Anda di halaman 1dari 7

Anak perempuanku tersayang,

Ayah menulis surat ini tepat di hari ketika ayah menginjak umur 25.

Mungkin kamu sudah besar sekarang, ayah harap kamu membaca ini ketika kamu
mulai beranjak remaja. Saat dimana ayah sudah semakin canggung dan tidak
memahami jalan pikiranmu. Ketika kamu sudah mulai menemukan sosok laki-
laki lain yang menjadi idolamu, yang kamu ingin bersamanya siang dan malam.
Ketika kita sudah tidak lagi menjadi teman baik, dan bahkan ayah mulai sering
memarahimu.

Itu bukan hal yang salah anakku, itu wajar. Untuk itulah ayah menulis surat ini
dari masa lalu agar kita bisa saling berkomunikasi dan memahami. Ayah senang
sekali kamu mau membaca ini. Terimakasih anakku.

Anak perempuanku tersayang,

Di surat ini, ayah akan bercerita tentang kelahiranmu, serta doa dan harapan ayah
dan ibumu terhadapmu. Tentu, kamu punya hak untuk menentukan jalan
hidupmu sendiri, karena hidupmu adalah tanggung jawabmu kepada Tuhanmu.
Namun, ayah dan ibu juga bertanggungjawab untuk memberikanmu nasihat dan
berusaha agar kamu bisa menjadi manusia yang bermanfaat kan? Jadi, semarah-
marahnya kamu terhadap ayah, tolong dengarkan nasihat ayah buatmu.

Anakku perempuanku tersayang,

Kamu mungkin menggugat kenapa kamu harus dilahirkan, ayah juga pernah
berpikir seperti itu kok, tidak apa-apa kamu punya pikiran seperti itu. Cuma, ayah
ingin kamu tahu bahwa kelahiranmu sudah kami rencanakan, dan bukan hanya
luapan hawa nafsu belaka atau bahkan kecelakaan.

Kelahiranmu ayah sambut dengan suka cita, karena ayah memang tidak
merencanakan punya anak perempuan atau laki-laki. Anak laki-laki dan
perempuan sama, sama sama manusia yang mengemban tugas mengelola dunia
ini.

Ini menjelaskan kenapa ayah tidak suka memanjakanmu, dan mendidikmu agak
keras selama ini.

Ayah punya harapan kamu menjadi perempuan kuat, memiliki visi dalam hidup,
dan berguna bagi masyarakat. Itulah kenapa ayah dan ibumu sepakat dan
memohon agar kamu lahir, agar kamu memiliki andil mengubah dunia ini ke arah
yang lebih baik.
Sebelumnya ayah belum berniat memiliki anak. Bayangkan, dunia sudah sesak
dengan 6 milyar penduduk, penuh polusi, dan sumber daya alam semakin
berkurang. Ayah tidak tega membayangkan wajah cantikmu (turunan dari ayah
tentunya) berjibaku bersaing dengan manusia lainnya. Rasanya kasihan sekali,
anak ayah harus berjuang seperti itu.

Tapi ayah akhirnya sadar anakku, dunia membutuhkanmu, manusia-manusia


baru yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Membawa dunia
menjadi tempat yang lebih baik, seperti wanita-wanita hebat yang pernah ada
sebelumya.

Anakku perempuan tersayang,

Saat ini kamu beranjak remaja, mungkin baru masuk SMP. Kamu mungkin sudah
naksir-naksir cowok ganteng dan populer di sekolah. Itu wajar anakku, karena
ayah dulu juga populer di kalangan anak gadis desa. Atau justru sebaliknya, kamu
bakal jadi incaran cowok-cowok tengil atau bahkan kakak kelasmu yang mulai
bernafsu menaklukkanmu.

