Disusun Oleh :
1. Mohammad Rizal Zuhri (11033242)
2. Moch. Heldi Prasetio (1103324)
3. Nike Prilil Puspita Sari (110332421018)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.
BIRO PRODUKSI TERAK II PABRIK TUBAN
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
JAWA TIMUR
(Periode : 2 Juni 2014 sd. 30 Juni 2014)
Disusun Oleh :
1. Mohammad Rizal Zuhri (11033242)
2. Moch. Heldi Prasetio (1103324)
3. Nike Prilil Puspita Sari (110332421018)
Mengetahui,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
NIP 196003111988031003
NIP 1965031619900110001
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktek Kerja Lapangan di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk pada Unit Kerja
Biro Produksi Terak II. Tim penulis menyadari bahwa laporan ini dapat
terselesaikan karena dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga tim penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Sutrisno, M.Si.. selaku Kepala Jurusan Kimia Universitas Negeri
Malang.
2. Bapak Drs.H. Ridwan Joharmawan, M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan tim penulis bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
laporan ini.
3. Bapak Join Trimor Damanik, ST. selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan tim penulis ilmu yang bermanfaat dan bimbingan selama
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
4. Pimpinan dan staff PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik Tuban yang
telah memberikan izin dan pengarahan dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
5. Serta kawan kawan seperjuangan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
saling memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan laporan ini.
Tim penulis berharap dengan tersusunnya laporan ini, dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pembaca, khususnya bagi mahasiswa generasi berikutnya
yang juga melaksanakan PKL di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik
Tuban. Tim penulis juga menyadari tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu,
tim penulis mendukung adanya saran dan masukan yang bersifat membangun
demi terwujudnya tim penulisan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Malang, 25 Juni 2014
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .. i
Halaman Pengesahan ........ ii
Kata Pengantar ...... iii
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
Latar Belakang .. 1
1.2
1.3
1.4
1.5
Sejarah Perusahaan .
Visi dan Misi Perusahaan ...
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
Lokasi Perusahaan ..
Struktur Organisasi PT. Semen Indonesia ..
Sistem Manajemen PT. Semen Indonesia ..
Produk Perusahaan .
Anak Perusahaan ....
2.7.1 Anak Perusahaan Semen Gresik ...
4
6
6
6
6
7
8
8
9
9
Teori Semen .. 11
3.2
Definisi Semen .. 12
3.3
3.4
3.4.2
Blended Cement . 18
1. Proses Hidrasi Semen Portland
Pozzolan ... 21
2. Kegunaan Semen Portland
Pozzolan (PPC) . 21
3.4.3
3.4.6
3.4.7
3.5
Komposisi Semen 23
3.6
3.6.2
Bahan Koreksi .. 26
3.6.3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.1.8
. 34
37
dan Produksi . 41
4.1.9
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan 46
5.2
Saran .. 47
b.
c.
d.
e.
.. xiv
f.
g.
h.
i.
j.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sifat Fisika Semen Portland
17
..................................
18
19
Digunakan Pabrik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
39
kepada pembaca mengenai proses pembuatan semen dari persiapan bahan baku
hingga terbentuknya produk siap packing beserta penjelasan mengenai beberapa
unit kerja tergabung yang memiliki peranan tersendiri dari setiap proses tersebut.
Sementara itu, manfaat dari penyusunan laporan ini bagi penulis adalah
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan, khususnya yang
berkaitan dengan masalah teknis dan praktis dalam pekerjaan.
Selanjutnya maanfaat berikutnya dari penulisan laporan ini yaitu
diharapkan dapat memberikan input bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang analisis dan teknologi inofatif dalam pembaharuan energi
ramah lingkungan.
1.3
hingga 30 Juni 2014 di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. Pabrik Tuban Desa
Kerek Jawa Timur. Hari aktif dari pelaksanaan Kerja Praktek tersebut dimulai
hari Senin sampai Jumat dari pukul 08.00 16.00 WIB.
1.5
BAB II
PROFIL PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO), Tbk.
2.1
Sejarah Perusahaan
Sejarah dan perkembangan PT. Semen Gresik (persero), Tbk. dibagi
menjadi 3 masa yaitu masa perintisan, masa persiapan dan masa pelaksanaan
pembangunan .
1. Masa Perintisan
Dimulai pada tahun 1935-1938, ketika seorang sarjana belanda bernama Ir.
Van Ess melakukan penelitian geologis disekitar Gresik.hasil survei menunjukkan
adanya deposit batu kapur dalam jumlah besar. Penemuan ini mendorong
pemerintah Belanda untuk mendirikan pabrik semen. Akan tetapi, survei yang
dilakukan tidak berkelanjutan karena pecahnya perang dunia II.
Kemudian pada tahun 1950, Drs. Moh Hatta mendorong pemerintah untuk
merealisasikan proyek pembangunan pabrik Raden Meester Soewandi No. 41
Jakarta, didirikan badan hukum MV pabrik semen gresik. Berdasarkan hasil
penelitian ulang yang dilakukan menyimpulkan bahwa proyek pembangunan
pabrik Semen Gresik sangat baik.untuk deposit bahan galian tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pabrik semen yang beroperasi dengan kapasitas 250.000 ton
per tahun selama 60 tahun. Tanggal 25 maret 1953, dengan akte notaris Raden
Meester Soewandi nomor 41 Jakarta, didirikan badan hukum NV. Semen Gresik.
2. Masa Persiapan
Realisasi pembangunan pabrik Semen Gresik tersebut selanjutnya oleh
pemerintah Indonesia diserahkan ke BIN(Bank Industri Negara). Dengan
penugasan tersebut, pada tahun 1953 BIN mulai mengadakan persiapan-persiapan
terutama yang menyangkut penyediaan dana. Untuk kepentingan proses ini BIN
menyediakan pembiayaan lokal yang berupa rupiah sedangkan untuk pembiayaan
valuta asing digunakan kredit bank USA. Sebagai langkah persiapan pelaksanaan
pembangunan pabrik ini mula-mula digunakan whitw Eng AS, kemudian sebuah
perusahaan perancang lainnya yaitu Mac Donald Co, ditugaskan untuk
menentukan lokasinya dan sekaligus membuat pola pabrik.
3. Masa Pelaksanaan Pembangunan
17 April 1961
24 Oktober 1969
8 Juli 1991
24 September 1994
15 September 1995
15 September 1995
10 September 1996
17 April 1997
20 Maret 1998
17 September 1988
27 Juli 2006
--------------
2.2
2.2.1
Visi
Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia
Tenggara
2.2.2
Misi
komitmen
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
Lokasi Perusahaan
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. unit Tuban terdiri atas 4 unit yaitu unit
I,II, III dan IV terletak didesa Sumber Arum, kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.
Area pabrik seluas 1500 hektar dengan luas bangunan 400 ribu meter persegi
meliputi kecamatan Merak Urak, kecamatan Jenu dan kecamatan Kerek
kabupaten Tuban. Pabrik Tuban didirikan dengan beberapa pertimbangan, antara
lain:
Bahan Baku
Bahan baku berupa batu kapur terletak didesa Temandang, kurang lebih 3
km dari lokasi pabrik. Sedangkan bahan baku berupa tanah liat terletak
dikecamatan Kerek kurang lebih 5 km dari lokasi pabrik.
Bahan Pembantu
Diperoleh dari daerah sekitar, bahan pembantu berupa pasir silika
diperoleh dari Tuban dan Madura. Pasir besi diperoleh dari Pasuruan,
Probolinggo, dan Cilacap. Bahan pengganti pasir besi adalah copperslag yang
diperoleh dari Gresik. Gypsum diperoleh dari petrokimia Gresik yang berupa
gypsum sintetis. Untuk gypsum natural diperoleh dari Kalimantan atau import
dari Thailand. Bahan pembantu berupa Trass diperoleh dari Tuban,
para
karyawan
beserta
keluarganya
maka
perusahaan
2.4
2.5
New York
OHSAS (Occupational Health & Safety Assessment Series) 18001 : 2007
Semua sistem Manajemen diatas diimplementasikan dengan mempersyaratkan
Management Continuous Improvement dan penerapan sub sistem manajemen
yang meliputi:
Gugus Kendali Mutu (GKM)
5R
Sistem Saran (SS)
Total Productive Maintenance (TPM)
Semua ini ditunjang dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Produk Perusahaan
Kapasitas terpasang perseroan yang dikenal dengan Semen Gresik Group
(SGG) sebesar 19.000.000 ton. Semen Gresik memiliki 5 unit pabrik dengan
kapasitas 9.000.000 ton/tahun. Jenis semen yang diproduksi adalah Ordinary
Portland Cement (OPC), Portland Pozzolan Cement (PPC) dan Special Blended
Cement (SBC).
