Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BBLR

Rabu, 13 Juli 2011


PRINSIP STIMULASI PADA ANAK
Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan:
1. ungkapan kasih sayang
2. bermain dengan anak
3. berbahagia bersama
4. stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan, dan mencakup empat bidang kemampuan
perkembangan stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak
5. stimulasi dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau marah apabila anak tidak
mampu melakukannya
6. Memberikan pujian bila anak berhasil
7. stimulasi dilengkapi dengan alat bantu sederhana dan mudah didapat, misalnya mainan yang
dibuat sendiri dari bahan bekas, alat yang ada dirumah atau benda yang ada dilingkungan sekitar.
Diposkan oleh Putri Utami Dewi Masitoh di 07.58 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BBLR

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kongres Kedokteran Perinatologi Eropa Ke-2, 1970, mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lahir 2500 gr dan mengalami masa gestasi yang diperpendek maupun pertumbuhan intra uterus
kurang dari yang diharapkan (Rosa M. Sacharin, 1996).
Berat Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang mempunyai resiko tinggi untuk kesakitan dan kematian karena BBLR mempunyai
masalah terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.
Angka kejadian (insidens) BBLR di negara berkembang seperti di Inggris dikatakan sekitar 7 % dari seluruh kelahiran. Terdapat
variasi yang bermakna dalam insidens diseluruh negeri dan pada distrik yang berbeda, angka lebih tinggi di kota industri besar
(Rosa M. Sacharin, 1996). Sedangkan di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena di Indonesia angka
kejadiannya masih tinggi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari tahun ke tahun tidak banyak berubah sekitar 22 % - 26,4 %.
Berkenaan dengan itu upaya pemerintah menurunkan IMR tersebut maka pencegahan dan pengelolaan BBLR sangat
penting. Dengan penanganan yang lebih baik dan pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan BBLR, diharapkan angka
kematian dan kesakitan dapat ditekan.
Peran serta perawat dalam pencegahan BBLR dengan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin yang dikandung, maka perlu
dilakukan deteksi dini melalui pemantauan Ante Natal Care dan pengelolaan BBLR dengan penanganan dan pengetahuan yang
memadai dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas kelompok tertarik untuk mengangkat masalah asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR di
Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian BBLR
b. Mengetahui etiologi/penyebab bayi BBLR
c. Mengetahui patofisiologi bayi BBLR
d. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada bayi BBLR
e. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi dengan BBLR berdasarkan prioritas masalah
f. Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada bayi dengan BBLR
g. Mengetahui kesenjangan antara konsep dasar teori dengan penerapan nyata di lapangan.
1.3 Batasan Masalah
Pada makalah ini masalah kami batasi pada asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, terjadi gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.

2. ETIOLOGI

a. Berkaitan dengan bayi baru lahir kurang bulan

- Toxemia Gravidarum.

- Penyakit sistemik akut pada ibu (pneumonia, pyelonefritis, typus, appendiksi-

tis akut).

- Kehamilan kembar

- Tidak diketahui penyebabnya (50 %)

b. Berkaitan dengan bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan), ibu dengan :

- Diabetes Melitus

- Hipertensi

- Pre Eklamsia

- Infeksi

- Malnutrisi

- Obat-obatan

3. PEMBAGIAN BBLR

a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)

- Lahir masa gestasi kurang dari 37 minggu


- Berat bdan sesuai dengan berat badan masa gestasi

- Imaturitas sistem organ

b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)

- Berat badan tidak sesuai masa gestasi

4. PENYAKIT PENYERTA PADA BBLR

a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)

- Aspirasi pneumonia

- Perdarahan Intra Ventrikuler

- Hiperbilirubinemia

- Gangguan pernafasan idiopatik

b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)

- Aspirasi mekonium diikuti dengan Pneumotorak

- Hb meningkat akibat hipoksia kronis

- Hipoglikemi

- Asfiksia, perdarahan paru masif, hipotermi, infeksi

5. MANIFESTASI KLINIK

a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)

- BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala > badan

- Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar

- Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang

- Tangis lemah, tonus otot leher lemah.

- Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.

- Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini

- Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial

- Nafas belum teratur

- Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak

- Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk dengan baik

b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Dibagi dalam 3 stadium :

1. Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis dan kering.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat
badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil. Bayi yang berat badannya
diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan untuk umur krhamilan.
Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat
lahir di namakan berat badan lahir rendah
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah di bedakan:
Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 2500 gram
Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram

2.2 ETIOLOGI
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan ( dismatur ).
2.2.1 PREMATUR MURNI
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau BBLR adalah
1. Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya

Gizi saat hamil kurang

Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)

Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion

Faktor pekerja terlalu berat

Primigravida

Ibu muda (<20 tahun)

2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah
dini
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital
4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
5. Faktor yang masih belum diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar
kepala kurang dari
33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2.2.2 DISMATUR

Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum
bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah
masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknya adipose tissue
2. Disporpotionate IUGR
Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur
1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu,
(tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
1. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak
plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus,
herpez, sifillis)
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui

2.4 PENATALAKSANAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka
perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu , pemebrian makanan bayi, Ikterus , pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturasn panas belum
berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain
dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahhankan.
2. Makanan bayi premtur.
Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg
BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minumbayi sekitar 3 jam setelahn lahir dan
didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sesikit
dengan frekwensi yang lebih sering. Asi merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI lah ynag paling dahulu diberikan,
bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan lahan atau dengan memasang
sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kfBB/hari
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus
muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
4. pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4
jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2.5 PROGNOSA

Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda
masa gestasi / makin rendah berat bayi , makin tinggi angka kematian ) , asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan ,
perdarahan interafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi,
hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan persalinan dan pos natal (pengaturan suhun lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain lain )
Pengamatan Lebih Lanjut
Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati selanjutnya oleh karena
kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan
penyakit penyakit seperti Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya

2.6 Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR


2.6.1 Pengkajian

1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan (Allen Carol V. 1993 : 28).
Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan
alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit
seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan
juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui
atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.

Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
2.6.2 Analisa Data dan Perumusan Masalah

Sign / Symptorn Kemungkinan


Masalah
Penyebab
Pernafasan tidak teratur, Produksi surfactan yang Gangguan pertukaran gas
pernafasan cuping belum optimal
hidung, cyanosis, ada lendir pada
hidung dan mulut, tarikan inter-
costal, abnormalitas gas darah
arteri.
2.Akral dingin, cyanosis pada- lapisan lemak dalam kulit Resiko terjadinya hipotermia
ekstremmitas, keadaan umum tipis
lemah, suhu tubuh
dibawah normal
3.Keadaan umum lemah, reflek- Reflek menghisap lemah Resiko gangguan pemenuhan
menghisap lemah, masih terdapat kebutuhan nutrisi.
retensi pada sonde
4.Suhu tubuh diatas normal, tali - Sistem Imunitas yang Resiko terjadinya infeksi
pusat layu, ada tanda-tanda belum sempurna
infeksi, abnormal kadar leukosit,- Ketuban mekonial
kulit kuning, riwayat persalinan- Adanya tali pusat yang belum
dengan ketuban mekoncal kering
5.Akral dingin - Metabolisme meningkat Resiko terjadinya
Ekstremitas pucat, cyanosis,- Intake yang kurang. hipoglikemia
hipotermi, distrostik rendah atau
dibawah harga normal.

6.Bayi dirawat di dalam inkubator di Perawatan intensif Gangguan hubungan


ruang intensif, belum ada kontak interpersonal antara ibu dan
antara ibu dan bayi bayi.

2.6.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus
4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial
6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.
2.6.4 Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan BBLR

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Gangguan pertukaran Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang dengan 1. Memberi rasa nyaman da
gasb/d produksi surfactan Kebutuhan O2 bayi terpenuhi alas yang data, kepala lurus, dan leher mengantisipasi flexi lehe
yang belum optimal Kriteria: sedikit tengadah/ekstensi dengan dapat mengurangi kelanc
Pernafasan normal 40-60 kali meletakkan bantal atau selimut diatas jalan nafas.
permenit. bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3
Pernafasan teratur. cm
Tidak cyanosis.
- Wajah dan seluruh tubuh
Berwarna kemerahan (pink 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung 2. Jalan nafas harus tetap
variable). bila perlu. dipertahankan bebas dari
Gas darah normal untuk menjamin pertukar
PH = 7,35 7,45 yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal dan tanda- 3. Deteksi dini adanya kelai
tanda cyanosis tiap 4 jam