Saran ayah, tahan dulu keinginanmu untuk dekat dengan mereka. Tahan dulu
keinginanmu untuk chatting dengan mereka. Jalan masih amat jauh nak, kamu
masih terlalu muda. Kamu bakal bertemu dengan banyak laki-laki lain yang lebih
hebat di luar sana, memiliki kepribadian dan pemahaman agama yang lebih baik.
Lebih baik kamu fokus untuk mengembangkan bakatmu, berorganisasi, dan mulai
fokus untuk mencoba menyelesaikan masalah di sekitarmu.

Asahlah kepekaanmu terhadap masalah sekitar, ajaklah cowok-cowok tengil itu


untuk membantumu menyelesaikan masalah itu. Mereka pasti mau membantumu
kok. Minimal ikutlah OSIS, Pramuka, Paskibra, atau PMR. Ikut Pecinta Alam juga
boleh. Ikutlah dalam berbagai kegiatan sukarelawan, sesuai bidang minatmu.
Kamu akan belajar banyak dari situ.

Jangan tertipu rayuan gombal dan puisi cinta yang dikirimkan kepadamu. Mereka
cari itu di internet. Memang sih , penyair kelas teri meminjam, sedangkan penyair
kelas kakap mencuri. Cuma, kasih tahu saja ke mereka, kalau lebih baik mereka
kirimkan puisi itu ke penerbit daripada ke kamu, mungkin mereka bakalan jadi
penyair hebat.

Tapi anakku, tolaklah mereka dengan halus, karena mereka juga punya perasaan
kan? Mereka juga anak orang, dan belum tentu mereka brengsek. Bahkan
mungkin salah satu dari mereka bakal jadi suami mu kelak. Walaupun kamu
menolak, jalinlah hubungan pertemanan dan persahabatan dengan baik, karena
ini hanya masalah waktu yang belum saatnya. Tolaklah mereka dan jangan
permalukan mereka di depan teman-temanmu, terimalah hadiah-hadiah dari
mereka dengan baik, dan simpanlah. Mereka tulus memberikan itu, dan mungkin
itu memang cinta.

Bukankah hal yang paling membahagiakan di dunia adalah menjadi orang yang
dicintai? Sayangnya, banyak orang yang lupa akan hal ini dan menyia-nyiakan
cinta mereka. Dan seringkali, kita terus mencari yang terbaik tiada henti, sampai
kita tidak mengacuhkan orang-orang baik yang datang di kehidupan kita.

Bertemanlah, namun sekali lagi ayah pesan, jangan sekali-sekali menjalin ikatan
di usia mu saat ini, karena itu hanya akan membatasi gerakmu dan potensimu.
(Ayah harus meminta maaf kepada beberapa teman perempuan ayah jaman dulu
untuk hal ini)

Anakku perempuan tersayang,

Kamu sudah mulai remaja sekarang, sudah baligh. Sebenarnya ayah ingin kamu
berhijab, tapi itu sekali lagi menjadi pilihanmu. Ayah cuma mengajarkan apa yang
ayah yakini benar.

Maaf ayah memilihkan agama untukmu sejak kamu lahir, tapi saat ini, saat kamu
mulai dewasa ini, ayah bebaskan kamu untuk memilih. Pelajari agama-agama satu
persatu, dan pilihlah. Ayah tentu akan membimbingmu dan mengajarimu. Ayah
ingin kau tahu,bahwa agama ini ayah pilih ketika ayah berusia 18 tahun, dengan
kesadaran penuh, melalui diskusi panjang berliku, dan perenungan yang
mendalam.

Hidup adalah proses dan pencarian, ayah tidak akan mengkungkungmu dalam
satu dogma, carilah kebenaran dalam hidupmu seperti semangat Ibrahim ketika
mencari Tuhannya. Beliau menyembah bintang, bulan, matahari sampai akhirnya
menemukan Tuhan yang sejati, Tuhan yang menjadi tuan alam semesta. Carilah
hakikat hidup seperti Muhammad yang mengasingkan diri di Gua Hira, mencoba
mencari jawaban atas makna hidupnya di tengah masyarakat yang rusak.