SO3 1,3%-1,45. Semen tipe inin mempunyai sifat antara moderat heat cement dan
high early strength cement.
Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen Portland pozzolan merupakan suatu bahan pengikat hidrolis yang
dibuat dengan menggiling bersama-sama terak semen Portland dan bahan yang
mempunyai sifat pozzolan, biasanya digunakan trass. Semen ini tahan terhadap
asam ataupun garam, cocok untuk bangunan-bangunan dekat laut. Menurut
ASTM bahan pozzolan yang ditambahkan antara 15%-40%. Semen tipe ini
mempunyai kandungan C2S lebih besar daripada C3S, sedangkan kandungan SO3
antara 1,2%-1,3%. Semen tipe ini mempunyai kuat tekan awal rendah akan tetapi
kuat tekan selanjutnya lebih stabil. Kemasan :
1. Ordinary Portland Cement (OPC)
Kantong lem/ jahit isi 50 kg
Kantong jumbo isi 1 ton
Curah
2. Portland Pozzolan Cement (PPC)
Kantong lem/ jahit isi 40 kg
Kantong jumbo isi 1 ton
Curah
3. Special Blended Cement (SBC).
Curah
2.7
Anak Perusahaan
2.7.1
Penjelasan
SBC ??
Data di update!!
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Teori Semen
Semen berasal dari bahasa latin Cementum yang berarti bahan perekat.
Lebih luasnya adalah senyawa yang terdiri dari kalsium silica, yang bila dicampur
air akan menjadi senyawa hidrat yang memiliki sifat plastis dan kemampuan
untuk merekat. Bangsa Yunani membuat semen dari abu gunung berapi dipulau
Santori yang disebut Cement. Sedangkan bangsa Romawi menggunakan perekat
yang sama dengan bangsa Yunani yaitu abu gunung berapi yang digiling bersamasama dengan batu kapur murni, bahan ini dikenal dengan nama Pozzolan Cement.
Dalam pengertian umum semen diartikan sebagai bahan perekat berbentuk Kristal
halus yang merekatkan berbagai jenis padatan menjadi satu kesatuan yang kokoh
dengan penambahan air. Jika dalam pemakaiannya menggunakan air, maka semen
tersebut dinamakan semen hidrolis.
Definisi Semen
Menurut SNI No.15-2049-1994, Semen Portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak atau clinker yang terdiri atas
kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang digiling bersama-sama dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk Kristal senyawa Gypsum dan boleh
ditambahkan dengan bahan tambahan lain. Definisi secara umum Semen Portland
adalah hydraulis binder yang dibuat dengan menggiling halus Clinker Semen
Portland dengan menambahkan 4-5% Gypsum (CaSO4.H2O).Binder adalah
material yang mempunyai sifat-sifat adhesive dan kohensive. Ada dua macam
binder yaitu :
a. In Organic (Mineral) Binder
Dibagi menjadi dua yaitu:
1. Non Hydraulic Binder
Jenis-jenis Semen
Semen dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Semen Hidrolis : Semen yang dapat mengeras dalam air dan dapat
menghasilkan padatan yang stabil dalam air (tidak larut)
2. Semen Non-Hidrolis
Semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil dalam air
( seperti: Gypsum, kapur padam).
3.4
Macam-Macam Semen
3.4.1
Semen Portland
Menurut SNI No.15-2049-1994, semen portland merupakan semen
hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak atau klinker yang terdiri
dari kalsium silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa gypsum dan boleh
ditambah dengan bahan baku lainnya. Menurut ASTM C 150-1998, SII 0013 dan
SNI No 15-2049-1994, semen portland dapat diklasifikasikan dalam 5 jenis
sebagai berikut:
a. Jenis I : Untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratanpersyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis semen yang lain.
b. Jenis II : Dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau
panas hidrasi sedang.
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
karena turunnya C3S menjadi C2S dimana terbentuk P2O3 dan CaO. Kadar
oksida fosfor yang tinggi dapat menyebabkan unsoundness karena
terbentuknya CaO bebas (pada P2O 2,5%)
f. Hilang Pijar (LOI) : Apabila semen dipijarkan pada suhu kurang lebih 10000C
sebagian dari unsur atau mineral yang terkandung didalamnya akan terurai
atau menguap. Jumlah kandungan hilang pijar ini dibatasi, karena mineralmineral tersebut akan mengalami metamorfase dalam waktu lama sehingga
dapat menimbulkan kerusakan pada beton.
g. Bagian tidak larut (insoble) : Residu dari bagian yang tidak larut. Ini dibatasi
untuk mencegah apabila dicampur dengan bahan-bahan alami lain yang tidak
dibatasi persyaratan fisika mortar.
Sifat-Sifat Fisika Semen Portland antara lain:
a. Kehalusan (fineness), disyaratkan karena akan menentukan luas permukaan
partikel-partikel semen, dan ini sangat berpengaruh pada proses hidrasi.
Standart kehalusan yang dipakai adalah sisa diatas ayakan 90 micron (170
mesh) atau 45 micron (325 mesh) atau dengan alat Blaine (Air Permiability
Meter).
b. Waktu pengikatan (Setting Time), waktu pengikatan semen tidak boleh terlalu
cepat dan tidak boleh terlalu lambat. Hal ini dipersyaratkan untuk
mengendalikan sifat plastisitas dan workability dari adonan mortar dan beton.
Adapun pengukurannya biasa ilakukan dengan Vicat atau Gillmore test.
c. Kekekalan bentuk, syarat ini untuk pengendalian agar pada beton tidak terjadi
pemuaian atau penyusutan, karena dapat mengakibatkan kerusakan pada
konstruksi. Alat yang dapat dipakai untuk mengukur kekekalan bentuk adalah
alat Le Chattelier Expansion atau Autoclave.
d. Kekuatan tekan, kekuatan tekan diukur dari kekuatan tekan terhadap
pasta,mortar dan beton. Pasta adalah campuran antara semen dan air pada
perbandingan tertentu. Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir
pada perbandingan tertentu. Beton adalah campuran antara semen,air,pasir dan
kerikil pada perbandingan tertentu. Kadang-kadang ditambahkan bahan
tambahan (admixture). Umumnya kekuatan tekan didasarkan pada umur 28
hari pada normal curing. Kekuatan tekan adalah sifat paling penting yang
harus dipunyai selain sifat-sifat yang lain yaitu kekuatan tarik dan kekuatan
lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan :
Kekuatan semen
Kekuatan agregat
Faktor Air Semen
Kekuatan admixture
Kualitas air
e. Panas hidrasi, hal ini diperlukan untuk mengontrol
panas
yang
dilepas/ditimbulkan pada reaksi hidrasi semen ini tidak terlalu besar, sebab
akan dapat menimbulkan keretakan pada beton. Pada pembuatan beton masa
seperti dam atau raft foundation, selalu dikendalikan agar suhu (temperature)
beton tidak terlalu tinggi.
f. Pengikatan semu (False set), yaitu terjadinya pengembangan sifat kekakuan
dari adonan semen,mortar, atau beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang
banyak. Gejala tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila
dilakukan pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi
karena pada operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu
operasi yang terlalu tinggi sehingga terjadi dihidrasi (pelepasan Kristal
hidrasi) dari CaSO4.2 H2O.
g. Quick Set, adalah gejala terjadinya pengembangan kekakuan yang terlalu
cepat dari adonan semen,mortar atau beton dengan disertai pelepasan panas
yang cukup besar, dimana kekakuan ini tidak dapat dihilangkan dengan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air.
h. Pemuaian karena Sulfat, syarat ini diperlukan hanya untuk semen dengan
ketahanan tinggi terhadap sulfat (jenis V).
i. Warna, didalam standart SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai
warna semen. Disamping itu baik semen yang gelap atau pucat, tidak ada
pengaruhnya terhadap kuat tekan atau kualitas semen. Warna semen
ditentukan oleh kandungan C4AF dan MgO. Semakin tinggi kandungan C4AF
dan MgO akan membuat warna semen menjadi lebih gelap. Di sisi lain, MgO
adalah komponen negative pada semen yang apabila jumlahnya terlalu banyak
, dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pemuaian pada beton, dan ini
dikenal sebagai Magnesia spansion sehingga dalam standart SNI dan ASTM
kandungan MgO dibatasi maksimum 5%, sedangkan pada C 4AF, semakin
tinggi C4AF maka C3A menjadi semakin rendah dan ini mengakibatkan kuat
tekan semen menjadi semakin rendah.