Kolaborasi dengan team medis dalam4. Mencegah terjadinya


pemberian O2 dan pemeriksaan kadar hipoglikemia
gas darah arteri

2. Resiko terjadinya Tujuan Letakkan bayi terlentang diatas 1. Mengurangi kehilangan p


hipotermi b/d lapisan Tidak terjadi hipotermia pemancar panas (infant warmer pada suhu lingkungan seh
lemak pada kulit yang Kriteria meletakkan bayi menjadi
masih tipis Suhu tubuh 36,5 37,5C
Akral hangat
Warna seluruh tubuh
kemerahan
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai Mencegah kehilangan tub
untuk mengeringkan tubuh, letakkan melalui konduksi.
bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas
handuk / kain yang kering dan hangat.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam. 3.
Perubahan suhu tubuh ba
dapat menentukan tingka
hipotermia
4. Kolaborasi dengan team medis untuk 4. Mencegah terjadinya
pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI hipoglikemia
tidak mungkin diberikan.
3. Resiko gangguan Tujuan:Kebutuhan nutrisi
1. Lakukan observasi BAB dan BAK 1. Deteksi adanya kelainan
penemuan kebutuhan terpenuhi jumlah dan frekuensi serta konsistensi. pada eliminasi bayi dan s
nutrisi sehubungan dengan Kriteria mendapat tindakan / pera
reflek menghisap lemah. Bayi dapat minum pespeen / yang tepat.
personde dengan baik.
Berat badan tidak turun lebih
2. Monitor turgor dan mukosa mulut. 2. Menentukan derajat dehi
dari 10%. dari turgor dan mukosa m
Retensi tidak ada.
3. Monitor intake dan out put. 3. Mengetahui keseimbanga
tubuh (balance)
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.4. Kebutuhan nutrisi terpen
secara adekuat.
5. Lakukan control berat badan setiap hari.
5. Penambahan dan penurun
badan dapat di monito
5. Lakukan control berat badan setiap hari.
5. Penambahan dan penurun
badan dapat di monito
4. Resiko terjadinya infeksiTujuan: 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik1. Pada bayi baru lahir daya
Selama perawatan tidak terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan tubuhnya kurang / rendah
komplikasi (infeksi)
Kriteria
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencegah penyebaran in
Tidak ada gangguan fungsi melakukan tindakan. nosokomial.
tubuh.
3. Pakai baju khusus/ short waktu 3. Mencegah masuknya bak
masuk ruang isolasi (kamar bayi) baju petugas ke bayi
4. Lakukan perawatan tali pusat 4. Mencegah terjadinya infe
dengan triple dye 2 kali sehari. memper-cepat pengeringa
pusat karena mengan-du
biotik, anti jamur, desinfe
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) 5. Mengurangi media untuk
dan lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan 6. Deteksi dini adanya kelai
gejala kardinal
7. Hindarkan bayi kontak dengan 7. Mencegah terjadinya pen
sakit. infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis 8. Mencegah infeksi dari
untuk pemberian antibiotik. pneumonia
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan pen
laboratorat sesuai advis dokter yaitu
pemeriksaan DL, CRP.
5. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat
1. Mencega pembakaran gli
hipoglikemia sehubungan Tidak terjadi hipoglikemia serta monitor setiap pemberian nutrisi. dalam tubuh dan untuk
dengan metabolisme yang selama masa perawatan. pemantauan intake dan o
meningkat Kriteria
- Akral hangat
- Tidak cyanosis
- Tidak apnea
Suhu normal (36,5C -37,5C)
Distrostik normal 2. beri selimut dan bungkus bayi serta 2. Menjaga kehangatan aga
(> 40 mg) perhatikan suhu lingkungan terjadi proses pengeluara
yang berlebihan sedangka
lingkungan berpengaruh
suhu bayi.
3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi,3. Deteksi dini adanya kelai
respirasi)
4. Kolaborasi dengan team medis untuk 4. Untuk mencegah
pemeriksaan laborat yaitu distrostik. terjadinya hipoglikemia l
lanjut dan kompli-kasi ya
ditimbulkan pada organ -
tubuh yang lain.
6. Gangguan Tujuan : 1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang 1. Ibu mengerti keadaan bay
hubungan interpersonal Terjadinya hubungan batin keadaan bayinya sekarang. dan mengura-ngi kecema
antara bayi dan ibu antara bayi dan ibu. untuk kooperatifan ibu/ke
sehubungan dengan
perawatan intensif.
Kriteria: 2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan2. Membantu memecah-kan
Ibu dapat segera perasaannya. permasalahan yang dihad
menggendong dan meneteki
bayi.
Bayi segera pulang dan ibu 3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah 3. Ketidaktahuan memperbe
dapat merawat bayinya sakit. stressor.
sendiri.
4. Tunjukkan bayi pada saat ibu 4. Menjalin kontak batin an
berkunjung (batasi oleh kaca dan bayi walaupun hanya
pembatas). kaca pembatas.
5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu
5. Rawat gabung merupaka
dan bayi jika keadaan bayi mempererat hubungan ib
memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbo
pulang.
2.6.5 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang
telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).

2.6.6 Tahap Evaluasi


Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam
rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi dilakukan
secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu
tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan.
Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.

BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan prinsip pendekatan proses perawatan antara lain:
Pengkajian
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi. Sedangkan
pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan resiko perubahan suhu, kurangnya kebutuhan nutrisi,
infeksi dan keadaan integritas kulit.

Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teori di dapatkan enam diagnosa keperawatan yakni :gangguan pertukaran gas, gangguan pemenuhan nutrisi, resiko
terjadi hipoglikemia, resiko terjadi hipotermia, resiko terjadi infeksi dan gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi.
Sedangkan pada kasus nyata penyusun hanya mendapatkan 4 diagnosa dari klien yakni : gangguan nutrisi, gangguan integritas
kulit, resiko hipotermia, dan resiko terjadi infeksi.

