Fungsi Penyimpanan
Tekanan vena porta normal hanya sekitar 7-10 mmHg, akan tetapi resistensi yang rendah
pada sinusoid memungkinkan adanya aliran darah yang cukup besar pada vena porta. Perubahan
yang kecil pada tonus (dan tekanan) vena porta akan mengakibatkan perubahan yang besar pada
volume darah hepatika, sehingga hati dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah.
Volume darah hepatika normal adalah sekitar 450 ml (hampir 10% dari volume darah total).
Penurunan pada tekanan vena hepatika, seperti pada perdarahan, mengakibatkan perpindahan
darah dari vena hepatika dan sinusoid ke sirkulasi vena sentral dan menambah volume sirkulasi
darah sebanyak 300 ml. Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pada
tekanan vena ditransmisikan ke vena hepatika dan menyebabkan darah terakumulasi di dalam
hati. Sebanyak 1 liter darah dapat dipindahkan dari sirkulasi dengan cara ini sehingga dapat
menyebabkan bendungan hati.
FUNGSI METABOLIK
Banyaknya jalur enzimatik di hati membuat hati memainkan peran penting dalam metabolisme
karbohidrat, lemak, protein dan substansi-substansi yang lain
Gambar 3:Jalur metabolisme penting dalam hepatosit. Meskipun
sejumlah kecil adenosin trifosfat ( ATP ) yang berasal langsung
dari beberapa reaksi perantara, mayoritas ATP yang dihasilkan
adalah hasil dari fosforilasi oksidatif dari bentuk mengurangi
nicotinamide adenin dinukleotida ( NADH ) dan nikotinamida
adenin dinukleotida fosfat ( NADPH ) .
Metabolisme Karbohidrat
Produk akhir dari pencernaan karbohidrat adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Dengan
pengecualian dari besarnya jumlah fruktosa yang dikonversi menjadi laktat oleh hati, konversi
hepatik fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa menjadikan metabolisme glukosa sebagai jalur
yang paling umum untuk sebagian besar karbohidrat.
Seluruh sel menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi dalam bentuk adenosin
triphosphat (ATP) melalui proses glikolisis (secara anaerob) atau siklus asam sitrat (secara
aerob). Hati (dan jaringan adiposa) juga dapat menggunakan jalur fosfoglukonat yang bukan
hanya menghasilkan energi tetapi juga menghasilkan kofaktor yang penting dalam sintesis asam
lemak. Sebagian besar glukosa yang diabsorbsi setelah mengkonsumsi makanan normalnya akan
disimpan sebagai glikogen. Apabila kapasitas penyimpanan glikogen telah melebih batas,
kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak. Glikogen adalah sumber glukosa yang tersedia
dan tidak mempengaruhi osmolalitas intraselular. Hanya hati dan (sebagian kecil) otot yang
mampu menyimpan glikogen dalam jumlah yang cukup signifikan. Insulin meningkatkan sintesis
glikogen dan epinefrin serta glukagon meningkatkan glikogenolisis. Karena simpanan glikogen
hati normal hanya sekitar 70 g sementara konsumsi glukosa rata-rata mencapai 150 g/ hari, maka
simpanan glikogen akan menurun setelah 24 jam puasa. Setelah itu, sintesis glukosa de novo
(glukoneogenesis) akan dibutuhkan untuk menyediakan suplai glukosa yang cukup untuk organ-
organ yang lain.
Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang unik dalam membentuk glukosa dari laktat,
piruvat, asam amino (terutama alanin), dan gliserol (derivat metabolisme lemak).
Glukoneogenesis hati sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.
Glukokortikoid, katekolamin, glukagon, dan hormon tiroid akan sangat meningkatkan proses
glukoneogenesis, sedangkan insulin justru akan menghambat proses ini.