1. Hidrasi dan Pengerasan Semen
a. Pengikatan dan pengerasan semen
Apabila semen dicampur dengan air, maka akan terjadi proses hidrasi. Secara
fisika akan nampak terjadi pasta yang
beberapa waktu, lalu mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat dibentuk.
b. Proses hidrasi semen
Semen terdiri atas beberapa senyawa, dengan demikian hidrasi semen terdiri
dari beberapa reaksi kimia yang berjalan bersamaan. Sebagaimana telah
disebutkan diatas, bahwa semen mempunyai kandungan oksida utama yaitu C 3S,
C2S,C3A dan C4AF. Oksida-oksida ini apabila ditambahkan air akan bereaksi
sebagai berikut :
C3S + Air CSH + Ca(OH)2
C2S + Air CSH + Ca(OH)2
C3A + Air CAH + Panas tinggi
C3A + Gypsum + air ettringite (menunda pengerasan)
C4AF + Air CAFH + Ca(OH)2
Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrasi semen adalah :
1. Umur
2.
3.
4.
5.
6.
Komposisi semen
Kehalusan semen
Perbandingan jumlah air dan semen
Temperature
Admixture
URAIAN
Kehalusan dengan alat
blaine (cm2/g)
Waktu pengikatan awal
dengan alat Vicat
(minimum) (menit)
Jenis (dalam%)
I
II
III
IV
2800
2800
2800
2800
45
45
45
45
45
375
375
375
375
375
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1 hari minimum
120
3 hari minimum
84
70
211
7 hari minimum
148
127
56
105
28 hari minimum
246
246
141
211
Panas hidrasi(kal/g)
7 hari
70
28 hari
80
Kekekalan pemuaian
dalam autoclave
maksimum
Kuat tekan (kg/cm2)
Sumber : Cement Standarts of The World, Portland cement and its derivatives,
Cemberau, Paris, 1998
3.4.2
Blended Cement
Semen ini dibuat karena dibutuhkan sifat khusus yang tidak dimiliki oleh
semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut maka diperlukan bahan
lain sebagai tambahan. Contoh :
a. Semen Portland Pozzolan (PPC)
Semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling bersama-sama terak Semen
Portland, gypsum dan bahan pozzolan. Pozzolan merupakan bahan yang
mengandung senyawa silika dan alumina yang tidak mempunyai sifat mengikat
seperti semen akan tetapi bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka
senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu
biasa membentuk senyawa yang memiliki sifat-sifat seperti semen (kalsium silikat
dan kalsium aluminat hidrat). Macam-macam Pozzolan :
1. Pozzolan alam (Natural Pozzolan)
Pozzolan yang terdapat di alam, seperti abu vulkanis atau purnice, tanah
diatome atau tufa.
2. Pozzolan buatan (Africal Pozzolan)
Pozzolan yang terdapat dari hasil pembakaran tanah liat, pembakaran
batubara, berupa abu terbang (fly ash) dan abu sekam.
Tabel 2. Komposisi kimia trass dan fly ash
Unsur kimia
Trass (%)
Fly Ash (%)
SiO2
45-72
40-60
Al2O3
10-18
20-26
Fe2O3
1-6
4-7
CaO
MgO
0,5-3,0
1-2
SO3
0,3-1,6
0,3-0,6
Alkali
2,5-5
LOI
3-14
1-10
Tabel 3. Mutu Pozzolan sesuai dengan ASTM C 618-96
Class
N
F
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 min (%)
70,0
70,0
SO3, maks (%)
4,0
5,0
Kadar air maks (%)
3,0
3,0
Hilang pijar, maks (%)
10,0
10,0
Alkali sbg Na2O, maks (%)
1,5
1,5
C
70,0
5,0
3,0
10,0
1,5
dengan
75,0
75,0
75,0
75,0
75,0
75,0
sedang.
Semen Portland Pozzolan Jenis B
Semen Portland Pozzolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan adukan
beton dimana kekuatan awal yang tinggi tidak disyaratkan, serta adukan beton
tersebut tahan terhadap sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
1. Jenis IP-U yaitu yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan
adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu yang dapat digunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan
beton, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu yang dapat digunakan untuk pembuatan beton dimana tidak
diisyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K yaitu yang dapat digunakan untuk pembuatan beton dimana tidak
diisyaratkan kekuatan awal yang tinggi setra untuk tahan sulfat sedang dan
panas hidrasi sedang.
Sifat-Sifat Fisika Semen Portland Pozzolan antara lain:
a. Sifat pengerjaan (Work ability)
Campuran beton dan mortar menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC)
mempunyai sifat pengerjaan (workability) yang lebih mudah dan lebih baik dari
pada campuran menggunakan Semen Portland jenis I (PC I). hal ini terlihat bahwa
adukan mortar atau beton menggunakan Portland Pozzolan (PPC) memiliki
plastisitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan Semen
Portland jenis I (PC I). Dengan nilai slup yang sama akan diperoleh bahwa beton
menggunakan PPC lebih workable dari PC I, dan factor kepadatan beton
menggunakan PPC menjadi lebih tinggi dari beton yang menggunakan PC 1.
b. Waktu Pengikatan
Penambahan Pozzolan pada Semen Portland akan memperpanjang waktu
pengikatan. Selisih waktu pengikatan akhir antara Semen Portland Pozzolan
menurut SNI 15-2049-94 dan SNI 15-0302-94 sebesar 45 menit.
c. Panas hidrasi dan suhu beton
Apabila semen ditambahkan air, maka akan terbentuk Ca(OH)2 sebanyak
kurang lebih 30 % bagian berat semen, menurut persamaan reaksi:
2(3CaO.SiO2) + 6H2O
3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O
3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida berjalan
lambat, sehingga berkembangnya panas selama proses hidrasi berjalan lambat.
Karena hidrasi berjalan lambat maka Semen Portland Pozzolan (PPC) mempunyai
panas hidrasi yang lebih rendah dari Semen Portland Jenis 1 (PC 1), dan relative
sama dengan Semen Portland jenis II (PCII). Panas hidrasi semen berhubungan
erat dengan suhu beton, sehingga beton yang menggunakan Semen Portland
Pozzolan (PPC) akan mempunyai suhu beton yang lebih rendah dari beton yang
menggunakan Semen Portland jenis 1 (PC1).
d. Kekuatan tekan
Dengan penambahan bahan Pozzolan pada Semen Portland, maka akan
menurunkan kekuatan awal. Oleh karena pada Semen Portland Pozzolan (PPC)
masih terjadi reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida
yang berjalan terus dalam waktu yang lama, maka kekuatan PPC pada umur yang
lama akan bisa lebih tinggi dari Semen Portland jenis 1 (PC1).
e. Keawetan (durability)
Sebagaimana diketahui kalsium hidroksida hasil reaksi semen dengan air
adalah basa kuat, sehingga beton tidak tahan terhadap asam dan lingkungan yang
mengandung garam atau sulfat. Dengan adanya Pozzolan, maka peranan kalsium
hidroksida akan diperkecil, karena kalsium hidroksida akan bereaksi dengan silica
dan alumina aktif yang berasal dari Pozzolan membentuk kalsium silikat hidrat
(CSH) dan kalsium silikat hidrat (CASH), menurut persamaan:
Ca(OH)2 + AS CSH + CASH . Sehingga dengan berkurangnya Ca(OH)2 beton
akan mempunyai ketahanan yang lebih baik. Disamping itu, dengan adanya
Pozzolan juga akan memperkecil kandungan C 3A, sehingga beton akan lebih
tahan terhadap garam dan sulfat.
1. Proses Hidrasi Semen Portland Pozzolan
Semen Portland Pozzolan : Semen Portland + Pozzoland
Semen Portland + air
Pozzoland + Ca(OH)2 + air
CSH + Ca(OH)2
CSH + CASH
3. Konstruksi bangunan di tepi pantai, bangunan dan saluran irigasi, dan tempattempat dengan lingkungan garam agresif, dimana diperlukan bangunan yang
tahan terhadap serangan garam sulfat.
4. Bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi dan
bak penampungan air.
5. Pekerjaan plesteran yang membutuhkan sifat pengerjaan yang plastis dan
permukaan yang lebih halus.
b. Portland Blast Furnace Slag Cement
Bahan tambahan berupa kerak dapur tinggi (Blast furnace slag). Kerak (slag)
adalah bahan non metal hasil samping dari pabrik pengecoran besi dalam tanur
(dapur tinggi) yang mengandung kapur silika, alumina atau kalsium silikat dan
kalsium alumina silikat.
3.4.3
bahan pozzolan dengan kapur padam atau dengan cara mengaduk bahan pozzolan
halus dengan kapur padam. Semen ini dapat digunakan untuk adukan, plesteran
dan beton dengan mutu setinggi-tingginya (untuk kontruksi non struktural).
3.4.4
hidrolis
yang
berwarna
putih,
dihasilkan
dengan
cara
Semen Portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat
inert. Semen ini digunakan untuk semua tujuan dalam pembuatan adukan semen
dan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
3.4.6
agent dalam jumlah kecil seperti calcium, aluminium atau logam stearat lainnya.
Semen ini dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan
hidrostatik, misalnya tangki penyimpanan bahan kimia.
3.4.7
menghasilkan beton dengan kecepatan pengerasan yang cepat dan tahan terhadap
asam sulfat, namun tidak tahan terhadap alkalis (NaOH). Penggunaan HAC antara
lain: Refractory Concrete, Heat resistant Concrete, Corrosion resistant Concrete.
3.5
Komposisi Semen
Komposisi semen terdiri atas senyawa-senyawa utama(mineral-mineral
potensial sebagai penyusun semen yang terbentuk dari keempat oksida utama
yaitu antara lain:
a. C3S : Trikalsium Silikat, 3 CaO.SiO. Sifatnya hampir sama dengan sifat
semen, yaitu apabila ditambahkan air maka akan menjadi kaku dalam
beberapa jam. C3S menunjang penyusunan kekuatan awal semen tinggi dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 500 joule/gram. Kandungan C 3S
pada semen Portland bervariasi antara 35%-55% dan rata-rata 45%.
b. C2S : Dikalsium Silikat, 2CaO.SiO3. Pada penambahan air segera terjadi reaksi
menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250
joule/gram. Pasta yang mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan
lambat pada beberapa minggu, kemudian mencapai kekuatan tekan akhir
hampir sama dengan C3S. Kandungan C2S pada semen Portland bervariasi
antara 15%-35% dan rata-rata 25%
c. C3A : Trikalsium Aluminat, 3CaOAl2O3. Dengan air bereaksi menimbulkan
panas hidrasi yang tinggi yaitu kurang lebih 850 joule/gram. Perkembangan
kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi sangat rendah. Kandungan
C3A bervariasiantara 7%-15%.
d. C4AF : Tetra Calsium Alumino Ferrite, 4CaO.Al 2O3.Fe2O3. Dengan air
bereaksi cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas
hidrasi kurang lebih 420 joule/gram. Kandungan C4AF pada Semen Portland
bervariasi antara 5-10% dan rata-rata 8%. Ini mempengaruhi warna abu-abu
dari semen.
3.6
Dalam industri semen diperlukan bahan baku yang dibagi sesuai fungsinya
sebagai berikut :
a. Bahan baku utama
b. Bahan koreksi
c. Bahan tambahan
3.6.1 Bahan baku utama
Bahan baku utama terdiri dari batuan-batuan alam yang tergolong sebagai
Calcareous Material atau Carbonatic Materials yang mengandung CaCO3, Al2O3
dan Fe2O3 (contohnya limestone) dan Argillaceous Materials atau Siliceous
Materials yang mengandung SiO2, Al2O3 dan Fe2O3 (contohnya: silica stone dan
clay).
Spesifikasi bahan baku utama :
a. Batu kapur
Pemilihan jenis batu kapur yang akan digunakan akan menentukan kualitas
produk yang akan dihasilkan serta kemudahan pengolahan. Batu kapur yang
termasuk kedalam mineral calcareous adalah batuan yang mengandung CaCO3
lebih dari 75% seperti : limestone, chalk dan marl. Batu kapur yang sering
digunakan adalah tipe limestone. Hal ini disebabkan karena limestone lebih
mudah digiling dan dihomogenisasikan serta mengandung silikat sehingga dalam
pembuatan raw mix (bahan baku klinker) hanya dibutuhkan sedikit bahan
argillaceous. Daerah penambangan batu kapur dikelompokkan menjadi 5 daerah
berdasarkan kandungan CaO. Pembagian daerah tersebut antara lain :
1. Batu kapur CaO > 55% disebut super grade
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
2.
3.
4.
5.
Fase
: Padat
2.
Warna
: Putih Kekuningan
3.
Kadar Air
: 7-10% H2O
4.
Bulk density
: 1,3 ton/m3
5.
Spesifik grafity
: 2,4 gr/cm3
6.
7.
8.
Kuat tekan
: 31,6 N/mm2
9.
Silica ratio
:2,60
10.
Alumina ratio
: 2,57
kurang dari 75%. Tanah liat yang mengandung cukup kandungan SiO2 maka pada
saat pembuatan semen tidak memerlukan bahan koreksi yaitu bahan silika.
Pembagian kualitas tanah liat dari kuari yang ditambang adalah
Tanah liat Al2O3 > 15% disebut high alumina dan tanah liat Al 2O3 > 15% disebut
low alumina. Komponen tanah liat dalam keadaan kering adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
1.
SiO3
: 48%
Al2O3
: 20%
Fe2O3
: 8%
Sifat Fisik
a.
Fase
: Padat
b.
Warna
c.
Kadar air
: 18-25% H2O
d.
Bulk density
: 1,4 ton/m3
e.
Spesifik gravity
: 2,36 gr/cm3
f.
g.
Silica ratio
h.
Alumina ratio
: 2,30
: 2,70
2. Sifat kimia
a. Mengalami reaksi pelepasan hidrat bila dipanaskan pada suhu 5000C:
Al2SiO7.xH2O Al2O3 + SiO2 + xH2O
b. Warna tanah liat adalah putih, tapi jika mengandung besi atau organik akan
berwarna coklat.
c. Tanah liat menjadi keras jika ditambah air dan berkurang sifat keliatan jika
dibakar.
3.6.2
Bahan Koreksi
Bahan koreksi yang dipakai hanya pabila terjadi kekurangan salah satu
: 8-13%
2) Fe2O3
: 70-80%
Fase
: padat
b.
Warna
: hitam
c.
Bulk density
: 1,8 ton/m3
d.
Ukuran material
: 0-50 mm
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaCO3
MgCO3
H2O
: 90-95%
: 2-4%
: 6,07%
: 1,9%
: 1,27%
: 12,21%
Fase
: padat
b.
Warna
: abu-abu
c.
Kadar
: 10-25% H2O
d.
Bulk density
: 1,45 ton/m3
e.
Spesifik gravity
: 2,37 gr/cm3
f.
Ukuran material
: 0-30 mm
g.
Silica ratio
: 5,29
h.