Rencana Keperawatan
Pada tinjauan teori rencana keperawatan ditekankan pada nutrisi , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan
tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga ditekankan pada hal tersebut di atas.

Tindakan Keperawatan
Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan
teori dan tinjauan kasus adalah nutrisi , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap tiap diagnosa sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan
yangtercantum pada tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada bayi dengan BBLR ini harus benar- benar
prosedural .

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian pada neonatus dengan BBLR ditekankan pada ditekankan pada adanya perubahan suhu,
nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi
2. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan
dengan keadaan tempat praktek yakni di ruang neonatus sehingga kurang maksimal.
3. Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar prosedural dan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas organ.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perlu adanya pendekatan dengan
klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah
keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Bronchitis alergia diruang neonatus hendaknya
perawat meningkatkan pengetahuan tentang masalah BBLR
4. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan neonatus dengan BBLR perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti,
cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.

4.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Ruangan : Neonatus No. Register : 10270712


Pengkajian pada tgl. : 09 Juni 2003 Jam : 10.00 wib

I. IDENTITAS KLIEN:
Nama : By. P.y
Jenis Kelamin : laki - laki
Tempat Tgl. Lahir : Surabaya, 17-05-2003
Umur : 23 hari
Anak Ke : I (pertama)
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. Py
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Tanjung kedamaian gresik.
Tanggal MRS : 20 Mei 2003 (di Ruang Neonatus)
Diagnosa Medis : NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi : Status klien dan orang tua (ibu)

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


Keperawatan Sekarang
Keluhan utama :
bayi lemah, malas minum, kulit disekitar bokong, anus dan kulit terkelupas basah dan kemerahan, kebiruan pada kepala, lengan
dan kaki bekas tusukan infus dan ambil darah.
b. Riwayat penyakit sekarang
kiriman dari RS. Anwar Medika karena prematuritas (BB masuk 1500 gr), dengan diagnosa resiko infeksi, oksigen 2lt/mnt, infus
D5% 90 cc/24 jam, inj. Vit K 1mg, Drip Ca. glukonas 3 cc, cefotaxim 2x 75 cc masuk NICU
c. Faktor yang memperberat : Saat bayi tidur telentang luka tambah parah
d. Upaya mengatasi : dinkubator, rawat luka, lingkungan dan personal hygiene ber-sih/nyaman.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a. (1) Prenatal :
Informasi dari ibu kehamilannya merupakan, anak pertama, Ibu usia 21 tahun, dengan umur kehamilan berdasarkan perhitungan
HPHT saat itu adalah 8 bulan (data dari rekam medik), saat hamil ibu tidak minum jamu, merokok, minuman keras lainnya. Penyakit
yang perdah diderita: tidak ada. Waktu kehamilan ANCnya 10 kali dan dilakukan imunisasi TT 2X di RS Anwar Medika
(G1P00000)
(2) Natal:
Bayi lahir usia kehamilan 35/36 minggu di RS. Anwar Medika Jam 13.00 WIB dengan spontan belakag kepala, indikasi KPP Apgar
score 8-9, BBL= 1700 gr, PB= 42 cm, LK=30 cm, LD= 30 cm, LLA= 8cm, jam 13.00 WIB (data dari dokumen Bayi), menurut
perhitungan Rumus Dobowitz score 30-31 minggu
(3) Post Natal :
K/U baik, caput (-), cepal hematom (-), Ubun-ubun besar belum menutup.
b. Luka/operasi :-
c. Alergi :-
d. Pola kebiasaan : -
e. Tumbuh Kembang : belum bisa terpantau hanya BBL 1700 gr dan BBS = 1400 gr (saat dilakukan pengkajian) BBM = 1500 gr
f. Imunisasi : belum
g. Status gizi : BB = 1400 gr, PB = 42 cm, LK = 30 cm diit Pasi 12 x 25 cc
h. Psikososial :-
i. Psikoseksual :-
j. interaksi :-
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Komposisi Keluarga : Keluarga terdiri dari ayah dan ibu
b. Lingkungan rumah dan keluarga : kelurga tinggal di lingkungan yang padat pen-duduknya.
c. Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga :ayah tamatan SLTA & bekerja swasta dengan dibantu oleh ibu
.d. Kultur dan kepercayaan : selama hamil ibu tidak minum jamu
e. Fungsi dan hubungan keluarga : baik
f. Prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : ibu belum dapat menyusui klien karena putting tidak menonjol.
g. Persepsi keluarga tentang penyakit klien : menyerahkan kepada Tuhan dan anak segera normal/bisa dibawa pulang.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Khusus Neonatus
a. Reflek moro : baik
b. Reflek menggegam : baik
c. Reflek menghisap : kurang
d. Tonus otot/aktivitas : menggerakkan tangan dan kaki ( lemah)
e. Kekuatan menangis : jarang
2. Anak dan neonatus
a. Keadaan umum
Lemah, aktivitas kurang, lebih banyak tidur, tangis cukup, BB = 1400 gr, PB = 42
cm, LK = 30 cm, suhu; 36.8 C, Nadi:148 x/menit, RR : 42 x/mt.
b. Kepala
Bentuk bulat, rambut lanugo (+) dipelipis dan telinga, kepala simetris (+), ubun-
ubun besar (fontanela mayor) belum menutup, cembung (-), cekung (-), sutura ; melebar (-), tampak kebiruan pembuluh darah
akibat tusukan infus.
c. Mata
Mata lebih banyak terpejam, reflek membuka (-), sclera mata ; ikterik (-), hiperemi
(-), konjuctiva anemi (+), udem palpebra (-), pergerakan bola mata bisa kesegala arah
d. Telinga
Terdapat rambut lanugo pada daun telinga, simetris (+), bila dipegang lembut dan keduanya bersih, serumen (-)
e. Hidung
Atresia koani (-), septum tidak ada deviasi (normal), kedua bersih dan terpasang sonde pada lubang sebelah kanan.
f. Mulut
Reflek menelan dan menghisap lemah, labioskhisis (-), palatoskisis (-), cyanosis (-)
g. Tenggorokan
tidak ada kelainan
h. Leher
Reflek tonik neck lemah, kaku kuduk (-)
i. Dada
Bentuk simetris (+), retraksi interkostae jelas, kulit tipis.
j. Paru-paru
Pernafasan kadang tidak teratur, gerakan dada simetris (+), bunyi sonor (+)
k. Jantung
S1, S2 tunggal, murmur (+)
l. Abdomen
Terlihat banyak pembuluh darah, distensi (-), bising usus (+)
m. Ginjal
BAK lancar dan frekwensi berkemih 6-7 x/hari
n. Genetalia
Kedua testis belum turun, hipospadia (-), terdapat luka kemerahan dan basah disekitar scrotum

o. Rektum
Anus (+), diare (-), BAB 1x/hr, dekubitus disekitar kulit bokong (+), terkelupas, basah dan kemerahan.
p. Ekstremitas
Pergerakan masih lemah dan kurang, tonus otot sangat lemah.bayi lebih banyak tidur terlentang, tampak kebiruan pada kaki dan
tangan akibat tusukan infus dan ambil darah. Kulittipis , lemak bawah kulit (-)
q. Punggung
Lecet (-),Lordosis (-), scoliosis (-), kiposis (-)
r. Neurologi
Reflek baik
s. Endokrin
Tidak ada kelainan

IV. POLA FUNGSI KESEHATAN


dan metabolisme : PASI 12x25 cc. Dicoba melalui speen dan sisanya melalui sonde
si : BAB 1 kali/ hari konsistensi lembek warna kuning /BAK 6-7 X/m warna jenih
3. Istirahat dan tidur : bayi aktivitasnya lebih banyak tidur
4. Aktifitas dan latihan : dalam kondisi lemah, bayi masih malas bergerak.
5. Lainnya : (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK TEST)


1.Laboratorium :
- Tanggal 9/6 ; Hb 7,4 gr/dl, GDA 180, Na; 131, K: 146, Ca :10,8,leuko 13000, Bili-
rubin Total 26
2. Thorax:: -
3. EKG ; -

IV. PROGRAM TERAPI


1. PASI : 12 x 25 cc
2. Salep : Myco-Z Oitment, Micostatin oles mulut
3. D 10 0,185 180cc/24 jam
4. Multivitamin 1x0,3cc
5. Meronem 3x 17mg (IV), Amikin 2x13,5 mg (IM)
6. Vit e 1x0,3 %, KCl syr 3% 2x1/2 cth
7. Tranfusi SWB 15cc (3x berturut-turut)
8. Head Up posisi
3.2 ANALISA DATA

No/ DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS= - Refleks mengisap Ganguan nutrisi


DO: kurang dari kebutuhan
- daya isap lemah tubuh
(letargi) lemah
- BBL =1700 gr (17/5)
- BBM =1500 gr (18/5) Volume lambung
- BBS =1400 gr (9/6)
-BBLR hari perawatan
ke 23 berkurang
- Keadaan umum lemah
- Bayi terpasang sonde Waktu pengosongan

lambung meningkat

Daya absorpsi lemak,

vit, dan mineral menurun

Kebutuhan nutrisi

bayi meningkat

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

2. Kelemahan tonus otot dan


DS=- jaringan kulit tipis Gangguan integritas
DO: kulit
-Kulit disekitar bokong,
anus dan kulit terkelupas
basah dan kemerahan
- - bayi tidur terlentang
- Kebiruan pada kepala, Kelemahan fisik
le-ngan dan kaki bekas
tusukan infus.
-BBLR hari perawatan Penenkanan yang
ke 23
- Keadaan umum lemah lama pada satu posisi
bagian tubuh
angkutan O2 dan Nutrisi
terganggu

