Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asam karboksilat merupakan bagian dari senyawa hidrokarbon, karena asam
karboksilat juga disusun oleh unsur karbon dan hidrogen. Asam karboksilat juga
disebut asam alkanoat yang merupakan segolongan asam organik alifatik yang
memiliki gugus fungsional karboksil. Asam karboksilat merupakan turunan dari
alkana dimana sebuah atom H dari alkana diganti gugus COOH. Rumus umum asam
karboksilat adalah R-COOH atau CnH2nO2.
Asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil (-COOH ), misalnya : asam formiat, asam asetat, asam propionat, asam
butirat, dan lain-lain. Asam asetat dapat dihasilkan dengan mereaksikan Natrium
asetat dengan Karbon hidrosulfat. Suatu ester karboksilat adalah suatu senyawa yang
mengandung gugus -COOR dengan R yang berupa alkil atau aril. Ester ini dapat di
bentuk dengan mereaksikan langsung suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol.
Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi, yang berkataliskan asam dan bersifat reversibel.

1.2. Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan asam karboksilat?
Bagaimana sifat-sifat yang dimiliki asam karboksilat?
Bagaimana cara penulisan tata nama asam karboksilat?
Bagaimana reaksi-reaksi pembuatan asam karboksilat?
Apa saja reaksi-reaksi senyawa asam karboksilat?
Apa saja aplikasi dan kegunaan dari asam karboksilat?
1.3. Tujuan Pembelajaran Asam Karboksilat
Mengetahui definisi dari asam karboksilat
Mengetahui sifat-sifat dari asam karboksilat
Mengerti cara penulisan tata nama asam karboksilat
Mengerti reaksi-reaksi pembuatan asam karboksilat
Mengetahui reaksi-reaksi asam karboksilat
Mengetahui aplikasi kegunaan dari asam karboksilat
BAB II
ISI

2.3. Definisi Asam Karboksilat


Asam alkanoat atau asam karboksilat merupakan golongan senyawa karbon
yang mempunyai gugus fungsional COOH yang terikat langsung pada gugus alkil,
sehingga asam alkanoat memiliki rumus umum: R-COOH. Asam karboksilat adalah
suatu golongan senyawa hidrokarbon yang juga mempunyai gugus karbonil yang
berikatan dengan satu gugus hidroksil yang disebut dengan gugus karboksil
(karbonil dan hidroksil).

Gambar 2.1. Gugus pada asam karboksilat


Asam Alkanoat adalah nama golongan menurut nomenklatur IUPAC. Asam
alkanoat dapat dianggap berasal dari alkana jika sebuah atom H dari alkana itu diganti
gugus COOH. Jadi CpH2p+2 menjadi CpH2p+1 COOH. Atau Cp+1H2p+2O2. Jika (p+1)
= n maka rumus tersebut berubah menjadi CnH2nO2. Rumus umum dari asam
karboksilat adalah CnH2nO2.
Pada nomenklatur IUPAC atom C dari gugus COOH dianggap bagian dari
rantai karbon utama dan diberi nomor 1, contoh:
CH3 - CH2 - COOH = asam propanoat
Pada nomenklatur rasional yang lain gugus COOH dianggap sebagai substituen
atau suatu gugus penukar, contoh:
CH3 CH2 COOH = asam etanakarboksilat
Rumus Strukstur Asam karboksilat :