Alumina ratio
: 2,37
Bahan Tambahan
Bahan baku yang ditambahkan kedalam raw mix atau terak, untuk
Gypsum
: minimal 53% SO3, gunanya untuk mengatur setting time
CF2
: minimal 30% F untuk improvement burnability
Blast Furnace Slag: untuk memenuhi kebutuhan sifat-sifat tertentu
Pozzolan
: untuk memenuhi kebutuhan sifat-sifat tertentu
Fly ash
: untuk memenuhi kebutuhan sifat-sifat tertentu
: Padat
Warna
: putih kotor
Kadar air
:10% H2O
SiO2 : 45-72 %
Al2O3 : 10-18 %
Fe2O3 : 1-6 %
MgO : 0,5-3 %
SO3 : 0,3-1,6 %
LOI : 3-14 %
Trass ditambahkan pada klinker dengan tujuan untuk menambah kekuatan semen.
Syarat trass yang baik adalah :
a. Mempunyai pozzolan activity minimal 55 atm
b. Kandungan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 kurang dari 70%
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pabrik Tuban yang memiliki fungsi kerja dan tugas yang berbeda beda tetapi
saling berkesinambungan dan saling berkoordinasi dalam proses produksi semen.
Beberapa unit kerja tersebut, antara lain : Pengendalian Proses, Perencanaan dan
Pengawasan Tambang, Operasi Crusher, Operasi RKC 3, Operasi Finish Mill
3&4, Jaminan Mutu, Operasi Utilitas, Perencanaan Bahan dan Produksi, Evaluasi
Proses, Pengujian Bahan, Material Ketiga, Bahan Bakar Alternatif.
4.1.1
semen dari awal sampai akhir sehingga dapat mengontrol komposisi semen pada
range yang sudah ditetapkan. Adapun komposisi dari semen yaitu CaO, Fe 2O3,
Al2O3, dan SiO2 dengan perbandingan khusus yang diatur oleh DCX secara
otomatis. Pengukuran kualitas semen yang dilakukan oleh unit kerja ini di antara
lain : uji kuat tekan, uji tahan asam, uji keretakan (freelamb) yang menunjukan
kadar CaO yang bereaksi yang meliputi uji MESS (kehalusan) batas minimumnya
sebesar 03300 cm2/g, uji LOY, dan uji ITSOL. Lalu banyaknya SO 3 diukur dengan
menggunakan X-ray bila kadar SO3 sedikit akan cepat keras semen tersebut.
Dalam Unit Kerja Pengendalian Proses memiliki ketetapan, yaitu:
menggunakan alat robotic dengan prinsip yang sama dengan yang manual, tetapi
juga dengan pengawasan pekerja sendiri. Kelemahan dan kendala dalam
pengendalian proses secara manual adalah sering tidak tercapainya LSF yang
pembagian kerja secara umum, yaitu : bagian yang melakukan kerja oleh
kontraktor anak usaha dan bagian yang mengawasi oleh subunit operasi tambang
yang juga bertugas melakukan perencanaan plot kawasan tambang dalam RJP
(Rencana Jangka Panjang). Proses pengawasan dilakukan bersinergi antar unit
kerja dalam biro pertambangan. Hasil dari pengawasan dan perkembangan kerja
tambang selanjutnya dilakukan koreksi melalui sebuah meeting dan juga
pengawasan intensif dengan HT, jaringan wireless, dan sharing document setiap
harinya. Pengawasan untuk pengujian tambang dilakukan dengan teknik sampling
dan diuji dalam laboratorium tiap harinya.
Penambangan dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui alat dan melalui
peledakan. Pada penggunaan alat, digunakan alat alat besar misalnya crusher
yang melakukan penggalian dan pemecahan tanah kapur yang sangat keras dan
dump truck yang digunakan untuk penimbunan hasil kerukan yang selanjutnya
akan dibawa menuju storage. Sementara itu, jika melalui teknik peledakan, bahan
peledakan yang digunakan adalah ANFO (AMONIUM NITRAT FOIL) yang
disulut menggunakan detonator dan dynamit. Prinsip kerja peledakan ini adalah
memberikan gaya horizontal pada antar batu, sehingga terbentuk lubang besar.
Keuntungan jika menggunakan alat yaitu tidak menimbulkan keributan
besar jika kawasan tmabang tersebut terletak dekat pemukiman warga, sedangkan
kekurangannya yaitu membutuhkan banyak bahan bakar solar untuk kerja alat
tersebut. Bila menggunakan alat ini hanya mampu menimbun hasil tambang
sebanyak maksimal 3500 ton dan satu jam alat dumptruck membutuhkan 10 liter
solar. Sementara itu, jika menggunakan bahan peledak keuntungannya adalah
diperoleh hasil tambang yang lebih banyak dan jika dikalkulasikan bahan peledak
yang digunakan (ANFO) relative lebih murah. Akan tetapi, kerugian dengan
menggunakan teknik tambang ini adalah menimbulkan suara yang cukup bising
sehingga plot penambangan hanya terbatas pada kawasan yang jauh dari
pemukiman warga.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penambangan dengan
teknik ledakan di antara lain getaran yang dihasilkan maksimal sebesar 5 mm/s,
kebisingan yang ditimbulkan maksimal sebesar 120 dB, debu, dan safety.
Kendala yang sering dihadapi saat penambangan yaitu banyak alat besar
yang rusak akibat kerasnya batu kapur. Solusi untuk problem tersebut adalah
dengan digunakan bahan peledak. Sedangkan dalm penambangan tanah liat yaitu
hujan karena tidak dapat dilakukan penambangan.
Hubungan kerja antar unit, yaitu pada seksi perencanaan melakukan plan
untuk memilih kawasan penambangan dengan mempertimbangkan RJP(rencana
jangka panjang), selanjutnya seksi perencanaan tersebut akan dilanjukan menuju
seksi pengawasan tambang yang berlanjut hingga seksi operasi tambang.
4.1.3
2. Corection pile, merupakan batu kapur murni atau memiliki kadar CaO tinggi.
Corection pile berdasarkan kehalusannya, dibagi menjadi dua tipe yaitu kapur
kasar (40%) dan kapur halsus (60%).
Fungsi alat crusher yaitu untuk menghancurkan batu kapur dan tanah liat
agar menjadi mix pile dan corection pile. Operasi crusher dibagi menjadi dua shift
dan kapasitas kerja lat crusher sekitar 1800-1850 ton/jam. Inspeksi mesin cruher
dilakukan tiap hari, tetapi pengecekan secara tercatat dilakukan seminggu sekali.
Alur kerja sistem operasi crusher yaitu pertama pengangkutan hasil
tambang dengan menggunakan dump truck, kemudian dimasukkan dalam Hopper.
Di bawah hopper terdapat alat angkut wisbbler feeder untuk mentransport batu
kapur ke limestone crusher. Limestone crusher merupakan alat penghancur tipe
hummer mill yang prinsip kerjanya seperti palu. Setelah hancur, bahan baku
tersebut masuk ke celah-celah greezle dan diangkut oleh belt conveyor lalu masuk
ke dalam surge bin yang kapasitasnya max 500 ton. Setelah volume surge bin
mencapai 50%, material batu kapur dikeluarkan ke transport pile menuju surge
bin. Selanjutnya semua batu kapur yang keluar dari surge bin ditimbang atau
diukur feed batu kapur yang keluar dari surge bin tersebut oleh alat ukur yang
bernama belt weight dengan satuan ton/jam.
Selanjutnya kendala-kendala yang sering dialami dalam proses crusher
antara lain :
1. Rantai chains sprocket webler putus, yang diatasi dengan perbaikan rantai.
Sementara itu, operasi dialihkan ke limestone crusher cadangan.
2. Batu kapur yang terlalu besar ( >80 cm), diatasi dengan penghancuran ulang.
3. Clay menggantung & lengket pada dinding, diatasi dengan cara dipasang
deflector belt.
4. Splacing belt convenyor rusak, diatasi perbaikan atau jika kondisi kerusakan
terlalu parah, maka dilakukan splacing ulang.
5. Problem LQ, problem ini jarang terjadi namun problem ini akan terjadi saat
air dalam LQ berkurang.
