02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005). Sehingga
diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang di perkotaan khususnya, tidak menjadi
bom waktu di masa mendatang. Pengelolaan sampah Kota Bandung dilayani oleh Perusahaan
Daerah Kebersihan Kota Bandung yang bertugas melayani penyapuan, pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan dan pengolahan akhir sampah. Sebelum dibuang ke TPA
Sarimukti, sampah dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang tersebar di
seluruh Kota Bandung.
Kondisi TPS di Kota Bandung yang dapat kita lihat sekarang selalu terlihat penuh dijejali
sampah akibat pola yang digunakan dalam menangani masalah persampahan masih memakai
pola kumpul angkut buang. Penanganan dan pengolahan sampah di setiap TPS yang
berada di Kota Bandung perlu dilakukan untuk mengurangi volume sampah yang sampai ke
pemrosesan tahap akhir di TPA. Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA
sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup
luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.
Permasalahan sampah yang timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan
pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan
sampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat.
Diketahui bahwa perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan pertambahan
penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin meningkat sementara lahan yang
ada tetap. Ini menyebabkan arti pentingnya pengelolaan sampah, dengan melihat
perkembangan waktu dan pertambahan penduduk dimana secara otomatis jumlah timbulan
sampah akan semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap.
Page 7
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk
mengetahui mekanisme pelaksanaan kegiatan penanganan dan pengelolaan sampah di TPS.
Penelitian ini dilakukan di salah satu TPS yang berada tidak jauh dari Kampus ITB di
Ganesa, yakni TPS Kebun Binatang yang mencakup wilayah pelayanan 3 Kelurahan. Dimana
pada hasil akhir membuat desain rencana TPS yang sesuai dengan karakteristik, komposisi
dan timbulan sampah yang dihasilkan di lingkungan TPS Kebun Binatang serta
memperkirakan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk membangun TPS rencana tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besar dan bagaimana timbulan serta komposisi sampah yang ada di TPS Kebun
Binatang?
2. Bagaimana cakupan pelayanan sistem pengumpul (gerobak) yang ada dan volume yang
diangkut oleh armada yang berada di lingkungan tersebut?
3. Seberapa efektif waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan sampah ke TPS Kebun
Binatang dan pengangkutan sampah dari TPS Kebun Binatang ke TPA Sarimukti?
4. Bagaimana karakteristik fisik sampel sampah yang ada di TPS Kebun Binatang?
5. Bagaimana desain TPS Kebun Binatang yang sesuai dengan kondisi sampah dan wilayah
cakupan serta berapa besar biaya yang dibutuhkan?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur dan menganalisa timbulan dan komposisi sampah yang ada di TPS Kebun
Binatang.
2. Mengetahui cakupan pelayanan sistem pengumpul (gerobak) yang ada dan volume yang
diangkut oleh armada yang berada di lingkungan TPS Kebun Binatang.
3. Mengetahui pengelolaan dan penanganan sampah di TPS seperti pemilahan,
pengomposan atau pengurangan oleh sektor informal.
4. Menghitung efektifitas waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan sampah ke TPS
Kebun Binatang dan pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA Sarimukti.
5. Mengetahui karakteristik fisik sampel sampah yang ada di TPS Kebun Binatang.
Page 8
6. Membuat desain TPS Kebun Binatang yang sesuai dengan kondisi sampah dan wilayah
cakupan TPS Kebun Binatang serta rancangan anggaran biaya.
1.4.
Ruang Lingkup
Pembatasan ruang lingkup dilakukan untuk membahas permasalahan penelitian, sehingga
permasalahan tersebut dapat terfokus untuk dianalisa lebih baik. Adapun ruang lingkup pada
penelitian ini adalah :
1. Wilayah yang diteliti adalah TPS Kebun Binatang, Taman Sari Bandung.
2. Penanganan sampah mulai dari Sumber ke TPS Kebun Binatang dan menuju ke TPA
Sarimukti.
3. Sampah yang dihasilkan setiap hari menggunakan satuan berat (kg) serta dipisah antara
sampah sejenis sampah rumah tangga, sampah anorganik dan sampah daun.
4. Pengelolaan sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah daun di lingkungan TPS
Kebun Binatang.