Nekrosis jaringan

Kerusakakn integritas
kulit.
3. Jaringan kulit tipis, lemak Resiko terjadi
S: - Kurang (Termoregulator) gangguan
O: keseimbangan suhu
-S= 36,6C. tubuh
- RR= 42x/mnt,
-HR=148x/ mnt.
-Kulit tipis, lemak bawah
kulit (-).
Permukaan tubuh relatif
- Bayi dalam inkubator
lebih luas
- BBS= 1400 gr
- Dx medis ; BBLR
- Keadaan umum lemah

Pusat pengatur tubuh


belum sempurnah

Produksi panas berkurang

Pengguapan meningkat
Keseimbangan suhu
terganggu

Resiko terjadi
hypotermi/hypertermi

4 S: - Terbuka IgG menurun


O: jaringan infeksi
-S= 36,6C.
- RR= 42x/mnt,
- HR=148x/ mnt.
- Kulit tipis, lemak bawah
kulit (-).
kulit
- By dalam inkubator
- BBL= 1700 gr
- BBS= 1400 gr
- Dx medis ; BBLR
- Dekubitus (+)
dibokong & sekitar
scrotum
- Keadaan umum lemah
- Leukosit 13.000 mg/dl
- Dekubitus (+), Anti body belum terbentuk
sekitarbokong
terkelupas, kemerahan

Daya fagositosis belum


sempurna

Reaksi terhadap
peradangan menurun
Tindakan yang kurang
aseptic dan antiseptik

Resiko terjaadi infeksi

3.3 RUMUSAN PRIORITAS MASALAH


KEPERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d input yang kurang akibat daya isap yang masih lemah.
2. Ganguan integritas kulit b.d kelemehan tonus otot / penekaknan yang lama pada satu posisi.
3. Resiko hypotermy b.d belum maturnya organ termoregulator/ jaringan lemak dibawah kulit yang masih kurang.
4. Resiko terjadi infeksi b.d belum maturnya sistem imun bayi/ terbukanya jaringan kulit akibat tindakan invasive, luka dekubitus

3.4 RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. Py No Reg : 10270712 Hari rawat ke:

N Dix Kep Tujuan Rencana Rasional


o Intervensi
1 2 3 4 5
Asupan nutrisi 1. Berikan bayi 1. Memenuhi1nutrisi
terpenuhi setelah mi-num ASI/PASI bayi sesuai kebutuhan
dilakukan tindakan sesuai jadwal 2. Bayi tetap makan
keperawatan selam 12x25 cc sesuai jadwal,
a 3 X24 jam 2. Bangunkan bayi mengganti cairan yang
Dengan kriteria : untuk pemberian keluar.
reflek hisap baik, minum tiap 2 jam 3. Mengetahui jumlah
bayi ,berat badan 3. Catat setiap asupan nutrisi
naik, susu yang masuk. 4. Peningkatan BB
4. Timbang BB/hr indikasi nutrisi
Gangguan terpenuhi
integritas kulit
teratasi selama 3x
24 jam, dengan 1. Mengkaji
kriteria: derajat luka 1. sebagai data dasar
- kulit dalam merencanakan
bokong kering tindakan keperawatan
- pergerakan bayi2. Atur posisi luka.
aktif tidur bayi 2. Posi tidur yang
bekas luka infus terlalu lama pada satu
bagian dapat
mempermdah luka
lecet, akibatnya
jaringan sekitarnya
3. Ukur tanda- kurang mendapat O2
tanda vital. dan nutrisi.
3. Perubahan tanda
vital dapat berindikasi
4. Ganti popok yang adanya gangguan pada
basah organ tertentu
5. Rawat luka 4. Sebagai media
lecet secara pertumbuhan kuman.
aseptic dan 5. meminimalkan resiko
antiseptik. kontaminasi kuman.
6. Kolaborasi 6. dapat merngobati dan
pemberian mempercepat
salep micro Z pertumbuhan jaringan.
oitment pada kulit
yang mengelupas

No Dix Kep Tujuan Rencana Rasional


Intervensi
1 2 3 4 5
3 Gangguan Tidak terjadi 1. Ukur tanda- 1. sebagai data
nutrisi kurang gangguan tanda vital. dasar dalam
dari kebutuhan suhu tubuh S,N, merencanakan
tubuh b.d input selama Pernafasan tindakan
yang kurang perawatan keperawatan luka.
akibat daya dengan 2. Ganti pakaian2. Pakain basah
isap yang kriteria: bayi segera dapat
lemah - Suhu tubuh bila basah terjadi konveksi
batas normal panas dari tubuh
(36,5- 37,5) bayi meminimalk
- Bayi sudah an resiko
bisa kontaminasi
beradaptasi 3. Awasi suhu kuman.
dengan suhu inkubator
Ganguan lingkungan. Rawat luka 3. Perubahan suhu
integritas kulit lecet secara incubator, dapat
b.d kelemehan aseptic dan mempengaruhi
tonus otot / antiseptik. suhu tubuh anak.
penekaknan 4. Ganti
yang lama popok 4. Sebagai media
pada satu yang basah pertumbuhan
posisi kuman.