R- C RCOOH RCO2H
A
OH
R
t

Gambar 2.2. Rumus struktur asam karboksilat


a
R merupakan alkil, seperti -CH3, -C2H5 , C3H7 dan sebagainya.
u

2.3. Sifat-sifat Asam Karboksilat


2.2.1. Sifat Fisik Asam Karboksilat
Mengandung gugus COOH yang terikat pada gugus alkil (R-COOH)
maupun gugus aril (Ar-COOH)
Asam dengan jumlah C 1 4 : larut dalam air
Asam dengan jumlah C = 5 : sukar larut dalam air
Asam dengan jumlah C > 6 : tidak larut dalam air
Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, dan benzen
TD asam karboksilat > TD senyawa organik lain dengan berat
molekul sebanding, karena asam karboksilat memiliki ikatan
hidrogen
Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring dengan
meningkatnya berat molekul
Titik didih dan titik lelehnya tinggi, karena antara molekulnya
terdapat ikatan hidrogen.
2.2.2. Sifat Kimia Asam Karboksilat
a. Asam alkanoat merupakan asam lemah. Semakin banyak atom C
yang dimiliki, semakin lemah asamnya. Asam alkanoat terkuat
adalah asam metanoat.
b. Jika suatu asam alkanoat direaksikan dengan basa, atom H dari gugus
karboksil dapat dengan mudah disubstitusi oleh atom logam,
sehingga terbentuk garam, contoh:

R-COOH + NaOH R-COONa + H2O

Karena garam tersebut terbentuk dari suatu asam lemah, maka


larutannya dalam air dihidrolisis oleh H2O sehingga bersifat alkalis.
Secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:

RCOO- + H2O RCOOH + OH-

c. Jika suatu asam alkanoat direaksikan dengan suatu alkohol, dengan


pengaruh asam sulfat pekat sebagai pengikat air, atom H dari gugus
COOH dapat diganti dengan gugus alkil sehingga terbentuk suatu
ester. Reaksi ini disebut dengan reaksi esterifikasi. Ester yang
dihasilkan oleh reaksi esterifikasi ini merupakan suatu non-elektrolit.

H2SO4
RCOOH+ROH Pekat RCOOR + H2O

d. Jika suatu asam alkanoat direaksikan dengan fosforhalogenida, gugus


OH dari COOH dapat diganti dengan atom halogen. Seyawa yang
terbentuk tergolong suatu alkanoilchlorida dengan rumus umum
RCOX. Gugus -COX dinamakan gugus karbohalogenida.
R-COOH + PCl5 R-COCl + POCl3 + HCl
e. Jika suatu alkanoilhalogenida direaksikan dengan NH3, gugus OH
dari COOH dapat diganti dengan NH2 sehingga terbentuk suatu
alkanamida (RCONH2)
f. Jika suatu asam alkanoat direaksikan dengan gas chlor, terjadilah
subtitusi atom-atom hydrogen dari atom C alfa. Subtitusi tersebut
dinamakan alfa subtitusi yang dipengaruhi oleh sinar matahari atau
fosfor atau belerang. Contoh:
CH3 CH2 COOH + Cl2 CH3 CHCl COOH + HCl

Asam 2- monoclhoropropanoat

Asam alfa monochloropropionat


Jika subtitusi tersebut diteruskan, dihasilkan asam 2,2 dichloro-
propanoat.
CH3 CHCl COOH + Cl2 CH3 CCl2 COOH + HCl
Jika asam 2-monochloropropanoat tersebut diatas di reaksikan
dengan NH3 maka atom halogen akan diganti dengan NH2 sehingga
terbentuk asam 2-aminopropanoat atau asam alfa aminopropionat.
g. Jika suatu asam karboksilat direaksikan dengan P2O5 maka P2O5 itu
akan mengikat 1 mol H2O dari 2 mol asam, sehingga terbentuk
anhidrida dari asam tersebut. O

CH3

2CH3 COOH + P2O5 C O+


2H
PO3
CH3

O
Anhidrida Asetat
C
h. Destilasi kering garam alkali tanah suatu asam alkanakarboksilat
dapat menghasilkan berbagai senyawa baru.
Garam Na padat + NaOH padat didestilasi kering.

R
COO
R H + Na2CO3
+ Na
Alkana
H
ONa

Garam Na padat + Garam Na padat di destilasi kering

R OO
O
OONa
R C R + Na2CO3
+
Alkanon
R
COOONa

Garam Na padat + Na- formiat padat didestilasi kering.

