Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi luka operasi hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan merupakan

tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan merupakan suatu tempat jalan

masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat sterilitas yang maksimal dan juga orang-

orang yang ikut dalam operasi harus dibatasi jumlahnya.


Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial, dalam dan organ sehingga penangannya

pun berbeda. Infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa bakteri, yaitu bakteri gram

negatif, gram positif, dan bakteri anaerob.


Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri,

kemerahan, bengkak, dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya cairan atau pus dari

tempat luka.
Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah

bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh host dan faktor

eksternal lainnya. Juga terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mencetuskan terjadinya

infeksi luka operasi, yaitu faktor pasien, faktor operasi, dan faktor mikrobiologi.
Penanganan dan pencegahan terjadinya infeksi luka operasi pada dasarnya adalah

dengan menjaga sterilitas, dengan melakukan teknik operasi yang baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Infeksi didefinisikan sebagai terdapatnya mikroorganisme pada jaringan tubuh

atau aliran darah, ditambah dengan adanya inflamasi sebagai respon tubuh. Pada daerah

1
infeksi, biasanya akan ditemukan gejala klasik seperti rubor, kalor, dolor, tumor, dan

functiolaesa pada daerah kulit atau subkutan. Infeksi pada orang normal dengan sistem

pertahanan yang intak memiliki manifestasi lokal tersebut, ditambah manifestasi

sistemik seperti kenaikan suhu tubuh, kenaikan sel darah putih, takikardia, atau

takipnea.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang

disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama

seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama

seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara

umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang

dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien

masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien

berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat

berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh

mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke

tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi

eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah

sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.


Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat

terjadi diantara 30 hari setelah operasi biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah

operasi atau dalam kurun waktu 1 tahun. Sumber infeksi luka operasi dapat berasal dari

pasien, dokter dan tim, lingkungan, termasuk instrumentasi.


Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka

yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada

jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan

superfisial ( Superficial Incision Surgical Site infection ) ataupun pada jaringan yang

2
lebih dalam ( Deep Incision Surgical Site Infection ). Pada kasus yang serius dapat

mengenai organ tubuh ( Organ Surgical Site Infection ).


Menurut sistem CDCs terdapat kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka

operasi, yaitu :

1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan

infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.

2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana

tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika

menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan

infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan

lunak yang dalam dari luka bekas insisi.

3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana

tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan

alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi

berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ

tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena

manipulasi yang terjadi.

2.2 Etiologi

Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri

gram negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat

yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi.

Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus.

3
Pada akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh

luka operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi. Infeksi

tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan tubuhnya yang efektif

untuk menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka operasi. Infeksi potensial

terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah :


- Jumlah bakteri yang memasuki luka

- Tipe dan virulensi bakteri

- Pertahanan tubuh host

- Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahahan

dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.

Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :


4
1. Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan

ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang

digunakan hampir tidak ada bedanya.

2. Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya.

3. Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan

setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena

berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut

sebagai tim operasi harus menjauhi daerah lapang operasi dan menjauhi daerah alat

karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi nantinya.

Tabel 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi

Faktor Pasien Faktor Operasi

- Malnutrisi - Pencukuran sebelum


operasi
- Diabetes mellitus
- Persiapan kulit
- Merokok
- Lama operasi
- Obesitas
- Profilaksis
- Topis infeksi
- Ventilasi
- Immunocompromised
- Instrumentasi
- Lamanya perawatan
- Drain

- Teknik pembedahan

2.3 Tanda dan Gejala

Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka

operasi :
1. Nyeri
2. Hipotermi atau hipertermi
3. Tekanan darah rendah
4. Palpitasi

5
5. Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa berwarna dan

berbau)
6. Bengkak (pasien merasa nyeri, sekitar daerah yang membengkak terasa hangat dan

berwarna merah)
Tanda-tanda infeksi meliputi:
1. Kalor
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab

terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena

panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan

hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.


2. Dolor
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-

ion tertentu dapat merangsang ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu seperti

histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu

pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal

dan menimbulkan rasa sakit.