4
Tidak terjadi
Resiko terjadi infeksi
infeksi b.d dengan 1. kaji tanda
adanya luka kriteria : tanda vital 1.peningkatan
tindakan - luka lecet tanda
invasive pada bokong vital memberi
kering/ sinyal kepada
sembah. petugas dalam
- bekas infus 2. Cuci tangan merencarakan
sudah tidak sebelum dan tindakan
ada lagi / sesudah keperawatan
sembuh. melaksanakan
-sonde prasat 2. Mencegah
lambung 3. Menjaga /meminimalisir
sudah di aff. kebersihan terjadi nasokomial
kulit bayi
4. Menjaga
kesterilan alat 3. Mengurangi
atau menekan
5.Rawat luka pertumbuhan
leacet dengan kuman
aseptic dan 4. Menghindari
antiseptik. terjadinya
kontaminasi
kuman
5. perawatan yang
selalu
mengutamakan
6. Ganti popok aseptic dan
segera setelah antiseptik dapat
basah menguranggi/
7. Kolaborasi menghindari
dalam terjadinya
pemberian kontaminasi
terapi kuman/
antibiotik mikroorganisme.
6. Menekan media
pertumbuhan
kuman

7. Anti biotik
berguna untuk
membunuh kuman

3.5 TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : By PY

Hari/ Tgl No Dix Kep Tindakan keperawatan T.T


Selasa, 10-6- 1.Memantau derajat luka dengan hasil luka lecet
2003 pada bokong.
2. Mengatur posisi tidur bayi yaitu dari
terlentang menjadi tertelungkup
3. Mengukur tanda- tanda vital dengan
hasil suhu: 36,8 C nadi 140x/mnt, RR =
42x/mnt
5. merawat luka lecet yaitu membersihkan
6. Menganti alat-alat tenun yang basah yaitu
selasa,10-6 DX.II baju dan popoknya.

1. Mengukur tanda tanda vital, dengan hasil


s= 36,8 c RR :44x/ mnt HR= 140x/mnt

2. Menjaga agar lingkungan sekitar bayi tetap


hangat
2. Beri minum PASI setiap 2 jam yaitu tiap kali
pemberian 25 cc.
3. Menganti alat tenun yang basah yaitu setelah
kita alami
4. menghindaari terjadinya konverensi dengan
cara mematikan, FAN yang ada box incubator
selallllu ditutup setelah tindakan telah selasa.

3.5 TINDAKAN KEPERAWATAN

HARI & DIAGNOSA TINDAKAN PARAF


TGL, JAM KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Senin, 9-6- 1. Memberikan bayi minum
2003 jam 1 PASI sesuai jadwal 25 cc
10.30 WIB per sonde
2. Membangunkan bayi untuk
pemberian minum tiap 2
jam
3. Mencatat reaksi bayi
setelah diberikan minum.
4. Menimbang BB bayi
( 1400 gr)

5. Mencatat kemampuan bayi


untuk menghabiskan susu
yang diberikan dari 25
cc/jamnya.
1.Memantau derajat luka
2 dengan hasil luka lecet
pada bokong.
Senin, 9- 2. Mengatur posisi tidur bayi
6-03 jam yaitu dari terlentang
11.00 WIB menjadi tertelungkup
3. Mengukur tanda- tanda
vital dengan hasil suhu:
36,8 C nadi 140x/mnt, RR
= 42x/mnt
7. merawat luka lecet
yaitu membersihkan
8. Menganti alat-alat tenun
yang basah yaitu baju dan
popoknya.
1. Mengukur tanda
tanda vital, dengan hasil
3 s= 36,8 c RR :44x/
mnt HR= 140x/mnt
2. Menjaga agar lingkungan
sekitar bayi tetap hangat
Senin, 9- 5. Beri minum PASI setiap
5-03 jam 2 jam yaitu tiap kali
11.00 WIB pemberian 25 cc.
6. Menganti alat tenun yang
basah yaitu setelah kita
alami
menghindaari terjadinya
konverensi dengan cara
mematikan, FAN yang
ada box incubator selalu
ditutup setelah tindakan
telah selasai.
1. Mengkaji tanda
tanda vital (suhu 36,80C,
RR= 42 kali permenit,
nadi = 140x/mnt)
2. Menuci tangan sebelum
dan sesudah
4 melaksanakan tindakan
keperawatan
3. Menjaga kebersihan kulit
bayi
4. Menjaga kesterilan alat
5.Merawat luka leacet
dengan aseptic dan
antiseptik.
Senin, 9- 6. Mengganti popok segera
5-03 jam setelah basah
11.00 WIB 7. Mengkolaborasi dalam
pemberian terapi
antibiotik