R COONa
OO
O

R C H + Na2CO3
+
Alkanal
H-CO-Na
Na formiat padat didestilasi kering
H COONa COONa
+ H2
H COONa COONa

2.2.3. Sifat Spektral Asam Karboksilat


a. Spektra Inframerah
Asam karboksilat, baik sebagai cairan ataupun dalam larutan
dengan konsentrasi di atas 0,01 M, berada dalam bentuk dimer
berikatan hidrogen, bukannya dalam bentuk monomer diskrit
(discrete). Karena itu spectrum inframerah asam karboksilat adalah
spectrum dari dinernya. Karena adanya ikatan hidrogen, resapan
uluran OH dari asam-asam karboksilat sangat lebar dan intensif.
Resapan OH ini mulai dari sekitar 3300 cm-1 (3,0m) dan melandai
kedalam daerah resapan karbon-hidrogen alifatik. Lebarnya pita OH
asam karboksilat seringkali dapat mengaburkan resapan CH
aromatic dan alifatik, maupun resapan OH atau NH lainnya di
dalam spectrum itu.
Resapan karbonil dijumpai pada kira-kira 1700-1725 cm-1 (5,8-
5,88 m), dengan intensitas yang cukup kuat. Konjugasi menggeser
resapan ini pada frekuensi yang lebih rendah, kira-kira 1680-1700
cm-1 (5,9-5,95 m).
Daerah sidik jari dalam spectrum inframerah suatu asam
karboksilat seringkali menunjukan uluran C O dan tekukan OH.
Getaran tekukan OH lainnya dari dimer itu menimbulkan resapan
lebar di dekat 925 cm-1 (10,8 m).
b. Spektra nmr
Dalam spectrum nmr, resapan proton asam dari suatu asam
karboksilat nampak sebagai suatu singlet jauh dibawah medan ( =
10-13 ppm), di luar skala dari rentang spectra yang biasa. Proton
alfa hanya sedikit sekali dipengaruhi oleh gugus C=O, resapannya
sedikit di bawah medan (sekitar 2,2 ppm) karena efek induktif dari
karbon karbonil yang positif parsial. Tidak terdapat pola penguraian
yang unik, yang dikaitkan dengan gugus asam karboksilat, karena
proton karboksilat tidak mempunyai tetangga proton.

Tabel 2.1. Resapan inframerah karakteristik untuk asam-asam


karboksilat

Posisi serapan
Tipe getaran Posisi serapan (cm-1)
(m)

Uluran O-H 2860-3300 3,0 - 3,5

Uluran C=O 1700-1725 5,8 - 5,88

Uluran C=O 1210-1330 7,5 - 8,26

Tekukan O-H 1300-1440 6,94 - 7,71

Tekukan O-H (dimer) ~925 ~10,8


2.3. Tata Nama Asam Karboksilat
2.3.1. Sistem Tata Nama IUPAC
- Pada system IUPAC nama asam diturunkan dari nama alkana,
akhiran adiganti dengan oat di depannya ditambah kata asam, jadi
senyawa ini disebut golongan asam alkanoat.
- Untuk senyawa yang mempunyai isomer, tata namanya sama seperti
pada aldehid karena gugus fungsinya sama-sama berada pada ujung
rantai C. Untuk senyawa senyawa asam alkanoat yang memiliki
rumus struktur cabang aturan pemakaian penamaan IUPAC adalah :
Tentukan rantai utama dengan memilih deretan C paling panjang dan
mengandung gugus fungsi COOH, kemudian diberi nama.
Penomoran atom C di mulai dari atomC gugus fungsi.
Penulisan nama dimulai dengan nama cabang atau gugus lain yang
disusun menurut abjad kemudian nama rantai pokok. Karena gugus
fungsi pasti nomor satu, jadi nomor gugus fungsi tidak perlu
disebutkan. Contoh :

O O
O
H C CH3 C CH3 CH2 CH2 C
OH OH OH

asam metanoat asam etanoat asam butanoat

CH3
O O O
CH3 CH CH2 C H3C C C CH3 CH CH2 C
OH OH OH
CH3 CH3 OH

asam 3- metil butanoat asam 2,2-dimetil propanoat asam 3-hidroksi butanoat


Asam karboksilat yang mempunyai dua gugus fungsi disebut asam alkanadioat.
Sedangkan, asam yang mempunyai tiga gugus fungsi disebut asam alkanatrioat.
Contoh :

H2C-C-OH
O

HC-C-OH
O O O

HO-C-C-OH H2C-C-OH
Asam 1,2-etanadioat (asam oksalat) Asam 1,3,5-pentanatrioat (asam sitrat)

CH3 O
O O
CH3-C C-OH
HO-C-CH2-C-OH
CH3
Asam 1,3-propanadioat (asam malonat) Asam 2,2-dimetilpropanoat
2.3.2. Sistem Tata Nama Lazim ( Trivial)
- Untuk rantai tidak bercabang, penamaan didasarkan pada sumber
penghasilnya, contoh:
Jumlah Rumus Sumber Nama Trivial
Atom C

1 HCOOH Semut Asam format

2 CH3COOH Cuka Asam cuka

3 C2H5COOH Susu Asam propionat

4 CH3(CH2)COOH Mentega Asam butirat

6 CH3(CH2)4COOH Domba Asam kaproat

Bunga
7 CH3(CH2)5COOH Asam enentat
Anggur

9 CH3(CH2)7COOH Pelargonium Asam pelargonat

10 CH3(CH2)8COOH Kambing Asam kaprat

- Untuk rantai bercabang digunakan aturan berikut:


Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling
panjang yang mengandung gugus karboksil)
Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama
Tambahkan kata asam pada awal nama senyawa
Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat
gugus karboksil dengan huruf , , . Contoh:
2.4. Isomer Asam Karboksilat
Seperti alkanal, asam karboksilat juga tidak mempunyai isomer posisi karena
gugus fungsinya di ujung rantai C. Karena yang dapat berubah hanya stuktur alkil,
maka isomernya adalah isomer struktur. Isomer struktur asam karboksilat dimulai
dari asam butanoat.
Contoh :
1) Isomer struktur C4H9COOH ada dua, yaitu :

CH3-CH2-CH2-C-OH Asam Butanoat

O
Asam 2-metilbutanoat
CH3-CH2-CH-C-OH
CH3

2) Isomer struktur C5H11COOH ada 3 (tiga), yaitu :

O O CH3 O

CH3-CH2-CH-C-OH CH3-CH-CH2-C-OH CH3-C C-OH


CH3 CH3 CH3
Asam 2-metilbutanoat Asam 3-metilbutanoat Asam 2,2-dimetilpropanoat
2.3. Kuat Asam
Hanya asam karboksilat, asam sulfonat (RSO3H), dan alkil hydrogen sulfat
(ROSO3H) yang merupakan kelompok-kelompok senyawa organik yang lebih asam
daripada asam karbonat (H2CO3). Dari ketiga kelas ini, asam karboksilat merupakan
yang paling lazim.

RCH3 RNH2 RC CH ROH H2O ArOH H2CO3 RCOOH

Naiknya kuat asam

Gambar 2.3. Kenaikan kekuatan asam

Kuat asam adalah suatu istilah yang menjelaskan sejauh mana ionisasi suatu
asam Bronsted dalam air. Makin besar ionisasinya, makin banyak ion hidrogen yang
terbentuk dan makin kuat asam itu. Kuat asam dinyatakan oleh Ka atau pKanya.
Dalam sub-bab ini, akan dibahas sifat-sifat struktur umum yang mempengaruhi kuat
asam suatu senyawa organik. Akan ditekankan pada asam karboksilat, tetapi
pembahasan tidak dibatasi hanya untuk senyawa ini.
Reaksi suatu asam lemah dengan air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak
pada sisi persamaan, yang energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang
menstabilkan anion dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambah kuat
asam dengan cara menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi H3O dan anion (A-).
Tabel 2.2. Harga pKa beberapa asam karboksilat

Nama Trivial Struktur pKa

Format HCO2H 3,75


Asetat CH3CO2H 4,75
Propionat CH3CH2CO2H 4,87
Butirat CH3(CH2)2CO2H 4,81
Trimetilasetat (CH3)3CCO2H 5,02
Fluoroasetat FCH2CO2H 2,66
Kloroasetat ClCH2CO2H 2,81
Bromoasetat BrCH2CO2H 2,87
Iodoasetat ICH2CO2H 3,13
Dikloroasetat Cl2CHCO2H 1,29
Trikloroasetat Cl3CCO2H 0,7
-kloropropionat CH3CHClCO2H 2,8
-kloropropionat ClCH2CH2CO2H 4,1
Laktat CH3CHCO2H 3,87
Vinilasetat CH2=CHCH2CO2H 4,35

Energi lebih rendah


berarti HA asam yang
lebih kuat

HA + H2O H30+ + A-

Gambar 2.4. Halida asam bereaksi dengan H2O


2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kuat Asam
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kestabilan A- yang sekaligus
mempengaruhi kuat asam HA, adalah keelektronegatifan atom yang
mengemban muatan negative dalam A-, ukuran A-, hibridisasi atom yang
mengemban muatan negative dalam A-, efek induktif atom-atom atau gugus-
gugus lain yang terikat pada atom negative dalam A-, stabilisasi-resonansi A-,
dan solvasi A-. Secara bergiliran sifat-sifat ini akan dibahas, namun perlu selalu
diingat bahwa sifat-sifat ini tidak bekerja sendiri-sendiri tanpa berkaitan.
A. Keelektronegatifan
Sebuah atom yang lebih elektronegatif akan mengikat elektron-
elektron dengan ikatan yang lebih erat daripada atom yang kurang
elekronegatif. Dalam perbandingan anion, yaitu anion dengan atom yang
lebih stabil. Oleh karena itu, bila dimulai dari kiri ke kanan dalam Daftar
Berkala, akan dijumpai bahwa unsur-unsur membentuk anion yang makin
stabil dan konjugasinya makin kuat.

C N O F

Meningkatnya keelektronegatifan unsur

Gambar 2.5. Kenaikan keelektronegatifan unsur


R3C-H R2N-H RO-H F-H

Naiknya kuat asam

Gambar 2.6. Kenaikan kuat asam


Kuat basa dari basa konjugasinya justru terbalik. Anion suatu asam
yang sangat lemah merupakan basa yang sangat kuat, sedangkan anion
asam yang lebih kuat akan menjadi basa yang lebih lemah.

R3C- R2N- RO- F-

Naiknya kuat basa

Gambar 2.7. Kenaikan kuat basa


Sebagai contoh, perhatikan reaksi ionisasi dari etanol dan HF dalam
air. Sebagai suatu unsur, F lebih elektronegatif daripada O. Jadi, ion
fluoride lebih mampu mengemban muatan negatif daripada ion alkoksida.
Meskipun HF adalah suatu asam lemah, HF merupakan asam yang jauh
lebih kuat daripada etanol. Sebaliknya, ion fluoride merupakan basa yang
lebih lemah daripada ion etoksida.
CH3CH2OH + H20 CH3CH2O- + H3O+

Asam lebih lemah Basa lebih kuat


pKa = 16

Gambar 2.8. Reaksi ionisasi etanol

HF + H2O F- + H3O+
Asam lebih kuat basa lebih lemah
pKa = 3,45

Gambar 2.9. Reaksi ionisasi HF


B. Ukuran
Atom yang lebih besar mampu menyebarkan suatu muatan negatif
dengan baik daripada atom kecil. Penyebaran muatan akan menyebabkan
penstabilan. Jadi makin besar ukuran atom yang mengikat H dalam suatu
deret senyawa dalam grup mana saja dari Daftar Berkala, kestabilan
anionnya akan bertambah, demikian pula kuat asamnya. Karena ukuran
atom fluor yang kecil itu, HF merupakan asam yang lebih lemah daripada
hydrogen halida yang lain, meskipun fluor lebih elektronegatif
dibandingkan dengan halogen lain.