3. Rubor
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan.

Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah

tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam

mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja

meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia

atau kongesti.
4. Tumor
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari

sirkulasi darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di

daerah peradangan disebut eksudat.


5. Functiolaesa

6
Adanya perubahan fungsi secara superfisial pada bagian yang bengkak dan

sakit disertai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ

tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.

2.4 Diagnosa

Untuk mendiagnosa suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara :


d. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada tanda tanda inflamasi yang

dapat berupa rubor, dolor, color, nyeri maupun functiolesa, dan juga berupa cairan

atau sekret yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran dari

infeksi.
e. Tes darah lengkap
f. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri apa yang

terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat.

Klasifikasi luka operasi

Clean ass I) luka operasi yang tidak terinfeksi yang mana


tidak ada peradangan yang ditemukan pada
saluran pernafasan, saluran pencernaan, genital,
atau traktus urinarius tidak terkena. Luka
biasanya tertutup dan jika perlu drainase
dengan closed drainage. Luka operasi diikuti
dengan trauma tumpul seharusnya dimasukkan
pada kategori ini jika masuk dalam kriteria.

Contoh : Hernia repair, biopsi mammae 1-5,4%


Clean-contaminated (Class II) Luka operasi yang mana saluran pencernaan,
saluran pernafasan, traktus urinarius dan genital
terkena dengan kondisi terkontrol dan tanpa
kontaminasi yang tidak biasanya.

Contoh : Cholecystectomy, operasi saluran


pencernaan elektif

7
Contaminated (Class III) terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai
tambahannya, pembedahan dengan potongan
besar dengan tknik yang steril atau kebocoran
besar pada saluran pencernaan, dan sayatan
yang akut, inflamasi yang nonpurulen termasuk
dalam kategori ini.

Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas,


enterotomy saat obstrusi usus
Dirty (Class IV) Luka traumatik yang lama, yang tertahan pada
jaringan termasuk infeksi klinis yang ada atau
adanya perforasi. Definisi ini menunjukkan
bahwa organisme penyebab infeksi post operasi

Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik


jaringan lunak 3,1-12,8%

2.5 Penatalaksanaan

1. Pembersihan luka
Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk

membersihkan luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat untuk

memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan cedera pada jaringan luka.

Pertama-tama mencuci luka dengan air yang mengalir, membersihkan dengan sabun

yang lembut dan air, serta dapat memberikan antiseptik.


2. Debridement
Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati

dan jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka

atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan

mengering. Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.


3. Penutup luka
Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi

luka dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan

8
tekanan untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk.

Pembalut bisa mengandung beberapa substansi untuk mempercepat penyembuhan.


4. Obat-obatan
Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga

mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau

demam.
5. Pengobatan lain
Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan

luka yang buruk membantu mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu

minum obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.

Dokter mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial

untuk meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan

untuk meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh

darah.
6. Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
a. Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar 10,1%.

Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO dapat

diturunkan menjadi 1,3%.


Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi kontaminasi

atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah besar atau sudah

ada infeksi yang secara klinis belum manifestasi.


b. Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat

yang digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan

spektrum sempit, generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan

terapi.
Dengan memperhatikan spektrum, antibiotik ditujukan pada kuman yang

potensial menimbulkan ILO, dan antibiotik tersebut dapat melakukan penetrasi

ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang cukup.


9
Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak macam kuman

normoflora, namun tidak semuanya potensial menimbulkan infeksi dan jumlah

koloninya tidak banyak.


Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi, efektivitas,

toksisitas, serta kemudahan cara pemberiannya. Pada umumnya untuk berbagai

macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi I yaitu sefazolin,

sedangkan sefalosporin generasi III tidak dianjurkan untuk antibiotik profilaksis.


c. Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal

inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi. Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal. Dosis yang kurang adekuat, tidak hanya tidak

mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya

resistensi kuman.
d. Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

pemberiannya dilakukan secara intravena.


e. Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat insisi

maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya. Pemberian

antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar operasi, pada waktu

anestesi melakukan induksi, untuk itu dapat minta tolong anaestesis untuk

memberikannya. Antibiotik tersebut harus mencapai kadar puncak didalam

jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman kedalam jaringan di lapangan

operasi. Antibiotik tidak bermanfaat untuk mencegah terjadinya ILO jika

diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam dilakukan insisi.


f. Tepat lama pemberian

10
Pada operasi yang lama > 3 jam atau perdarahan selama operasi > 1500

ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan, oleh karena itu

pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan. Jika operasi sangat

memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk

sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin.

2.6 Pencegahan

1. Preoperative

a. Persiapan pasien

1. Kapanpun jika memungkinkan, identifikasi dan obati semua infeksi yang

terlokalisir di daerah operasi sebelum operasi elektif dan operasi elektif yang

tertunda pada pasien dengan daerah infeksi pada luka sampai infeksi

terobati.

2. Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien

diabetes dan selalu hindari hiperglikemi sebelum operasi.

3. Cuci dan bersihkan dengan benar sekitar daerah insisi untuk membuang

kontaminasi sebelum menyiapkan antiseptik kulit.

4. Gunakan antiseptik yang tepat.

5. Oleskan antiseptik secara lingkaran yang dimulai dari tengah bergerak

menuju pinggir. Daerah yang dipersiapkan harus cukup besar untuk

memperpanjang sayatan atau membuat sayatan baru jika diperlukan.

b. Antiseptik tangan/ lengan bawah untuk anggota tim bedah.

11
1. Potong pendek kuku dan jangan memakai kuku palsu.

2. Lakukan pencucian tangan sebelum operasi paling tidak 2 sampai 5 menit

menggunakan antiseptik yang tepat. Cuci tangan dan lengan bawah sampai

ke siku.

3. Setelah mencuci tangan, jaga tangan di atas dan tidak bersentuhan dengan

tubuh (siku pada posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung jari menuju

siku. Keringkan tangan dengan handuk steril dan pakai baju operasi steril

dan sarung tangan steril.

4. Bersihkan bawah tiap kuku sebelum mencuci tangan pertama kali.

5. Jangan menggunakan perhiasan.

2. Intra operatif

a. Ventilasi

1. Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi dengan

memperhatikan koridor dan area yang berdekatan.

2. Saring semua udara, disirkulasi ulang dan segar, melalui filter yang baik

sesuai rekomendasi.

3. Jangan menggunakan radiasi UV di kamar operasi untuk mencegah infeksi

luka operasi.

4. Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali dibutuhkan untuk jalan peralatan,

personel dan pasien.

12
5. Batasi jumlah personel yang memasuki ruang operasi sesuai yang

dibutuhkan.

b. Membersihkan dan diinfeksi permukaan lingkungan

1. Ketika kotoran yang terlihat atau kontaminasi dengan darah atau cairan

tubuh permukaan atau peralatan terjadi selama operasi, gunakan disinfektan

untuk membersihkan area yang terkena sebelum operasi berikutnya.

2. Jangan melakukan pembersihan khusus atau menutup kamar operasi setelah

terkontaminasi atau operasi yang kotor.

3. Vakum basah lantai kamar operasi setelah operasi terakhir dengan

disinfektan.

c. Sterilisasi peralatan bedah

1. Sterilisasi instrumen operasi.

2. Lakukan sterilisasi cepat hanya pada item peralatan perawatan penyakit yang

akan digunakan segera. Jangan gunakan sterilisasi cepat untuk alasan

kenyamanan, seperti sebuah alternatif membeli peralatan tambahan, atau

untuk menghemat waktu.

d. Pakaian operasi

1. Pakai masker operasi yang menutup keseluruhan mulut dan hidung ketika

memasuki ruang operasi jika operasi akan dimulai atau sedang berjalan atau

jika instrument steril sedang terekspos. Pakai masker selama operasi.

13
2. Gunakan topi atau tudung untuk menutupi rambut secara keseluruhan di

kepala dan wajah ketika memasuki ruang operasi.