5. Rancang desain TPS Kebun Binatang dan perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
pembangunan TPS Kebun Binatang.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 9
2.1 Pengumpulan Sampah (Menurut Permen No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga)
Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas
lainnya serta pemerintah kabupaten/kota. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah
terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali.
Dalam lampiran Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013 mengenai penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga. Metode pengumpulan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai
berikut :
1. Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak
terbuka bersekat dikerjakan sebaga berikut:
a. Pengumpulan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali.
b. Masing-masing jenis sampah dimasukkan ke masing-masing bak di dalam alat
pengumpul atau atur jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah.
c. Sampah dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS 3R.
2. Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak
terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :
a. Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali
lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
b. Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah guna
ulang, sampah daur ulang, dan sampah lainnya sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RWatau
oleh pihak swasta.
Mengacu pada Lampiran Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013, terdapat lima pola
pengumpulan sampah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Page 10
2.2
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemrosesan akhir, atau
TPA. Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :
A. Hauled container system (HCS)
Adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat dipindahpindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS ini merupakan sistem wadah
angkut untuk daerah komersial. Hauled container system dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
a. Konvensional
Page 11
Wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut ke tempat pembongkaran,
kemudian setelah dikosongkan wadah sampah tersebut dikembalikan ke tempatnya
semula.
b. Stationary container system (SCS)
Wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut dan tempatnya akan langsung
diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa.
B. Stationary container system (SCS)
Sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindahpindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau
yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk
melayani daerah pemukiman.
B.2.1 Pola Pengangkutan Sampah
1. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Kondisi topografi bergelombang, yaitu kemiringan lebih dari 15% sampai
b)
c)
d)
e)
Page 12
e) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut (truk)
f) Untuk permukiman tidak teratur
4. Pola komunal tidak langsung dengan persyaratan berikut:
a) Peran serta masyarakat tinggi;
b) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau alat pengumpul;
c) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia,
d) Bagi kondisi topografi relatif datar, kemiringan rata-rata kurang dari 5%, dapat
mengunakan alat pengumpul non mesin, contoh gerobak atau becak. Sedangkan
bagi kondisi topografi dengan kemiringan lebih besar dari 5% dapat
menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung;
e) Leher jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya;
f) Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
5. Pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Juru sapu harus rnengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(diperkeras, tanah, lapangan rumput, dan lain-lain);
b) Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani;
c) Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan
untuk kemudian diangkut ke TPA.
d) Pengendalian personel dan peralatan harus baik.
B.3 Tempat Penampungan Sementara Sampah (TPS)
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, TPS merupakan landasan pemindahan yang dapat dilengkapi dengan ramp
dan kontainer. TPS harus memenuhi kriteria teknis antara lain:
1. Luas TPS, sampai dengan 200 m2.
2. Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis
sampah;
3. Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah permanen.
4. Sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari 24 jam.
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 13
5.
6.
7.
8.
9.
Agar fungsi dari tempat penampungan sampah sementara dapat dioptimalkan, maka dalam
penentuan
lokasi
tempat
penampungan
sampah
sementara
setidaknya
harus
Page 14
3. Jarak terhadap jalan Jarak terhadap jalan akan mempengaruhi aksesnya untuk diangkut ke
TPA, apabila sistem pengangkutan sampah TPA tidak berjalan, maka akan terjadi
penumpukan sampah secara berlebih di TPS
4. Jarak terhadap sumber sampah Letak TPS yang cukup jauh dari sumber sampah dengan
alasan untuk menghindari bau justru akan mempersulit proses pengangkutan dari rumah
warga ke TPS, semakin jauh dari sumber sampah akan membutuhkan lebih banyak waktu
dan tenaga dalam proses pengangkutan.
5. Estetika TPS yang diletakkan di tempat mudah dilihat oleh khalayak umum akan terkesan
merusak keindahan, dibandingkan dengan faktor yang lain, faktor estetika merupakan
faktor yang paling berbobot dalam penentuan letak TPS.
