Anda di halaman 1dari 12

BATUAN BEKU, SEDIMEN, DAN METAMORF

Disusun Oleh :

1. RATIH TRIANA PURBAYANTI (4201412086)

2. M. DENI NURYANTO (4201412102)

3. SOVIANA FAUZIAH (4201412003)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu adalah benda padat yang tebuat secara alami dari mineral dan atau
mineraloid. Lapisan luar padat Bumi, litosfer, terbuat dari batu. Dalam batuan umumnya
adalah tiga jenis, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Dalam bangunan batu
biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari
10 meter, Batu juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan
warna dan tekstur unik dari batu alam.

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,


dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka. Transformasi dari
satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.

Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya, dan
dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu :

Beku - Hard rock dan non-pori yang terbentuk dari pendinginan lambat atau cepat magma
cair. Contoh terbaik adalah granit.
Sedimen - batu Lembut dan cukup berpori terbentuk dari endapan terkikis sudah ada
batuan yang menetap di sebagian besar pada lapisan dasar laut, dan menjadi dipadatkan.
Contoh terbaik adalah batu pasir dan batu gamping.
Metamorf - Hard rock dan non-pori yang terbentuk dari batuan yang sudah ada
sebelumnya yang telah diubah oleh panas yang hebat atau tekanan. Contoh terbaik adalah
marmer dan batu tulis.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya
BAB II

PEMBAHASAN

1. Batuan Beku

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena pembekuan magma didalam
maupun diatas permukaan bumi (Iryanti, 2012). Berdasarkan pada pembekuannya maka
batuan beku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Intrusif dan Ekstrusif (Malik, 2011):

a. Intrusif

Terbentuk dari pembekuan magma didalam bumi yang relatif lebih lambat.

Batuan beku plutonik (terbentuk didalam bumi, komposisi kristal berukuran


besar/kasar). Contoh: granit, granodiorit, diorit, sanit, gabro.

Batuan beku porfir (terbentuk disekitar pipa magma/kawah, komposisi kristal


berukuran sedang sampai besar). Contoh: granit porfir, riolit porfir, granodiorit porfir,
dasit porfir, andesit porfir, diorit porfir.

Batuan beku afanitik (tekstur kristal halus). Contoh: andesit, basal. Dasit, latit, riolit,
trakit.

Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh


batuan beku intrusif terbagi menjadi 2 yaitu:

Konkordan (Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya). Contoh: sill, lacolith, lapolith.

Diskordan (Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan


disekitarnya). Contoh: dike, batolith, stock.

b. Ekstrusif

Terbentuk dari pembekuan magma diluar permukaan bumi yang relatif cepat. Ciri
dari batuan jenis ekstrusif yaitu memiliki tekstur kristal yang sangat halus. Contoh:
obsidian, batu apung, perlit, felsit.
Menurut teksturnya batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

1. Tingkat kristalisasi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2. Ukuran butir

a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral
yang berukuran kasar.

b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.

3. Bentuk kristal

a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Keseragaman antar butirnya

a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

Berdasarkan kandungan SiO2-nya batuan beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

a. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%. Contoh: Granit, Riolit.

b. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contoh: Diorit,
Andesit

c. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%. Contoh: Gabbro, Basalt
d. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%. Contoh: piroksenit,
hornblendit, peridotit.

BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang
terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan
tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan
kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.

Klasifikasi Umum

Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya
menjadi dua, yaitu:

1. Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen


yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan
yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media
yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok
batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.

2. Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai


hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga
(insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi,
biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia,
endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3.
Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut.

Warna Batuan Sedimen

Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu
terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam,
serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi,
terutama sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.

Tekstur

Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin.
Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya silika
yang sangat kompak dan keras.

Penamaan Batuan

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan
sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir,
struktur dan komposisi (Tabel 3.9), yaitu :

1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen


membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka
penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan
tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.

2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat
ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir
silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah
batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.

Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang telah
dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar),
batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat. Dalam beberapa hal, secara megaskopik,
warna yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau,
batupasir merah, batulempung hitam dsb.