Kamu mungkin akan melakukan kesalahan, berdosa, dan terjatuh. namun ingat
anakku, selama kamu masih hidup, masih terbuka kesempatan untuk
memperbaiki diri.

Anakku perempuan tersayang,

Mungkin kamu sudah mulai dandan dan belajar make up. Walaupun banyak
fashion stylish dan make up artist di luar sana, namun kukira konsultan
kecantikan terbaik adalah ibumu. Karena selain dia cantik dan bisa dandan
(walaupun kadang belepotan) , ibumu yang tahu batas kepantasan dan yang
paling penting, dia memberi nasihat tentang dandan didasari cinta kepadamu,
bukan didasari niat menjual produk fashion dan make up nya kepadamu.

Berdandanlah sewajarnya anakku, yang paling utama pastinya bersih dan suci
untuk solat, ngga perlu yang aneh-aneh (ini termasuk membabat habis alismu,
dan kemudian menggambarinya kembali dengan sulam alis). Ingat, kecantikan
sejati bukanlah dari mengkilapnya wajahmu, merahnya gincu mu atau warna
kukumu. Kecantikan sejati berasal dari jiwamu, pikiranmu, kebaikanmu, dan
kontribusimu kepada orang lain. Janganlah iri melihat teman-teman mu
berlomba-lomba berdandan dan mengikuti tren fashion di suatu waktu, karena itu
semua hanyalah semu.

Dan yang perlu kamu catat, hanya laki laki sejati yang bisa melihat kecantikan
sejatiitu, karena dia mencintai perbuatan baikmu, pikiranmu, dan jiwamu, bukan
fisikmu. Dan pada hakikatnya, dia mencintai dirimu yang sebenarnya, karena
ketika kamu mati, tubuh molekmu akan hancur, wajah cantikmu akan membusuk,
namun jiwamu dan amalmu tidak akan hilang, menanti pertanggungjawaban di
alam keabadian.

Laki-laki seperti itulah yang paling pantas untuk kau pilih.

Anakku perempuan tersayang,

Kagumilah perempuan-perempuan hebat yang mengubah dunia. Kagumlah pada


Bunda Teresa, yang mengabdikan diri membantu orang miskin. Tanpa pamrih
dan tanpa melihat latar belakang, membantu mereka yang membutuhkan uluran
tangan.

Kagumlah pada Marie Curie, yang meraih Nobel Fisika dan Kimia, serta bersama
suaminya merintis penelitian di bidang radiologi.

Kagumlah pada Malala Yousafzai, ketika umur 11 tahun dia menulis blog kepada
BBC menceritakan ngerinya hidup dibawah Taliban. Mereka anak-anak
perempuan tidak diperbolehkan sekolah dan ia memperjuangakan hak mereka
untuk sekolah. Pada umur 14 dia kepalanya di tembak Taliban, namun ia bisa
bertahan, meneruskan perjuangan, dan pada umur 17 mendapatkan Nobel
Perdamaian.

Kagumlah pada Sheryl Sandberg. Di tangannya bisnis Facebook berkembang luar


biasa. Dia salah satu wanita paling berpengaruh di jagat technology, dan yang
paling penting, adalah seorang istri dan juga seorang ibu.

Kagumlah pada Khadijah istri Muhammad, yang bersama suaminya meletakkan


fondasi kuat dalam agama. Dia yang pertama beriman ketika seluruh dunia
mendustakan suaminya. Dia yang menyelimuti suaminya ketika suaminya
gemetar menerima wahyu dan tanggung jawb besar untuk umat manusia. Dia
yang memberikan kecukupan ketika suaminya kekurangan.

Memang berat meneladani langkah mereka, karena mereka memang perempuan-


perempuan hebat dalam sejarah umat manusia. Kalau memang terlalu sulit untuk
menapaki jejak mereka, sebenarnya kamu bisa belajar dan meneladani orang yang
paling dekat denganmu. Ya, dia adalah ibumu.