Hubungan antar unit kerja seksi operasi crusher saling berkoordinasi
dengan unit kerja terkait, antara lain :
1. Untuk perencanaan pile dan operasionalnya,
berkoordinasi
dengan
seksi
pengawasan
dan
seksi operasi
perencanaan
crusher
tambang,
dan melakukan preventif maintenance alat-alat tersebut. Input dari RKC 3 berupa
raw material yang tediri atas batu kapur, tanah liat, mix pile (campuran batu kapur
dan tanah liat). Sementara itu, output dari RKC 3 berupa clinker.
Proses dari RKC 3 dimulai dari mix pile ditransportasikan dengan
menggunakan belt conveyor menuju bin, bin sendiri dibagi menjadi empat Antara
lain mix bin, high grade bin, silica bin, dan besi bin. Pada mix bin dan high grade
bin alat transportasinya menggunakan apron sedangkan pada silica bin dan besi
bin alat transportasinya belt conveyor. Setelah itu ditimbang untuk menentukan
komposisinya yang akan dilakukan pencampuran di belt conveyor. Dari belt
conveyor akan dimasukkan dalam rawmill, didalam rawmill ada 3 prinsip
diantaranya pengeringan, pencampuran dan size reduction. Didalam rawmill
disemburkan udara panas. Setelah melalui rawmill material tersebut ditarik oleh
fan melewati siklon, didalam siklon terjadi pemisahan dari padatan dan gas secara
gravitasi. hasil pemisahan yang berbentuk gas mengalir melalui EP (Electrostatic
Precipitator) gas tersebut dibuang dalam bentuk flue gas yang sebagian besar
berupa karbondioksida, sedangkan hasil pemisahan yang berupa padatan
ditransportasikan menuju homo silo dengan menggunakan air slide dan bucket
elevator. Dari Homo Silo material ditransportasikan melalui air slide menuju
preheater untuk pemanasan awal. Sumber panas tersebut berasal dari kiln dan
cooler. Di dalam preheater terdapat 4 stage, yaitu stage 1 dengan distribusi suhu
310-3300C, stage 2 dengan distribusi suhu 520-5500C , stage 3 dengan distribusi
suhu 680-7200C , dan stage 4 dengan distribusi suhu 810-8400C. Setelah melewati
stage 1 hingga stage 3, maka material dialirkan menuju calciner. Pada calciner
terjadi reaksi kalsinasi sebanyak 95% adapun reaksi kalsinasi sebagai berikut.
CaCO3
CaO + CO2
Selanjutnya dari calciner akan dialirkan menuju ke stage 4 dan baru masuk ke
dalam kiln. Lalu material yang mengandung CaO tersebut yang telah masuk ke
dalam kiln akan mengalami pemanasan dengan suhu 1450 0C yang akan bereaksi
dengansilica, alumina, dan pasir besi yang membentuk suatu mineral yaitu :
1. 3CaO.SiO2 atau C3S (Trikalsium silikat) yang berpengaruh besar terhadap
penyusun kuat tekan awal.
2. 2CaO.SiO2 atau C2S (dikalsium silikat) yang berpengaruh besar terhadap
penyusun kuat tekan akhir.
3. 3CaO.Al2O3 atau C3A (trikalsium aluminat) yang berpengaruh terhadap
pemercepat pengeringan semen.
4. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF (tetrakalsium aluminoferrit) sebagai pewarna
dari semen.
5. CaO freelime, kadar yang dibutuhkan hanya sekitar 0,9 1,5 % saja. Jika
kadar CaO terlalu tinggi, maka kadar C3Snya rendah dan sebaliknya. Hal ini
diakibatkan oleh pembakaran yang tidak sempurna. Jika hal tersebut terjadi,
klinker yang dihasilkan terlalu lembut dan berwarna putih, sehingga akan sulit
dihandlling dalam finish mill dalam proses grinding yang dilakukan oleh ball
mill. Akibatnya akan dihasilkan dust yang berlebih. Selain itu untuk Cao
freelime terlalu tinggi akan menyebabkan pemuaian volume sehingga akan
merusak produk semen.
Selanjutnya hasil akhir dari proses pemanasan di kiln tersebut berupa terak
(clinker). Kemudian terak masuk ke dalam cooler. Di dalam cooler tersebut,
terjadi proses quenching atau pendinginan mendadak agar tidak terjadi reaksi
balik. Dari cooler akan dibawa menuju ke dome dengan menggunakan drag
bucket yang selanjutnya akan diteruskan ke dalam finish mill.
Target dari RKC 3 sebesar 8300 ton per hari dalam bentuk clinker di
Tuban 3. Sementara itu, Kendala yang sering terjadi di RKC 3 adalah kendala
dalam mekanik, human resource , dan elektrikal serta proses.
Seksi RKC3 terdiri dari 6 regu, yaitu sebagai berikut.
1. Regu Operasi Kiln dan Coal Mill terdiri dari 8 orang yang terbagi atas 4
kepala regu dan 4 pelaksana.
2. Regu Operasi Raw Mill terdiri dari 8 orang yang terbagi atas 4 kepala regu
dan 4 pelaksana.
3. Regu Operasi CCR Kiln dan Coal mil yang hanya terdiri dari 4 kepala regu.
4. Regu CCR Raw Mill hanya terdiri dari 4 kepala regu.
pada dome yang dihasilkan dari seksi RKC 3. Selanjutnya fungsi dari seksi
finishmill adalah mengeolah clinker dari proses RKC 3 sampai diperoleh semen
yang siap packing yang disimpan dalam beberapan silo.
Peralatan pada seksi finishmill dibedakan menjadi dua, yaitu ball mill (cup
mill) yang digunakan pada Tuban 3 dan vertical mill yang digunkan pada Tuban 4.
Pada ball mill digunakan penghalus yang berupa bola-bola besi (greeding ball)
sedangkan pada vertical mill menggunakan alat yang berbentuk roll untuk
menghaluskan clinker, vertical mill ini lebih hemat listrik, efisien dan desain
kapasitasnya lebih besar, hal ini disebabkan rangkaian alat-alat penghalusnya
tersusun pada satu mesin.
Proses dari seksi finishmill pada tuban 3 yang menggunakan ball mill
adalah sebagai berikut, clinker yang berada dalam dome ditransportkan dengan
menggunakan belt convenyor, terdapat 4 belt convenor utama yang digunakan
yaitu, BC1, BC2, BC3, dan BC4. Selanjutnya material dari belt convenyor
tersebut, diangkat oleh bucket elevator menuju bin clinker, terdapat 4 bin clinker
utama yaitu bin fly ash, bin gypsum, bin batu kapur, dan bin trass, yang
selanjutnya turun melalui weight feeder dan ditentukan komposisinya oleh
laboratorium. Jika produknya berupa PPC maka dengan adanya tambahan trass,
langsung masuk kedalam Bucket 1 melalui BC2 menuju ke bin HRC (hydrolic
roll crusher), didalam HRC terjadi pemisahan material yang kurang halus dan
sangat halus, pada material yang sangat halus akan menuju BC 3 dan masuk ke
dalam mill, sedangkan pada material kurang halus akan di recycle untuk
kestabilan operasi dan masuk kembali bin HRC melalui BC4. Pada produk OPC
tanpa adanya penambahan trass langsung menuju kedalam mill melalui BC 5,
didalam mill terdapat bola-bola besi yang selanjutnya keluar menuju air slide
yang diangkut oleh bucket elevator. Selanjutnya dipisahkan didalam separator
yaitu paling halus, halus, dan kasar. Produk yang paling halus ditangkap oleh dept
filter dan yang halus terangkat oleh siklon menjadi produk, sedangkan yang kasar
masuk kembali kedalam mill untuk dilakukan pengolahan lagi melalui bucket
elevator.
Pada Tuban 4 digunakan vertical mill yang prinsipnya sama dengan
ballmill, akan tetapi didalam clinkernya terdiri dari 6 roda yang terdiri dari 3 roda
besar ( m-roll) dan 3 roda kecil (s-roll). Yang membedakan ballmill dengan
vertical mill adalah pada vertical mill didalam DB4 dihembuskan udara
panas( >800C) yang bertujuan untuk mengangkat material, apabila suhunya
(<800C) maka terjadi vibrasi jalannya material tidak bisa mulus.
Target dari seksi Finishmill yaitu 215 ton/jam sehing dalam satu hari
diperoleh 5160 ton / hari. Kendala dari Tuban 3 yang mengguanakan ballmill
sering terjadi masalah pada greeding ball yang aus atau slotnya buntu, sementar
pada tuban 4 yang menggunakan vertical mill yaitu sering terjadi masalah pada
hydrolic dan terjadi vibrasi (batas vibrasi <16mm/s). Produk dari seksi finishmill
berupa OPC, yang terdiri dari klinker 85-90%, zat aditif gypsum 3%, dan sisanya
batu kapur (dolomit). Produk yang kedua adalah PPC, yang terdiri dari klinker 7075%, zat aditif berupa trass 18% dan gypsum 3%. Jika penambahan zat aditif
semakin banyak maka profit yang dihasilkan semakin tinggi.
Hubungan unit kerja seksi finishmill yaitu memperoleh material berupa
klinker dari seksi RKC3, sementara produk yang dihasilkan dikoneksikan menuji
seksi packer.
4.1.6
bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, bahan bakar alternatif, dan produk
semen. Ruang lingkup jaminan mutu hanya terbatas pada incoming material dan
produk jadi yang pengujiannya disesuaikan dengan parameter uji di SNI. Pada
incoming material terdiri atas bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, bahan
bakar alternative. Dalam bahan baku terdiri atas:
a. pasir silica
b. pasir besi atau copper slag
Sedangkan pada bahan penolong terdiri dari :
a. gypsum
b. fly ash
c. batu trash
Lalu pada bahan bakar yang digunakan terdiri dari :
a. Batu bara
b. IDO (Industry Diesel Oil) : digunakan saat heating up / pemanasan awal kiln.
Selanjutnya pada bahan bakar alternatif di antaranya :
a. Sekam
b. Cocofeat
Proses pengadaan material ada yang diperoleh dari transaksi dengan pihak
luar yang berupa bahan baku dan bahan penolong, dimana penerimaannya
dimonitoring kualitasnya oleh jaminan mutu. Uji yang dilakukan oleh jaminan
mutu terhadap semen terbagi menjadi dua kelompok uji yaitu uji fisika dan uji
kimia. Uji kimia terdiri dari :
pengujian oksida : menggunakan alat X-ray untuk menentukan oksida dari
a.
SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO, CaO, dan SO3
LOI ( Loss On Ignation) atau hilang pijar : diukur melalui metode gravimetri.
b.
INSOL atau bagian tidak larut : diukur dengan metode gravimetri.
c.
Freelime (F-CaO) : dihitung berdasarkan besar adsorbsi ammonium asetat.
d.
Selanjutnya uji fisika terdiri dari :
a. Kehalusan: digunakan dua metode, yaitu :
1. Sieve ( ayakan ) : digunakan alat sieve 45 (325 mesh).
2. Blaine : digunakan alat manometer blaine dengan metode permeability
yang menggunakan cairan organic oil.
b. Setting time / waktu pengeringan yang berfungsi melihat kecepatan
pengeringan pada pasta semen. Terdapat tiga pengujian yaitu :
1. vicat
2. initial set (setting awal) : waktu dari pencampuran semen dengan air sampai
menjadi pasta semen yang hilang sifat keplastisannya.
3. Final set : waktu antara terbentuknya pasta semen sampai semen mengeras
c. Autoclave expantion atau pemuaian semen.
d. False set (kekakuan palsu) : samepl yang diuji hanya sesaat setelah dicetak
dan setelah 5 menit pencetakan. Dihitung sebagai presentasi. Besar jarum
yang digunakan untuk menguji sebesar 10 mm.
e. compressive strength atau uji kekuatan semen : pengujian semen pada
tenggang waktu 3 hari, 7 hari, dan 28 hari.
Berikut tabel dari parameter uji SNI dan yang digunakan pada pabrik.
Tabel 4. Parameter Uji pada SNI dan Parameter yang Digunakan Pabrik
NO.
SNI
PENGUJIAN
OPC
PPC
OPC
PPC
LOI
INSOL
BLAINE
(KEHALUSAN)
>240
>240
>330
>360
> 45
menit
>45
menit
>90
menit
>120
menit
SETTING TIME
AKHIR
<360
menit
>420
menit
>240
menit
>300
menit
COMPRESIVE
STRENGHT 3 HARI
140
125
220
220
COMPRESIVE
STRENGHT 7 HARI
85
280
280
COMPRESIVE
STRENGHT 28 HARI
350
350
bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air hydrant dan air untuk penyiraman
diberbagai area pabrik.
Selanjutnya pada Proses Pengendapan Air dilakukan dengan dua cara yaitu
: secara alami dan secara kimiawi. Pada pengendapan secara alami air baku
didiamkan didalam raw water reservoir beberapa saat lamanya sehingga partikel
yang besar akan bisa mengendap ke bagian dasar. Sedangkan pada pengendapan
secara kimiawi air baku yang sudah diendapkan secara alami dipompa masuk ke
dalam clarifier, pengendapan dan diinject dengan chemical PAC sebagai koagulan
(pembentuk inti floc) dan kaporit sebagai desinfektan. Proses Pengendapan air
terjadi di clarifier ini dimana kumpulan kotoran / floc akan mengendap dan
dikeluarkan melalui saluran drainase, sedangkan air akan bergerak ke atas
sehingga overflow dan masuk kedalam suatu filter kemudian air ditampung di
dalam tangki-tangki air. Air ini sudah dalam kondisi air bersih tetapi
kesadahannya masih tetap tinggi (TH: 200-250ppm) serta pH tetap 7 / normal.
Pada tahap selanjutnya air sudah bisa didistribusikan ke seluruh bagian pabrik
untuk memenuhi kebutuhan penunjang produksi (dipakai sebagai water spray) dan
memenuhi kebutuhan sanitasi perkantoran serta unit-unit kerja.
Pada Proses Pelunakan Air metode yang digunakan hamper sama dengan
metode proses pengendapan kimiawi, hanya saja chemical yang diinjeksikan
berbeda yaitu berupa kapur aktif (CaO) dan soda ash (Na 2CO3). Output dari proses
ini berupa air lunak dengan kondisi bersih, berkesadahan rendah (0-60 ppm) dan
pH 8 atau 9 sehingga cocok digunakan untuk air pendingin (cooling water) pada
Cooling Tower karena lebih aman dari timbulnya kerak dan terjadinya korosi.
Cooling Tower atau menara pendingin berfungsi untuk menurunkan
temperature air panas return dari heat exchanger menjadi lebih dingin beberapa
derajat sehingga air siap kembali untuk dialirkan ke heat exchanger sebagai
pendinginnya. Dalam operasionalnya cooling tower memerlukan beberapa
perawatan di antaranya : mekanikal dan elektrikal, cleaning menara dan basinnya
kemudian treatment cooling tower dari scaling, korosif dan lumut.
Kendala yang pernah dialami / terjadi bisa disebabkan oleh faktor manusia
(human error), alat, mesin, metode, dan lingkungan kerja. Kegiatan di unit kerja
ini akan dilaporkan oleh pimpinan seksi kepada biro pengendalian proses.
Selanjutnya berikut adalah bagan susunan organisasi unit kerja Operasi Utilitas.
4.1.8
dan proses di lapangan. Terdapat kegiatan yang dilakukan oleh Evaluasi Proses,
yang terdiri dari kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap 1 bulan / 3 bulan / 6
bulan sekali untuk melaporkan kinerja alat pada Tuban 1, Tuban 2, Tuban 3, dan
Tuban 4 serta kegiatan non rutin yang didasarkan ketika terjadi trouble, sebagai
contoh trouble pada kiln, coal mill, atau raw mill yang tak terprediksi
kerusakannya. Contoh yang lain, mengevaluasi kesesuaian alat yang telah
dimodifikasi.
Evaluasi
proses
juga
melakukan
pengecekan
ulang
terhadap
hexagonal). Apabila hasil tersebut tidak sesuai dengan standard, maka akan
diketahui ketidaksesuaian prosedur selama proses.
4.1.10 Unit Kerja Pengujian Bahan
Tugas dari seksi pengujian bahan adalah menguji barang yang masuk
sebelum ke proses produksi. Fungsi dari seksi pengujian bahan adalah sebagai
sarana penunjang yang mendukung kelancaran produksi berdasarkan kualiatas
bahan yang diterima. Barang yang diuji yaitu batu bara, IDO (Industry Diesel
Oil), solar, kertas, air, dan semen. Berikut di bawah ini adalah penjelasan masing
masing barang yang diuji.
1. Kertas yang dianalisis harus memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan oleh
perusahaan. Untuk analisis kertas diuji berdasarkan kuat Tarik, kuat sobek,
gramatur atau ketebalan (kg/m2). Jika ketebalan semakin besar maka
pemakaian selulosa semakin banyak, maka biaya pembuatannya juga akan
semakin tinggi.
2. Untuk batu bara pengujiannya sama dengan jaminan mutu namun beda basis
analisisnya. Kalo di seksi pengujian bahan menggunakan AR (Arsesive),
sedangkan untuk di gresik menggunakan ADB. Pengujian batu bara meliputi
TM, inhern moisture, calorimeter, volatilmeter, dan kadar sulfur.
3. IDO dipakek untuk proses awal pemanasan kiln. Yang dianalisa dari IDO
adalah flash point, kadar air, kalori, viskositas, dan berat jenis.
4. Untuk solar digunakan untuk alat-alat berat. Untuk pengawalan solar yang
diawasi adalah adanya pengoplosan solar yang dilakukan oleh pihak yang
curang.
5. Untuk air, seksi pengujian bahan menganalisis air buangan, dan air baku setiap
sebulan sekali apakah masih layak atau tidak sesuai dengan parameter yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Seksi pengujian bahan memiliki satu lab batu bara, lab kertas, lab fisika,
dan lab kimia. Lab kimia sendiri terdapat dua yaitu lab kimia air dan lab kimia
semen. Lab semen ini sendiri sama seperti yang diuji pada seksi pengendalian
proses dan jaminan mutu. Parameter yang diuji adalah pengujin oksida, CaO
freelamb, dan bagian yang tidak terlarut, namun beda pengujiannya. Kalau di
pengendalian proses pengujiannya menggunakan instrumental sedangkan pada
seksi pengujian bahan menggunakan metode konvensional/wet analisis. Untuk lab
fisika semen ama persis dengan yang dimiliki oleh jaminan mutu namun
pengujiannya berdasarkan permintaan. Pengujian yang dilakukan yaitu blaine,
kuat tekan, setting time, volset, ekspansi, dan lainnya.
Seksi pengujian bahan ini berkordinasi dengan unit pengadaan, jaminan
mutu, pengendalian proses, dan ada juga dengan pelanggan. Kendala yang
dihadapi untuk seksi pengujian bahan adalah adanya komplain oleh pelanggan
yang tidak puas dengan hasil yang dikeluarkan oleh seksi pengujian bahan.
Target yang dicapai oleh seksi pengujian bahan ini adalah murni kualitas
bahan yang akan masuk ke perusahaan sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan oleh perusahaan.
Struktur organisasi terdiri dari 5 kepala regu, yang terbagi dalam regu
pengujian air, regu pengujian batu bara, regu pengujian IDO, regu pengujian
kertas, dan regu pengujian solar.
4.1.11 Unit Kerja Material Ketiga
Tugas pokok seksi material ketiga adalah merencanakan dan mengelolah
material zat aditif menuju finishmill. Selanjutnya fungsi kerja seksi material
ketiga adalah melayani operasi seksi finishmill dalam hal penambahan material
zat aditif.
Adapun bentuk Perencanaan dalam pengolahan material ketiga adalah
sebagai berikut.
1. Gypsum, yang ditambahkan sekitar 25-35%. Gypsum initerdiri dari dua jenis
yaitu gysum natural yang diperoleh dari alam, dan gypsum sintetis yang
diperoleh dari limbh PT Smelting, PLTU Tanjung Jati, dan limbah dari pabrik
PetroKimia.
2. Trass, yang ditambahkan 10%. Trass diperoleh dari Pasuruan dan Rembang.
Produk Trass dari pasuruan memiliki kualitas yang lebih baik, namun biaya
yang dikeluarkan juga mahal.
3. Flyash/dush, ditambahkan sebanyak 2%. Flyash diperoleh dari hasil
pembakaran batu bara pembangkit listrik PAITON. Fungsi penambahan dari
flyash ini adalah sebagai filler yang berpengaruh terhadap kuat tekan semen.
4. Dolomit
Target dari seksi Material Ketiga adalah menjaga kualitas semen dalam hal
penambhan zat aditif.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun hal hal yang dapat disimpulkan setelah dilakukan praktek kerja
Beberapa unit kerja dalam PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik
Tuban yang saling berkesinambungan dan saling berkoordinasi dalam proses
produksi sement, antara lain : Pengendalian Proses, Perencanaan dan
Pengawasan Tambang, Operasi Crusher, Operasi RKC 3, Operasi Finish
Mill 3 & 4, Jaminan Mutu, Operasi Utilitas, Perencanaan Bahan dan
Produksi, Evaluasi Proses, Pengujian Bahan, Material Ketiga, Bahan Bakar
Alternatif.
b.
Alur singkat dari pembuatan semen dimulai dari crusher yang hasil
outputnya berupa pile, lalu dimasukkan dalam rawmill yang ditambahkan
bahan lain seperti pasir silica dll sehingga diperoleh produk rawmill yang
selanjutnya dimasukkan dalam kiln yang produknya berupa clinker.
Selanjutnya clinker dimasukkan dalam semen mill untuk ditambahkan bahan
aditif (trass, BK, FL, dan dus) maupun gypsum, lalu diperoleh semen yang
siap dipacking dan dipasarkan.
c.
Komposisi dari semen yaitu CaO, Fe2O3, Al2O3, dan SiO2 dengan
perbandingan khusus yang diatur oleh DCX secara otomatis.
d.
Pengukuran kualitas semen diantara lain : uji kuat tekan, uji tahan asam, uji
keretakan (freelamb) yang menunjukan kadar CaO yang bereaksi yang
meliputi uji MESS (kehalusan) batas minimumnya sebesar 03300 cm 2/g, uji
LOY, dan uji ITSOL. Lalu banyaknya SO3 diukur dengan menggunakan Xray bila kadar SO3 sedikit akan cepat keras semen tersebut.
e.
5.2
Saran
Hal hal yang dapat disarankan oleh tim penulis yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya dilakukan penambahan peralatan analisis di Tuban 1 3 yang
sebagian besar masih dilakukan secara manual (bukan robotic), sehingga
penganalisisan lebih efisien terhadap waktu.
b. Bagi mahasiswa PKL ke depannya, sebaiknya diberi penjelasan terfokus yang
lebih mendalam sesuai jalur jurusan masing masing. Selain itu, sebaiknya
juga ditunjukkan secara langsung proses kerja alat maupun proses produksi di
lapangan. Dengan demikian, mahasiswa PKL akan lebih paham atas
pendeskripsian proses pembuatan semen yang telah dijelaskan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mariana, Dira; Anantasari; Mardiono, Lisa. 2010. Analisis dan Perbaikan
Pengendalian Kualitas di PT. Industri Kemasan Semen Gresik Tuban.
Makalah tidak diterbitkan. Surabaya : FT Universitas Surabaya.
No Name, (Online), (http://www.semenindonesia.com/, diakses 22 Juni 2014).
Satrio, Argo. 2013. Laporan Kerja Praktek di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban, (Online), (http://asatrio.blogspot.com/2013/02/laporankerja-praktek-di-pt-semen.html, diakses 23 Juni 2014).
Tempo. 16 Juni, 2014. Semen Gresik Klaim Bangun Pabrik Ramah Lingkungan,
(Online), (http://www.tempo.co/read/news/2014/06/16/090585508/SemenGresik-Bangun-Ramah-Lingkungan-di-Rembang, diakses 22 Juni 2014).
Wikipedia. Semen Indonesia, (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Indonesia), diakses 22 Juni 2014).