B.4 Densitas, Kadar Air, Kadar Volatile, dan Nilai Kalor Sampah
A. Perhitungan nilai densitas sampah
Densitas sampah adalah ukuran banyaknya sampah (biasanya dalam satuan kg) dalam
satu satuan volume (m3). Analisa densitas sampah diperlukan terutama untuk
merencanakan kapasitas pengangkutan (gerobak atau container sampah). Berat jenis ini
dapat dipengaruhi oleh komposisi, geografi, musim dan lamanya penyimpanan Untuk
mendapatkan densitas sampah, perlu dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Densitas=
berat sampah(kg)
volume sampah(m3 )
Page 15
Pada sampah yang diolah dengan insinerator, pengukuran kadar air sampah berguna
untuk penentuan desain insinerator dan operasinya, karena kadar air sampah berpengaruh
terhadap nilai kalori dan karakteristik ignition sampah.semakin kecil kadar air sampah
maka sampah tersebut akan mudah dibakar.
Kadar air pada sampah juga tergantung pada komposisi sampah karena masing-masing
komponen sampah memiliki kemampuan mengikat air yang berbeda-beda. Untuk sampah
domestik, perbedaan kadar air dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain komposisi sampah, musim tahunan, kelembapan, kondisi
cuaca terutama hujan.
Prinsip pengukuran sampah dikeringkan pada temperature 105C, agar semua air yang
terkandung didalamnya menguap. Kadar Air sampel didapatkan dari perhitungan dibawah
ini :
Page 16
abu dan residu penting untuk diketahui dalam penentuan desain incinerator agar dapat
memberikan kapasitas penampungan sampah yang sesuai.
Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada 600C
dimana bagian volatil sampah akan terpijarkan dan menguap.
Page 17
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Lokasi studi dilakukan di 2 tempat pada rangakaian waktu yang berbeda-beda, yakni: TPS
Kebun Binatang dan di Laboratorium Buangan Padat dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
ITB. Untuk pengukuran sampel sampah di laboratorium dilakukan pada tanggal 22 - 24 Maret
2016. Secara umum, alur penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)
tahap pengumpulan data; (3) tahap analisis data; dan (4) tahap penulisan laporan. Rangkaian
penelitian ini dilakukan di TPS Kebon Binatang Bandung dan wilayah layanannya yaitu
kecamatan coblong ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. :
Survei Pendahuluan
Tahap Persiapan
Identifikasi Masalah
Persiapan Sampling
Wawancara
Data Primer
Page 18
Page 19
Prinsip
tertentu.
: Sampah dikeringkan agar semua air yang terkandung di dalamnya
Alat dan
Bahan
dapat menguap.
: Sampel sampah dari penetapan sebelumnya.
Timbangan.
Cawan petri.
Oven 105oC.
Penjepit.
Page 20
Cara Kerja
Perhitungan
konstan (b gr).
: %
= () ()
()
100%
% Kering
= 100% - % Kadar Air
2. Kadar Volatil Sampah
Tujuan
Prinsip
tertentu.
: Sampah dikeringkan agar semua air yang terkandung di dalamnya
Alat dan
Bahan
dapat menguap.
: Sampel sampah kering yang sudah halus.
Timbangan elektrik.
Page 21
Cara Kerja
Oven 600oC.
Penjepit.
: 1. Sampel sampah kering hasil penetapan kadar air digerus sampai
halus.
2. Timbang cawan krus kosong yang sudah dipanaskan 1 jam dalam
oven 600oC. Catat.
3. Ke dalam cawan tersebut timbang sampel kering dan halus 4 gr.
Catat beratnya (a gr).
4. Masukkan cawan krus dalam oven 600oC selama 2 jam. Lebihkan
waktu untuk pencapaian temperatur 600oC.
5. Matikan oven, biarkan temperatur oven turun. Keluarkan cawan,
biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Timbang cawan (b gr).
Perhitungan
: %
= () ()
()
100%
%
= 100%%
3. Nilai Kalor
Tujuan
Alat dan
Bahan
Timbangan elektrik.
Penjepit.
Page 22
Cara Kerja
telah
dicapai,
tekan
tombol
Page 23
jumlah penduduk dan peta administrasi Kecamatan Coblong dan hal yang mengenai TPS
Kebun Binatang, Taman Sari.
3.4 Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis statistik deskriptif, data-data yang sudah terkumpul akan
diolah dan ditata sedemikian rupa seperti dalam bentuk grafik, diagram, atau tabel sehingga
mudah dipahami karateristik data tersebut yang akhirnya akan digunakan sebagai bahan
evaluasi terhadap sistem pengumpulan - transfer pengangkutan sampah eksisting di TPS.
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat dijadikan alternatif untuk perbaikan sistem pengelolaan
sampah eksisting di TPS serta memberikan saran mengenai kelembagaan dan rencana
anggaran biaya (RAB) terhadap pra design TPS yang sesuai dengan kondisi lokasi.
3.5 Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian yang menghasilkan evaluasi dan
masukan teknis terhadap perbaikan sistem pengumpulan - pengangkutan sampah eksisting di
TPS, serta membuatkan kesimpulan dan saran.
BAB IV
GAMBARAN UMUM TPS KEBUN BINATANG
Page 24
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kecamatan Coblong dan Lokasi TPS Kebun Binatang, Taman Sari.
Lokasi transfer depo yakni TPS Kebun Binatang Taman Sari dengan luas lahan 82,727 m 2
yang berlokasi di Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Posisinya
berada di tepi barat daerah pelayanan permukiman dan berdekatan dengan jalan utama
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 25
kelurahan dengan lebar jalan 7m. Berbatasan dengan Jalan umum Taman Sari dan Jl.
Ganeca ITB disebelah timur, berbatasan dengan Kebun Binatang sebelah utara, berbatasan
dengan permukiman penduduk sebelah barat dan selatan.
Page 26
membuang sampah pada tempatnya. TPS Kebun Binatang dalam pengelolaan persampahan
masih dengan cara lama yaitu sampah organik dan anorganik masih saja dicampur kecuali
sampah sampah botol plastik bekas yang disortir oleh petugas TPS. Volume sampah yang
masuk perharinya dapat diukur melalui banyaknya jumlah gerobak yang masuk dan warga
yang langsung membuang sampahnya ke TPS seperti yang telah disebutkan di atas. Sampah
pada gerobak yang datang langsung dipindahkan ke dalam kontainer yang ada di TPS Kebun
Binatang Taman Sari. TPS kebun binatang belum menerapkan konsep TPS 3R dikarenakan
luas lahan TPS yang tidak memadai untuk menerapkan konsep tersebut.
Page 27
Page 28
Page 29
Page 30
Page 31
Tabel 4.1 Timbulan Sampah yang Dibawa dalam Satu Kali Ritasi.
No
Jenis
Jumlah
Domestik
1
Jumlah Rumah
40
Rumah
Jumlah Orang
200
Orang
72
Kg
0,26
m3
40
Kg
Non Domestik
1
Page 32
Total Berat/bulan
Total Volume/bulan
0,14
m3
0,36
Kg/orang/ha
ri
0,0013
m3/orang/ha
ri
3360
Kg
54
m3
Page 33
persen. Sementara untuk sampah plastik memiliki kadar air hanya sekitar 2 persen. Kadar
volatik menunjukan bagian sampah yang bisa terdekomposisi, sampah di TPS kebun
Binatang ini memiliki kadar volatile sebesar 80% Berat Kering.
Menurut Nadia (2013), insenerasi tidak disarankan jika nilai kalor yang dimiliki sampah
cukup rendah dibawah 1200 kkal/kg). Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kalor (HHV)
dari sampah di TPS Kebun Binatang adalah 2270 kkal/gram dan didapat nilai kalor (LHV)
nya adalah 1700 kkal/gram. Dari nilai LHV tersebut disimpulkan bahwa sebaiknya tidak
dilakukan insinerasi pada sampah tersebut.
4.2.4 Rutinitas Operasional Penangan Sampah
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat penampungan sementara
adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas
pemilahan sampah.