3. Pakai sarung tangan steril jika menjadi tim operasi. Pakai sarung tangan

setelah memakai baju steril.

4. Gunakan jubah operasi dan penutup yang merupakan barier efektif ketika

basah.

5. Ganti baju operasi yang terlihar sudah kotor, terkontaminasi dan atau

dipenetrasi oleh darah atau material lain yang potensial infeksius.

e. Asepsi dan teknik operasi

1. Mengikuti prinsip asepsis ketika menempatkan peralatan intravascular,

kateter anesthesia spinal atau epidural, atau ketika memberikan obat secara

intravena.

2. Susun peralatan steril dan obat cair sebelum digunakan.

3. Perlakukan jaringan dengan lembut, pertahankan hemotasis efektif,

minimalkan jaringan lemah dan benda asing dan eradikasi ruang mati di

tempat operasi.

4. Lakukan penutupan tunda kulit primer atau biarkan sebuah sayatan terbuka

agar sembuh kemudian jika ahli bedah memperkirakan daerah operasi

terkontaminasi berat.

14
f. Perawatan insisi setelah operasi

1. Lindungi dengan penutup steril untuk 24 sampai 48 jam setelah operasi,

sebuah sayatan yang telah tertutup secara primer.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti penutup dan setelah kontak

dengan tempat operasi.

3. Ketika penutup sayatan harus diganti, gunakan teknik yang steril.

4. Edukasi pasien dan keluarga menyangkut perawatan sayatan yang baik,

gejala infeksi luka operasi, dan perlunya melapor segera.

5. Tidak ada rekomendasi untuk menutupi sayatan yang tertutup secara primer

melebihi 48 jam.

BAB III
KESIMPULAN

Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat

terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah

operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang

terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan

maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang

dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Menurut sistem CDCs terdapat

standarisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu : 1. Insisi

Superfisial; 2. Insisi Dalam; 3. Organ atau ruang.


Luka yang di buat pada saat operasi merupakan tempat jalan masuk dari bakteri,

karena itu diperlukan penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya infeksi luka operasi.
15
Pencegahan agar tidak terjadi infeksi luka operasi adalah pada saat preoperatif dan

intraoperatif.
Demam pascaoperasi seringkali terjadi dan menjadi sumber perhatian bagi dokter dan

pasien. Berbagai infeksi dan demam pascaoperasi nonbedah yang tersering adalah infeksi

traktus urinarius, infeksi traktus respiratorius dan infeksi yang berkaitan dengan kateter

intravena. Semua infeksi ini dapat dengan mudah didiagnosis. Penyebab penting infeksi

pascaoperasi dan demam lainnya adalah infeksi luka dan infeksi intraabdominal yang

memerlukan terapi operatif.


Demam pada tiga hari pertama pascaoperasi paling mungkin disebabkan faktor

nonifeksi. Namun jika muncul pada hari kelima pascaoperasi atau lebih, insidens infeksi luka

jauh melampaui insidens demam yang tidak terdiagnosis. Suhu yang meningkat 5-8 hari

pascaoperasi merupakan suatu masalah dan biasanya berkaitan dengan sesuatu yang harus

dievaluasi dan diterapi oleh tim bedah. Evaluasi pasien 58 hari pascaoperasi membuat ahli

bedah mencari lima W yang berkaitan dengan demam pascaoperasi yaitu wind (paru-paru),

wound (luka), water (traktus urinarius), waste (traktus gastrointestinal), dan wonder drug

(obat penyebab). Penyebab munculnya demam akibat infeksi 36 jam pertama yaitu infeksi

jaringan lunak invasive yang dimulai dari tempat luka yang disebabkan oleh streptococcus

beta-hemolitikus ataupun spesies klostridium.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston Textbook

of Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier

Saunders; Philadelphia. P 258-263

2. Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E.

2006. Schwartzs manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96

3. Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for

prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New

York.

4. Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site

Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb 2009.

5. Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24

Februari 2009

6. Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 24

Februari 2009

7. Colleges Committee on Operating Room Environment (CORE) .1999.

http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari 2009

17

Anda mungkin juga menyukai