F- Cl- Br- I-

Bertambahnya jari-jari ion

Gambar 2.10. Kenaikan jari-jari atom


HF HCl HBr HI
pKA = 3,45 -7 -9 -9,5
Naiknya kuat asam

Gambar 2.11. Kenaikan kuat asam

C. Hibridisasi
Bertambahnya karakter s orbital halide dari karbon dalam deret sp3
sp2sp menunjukkan bertambahnya keeletronegatifan karbon tersebut,
sekaligus bertambahnya polaritas ikatan CH dan bertambahnya kuat asam.
Keelektronegatifan yang lebih besar dari atom yang mengikat H juga akan
menmbah kestabilan anion sekaligus keasaman senyawa. Karena alasan-
alasan ini, maka suatu proton alkunil lebih bersifat asam daripada proton
alkenil, yang selanjutnya juga lebih bersifat asam daripada proton sebuah
alkana.

CH3CH3 CH2=CH2 CH CH
pKa kira-kira : ~50 ~45 ~26

Naiknya kuat asam

Gambar 2.12. Kenaikan kekuatan asam dari nilai pKa


Sekali lagi, asam terkuat dalam suatu deret akan menghasilkan anion
yang bersifat basa terlemah.

CH3CH2- CH2=CH- CH C-

Naiknya kuat basa

Gambar 2.13. Kenaikan kekuatan basa


D. Efek induktif
Tidak hanya atom yang terikat langsung pada suatu hidrogen, namun
bagian-bagian lain dari sebuah molekul juga dapat mempengaruhi kuat
asam. Bandingkan harga pKa untuk asam asetat dan asam kloroasetat
berikut:

CH3CO2 ClCH2CO2H
Asam asetat Asam kloroasetat
pKa 4,75 pKa 2,81

Gambar 2.14. Perbandingan pKa asam asetat dan asam kloroasetat

Sebagai asam, asam kloroasetat jauh lebih kuat daripada asam asetat.
Keasaman yang diperbesar ini timbul dari efek induktif klor yang
elektronegatif itu. Dalam asam karboksilat yang tak terionkan, Cl yang
menarik electron mengurangi rapatan electron dari karbon . Akibatnya
ialah struktur berenergi-tinggi karena muatan-muatan positif berdekatan.
O
- Muatan positif
berdekatan
Cl CH2 COH mendestabilkan
+
+

Gambar 2.15. Pengaruh muatan positif


Namun, adanya klor akan mengurangi energi anion. Dalam hal ini,
muatan negatif gugus karboksilat sebagian tersebar oleh muatan + di
dekatnya.

O
Muatan (+) dan

C-O-
(-) yang
berdekatan
Cl CH2 menstabilkan

- +
anion

Gambar 2.16. Pengaruh muatan positif dan negatif


Efek suatu gugus elektronegatif di dekat gugus karboksil adalah
memperkuat sifat asam dengan cara mendestabilkan asam itu dan
menstabilkan anionnya, relative satu terhadap yang lain.
O O

ClCH2COH + H2O ClCH2CO- + H3O+


Kurang stabil Lebih stabil
dibandingkan dibandingkan
CH3CO2H CH3CO2-

Gambar 2.17. Perbandingan kestabilan anion

Berikut ini daftar gugus dalam urutan daya menarik elektronnya:

CH3- H- CH2=CH- C6H5- HO- CH3O- I- Br- Cl-

Bertambahnya daya menarik elektron

Gambar 2.18. Kenaikan daya tarik elektron

Nilai pKa asam-asam karboksilat berikut ini mencerminkan selisih


penarikan elektron oleh gugus-gugus yang terikat pada CH2CO2H:

CH3CH2CO2H CH3CO2H CH2=CHCH2CO2H C6H5CH2CO2H HOCH2CO2H ClCH2CO2H


pKa : 4,87 4,75 4,35 4,31 3,87 2,81

Bertambahnya kuat asam

G
a
Gambar 2.19. Kenaikan kuat asam
Gugus-gugus penarik electron tambahan akan menggandakan efek
induktif itu. Asam dikloroasetat lebih kuat daripada asam kloroasetat, dan
asam trikloroasetat merupakan asam terkuat di antara ketiganya.

ClCH2CO2H Cl2CHCO2H Cl3CCO2H


Asam kloroasetat Asam dikloroasetat Asam trikloroasetat
pKa 2,81 pKa 1,29 pKa 0,7

Gambar 2.20. Perbandingan kekuatan asam

Pengaruh efek induktif pada kuat asam akan berkurang dengan makin
banyaknya atom yang berada antara gugus karboksil dan gugus
elektronegatif itu. Asam 2-klorobutanoat cukup lebih kuat daripada asam
butanoat sendiri, namun asam 4-klorobutanoat mempunyai harga pKa yang
mendekati harga pKa asam tak tersubstitusi.

Cl Cl Cl
CH3CH2CH2CO2H CH2CH2CH2CO2H CH3CHCH2CO2H CH3CH2CHCO2H
pKa 4,8 4,5 4,0 2,9

Kuat asam bertambah dengan berkurangnya jarak antara -Cl dan -COOH

Gambar 2.21. Pengaruh -Cl dan -COOH


E. Stabilisasi-resonansi
Alkohol, fenol dan asam karboksilat mengandung gugus OH.
Meskipun demikian ketiga kelas senyawa ini beranekaragam secara
dramatis dalam hal kuat-asamnya. Perbedaan ini dapat disebabkan
langsung oleh adanya atau tidaknya stabilisasi-resonansi anion, relative
terhadap asam konjugasinya.

ROH ArOH RCOOH


pKa kira-kira 15-19 10 5

Gambar 2.22. Perbandingan nilai pKa

Dalam hal alcohol, anionnya tidak terstabilkan oleh resonansi. Muatan


negatif suatu ion alkoksida tinggal seluruhnya pada oksigen dan tidak
didelokalisasikan. Pada ujung lain dari skala terdapat asam karboksilat.
Muatan negatif ion karboksilat dibagi secara sama oleh dua atom oksigen
yang elektronegatif itu, di mana fenol terletak di tengah, antara asan
karboksilat dan alcohol dalam hal keasaman. Oksigen suatu ion fenoksida
berdekatan dengan cincin aromatic dan muatan negative itu sebagian
terdelokasikan oleh awan piaromatik.
Suatu alkoksida : CH3CH2O- tidak ada stabilisasi-resonansi
Suatu fenoksida :
-
O- O - O O

Penyumbang utama
-

O O-

Suatu karboksilat : CH3C-O- CH3C=O


Penumbang sama besar

Gambar 2.23. Stabilisasi resonansi


F. Solvasi
Solvasi anion dapat memainkan peranan utama dalam keasaman suatu
senyawa. Dengan berasosiasi dengan sebuah anion, molekul-molekul
pelarut menstabilkan anion dengan cara membantu menyebar muatan
negative lewat antaraksi dipol-dipol. Setiap faktor yang menambah derajat
solvasi dari anion itu akan menambah keasaman senyawa itu dalam larutan.
Misalnya, air mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mensolvasi
ion daripada etanol, dengan factor sekitar 105!

2.5.2. Kuat asam dari asam benzoate tersubstitusi


Mungkin diharapkan bahwa stabilisasi-resonansi oleh awan pi aromatic
memainkan peranan besar dalam hal kuat asam relative dari asam benzoate dan
asam-asam benzoate tersubstitusi, namun ternyata tidak demikian. Muatan
negative ion karboksilat terbagi oleh kedua atom oksigen karboksilat, tapi
muatan ini tidak dapat didelokalisasikan secara efektif oleh cincin aromatic
(oksigen-oksigen anion karboksilat tidak langsung berdekatan dengan cincin
aromatik, struktur-struktur resonansi yang padanya muatan negative
didelokalisasikan oleh cincin tak dapat digambar).
Meskipun muatan negative ion benzoate tidak didelokalisasikan oleh
cincin benzene, asam benzoate lebih kuat daripada fenol. Dalam ion benzoate,
muatan negative dibagi secara sama oleh dua atom oksigen elektronegatif.
Namun dalam ion fenoksida, sebagian besar muatan terletak pada atom oksigen
tinggal itu.