Pada umumnya pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul sampah yang ada di TPS
Kebun Binatang Taman Sari dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan hanya satu kali
dalam sehari secara bergantian untuk tiap RT berbeda. Dalam transportasi sampah dilakukan
selama dua hari yaitu satu hari pengambilan sampah di rumah-rumah, kemudian sampah
berada di gerobak ditinggal dijalan, dan hari keduanya sampah diangkut ke TPS pagi sampai
siang harinya. Sehingga jadwal kedatangan petugas pengumpul sampah di TPS paling
banyak saat beranjak siang atau sore setelah pengumpulan sampah. Namun sampah yang
masuk ke TPS dapat dikatakan selama 24 jam karena ada beberapa warga yang langsung
membuang sampah ke TPS pada waktu yang tak tentu, sehingga dapat dikatakan selalu ada
sampah yang masuk ke TPS setiap jam dalam sehari. Kebiasaan warga yang membuang
sampah langsung ke TPS sebenarnya tidak menimbulkan masalah apabila sampah yang
dibuang tersebut tidak tercecer. Sampah yang tercecer dapat mengganggu kinerja petugas
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 34
TPS karena petugas harus membersihkan tumpukan sampah yang tercecer terlebih dahulu
sebelum truk pengangkut menurunkan container.
2 jam
Page 35
Page 36
No
Nama
Petuga
s
Sarana
Pengump
ul
Sampah
Ade
Gerobak
Panjul
Gerobak
Jenis
Tempat
Sampa
h di
Sumber
trash
bag /
tong
trash
bag /
tong
Rata-Rata
Membawa
Gerobak
Kosong ke
Sumber
(menit/meter
)
Wakt
Jarak
u
Rata-Rata
Mengumpulk
an Sampah
ke Gerobak
(menit/meter
)
Rata-Rata
Membawa
Sampah ke
TPS
(menit/mete
r)
Waktu
Jara
k
Wakt
u
Jara
k
waktu
istirah
at
(menit
)
Total
(menit/met
er)
Wakt
u
Jara
k
1:00
50
1:00
10
30:00
210
0
20:00
210
295
0
1 :00
50
15:00
100
25:00
140
0
20:00
300
314
3
Kecepatan pengumpulan sampah yang dilakukan Pak Ade adalah 14,05 meter/menit sementara
pak Panjul kecepatannya adalah 10,48 meter/menit. Walaupun sama-sama menggunakan gerobak
pak Ade mengumpulkan sampah lebih cepat dibandingkan pak Panjul. Jika dilihat dari Tabel 5.1
perbedaan yang cukup signifikan terdapat pada kecepatan rata-rata pengumpulan sampah ke
gerobak. Kecepatan pak ade adalah 10 meter/menit sementara pak panjul 6,67 meter/menit. Pak
Panjul lebih lama dalam mengumpulkan sampah ke gerobak dibandingkan pak Ade bisa
disebabkan karena pak Panjul melakukan pemilahan sampah-sampah yang bernilai jual ketika
melakukan pengumpulan sampah sementara pak Ade tidak melakukannya. Selain itu, pak Panjul
mengumpulkan sampah di perumahan yang tidak teratur sementara pak Ade mengumpulkan
sampah di perumahan yang teratur.
Menurut Permen PU No 3 Tahun 2013 pengumpulan sampah harus mendukung upaya pemilahan
sampah dimana sampah yang terpilah tidak boleh dicampur kembali. Namun saat ini sampah
masih dicampur dalam pengumpulan sampah. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemilahan
misalnya pengaturan jadwal pengumpulan sampah yang dikerjakan sebagai berikut:
a. Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali
lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
b. Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah guna ulang,
sampah daur ulang, dan sampai lainnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak swasta .
Page 37
Namun setelah dilakukan observasi masyarakat yang melakukan pemilahan sampah di sumber
masih sangat sedikit. Namun PD. Kebersihan Bandung berencana untuk mengelola sampah
sampai sistem pengumpulan dimana masyarakat direncanakan tidak harus membayar uang
retribusi untuk pengumpulan namun akan dikenakan sistem sangsi yaitu jika sampahnya tidak
dipilah maka sampahnya tidak akan dikumpulkan oleh petugas. Hal ini diharapkan akan
memotivasi masyarakat untuk memilah sampah, sehingga sampah yang dikumpulkan ke TPS
sudah dalam keadaan terpilah.
5.1.2
Kondisi TPS
Tabel 5.2 menunjukan evaluasi dari Kondisi TPS Kebun Binatang.
Syarat TPS
No.
