Anda di halaman 1dari 2

NAMA KELOMPOK

NURFAIDAH
NIM:2016.031
ANINDA
NIM:2016.006
FIKASARI
NIM:2016.012
EDO ALVIAN PAKAN
NIM:2016.011
KEMANDIRIANKU

Akbar adalah Seorang anak yang hidup di keluarga yang berkecukupan


dimana setelah lulus SMA kedua orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya
ke jenjang yang lebih tinggi di sebabkan ayahnya jatuh sakit sehingga tidak
dapat berkerja untuk menafkahi keluarganya. Ibunya bekerja sebagai tukang
cuci yang upahnya hanya cukup untuk makan sehari-hari . Hidup mandiri
adalah jalan yang ingin ditempuh akbar. ia tidak ingin merepotkan kedua orang
tuanya, Lahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia tidak mau
membebani orang tuanya sehingga memutuskan untuk tidak langsung
melanjutkan ke bangku kuliah.
Dengan kondisi ekonomi orang tua yang terpuruk, memaksakan kuliah
akan semakin membebani orang tuanya. Dia tidak mau terus meminta dan dia
ingin mandiri. Walaupun memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, Akbar tetap berharap nantinya bisa kuliah dan
mendapat gelar sarjana.
ia pun memilih bekerja untuk memperoleh uang hingga mencukupi biaya
kuliahnya nanti. Akhirnya ia bekerja sebagai karyawan dipabrik pembuatan
keripik yang tak jauh dari rumahnya, setelah beberapa bulan bekerja. Ia berfikir
untuk memulai usaha sendiri. Menurutnya, seseorang menjadi karyawan maka
dirinya tidak bisa mandiri karena selalu bergantung pada orang lain.
Dengan tekad dan kemandirian tersebut, Akbar lalu Menjalankan
berbagai macam usaha. Dia mengalami jatuh bangun dan hinaan dari orang-
orang di sekitarnya ketika memulai usaha sendiri.
Usaha pertama yang dia jalani adalah bisnis keripik singkong, setelah ia
bekerja dipabrik pembuatan kripik ia belajar banyak cara pembuatan keripik,
ibunya turut membantu dalam usahanya tersebut . ia berkeliling desanya untuk
mendagangkan kripiknya. Namun usahanya tersebut tidak berlangsug lama. Dia
sempat dipandang sebelahmata dan dihina. Walau mendapat banyak cibiran,
Akbar tidak pernah putus asa. Ia tak habis pikir, mengapa orang-orang di
sekitarnya tidak suka dengan apa yang dia lakukan. Padahal dia hanyalah anak
muda yang berusaha mencari uang sendiri dengan berusaha keras. Namun
berbagai sindiran dan hinaan itu membuat Akbar menjadi semakin keras dan
tidak mudah jatuh.
Ia memutar otak bagai mana usahanya dapat berjalan dengan baik segala
usaha ia lakukan, dengan melakukan percobaan-percobaan. Akhirnya ia
menambahkan rasa pedas manis pada produk keripik singkongnya. Ia pun
mendagangkannya ketiap-tiap toko. Selang beberapa hari pesananyapun
semakin banyak.
Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola bisnisnya, Akbar
merealisasikan keinginan untuk meneruskan kuliah. dia masuk ke Jurusan
Manajemen Universitas Hasanuddin Makassar. Ia menggunakan tabungan hasil
usahanya untuk bisa meneruskan ke bangku kuliah. dengan mengambil jurusan
ini maka ilmu yang didapat nanti akan membantu mengelola usaha yang
dirintis. Saat di bangku kuliah rezeki Akbar mulai terbuka lebar, ia mulai
menjual keripik beraneka rasa berbahan baku singkong yang dibungkus
pelastik. ia mendagangkan kripik Memakai bakul, ia menawarkan keripiknya
ke kampus dan teman-temannya dia menggunakan cara berjualan seperti ibu-ibu
di pasar yang menggendong dagangan. Ia memberi merk keripiknya keripik
mana lagi
Dalam sebulan, respon atas keripik itu mulai bermunculan. Kebanyakan
mengomentari penyedap rasa yang amat dominan. Setelah itu dia langsung
memperbaikinya karena kalau tidak, maka dia akan kehilangan pelanggan.
Akbar juga mulai mengenal selera pelanggan. Ternyata pelanggannya lebih
banyak yang menyukai keripik dengan kepedasan dari level 3 sampai 5. Tetapi
ada juga yang level 10. Dalam menjalankan usahanya, ia berharap kepercayaan
pelanggan tetap terjaga .
Akhirnya usahanya semakin berkembang Akbar memiliki 30 karyawan
dan omsetnya tidaklah main-main. Karena sikap kemandirian akbar akhirnya ia
dapat menjadi orang sukses dan membanggakan kedua orangtuanya. Walaupun
jalan yang ia hadapi cukup panjang namun ia tidak pernah mau merepotkan
kedua orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai