Anda di halaman 1dari 5

Biokimia perkemihan

Cairan ekstrak sel merupakan medium sel-sel ditemukan oleh Claude Bernard
serta menyebutnya sebagai Millieu Interieur (lingkungan intrasel). Setiap perubahan
dalam cairan ekstrasel mengalami perubahan dalam intrasel, bila terjadi gangguan
fungsi sel maka ekstraksel diharap tetap normal.

Mempertahankan cairan ekstraksel normal (mempertahankan susunan optimal cairan


tubuh) melalui 2 cara yaitu oleh ginjal melakukan fungsi homeostatik dan ekskresi
hasil metabolisme serta paru-paru dalam hal ini mengatur kadar O2 & CO2. Fungsi
homeostasis ginjal melalui 3 proses pembentukan urin yaitu :
1. Filtrasi plasma oleh Glomerulus
2. Reabsorpsi selektif zat :garam, air, gula sederhana dan asam amino lingkungan
internal atau mempertahankan proses metabolisme
3. Sekresi :
a. Zat-zat dari darah ke dalam lumen tubulus untuk diekskresi dalam urin
b. Pembentukan H+ dan NH4 + untuk menahan basa (mempertahankan buffer darah)
c. Penahanan kalium, asam urat, anion organik, ion hidrogen Struktur nefron meliputi
3 unit proses filtrasi yaitu melalui mekanisme darah dari aorta ke arteria renalis ke
arteriole afferen selanjutnya bergabung membentuk arteriole efferen (mampu
mengubah diameter lumennya) menuju jaringan kapiler yang mengelilingi nefro.

Kapsula Bowman terdapat jumbai glomerulus ke tubulus kontortus proksimal ke


tubulus rektus proksimal dan lengkung Henle (pars descendens, pars ascendens tipis
dan pars ascendens tebal), yang terletak di medula dan kortek ginjal. Pars ascendens
tebal ke tubulus kontortus distal, tubulus koligens kortikal dan tubulus koligen medula
dan papila. Proses filtrasi plasma darah, diketahui volume darah masuk ke ginjal
+1L/menit 20- 25% Curah jantung istirahat dengan waktu 4-5 menit seluruh darah
melalui ginjal, bersirkulasi ginjal secara luas sehingga menyebabkan ginjal mudah
rusak.

Tenaga filtrasi diperoleh melalui tekanan hidrostatik jantung serta tekanan


intratubuler dan tekanan onkotik yang berasal dari tekanan ginjal yang sifatnya
berlawanan.Tekanan filtrasi yaitu tekanan hidrostatik jantung yang sampai ke kapiler
(arteriol fferent nefron) = + 40% tekanan darah. Bila tekanan darah 110 mmHg maka
tekanan pada arteriol fferent nefron = 40/100 x 110 = 44 mmHg (+ 45), tekanan ini
dilawan oleh tekanan intra tubuler = -10 mmHg dan tekanan hidrostatik efektif = 45-
10 = 35 mmHg.

Tekanan hidrostatik efektif ini tidak berubah sepanjang seluruh kapiler glomerulus
serta tekanan onkotik tubulus = 0, kapiler permulaan = 20 mmHg serta kapiler akhir
glomerulus = 35 mmHg. Kapiler fferent dan efferent, pada permulaan kapiler Aferent
(tekanan filtrasi) sejumlah 45 mmHg -20 mmHg onkotik – 10mmHg intratubuler = 15
mmHg, pada kapiler Eferent dari onkotik 35 mmHg akan terjadi pemekatan menjadi
15 mmHg (~ tekanan filtrasi 15 mmHg) menjadi tekanan 0, pada kapiler efferent
terjadi filtrasi (terjadi perbedaan tekanan = 15 mmHg) filtrasi ini menurun hingga
pada kapiler fferent = 0 (tidak terjadi filtrasi). Bila terjadi perubahan tekanan darah
akan terjadi perubahan tonus arteriole efferent dan tekanan hidrostatik kapiler tetap
normal hal ini merupakan reaksi autoregulasi
Autoregulasi diatur oleh sistem saraf intrinsic dan faktor-faktor hormonal yaitu
angiotensin II, prostaglandin intrarenal (Pg) dan vasopresin dari hipofisa posterior.
Bila tekanan darah rendah sekali maka tekanan filtrasi O (berhenti sama sekali)
menyebabkan anuria. Bila tekanan darah naik lagi akan terjadi filtrasi lagi dan
pembentukan urin. Faktor yang mempengaruhi filtrasi yaitu tekanan darah yaitu bila
terjadi peningkatan dan penurunan tekanan darah GFR dipertahankan tetap oleh
autoregulasi, obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, peningkatan tekanan
intertubuler oleh proses peradangan dan peningkatan tekanan intratubuler oleh
penyumbatan dalam d.clligentes, ureter, urethra.

