Anda di halaman 1dari 4

DEWASA ITU APA SIH

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tingkat kedewasaan seseorang tidak selalu berbanding lurus

dengan usianya. Mereka yang lebih tua belum tentu lebih dewasa. Lalu,

bagaimana mengukur tingkat kedewasaan seseorang ?

Ada beberapa aspek yang bisa dijadikan ukuran untuk menilai

tingkat kedewasaan seseorang :

1. Intelektual

Dari segi ini kita dikatakan dewasa dilihat dari kemampuan kita

membentuk pendirian. Artinya, kita punya pendirian atau prinsip yang jelas

sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh situasi yang menuntut kita

untuk bersikap . Tapi, tetap memperhatikan pendapat orang lain walaupun

tidak bersandar pada pendapat itu. Kemampuan mengambil keputusan

sendiri dengan tegas dan bebas berdasarkan bukti, alasan nyata dan

nasihat baik dari orang lain, serta tertanggung jawab dengan segala

keputusan kita. Tidak bingung kalau ada masalah, tapi dianalisis sebabsebabnya

sehingga bisa dicari kemungkinan-kemungkinan

penyelesaiannya.

2. Emosional

Kita dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional ditandai

dengan kemampuan menerima emosi dan menguasainya secara wajar.

Artinya, apapun emosi yang sedang kita alami, kita tetap bisa menguasai

dan mengelolanya dengan baik. Tidak dipengaruhi rasa takut dan gelisah.

Kita bisa mengintrol emosi sehingga tidak merugikan orang lain. Dari sini

dapat dilihat bahwa orang dewasa juga punya kecerdasan emosi yang
cukup tinggi.

3. Sosial

Kedewasaan kita dari segi sosial tampak dari keterbukaan

terhadap orang lain. Sanggup membuat persahabatan. Tidak bergantung

kepada siapa pun, tetapi bukan berarti kita tidak butuh orang lain. Kita bisa

menyesuaikan diri dan hormat dengan hukum, kebiasaan dan adat istiadat

masyarakat di mana pun kita berada.

4. Moral

Dari segi moral dapat dilihat dari kesetiaan kita pada asas-asas

moral dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya

semakin dewasa diri kita, akan semakin mementingkan orang lain daripada

diri sendiri.

5. Spiritual

Kedewasaan dari segi ini bisa dilihat dari cara berkeyakinan yang

tidak sempit. Kita mampu bergaul dan membina hubungan baik dengan

orang-orang yang keyakinannya berbeda dari diri kita. Kalau sudah

mencapai hal itu, kita mampu mencintai orang lain tanpa batas-batas

agama, ras, suku atau golongan.

Lalu, apakah seseorang yang disebut dewasa kemudian meninggalkan

segala bentuk keceriaan, dan kegairahan hidup ? Tentu saja tidak. Orang

dewasa tidak harus selalu bersikap seriut. Adakalanya orang dewasa juga

bersikap jahil dan senang bercanda untuk memecah kebekuan atau

menurunkan ketegangan.

Penghamat kedewasaan

Kedewasaan tidak selalu berhubungan dengan umur. Kadang ada


orang yang umurnya boleh dibilang tua, tapi sikapnya masih kekanakkanakan,

suka menang sendiri, emosian dan enggak mau kalah. Tapi, ada

yang sebaliknya walaupun usianya masih muda, dia mampu menjadi

panutan teman-temannya.

Kedewasaan adalah proses perkembangan kepribadian. Karena

proses, jadi nggak bisa instant. Tidak bisa hanya dengan berdandan ala

orang dewasa terus jadi orang dewasa. Kedewasaan itu lebih ke sikap kita

dalam menghadapi apa pun. Memang sih, mestinya yang umurnya lebih

banyak dia akan lebih dewasa karena sudah mengalami banyak haldalam

hidup dan lebih banyak belajar dari pengalaman. Tapi nyatanya tidak selalu

begitu, ini karena pendewasaan dalam prosesnya bisa mengalami

kemajuan, mandek bahkan mundur. Orang yang selalu belajar dari

pengalaman dan suka intropeksi diri biasanya proses kedewasaannya

makin maju. Artinya, makin hari ia makin tumbuh menjadi manusia yang

lebih bijaksana. Sebaliknya, orang yang cepat merasa puas sehingga

marasa tidak perlu belajar lagi, manja, tidak mau dikritik dan selalu lari dari

masalah akan mengalami hambatan dalam proses pendewasaannya.

Latihan

Ciri paling mencolok dari orang yang tidak dewasa adalah egoisme yang

tinggi. Artinya, selalu mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan

orang lain. Latihan pertama untuk menjadi dewasa adalah berlatih untuk

mengurangi sifat egois kita.

Latihan selanjutnya adalah belajar untuk menerima diri sendiri

apa adanya. Pada dasarnya orang menjadi egois karena ia tidak mampu

untuk menerima dirinya sendiri apa adanya. Jadi, contoh eksplor diri

sendiri kekurangan dan kelebihannya. Terimalah apa pun yang ada pada
diri sendiri. Hanya dengan menerima diri sendiri apa adanya, kita akan

mampu bersikap terbuka pada orang lain.

Mencintai semua yang ada dalam diri kita sendiri merupakan

dasar untuk bisa mencintai semua manusia. Kalau kita mampu mencintai

semua manusia apa adanya, itu berarti kita telah sampai di puncak

kedewasaan.

Kuncinya adalah belajar. Berlatih. Belajar. Berlatih

Anda mungkin juga menyukai