Parameter
Permen PU No. 3
Kondisi Eksisting
Tahun 2013
1
Luas
Jenih Wadah
Penampung
Keberadaan
Sampah di TPS
Bersifat
sementara, bukan
permanen
Tidak boleh lebih dari
24 jam
Tidak mengganggu
4
Penempatan
lintas
Setelah
5
dilakukan
pengangkutan
Page 38
Sebagai upaya agar syarat no (4) terpenuhi harus disediakan pelataran untuk parkir truk atau
diupayakan truk datang ketika lalu lintas tidak sedang padat sekitar pukul 14.00 WIB. Sementara
untuk memenuhi syarat no (5) harus ada petugas yang bertanggungjawab mengenai kebersihan
TPS karena saat ini di TPS tersebut sering tidak ada petugas dari PD kebersihan yang mengawasi
kegiatan di TPS.
5.2 Pra-Desain TPS Kebun Binatang
5.2.1 Proyeksi Timbulan Sampah
Dalam memproyeksikan timbulan sampah kota, maka ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
mencari angka timbulan sampah yang representatif, diantaranya jumlah penduduk yang dilayani TPS,
angka timbulan sampah per orang per hari, usaha minimasi sampah (pembatasan guna-ulang, daur-ulang,
dan tingkat pelayanan).
Dengan menggunakan metode regresi linear yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab
akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel, proyeksi jumlah penduduk 5 tahun
mendatang ditentukan. Tahun dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan
Jumlah penduduk dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response.
Model Persamaan Regresi Linear Sederhana adalah seperti berikut ini :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh Predictor.
Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini :
a = (y) (x) (x) (xy)
n(x) (x)
b = n(xy) (x) (y)
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 39
n(x) (x)
Maka didapat jumlah penduduk terlayani oleh TPS Kebun Binatang untuk Tahun 2021 adalah sebagai
berikut (Tabel 5.3):
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk di Wilayah Layanan TPS Kebun Binatang
Tahu
n
Jumlah
Penduduk
2011
32372
2012
33755
2013
35138
2014
36521
2015
37904
2016
39287
2017
40670
2018
42053
2019
43436
2020
44819
2021
46202
Skenario yang digunakan dalam perencanaan ini adalah jumlah timbulan sampah perorang perhari yang
dikumpulkan ke TPS pada tahun 2016 sekitar 0,36 kg tidak akan bertambah karena adanya usaha 3R yang
dilakukan oleh masyarakat. Sementara untuk timbulan sampah non domestiknya diasumsikan 40 persen
dari timbulan sampah domestiknya. Berikut adalah hasil proyeksi timbulan sampah yang akan masuk ke
TPS Kebun Binatang (Tabel 5.4).
Tabel 5.4 Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2021
Jumlah Penduduk
Timbulan Sampah Domestik
Timbulan Sampah Non
Domestik
Total Timbulan Sampah
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Oran
46202 g
16632,72 Kg
6653,09 Kg
23285,81 Kg
Page 40
Sisa Makanan
Kayu/Daun
Biodegradable
Plastik
Kertas
Kaca
Besi
Recyclable*
Residu
B3
Lain-Lain
11875,76
3958,59
15834,35
2794,30
3958,59
232,86
232,86
5774,88
1443,72
163,00
69,86
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Catatan: *asumsi bahwa sampah yang bisa didaur ulang hanya 80% dari jumlah sampah plastik, kertas,
kaca dan besi.