Membran glomerulus dapat rusak oleh proses peradangan misal glomerulo nephritis
terjadi tidak berfungsinya sebagai saringan lagi (bocor) menyebabkan protein dalam
sel-sel darah masuk ke urin akibat luas membran berkurang menyebabkan filtrasi
menurun. GFR(glomerulus Filtration Rate) dalam 1 menit darah melalui ginjal 1L,
mengalami filtrasi 2 juta nefron membentuk filtrat yang terbentuk 120 ml. GFR = 120
ml/menit (dewasa). Cairan glomerulus terdiri atas plasma-protein atau darah-protein-
sel-sel darah.

Komponen filtrat glomerulus terdiri atas zat yang dibutuhkan tubuh (air, glukosa,
as.amino, elektrolit) dan zatzat yang harus dibuang (urea, kreatinin, asam urat). Filtrat
yang dihasilkan dalam bentuk urin dilakukan dengan 2 proses reabsorbsi selektif oleh
tubulus dan ekskresi oleh tubulus. Reabsobsi selektif Na, Cl dan air; glukosa; asam
amino; Ca dan fosfat serta Na, Cl dan air. Pada tubulus proximal 60-80% volume
filtrat diabsorbsi kembali dalam tubulus proxima. Cairan tubulus isosmotik karena
penyerapan air dan Cl mengikuti penyerapan Na (aktif). Secara pasif mengalami
penyerapan air obligatoris dan perubahan volume cairan yang berdifusi ke lumen
tubuli di atur oleh rapat/renggangnya tight junction.

Na, Cl dan air dalam lengkung henle, berlangsung di :


a. Pars.descendens, lebih permeabel terhadap air, sekitar 70% air diserap kembali,
disebabkan bag.medulla dan papilla hiperosmotik disebut filtrat hiperosmotik
b. Pars. ascendens, tidak permeble terhadap air, permeable terhadap NaCl dan
sebagian urea disebut filtrat hipoosmotik, volume tetap karena air ikut berdifusi
c. Cairan tubulus isosmolar, merupakan akhir tubulus proximal, pada tubulus distal
terjadi reabsobsi Cl aktif dan Na pasif disebut cairan hipotonik

Kerja ADH yaitu dalam hal ini bila minum banyak menybabkan plasma encer
sehingga terjadi rangsangan ke hipofisi posterior maka sekresi ADH menurun,
reabsobsi air fakultatif menurun akibatnya urin encer osm < 285 mOsm/L dan volume
urin meningkat. Bila kurang minum/kehilanngan air darah menjadi pekat, osmolaritas
meningkat, terjadi rangsangan osmoreseptor/hipofisa posterior, terjadi peningkatan
sekresi ADH menyebabkan reabsobsi fakultatif meningkat serta volume urin menurun
dan Bj meningkat (pekat). Obat/keadaan yang mempengaruhi sekresi ADH antara lain
alkohol menurunkan sekresi ADH dan volume urin meningkat. Stress Operasi/obat
anastesi dapat meningkatkan sekresi ADH menyebabkan volume urin menurun
(Oliguria).

Zat Ambang merupakan zat-zat dalam filtrasi glomerulus dibagi dalam zat dengan
ambang tinggi (High treshold substance) yaitu zat yang bila bila kadarnya dalam
darah normal, hampir seluruhnya diabsobsi kembali dalam tubulus distal. Zat tersebut
baru ada dalam urin dalam jumlah yang berarti bila kadar dalam darah lebih dari
normal. Contoh asam amino, glukosa dan elektrolit.

Zat dengan ambang rendah (Low threshold subbstance) yaitu zat sedikit/hampir tidak
diserap kembali oleh tubuli distal. Contoh urea, kreatinin dan asam urat, Na, Cl dan
air. Dalam tubulus distal sensitif terhadap ADH (vasopresin/Petresin), sistem
pengangkutan bersifat reabsobsi fakultatif, bila ada ADH terjadi permeable terhadap
air dan bila tidak ada ADH, tidak permeabel terhadap air. Osmolaritas plasma : 85 –
295 mOsmol/L. Kapasitas ginjal yaitu pembentukan filtrat 120 ml/menit dalam
pembentukan urin 1 ml/menit. Reabsorbsi glukosa terjadi dalam tubuli contortus
proximal, kapasitas maximum absorbsi glukosa (TmG) = 350 mg/menit. Bila glukosa
difiltrasi > TmG terjadi glukosuria.

Banyak glukosa yang difiltrasi tergantung kadar glukosa darah dan GFR. Bila GFR
menurun akan diperlukan kadar glukosa darah yang lebh tinggi untuk terjadinya
glukosuria. Contoh bila kadar glukosa 200 mg%, GFR 120 ml/menit, maka glukosa
yang difiltrasi 120/100 x 200 mg = 240 mg. Reabsorbsi fosfat dipengaruhi 2
mekanisme yaitu sistem yang sensitif terhadap PTH, bekerja thd + 2/3 fosfat yang
difiltrasi dan sistem yang tergantung Ca++, bekerja terhadap + 1/3 fosfat yang
difiltrasi.

Reabsorbsi fosfat menurun terjadi hiperfosfaturia (banyak fosfat dibuang dalam urin
akibatnya terjadi perubahan metabolisme tulang, penyakitnya vitamin D resistant
rickets (anak) dan osteomalacia (milmans syndrome/dewasa), hipofosfatemik-
glukosuric rickets de toni-fanconi syndrome). Zat yang disekresikan antara lain
kreatinin, asam urat, K + , H + , Ion-ion anorganik dan zat asing. Sekresi Tubuli
Distal (aktif) memerlukan energi dan zat pengemban (carrier) (suksinat dan SAS).
Kecepatan maksimal sekresi (Tm sekresi) ditentukan oleh kapasitas pengemban.
contoh ada Tm PAH (Para amino Hipurat) pasien 20 mg/menit dan Tm PAH 80
mg/menit, maka bagian ginjal yang berfungsi 20/80 x100% = 25% atau 75% ginjal
rusak.

Ginjal sebagai organ endokrin, merupakan hormon dan zat-zat yang mempengaruhi
organ/jaringan lain, yaitu rennin, prostaglandin, lipid netral antihipertensi,
eritropoietin, eritrogenin dan 1,25 diOH-cholekalsiferol. Ginjal juga sebagai
penghancur hormone, hormon yang dihancurkan antara lain insulin, glucagon, 25 OH-
colekalsiferol dan aldosteron. Mekanisme kerja diuretika. Diuretika yaitu obat yang
mempercepat kehilangan air dan garam melalui urin dan diuretika osmotik yaitu zat
yang tidak dapat diserap kembali yang menaikkan osmolaritas tubulus, contoh
diamox.

Diamox, merupakan inhibitor karbonik anhidrase, sehingga CO2 yang masuk sel
terhambat diubah menjadi H2COO3, terjadipemecahan HCO3 dan H+ menurun
menyebabkan sekresi H+ menurun H+ urin menurun serta Na+ yang masuk ke sel
menurun karena Na+ mengimbangi keluarnya H+ ke urin dan banyak HCO3- yang
disekresi ke urin, pH menjadi alkalis, H + yang disekresi sedikit jadi harus diimbangi
oleh K+ yang diekskresikan supaya H+ meningkat dan jumlah urin menjadi
meningkat.
Efek Diuretika, pada kasus DM/Glukosa meningkat dalam darah akan dikeluarkan
melalui urin, glukosa akan bertindak sebagai diuretik substance (menarik air)
menyebabkan urin meningkat dan sering buang air kecil. Tes fungsi ginjal,
clearance/Klirens (penjernihan) pada kecepatan ekskresi suatu zat oleh ginjal, volume
darah/plasma yang dijernihkan dari zat-zat yang diekkresi dalam 1 menit. Eksogen
disuntik dari luar/memerlukan zat dari luar (inulin clearance 120mL/1,73 m2 manitol
clearance). Endogen tidak memerlukan zat dari luar (Kreatinin clearance 95-109
mL/menit dan urea clearance).C inulin = u x v/p (U = kadar inulin dalam urin, V =
volume urin (ml/menit), P = kadar inulin plasma.

Klirens kreatinin, bila kadar kreatinin darah normal, kreatinin difiltrasi, tidak
direabsorbsi dan tidak disekresi sehingga kadar kreatinin = GFR. Kadar kreatinin
dapat dipakai untuk memperkirakan GFR dan keuntungannya tidak perlu
menyuntikkan zat dari luar. Normal : 95 - 105 ml/menit, RPF (Renal Plasma Flow) =
plasma yang melalui ginjal permenit. Pengukuran RPF menggunakan PAH (para
amino hipurat). PAH difiltrasi dan disekresi lebih besar dari GFR. Bila kadar dalam
darah rendah (2 mg%) PAH hanya difiltrasi saja dalam 1 kali sirkulasi sehingga
clearence PAH konsentrasi rendah dapat dipakai untuk mempertahankan RPF.
Normal RPF = 574 ml/menit/1,73 m2 luas permukaan tubuh. Diupayakan
persentasinya meningkat maka ia akan difiltarsi dan disekresi.

Filtration Fraction yaitu jumlah plasma yang melalui ginjal dan difiltrasi persatuan
waktu. FF = C inulin/RPF = GFR/RPF = 125/574 = 0,217 (=21,7%). Normal : 1/5.
Tubular secretory mass, Tm PAH/Diodrast = kapasitas maksimum sekresi PAH oleh
tubuli. Cara yang diberikan PAH sedemikian rupa sehingga kadar PAH dalam darah
50 mg%, karena sistem pengemban (carrier) untuk sekresi bekerja maksimal.
Perhititungan selisih PAH urin dan PAH yang difiltrasi. Tm PAH = 80 mg/menit/1.73
m2 LPT. Pengukuran PAH dapat untuk melihat berapa bagian ginjal yang masih
berfungsi. Jika Tm PAH = 40 mg/menit/1.73 m2 LPT maka kemungkinan ginjal yang
masih berfungsi 50%.

Tes Pemekatan (Concentration Test), kelainan dalam daya pemekatan ginjal


merupakan gejala permulaan penyakit ginjal. Bila ginjal berfungsi baik pada
kekurangan air dikeluarkan urin yang pekat yang volumenya kecil, Bj besar,
osmolaritasnya sama dengan filtrat (285-295 mOsm/L atau Bj 1,010).

Tes Pemekatan (Addis Test) intake cairan sangat dibatasi, percobaan dilakukan 24
jam (08.00 pagi -08.00 pagi esok). Tidak boleh dilakukan pada : penderita fungsi
ginjal berat, keadaan udara panas, DM poliuria). Diukur Bj urin 24 jam (norma >
1.025). Bila < 1,025 berarti ada kerusakan ginjal, kecuali pada : kehamilan, diet
protein/garam.

Tes pemekatan (Mosenthal Test) pembatasan cairan tidak seketat Addis Test, urin
jam 08.00 dibuang, tes dimulai dengan pengosongan kantung kencing. Urin
ditampung setiap 2 jam (sampai 24 jam) dan Bj-nya. Urin dikumpulkan jadi satu dan
diukur volumenya. Hasil siang (Bj > 1,018 dan beda Bj urin yang terkecil dan terbesar
0.009), malam (Bj > 1,018 dan volume < 725 ml) Tes radioisotop, pemeriksaan ginjal
dengan radioisotop, iodothalamate untuk melihat GFR. Hipurat untuk melihat RPF.
Susunan urin, volume uri dewasa normal 600-2500 ml. volume urin dipengaruhi
intake air, suhu luar, makanan, mental-fisik individu, volume urin berkurang pada
musim panas karena berbanding terbalik dengan pengeluaran keringat.

Nitrogen, kopi, teh dan alkohol bersifat efek diuretik. Urin pada saat tidur setengah
dari jumlah urin pada waktu beraktivitas. pH 4.7-8.0. Bila intake protein tinggi, urin
asam karena berlebih fosfat dan sulfat sebagai hasil metabolisme protein. Urin bisa
alkali bila dibiarkan di udara luar karena urea dan amoniak kehilangan CO2. Warna
normal kuning pucat/ambar, berwarna bervariasi terjadi oleh urokrom, urobilin,
hematoporfirin. Bila kondisi demam berwarna kuning tua karena pemekatan urin.
Penyakit hati, pigmen empedu akan mewarnai urin menjadi hijau, coklat atau kuning
tua, Hb memberi warna merah pada urin (infeksi).

Methemoglobin dan asam homogentisat memberi warna coklat pada urin. Metilen
blue/pencahar memberi warna coklat pada urin. Urin umumnya jernih, bila keruh bisa
disebabkan pengendapan kalsium fosfat, Bau normal amonia, bervariasi : umumnya
berubah sesuai makanan yang dimakan terjadi ketosis bau aseton. Unsur normal
dalam urin terdapat urea, ammonia, kreatinin dan keratin, asam urat, asam amino
bebas, allantoin, klorida, sulfat (sulfur/sulfur etereal/sulfur netral), fosfat, oksalat,
mineral lain : natrium, kalium, kalsium, Mg dan vitamin, hormon, enzim.

Unsur abnormal urin terdiri atas protein < 0,5% atau 30-200 mg volume 24 jam
(Proteinuria/albuminuria), glukosa (tidak lebih 1 g dalam volume 24 jam), gula lain :
Fruktosuria, Pentosuria, galaktosuria, benda keton (3-15 mg volume 24 jam), bilirubin
(Ikterus), darah (kerusakan ginjal atau infeksi) dan porfirin (60-280 ug/ml volume 24
jam)

DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, E. Hendarmin, L. (2010) Integrasi Biokimia dalam Modul Kedoktera


n .UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2015.

Anda mungkin juga menyukai