1. Memberikan bayi minum


PASI sesuai jadwal 25 cc
per sonde
2. Membangunkan bayi untuk
pemberian minum tiap 2
1 jam
3. Mencatat reaksi bayi
setelah diberikan minum.
4. Menimbang BB bayi
( 1410 gr)

5. Mencatat kemampuan bayi


untuk menghabiskan susu
yang diberikan dari 25
cc/jamnya.
1.Memantau derajat luka
Selasa, dengan hasil luka lecet
10/5/03 pada bokong.
2. Mengatur posisi tidur bayi
yaitu dari terlentang
menjadi tertelungkup
2 3. Mengukur tanda- tanda
vital dengan hasil suhu:
36,9 C nadi 145x/mnt, RR
= 42x/mnt
4. merawat luka lecet
yaitu membersihkan
5. Menganti alat-alat tenun
yang basah yaitu baju dan
popoknya.

1. Mengukur tanda
tanda vital, dengan hasil
s= 36,9 c RR :42x/
mnt HR= 145x/mnt
Selasa, 2. Menjaga agar lingkungan
10/5/03 sekitar bayi tetap hangat
6. Beri minum PASI setiap
3 2 jam yaitu tiap kali
pemberian 25 cc.
7. Menganti alat tenun yang
basah yaitu setelah kita
alami
menghindaari terjadinya
konverensi dengan cara
mematikan, FAN yang
ada box incubator selalu
ditutup setelah tindakan
telah selasai.
1. Mengkaji tanda
tanda vital (suhu 36,90C,
RR= 42 kali permenit,
nadi = 145x/mnt)
Selasa, 2. Menuci tangan sebelum
10/5/03 dan sesudah
melaksanakan tindakan
keperawatan
3. Menjaga kebersihan kulit
bayi
4. Menjaga kesterilan alat
4 5.Merawat luka leacet
dengan aseptic dan
antiseptik.
6. Mengganti popok segera
setelah basah
7. Mengkolaborasi dalam
pemberian terapi
antibiotik
1. Memberikan bayi minum
PASI sesuai jadwal 25 cc
per sonde
2. Membangunkan bayi untuk
pemberian minum tiap 2
jam
3. Mencatat reaksi bayi
setelah diberikan minum.
Selasa, 4. Menimbang BB bayi
10/5/03 ( 1420 gr)
1
5. Mencatat kemampuan bayi
untuk menghabiskan susu
yang diberikan dari 25
cc/jamnya.
1.Memantau derajat luka
dengan hasil luka lecet
pada bokong.
2. Mengatur posisi tidur bayi
yaitu dari terlentang
menjadi tertelungkup
3. Mengukur tanda- tanda
vital dengan hasil suhu:
370 C nadi 140x/mnt, RR
= 42x/mnt
4. merawat luka lecet
2 yaitu membersihkan
Rabu, 5. Menganti alat-alat tenun
11/6/03 yang basah yaitu baju dan
popoknya.
1. Mengukur tanda
tanda vital, dengan hasil
s= 370 c RR :44x/
mnt HR= 140x/mnt
2. Menjaga agar lingkungan
sekitar bayi tetap hangat
3. Beri minum PASI setiap
2 jam yaitu tiap kali
pemberian 25 cc.
4. Menganti alat tenun yang
basah yaitu setelah kita
alami
3 menghindaari terjadinya
Rabu, konverensi dengan cara
11/6/03 mematikan, FAN yang
ada box incubator selalu
ditutup setelah tindakan
telah selasai.
1. Mengkaji tanda
tanda vital (suhu 370C,
RR= 42 kali permenit,
nadi = 140x/mnt)
2. Menuci tangan sebelum
dan sesudah
melaksanakan tindakan
keperawatan
3. Menjaga kebersihan kulit
bayi
4. Menjaga kesterilan alat
Rabu, 5.Merawat luka leacet
11/6/03 dengan aseptic dan
antiseptik.
4 6. Mengganti popok segera
setelah basah
7. Mengkolaborasi dalam
pemberian terapi
antibiotik
Rabu,
11/6/03
HARI,TGL DIAGNOSA EVALUASI PARAF
DAN JAM KEPERAWATAN
Diposkan oleh Putri Utami Dewi Masitoh di 07.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

2011 (2)
o Juli (2)
PRINSIP STIMULASI PADA ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BBLR

Mengenai Saya
Putri Utami Dewi Masitoh
InsyaAllah Apa yang kita inginkan akan tercapai.. amien
Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai