PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan Praktikum :
Memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim Glutamat Piruvat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
2.1.1
Hati
2.1.1.1
Anatomi Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1, 2 1, 8 kg
atau kurang lebih 25 % berat badan orang dewasa yang menempati sebagian
besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh
dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan
ruang interkostal V kanan dan batas bawah meyerong ke atas iga IX kanan ke
iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekungan dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum miror terdapat
mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatik, vena porta dan
duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan di balik
kandung empedu.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya
perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform
dengan kandungan empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan
lobus kuadran dan sebuah daerah yang disebut sebagai lobus kuadratus yang
biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan ligamentum venosum pada
permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi yang
berbeda. Pada dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava
sampai kandungan empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional dan
dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang
dijadikan batas reseksi. Pembagian lebih lanjut menjadi 8 segmen didasarkan
pada aliran cabang pembuluh darah dan saluran empedu yang dimiliki oleh
masing-masing segmen.
dan otak. Sedangkan SGOT ditemukan pada hati. Enzim tersebut akan keluar
dari hepatosit jika terdapat peradangan atau kerusakan pada sel tersebut.
Kedua enzim ini dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan
penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses
infeksi yang disebabkan oleh virus.
Sintesis protein berlangsung di reticulum endoplasma yang kasar,
sedangkan sekresi protein berlangsung di reticulum endoplasma yang kasar
dan yang halus. Retikulum endoplasmic juga ikut berperan dalam konjugasi
protein dengan lemak.
2.1.2
adalah
singkatan
dari
Serum
Glutamic
Oxaloacetic
Transaminase, Sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel
hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat
darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari
hepatitis virus ) atau dengan kegagalan terhadap jantung (misalnya, dari
serangan jantung). Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT.
SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST).
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT.
Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik
yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi
intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami
sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini.
Dibandingkan
dengan
SGOT,
SGPT
lebih
spesifik
menunjukkan
ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel
6
2.2
Etiologi
2.2.1
ginjal dan pankreas (Price & Wilson,1995). GOT banyak terdapat pada
mitokondria dan sitoplasma sel hati, otot jantung, otot lurik dan ginjal (Sagita
A 2006).
2.3
Manifestasi Klinis
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah
enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang
meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis
Laennec, sirosisbiliaris
vitamin
teofilin,
A),
antihipertensi
golongan
(metildopa
digitalis,
kortison,
[Aldoment],
flurazepam
Peningkatan Kadar :
Peningkatan paling tinggi : Hepatitis (virus) akut, hepatoksisitas yang
menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau
meningkat sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongesif,
8
propanolol
(Inderal),
kontrasepsi
oral,
timah,
heparin(Joyce, 1997)
2.4
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena
dapatmeningkatkan kadar
Hemolisis sampel
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin,
karbenisilin,eritromisin,
spektinomisin,
gentamisin,
tetrasiklin),
linkomisin,
mitramisin,
narkotika(meperidin/demerol,
morfin,
kontrasepsi
oral
(progestin-estrogen),
lead,
Dewasa : 5-40 U/mL(Frankel), 4-36 IU/L, 16-60 U/mL pada 30o C(Karmen), 833 U/L pada 37oC (unit SI), pada wanita nilainya agak sedikit lebih rendah dari
pria. olahraga mempengaruhi peningkatan kadar serum. Anak : Bayi baru lahir :
Empat kali dari nilai normal.
2. SGPT
Dewasa
pada
suhu
S1). Anak
(Karmen),
4-35
U/L
pada
suhu
37 0S
(unit
: bayi : dapat dua kali tinggi orang dewasa; Anak: sama dengan
dewasa.
Lansia
: agak lebih tinggi dari dewasa (Joyce, 1997)
3. INTERPRETASI DATA KLINIS
10
11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
: 14 November 2014
Pukul
: 11.00-13.00
Bahan:
Plasma darah
Reagen 1 :
- Tris Buffer pH 7,5 100 mmol/L
- L-Alanin 500 mmol/L
- LDH 1200 U/L
3.3
Reagen 2 :
- 2-oxoketoglutarat 15 mmol/L
- NADH 0,18 mmol/L
Prosedur Kerja
12
h diambil sebanyak 3 ml (hindari hemolysis), masukan dalam tabung vacutest, lalu disentrifugasi untuk men
reagen dan cuvet dihangatkan pada temperature yang diinginkan (37C) dan konstan
bung, ditambahkan reagen 1 sebanyak 1000L, dicampurkan lalu diinkubasi 5 menit pada temperature yang
bsorbansinya pada panjang gelombang 365 nm setelah 1 menit dan pada saat yang sama mulai dihitung wa
Dibaca kembali absorbansi dengan pasti setelah 1 menit, 2 menit , dan 3 menit
dilanjutkan perhitungan :
A menit x 1765
Hal ini dilakukan dua kali pada pengujian untuk SGPT dan SGOT
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1
Uji SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) atau ALT (Alanin
Transaminase)
Waktu (menit)
Absorbansi
0
1
2
3
1,014
1,057
1,044
1,045
Kesimpulan : kadar SGPT sampel menunjukkan bahwa kadar tersebut melebihi batas
kadar SGPT normal pada wanita
0
0,043
0,013
0,001
2
Rata = 0,019
Perhitungan :
Rata2
17 U/L
Absorbansi
0
1
2
3
1,107
1,109
1,109
1,109
A
0
0,002
0
0
Rata2 = 6,67 10-4
Perhitungan :
Rata2 A 1765 6,67 10-4 1765 = 1,177 U/L
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji pemeriksaan SGPT/SGOT. Hal ini dilakukan untuk
enzim tersebut merupakan enzim yang mengkatalisis pemindahan reversible satu gugus
amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto yang disebut aminotransferase atau
transaminase. Enzim SGPT atau Alanin Aminotransferase (ALT) adalah enzim yang
ditemukan dalam konsentrasi tinggi di hepatosit (sel hati), sedangkan ginjal, jantung, dan otot
rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di
pancreas, paru, limpa dan eritrosit. Sementara enzim SGOT atau Aspartat Aminotransferase
(AST) terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam
jumlah sedang.