Ibumulah yang mengajari ayah arti kesetiaan, cinta yang tulus, kerja keras, ,juga
rasa peduli serta berkontribusi terhadap masyarakat. Ibumu yang selalu
mendukung ayah untuk menjadi orang baik setiap harinya. Ayah dan ibumu juga
saling mendukung untuk mencapai potensi terbaik masing-masing dalam
menjalani hidup.

Kagumlah pada ibumu, namun untuk hal ini, tanyakan langsung kepadanya apa
yang sudah dia lakukan untuk kehidupan. Ayah yakin dia punya banyak cerita
untukmu.

Kamu memang punya pilihan dalam hidupmu, tapi ayah akan sangat senang
sekali jika kamu bisa menjadi seorang perempuan yang kuat, berkontribusi pada
masyarakat, baik dalam beragama, dan mencintai keluarga. Memang terdengar
sangat sempurna, tapi yakinlah itu untuk kebaikanmu sendiri.

Namun, yang terpenting yang harus kamu ingat, kesempurnaan itu bukanlah
tujuan, tapi setidaknya berusahalah sekuat tenagamu. Berusahalah untuk berbuat
baik dan berkembang setiap hari. Karena ketulusanmu dalam menjalani itu
semua adalah hal yang paling penting.

Jika Tuhan menilai kita dari hasil, tentu Nuh adalah orang gagal karena anak dan
istrinya mengingkarinya. Demikian pula Luth. Namun, Tuhan mengganjar
mereka dengan kemuliaan, karena konsistensi perjuangan mereka, dan keikhlasan
mereka dalam berbakti.

Akhir dari surat ini, ingatlah pesan ayah baik-baik : Hanya orang yang diasuh
dalam badai, yang bisa menguasai samudra. Kembangkanlah layarmu, dan
arungilah samudra kehidupan dengan berani.

Semoga berhasil, anakku perempuan tersayang.

Peluk hangat penuh cinta dari ayahmu


Not all of us can do great things. But we can do small things with
great love.
Mother Teresa

Kepada Kekasih
Untuk Apriska Afiolita

Aku merasakan sepimu sebagai keriuhan yang terpendam


Aku mendengar rindumu sebagai puncak percumbuan

Aku mengecapmu sebagai perempuan terindah yang mengenakan gaun terindah,


pada suatu senja terindah
Aku membauimu sebagai wangi yang merdu, menyanyikan kasih sayang tiada
habisnya

Aku mengingatmu sebagai jiwa yang nyala, menggerakkan kehendak semesta


Aku menatap hatimu sebagai samudra cinta, membasuh setiap kekaguman dan
menenggelamkanku di palungnya

Maka,

Izinkan kugenggam tanganmu ke suatu padang pasir dimana terik mentari terasa
sangat panas hingga melelehkan daging tubuh kita.

Namun disana, satu sama lain kita bisa saling memayungi sampai dingin dan
berdua kita merasa bahagia

Izinkan kugandeng tanganmu ke suatu mata air dimana embun pagi terasa sangat
dingin hingga menelanjangi tulang tulang kita.

Namun disana, satu sama lain kita bisa saling mendekap sampai hangat dan
berdua kita menyaksikan surga

Kerinduan Adalah
Kerinduan adalah percakapan yang tak sempat diucapkan sampai kepergian
memisahkan

Yang tercekat dalam hasrat dan kesombongan hati untuk mengakui, bahwa kita
saling mencintai

Kerinduan adalah tatapan mata yang tak sempat ditumpahkan sampai kita
kehilangan bayang bayang
Yang perlahan hilang dirobek jarak dan waktu, entah kapan akan kembali dirajut
agar menyatu

Kerinduan adalah pelukan yang tak sempat ditunaikan

Yang membeku dalam rasa kasih sayang dan airmata yang tertahan

Kerinduan adalah sunyi yang mendambakan keramaian

Yang dengan kesabaran hati, menanti ia kembali pulang

Anda mungkin juga menyukai