Tabel 1. Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas


mineral/fragmen

Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan HCl,


berbutir kasar, mengandung organik,
kristalin, porus, bioklastika,
oolit dan mosaik

Terutama dolomit Dolomit Tidak segera


bereaksi dengan
HCl, jarang
mengandung fosil,
berbutir sedang

Berbutir halus Kristal halus Kapur Putih abu-abu terang,


dengan sangat rapuh,
mikroorganisme mengandung fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal

Rapat dan berlapis Campuran silika, Rijang Warna beragam, keras,


opal dan kalsedon kilap non logam,
dll. konkoidal

Terutama gips Gips Evaporit, tidak


sendiri melainkan
Anhidrit
berasosiasi dengan
mineral/batuan
Terutama malit
lain.

Dijumpai kristal
yang
mengelompok

Masif atau berlapis Mineral fosfat dan Fosforit Diperlukan penentuan


fragmen tulang kadar P2O3

Amorf, berlapis, Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat, pecahan


tebal prismatik

3. Batuan Malihan (metamorf), terbentuk dari batuan lain yang berubah karena
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi. Tekanan tinggi menimbulkan
terjadinya mineral pipih yang tegak lurus dengan arah tekanan. Temperatur
menyebabkan terjadinya bentuk mineral yang berukuran snagat halus. Batuan
malihan juga dapat terbentuk oleh lingkungan kimiawi, contoh batu sabak.
c. Karakteristik Batuan Metamorf

1) Sifat Fisik
Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan. Warna
batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung mempunyai
ukuran yang halus yang tesusun oleh mineral-mineral mika yang berukuran halus. Warna
yang terang biasanya tersusun oeh kuarsa atau karbonat.

2) Tekstur

Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada batuan beku,
karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan tekstur pada batuan
metamorf adalah sebagai berikut :

Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast (jika mineral penyusunnya


dominan berbentuk euhedra), hypidioblast (jika mineral penyusunnya berbentuk
anhedra).

Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi menjadi :


lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti mika), nematoblastik ( terdiri
dari mineral berbentuk prismatik, seperti hornblende/amfibol), granoblastik (terdiri dari
mineral yang berbentuk granular, anhedra, dengan batas-batas suture), dan porfiroblastik
(terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa mineral ditemukan
berukuran lebih besar daripada yang lain)

3) Komposisi

Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan beku atau
sedimen non-klatik. Perbedaanya jenis mineralnya lebih kompleks karena merupakan
hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan asalnya. Komposisi mineral pada
batuan metamorf berfoliasi biasanya polimineralik, sedangkan pada non-foliasi
monomineralik, kecuali hornfels.

4) Struktur

Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena merupakan dasar
dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu struktur
foliasi dan struktur non-foliasi.

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya penjajaran
mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh mineral-mineral pipih dan/atau
prismatik, seperti mika, hornblende atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan
menjadi Slaty cleavage (adanya bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur dan
sejajar; batuannya disebut slate/batu sabak), Phyllitic (hampir sama dengan slaty
cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah terlihat adanya
pemisahan mineral pipih dan mineral granular; batuannya disebut filit), Schistosic
(adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus oleh mineral
granular; batuannya disebut sekis), dan Gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral
granular yang berselingan dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki
orientasi tidak menerus; batuannya disebut gneis).

Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik.
Struktur ini terdiri atas Hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran
mieralnya berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh
polimineralik], kuarsit [tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh
kalsit] ), Cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan;
nama batuannya adalah kataklasit), Mylonitic (mirip dengan kataklastik, tetapi mineral
penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti skis; nama batuannya disebut
milonit), dan Pyllonitic (struktur ini mirip dengan milonitik, tetapi sudah mengalami
rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya gllonit).
BAB III

KESIMPULAN

Batuan di muka bumi, berdasarkan proses pembentukannya, dibedakan menjadi tiga


jenis, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Beku - Hard rock dan
non-pori yang terbentuk dari pendinginan lambat atau cepat magma cair. Contoh terbaik
adalah granit. Sedimen - batu lembut dan cukup berpori terbentuk dari endapan terkikis
sudah ada batuan yang menetap di sebagian besar pada lapisan dasar laut, dan menjadi
dipadatkan. Contoh terbaik adalah batu pasir dan batu gamping. Metamorf - Hard rock
dan non-pori yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya yang telah diubah
oleh panas yang hebat atau tekanan. Contohnya adalah marmer.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwi.2011.Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Semarang : UNNES


https://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/HANDOUT_BATUAN.pdf

https://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19771208200112-
MIMIN_IRYANTI/mineral_n_batuan.pdf

http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/

http://repository.amikom.ac.id/files/Publikasi_05.11.0840.pdf

Anda mungkin juga menyukai