Dalam percobaan ini pertama-tama diambil sampel darah dari probandus dengan
menggunakan jarum suntik sebanyak 3 ml dan dimasukkan kedalam vaccutest. Sampel darah
harus dihindari dari hemolisis karena akan mempengaruhi pengukuran. Kemudian sampel
tersebut di sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk mendapatkan serum darah. Dalam
serum darah ini terdapat enzim SGOT dan SGPT karena SGOT dan SGPT yang dihasilkan
dari sel hati akan disalurkan juga ke darah, dimana darah ini menjadi media penyaluran
enzim transaminase untuk membantu metabolisme kimiawi di jaringan lain.
Kemudian dilanjutkan dengan memasukan 100 U/L serum darah ke dalam masingmasing tabung dan dimasukan GOT reagen 1 ke dalam 6 tabung masing-masing sebanyak
500 U/L. Dalam GOT reagen 1 terkandung tris buffer pH 7,5 yang berfungsi menstabilkan
dan mempertahankan pH yang diinginkan selama reaksi, sehingga aktivitas enzim GOT tetap
berfungsi dengan baik karena kinerja enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. Selain itu
pada reagen 1 terkandung L-aspartat, LDH dan MDH. Laspartat berfungsi sebagai substrat
asam amino yang akan direaksikan oleh enzim GOT menjadi L-glutamat dan oksaloasetat
dan LDH dan MDH akan ikut membantu dalam mereduksi oksaloasetat menjadi malat.
Inkubasi ini bertujuan agar reaksi yang terjadi antara reagen dan plasma dapat berjalan
sempurna.
Setelah proses inkubasi kemudian ditambahkan GOT reagen 2. Reagen 2 ini
mengandung 2-oxoketoglutarat yang akan bereaksi dengan L-aspartat menghasilkan Lglutamat dan oksaloasetat dan NADH pengukur perubahan aksaloasetat menjadi malat.
Dilanjutkan dengan proses inkubasi selama 1 menit lalu ukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 365 nm, karena pada panjang gelombang
tersebut, sampel akan memberikan serapan maksimum.
15
33,535 U/L dan SGOT: 1,177 U/L. Hasil ini dapat dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan SGPT/SGOT dari literatur. Adapun Nilai rujukan Kadar SGPT dan SGOT yang
normal pada suhu 25 sebagai berikut :
LAKI-LAKI
SGPT (UI/L)
<22
SGOT (UI/L)
<18
PEREMPUAN
<17
<15
Dan dapat disimpulkan bahwa kadar SGPT melebihi batas normal yakni < 17 U/L
sedangkan kadar SGOT masih berada pada range normalnya yaitu <15. Sehingga,
kemungkinan saja pasien terindikasi memiliki penyakit hepatitis akut. Akan tetapi, dalam
pemeriksaan fungsi hati, pada dasarnya tidak ada tes tunggal untuk menegakkan diagnosis.
Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan penyebab kerusakan
hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi atau perjalanan penyakit. Ada beberapa tes
tambahan yang mungkin diperlukan untuk melengkapi seperti GGT, LDH dan PT.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji SGPT/SGOT di laboratorium :
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan
kadar.
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak kena sekali tusuk atau
17
SGPT dan SGOT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif
untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa
kadar SGPT melebihi batas normal yakni < 17 U/L sedangkan kadar SGOT masih berada
pada range normalnya yaitu <15. Sehingga, kemungkinan saja pasien terindikasi memiliki
penyakit hepatitis akut.
18
DAFTAR PUSTAKA
Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, SI Units : Tabel Konversi
Sisten Satuan SI Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa Anak Parameter
Laboratorium Klinik, Jakarta, 2004.
Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi
Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
Suryadi dan Marzuki. 1983. Pemeriksaan Faal Hati. Cermin Kedokteran. No. 30. Vol. 1. 14
19.
The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of
Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.
19
Lampiran
Gambar uji SGOT
Ket: Reagen 1 dan reagen 2 GOT
Ket :
a
b
(a)
(b)
Ket : filtrat jernih (plasma)byang telah ditambahkan
reagen 1 dan reagen 2 masing-masingnya 1.000 l dan
250 l
20
Ket:
a
b
c
d
(a)
(b)
(c)
(d)
21