5.2.2 Desain TPS Kebun Binatang
a. Area Pemilahan
Sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang setiap harinya adalah 23285, 81 kg dengan
densitas 277 kg/m3 maka volumenya adalah 84 m3/hari karena setiap harinya ada 30 alat
pengumpul yang masuk (gerobak dan triseda) maka diasumsikan bahwa setiap alat
pengumpulnya mengumpulkan sapah sebanyak 2,8 m3. Maka kebutuhan area penerimaan
jika ketinggian sampah yang ditampung 0,5 m adalah 5,6 m2
b. Gudang Penyimpanan Sampah Daur Ulang
Sampah recyclable yang masuk setiap hari ke TPS kebun binatang adalah 5774 kg jika
asumsi densitasnya 240 kg/m3 maka volume sampah yang masuk adalah 24,1 m3. Jika
direncanakan ketinggian tumpukan adalah 2 m maka luas lahan yang dibutuhkan adalah
48,2 m2
c. Tempat Penyimpanan Container
Tempat Container yang dibutuhkan adalah sebesar container yang ada di TPS Kebun
Binatang yaitu sekitar 15 m2
d. Area Pengomposan
Sampah yang akan dikomposkan adalah sampah sisa makanan dan kayu/daun. Menurut
Tchobanoglous et al (1993), untuk pengomposan sistem pen windrow diperlukan lahan 1
acre untuk lahan pengomposan dengan kapasitas 50ton/hari. Pada TPS ini disediakan
lahan seluas 18 m2 untuk melakukan pengomposan maka di TPS Kebun Binatang ini
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 41
sampah yang bisa dikomposkan hanya sebesar 22,24 kg/hari. Dengan demikian kebutuhan
luas lahan untuk TPS adalah (Tabel 5.5):
Tabel 5.5 Rekapitulasi Kebutuhan Lahan TPS
Kegunaan
L
uas (m )
2
5
,6
2. Area Pencucian
3. Gudang Penyimpanan Sampah Daur
Ulang
5
4
8,2
1
5
1
8
3
0
3
0
1
51,8
Page 42
H
O
e
p
a
e
rd
a
tO
f
o
rfrf
i
c
e
r
Gambar 5.1. Rancangan Struktur Organisasi di TPS Kebun Binatang yang baru.
Berikut adalah rincian tugasnya:
a. Kepala TPS : berperan sebagai pemberi keputusan dan mengontrol kinerja bawahannya.
b. Petugas Pengumpul Sampah: bertugas mengumpulkan sampah sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
c. Operator: berperan untuk mengoperasikan mesin dan memperbaiki mesin jika terjadi
kerusakan.
d. Komunitas Bank Sampah : berperan sebagai pelaku kegiatan 3R.
e. Komunitas Pemuda Pecinta Lingkungan : Sebagai wadah pengembangan diri pemuda
yang peduli terhadap lingkungan.
Page 43
b. Pengolahan di IPST
SOP (Standard Operating Procedure) untuk pengolahan sampah di IPST sebagai berikut:
1) Sampah diturunkan dari mobil pengumpul sampah di area penerimaan dan pemilahan
2) Sampah dipilah antara sampah organik, sampah yang bisa didaur ulang, sampah B3,
3)
4)
5)
6)
7)
URAIAN PEKERJAAN
UMUR
TEKNIS
(TAHUN)
BIAYA
BANGUNAN PENGOLAH
KOMPOS
126,1
26,069.28
BIAYA/TAHUN
25,225,213.86
43,168.24
3,428,633.65
106,8
50,000.00
21,370,000.00
23,448.55
1,364,689.71
00,000.00
2,400,000.00
Pengadaan Lampu
50,000.00
150,000.00
00,000.00
1,000,000.00
17,1
6,8
2,4
1,0
JUMLAH
TOTAL
260,492,686.07
54,938,537.21
Dari tabel diatas didapat total biaya investasi per tahun sebesar Rp. 54.938.537,21,TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 44
Jumlah
Biaya/unit
(Rp)
1 orang
3 orang
1 orang
2.250.000
2.000.000
2.000.000
2.250.000
6.000.000
2.000.000
60 kwh
50 kwh
2.000
2.000
120.000
100.000
10.470.000
125.640.000
Tenaga Kerja :
Kepala
Operator TPS
Comdev
Listrik
Mesin Pencacah/pengayak
Penerangan
Total
Total/tahun
Total biaya operasi dan pemeliharan perbulan adalah Rp. 10.470.000,- dalam satu tahun ada 12
bulan maka biaya operasinya selama satu tahun adalah Rp. 125.640.000,-. Dan total biaya
pengelolaan sampah selama satu tahun adalah sebesar Rp. 180.578.537.21,-. Timbulan sampah
yang dikelola selama setahun adalah 6070942,8 kg = 6070,9428 ton oleh karenanya di dapat
biaya/ton = Rp. 29.744.73,-
Berikut perkiraan rencana anggaran biaya untuk membangun TPS Kebun Binatang yang
terintegrasi:
Tabel 5.8. Rencana Anggaran Biaya TPS Kebun Binatang.
NO
.
URAIAN PEKERJAAN
BIAYA
126,126,069.28
7,847,059.09
17,143,168.24
106,850,000.00
6,823,448.55
Page 45
JUMLAH TOTAL
DIBULATKAN
264,789,745.16
264,700,000.00
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Volume timbulan sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang adalah sebesar
0.0013m3. Komposisi sampah yang masuk ke TPS Kebun Binatang
sampah sisa
makanan sebanyak 51%, kayu daun 17%, kerta 17%, plastic 12%, sampah B3 0.7%,
besi 1%, kaca 1% dan lain lain 0,3%.
2. Karakteristik sampah yang masuk ke TPS Jati memiliki kadar air 77,29%, kadar kering
22,71%, kadar volatil 75,54% dan nilai kalor sebesar 2276,26 Kcal/kg.
3. TPS Kebun Binatang melayani 4 Kelurahan (30.000 Jiwa) dengan jumlah gerobak
sebanyak 27 buah gerobak dan 3 motor triseda dengan ritasi dalam satu hari adalah satu
kali.
Page 46
4. Proses pengangkutan sampah oleh truk PD Kebersihan dengan sistem kontainer pada
TPS Kebun Binatang berjenis Hauled container system (HCS). Dengan penyiapan
container 12 15 menit sedangkan untuk menurunkan kontainer di TPS Kebun
Binatang 3 menit dan penarikannya 6 menit.
5. Usulan sistem pengumpulan menggunakan motor dan gerobak yang telah di desain
sehingga ada pembagian sampah organik dan anorganik dengan satu atau dua kali ritasi
perharinya.
6. Usulan redesain TPS Kebun Binatang adalah berupa TPS yang memakai teknologi
komposing dengan maksud sampah yang diangkut ke TPA dari TPS ini hanya berupa
sampah organic dan residu. Biaya redesain Kebun Binatang menjadi TPS Kebun
Binatang Rp. 264.789.745,16. Untuk biaya investasi per tahun RP. 54.938.537,21.
Sedangkan untuk biaya operasionalnya Rp. 125.640.000,-, maka biaya per ton nya
sebesar Rp. 29.744,73,-
6.2 SARAN
1. Perlu adanya sosialisasi, penyuluhan, praktek dan penyepakatan aturan bersama terkait
pengelolaan sampah di TPS dan pemilahan sampah.
2. Perlu penambahan frekuensi pengangkutan oleh truk sampah yang melayani TPS Kebun
Binatang menuju TPA Sarimukti, mengingat seringnya antrian gerobak sampah di TPS
tersebut yang menyebabkan tertundanya proses pengumpulan sampah.
3. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin padat maka diperlukan lahan lain dilokasi
yang berbeda dan pengerjaannya sesuai dengan kriteria yang ada.
Page 47
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri dan Tri Padmi: Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL 3104, Teknik
Lingkungan ITB, Agustus. 2010
Mendagri. (2010). Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010 tentang pedoman
pengelolaan sampah. Jakarta.
SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991- 03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 48
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
TUGAS III GRUP I TPS KEBUN BINATANG PIAS15
Page 49
GAMBAR
KETERANGAN
Page 50
Desikator
Timbangan Digital
Page 51
Page 52
Penimbangan
Sampel
Sampah dalam Kondisi Basah
Sampel
dimasukkan
o
kedalam oven 105 C
Setelah mengering,sampel
ditimbang
Page 53
1
0
Hasil
sampel
kering
kemudian
ditumbuk
untuk
diwadahkan ke cawan yang lebih
kecil
1
1
Penimbangan
sampel
o
setelah di oven 550 C untuk
mengetahui kadar volatile
1
2
Alat
Calorimeter
Uji
Bomb
Page 54
1
3
Penimbangan
Sampel
Sampah dengan Container Bomb
Calorimeter
1
4
Memasukkan sampel ke
alat bomb calorimeter
1
5
Page 55
LAMPIRAN B
DESIGN TEKNIK TPS
Page 56
Page 57
Page 58
Page 59
LAMPIRAN C
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
(RAB)
Page 60
Page 61
Page 62
Page 63