Cl
Cl

CO2H CO2H Cl CO2H

Semuanya asam yang lebih kuat dari pada asam benzoat

Gambar 2.24. Asam-asam yang lebih kuat daripada asam benzoat

O O-

C O- C O

Gambar 2.25. Ion Asam karboksilat


Karena cincin benzene tidak mengambil bagian dalam stabilisasi-
resonansi dari gugus karboksilat, substituen pada cincin benzene mempengaruhi
keasaman terutama dengan efek induktifnya. Tanpa memperhatikan posisi
substitusi, suatu gugus penarik-elektron biasanya akan menaikkan keasaman
suatu asam benzoate. Alasan mengapa substituent elektronegatif menaikkan
kuat asam, sekali lagi, adalah karena adanya destabilisasi asamnya dan
stabilisasi anionnya.

-H+
O2N CO2H O2N CO2-

Suatu substituent alkil yang melepas-elektron yakni yang berposisi -m


atau p terhadap gugus karboksil, mengurangi kuat asam dari sebuah asam
benzoate. Dengan melepaskan elektron, substituent itu menstabilkan asam yang
tak terionkan dan mendestabilkan anionnya.

Gugus alkil m- atau p-


COOH R COOH mengurangi kuat
asam

Gambar 2.26. Gugus alkil -m atau -p


Tabel 2.3. Harga pKa untuk beberapa asam benzoate
Posisi substitusi dari pKa
Asama

Orto Meta Para

4,2 4,2 4,2


COOH

CH3 3,9 4,3 4,4


COOH

HO 3,0 4,1 4,5


COOH

CH3O 4,1 4,1 4,5


COOH

Br 2,9 3,8 4,0


COOH

Cl 2,9 3,8 4,0


COOH

O2N 2,2 3,5 3,4


COOH
Hampir semua substituent orto (baik pelepas-elektron maupun penarik-
elektron) menaikkan kuat asam suatu asam benzoate. Alasan efek orto ini,
agaknya merupakan gabungan antara factor sterik dan elektronik.

Subtituen -o menaikkan
kuat asam

COOH

Contoh Soal :
Diketahui bahwa asam p-hidroksibenzoat lebih lemah daripada Asam
benzoate, meskipun gugs hidroksil bersifat menarik-elektron. Sarankan
penjelasannya. (Petunjuk: Tulis struktur-struktur resonansi untuk anionnya
yang menunjukkan delokasi elektron-elektron menyendiri pada OH oleh cincin
Benzene).
Jawab:
Penentuan kuat asam adalah suatu contoh destabilisas-resonansi anion
benzoate. Kuncinya terletak dalam struktur yang dilingkari dibaewah ini, dalam
mana muatan negative berdekatan dengan gugus CO2-. Struktur resonansi
memberikan sedikit sumbangan kepada struktur sebenarnya dari hibrida
resonansi.
-

HO CO2- HO+ CO2-

-
HO+ CO2- HO+ CO2-

2.6. Keasaman dan Tetapan Keasaman


Asam karboksilat mengurai dalam air menghasilkan anion karboksilat dan ion
hidronium.

O O H

R C + HOH R C + H O+ H

OH O-
Ion karboksilat Ion hidronium

Gambar 2.27. Ionisasi asam karboksilat dalam air


Keasaman diukur secara kuantitatif dengan tetapan keasaman atau ionisasi, Ka.
Nilai Ka suatu asam dinyatakan:

(RCO2-)(H2O+)
Ka =
(RCO2H)
Yaitu tetapan kesetimbangan untuk reaksi pada gambar di atasnya. Konsentrasi
air diabaikan dari pembagi (air adalah pelarut dalam pengukuran ini, jumlahnya
sangat banyak sehingga tidak dipengaruhi oleh sejumlah kecil asam yang terlarut).
Makin besar nilai Ka, makin kuat suatu asam (makin besar Ka, makin besar
konsentrasi H3O+). Asam dengan Ka sebesar 10-4 adalah 10 kali lebih kuat daripada
asam dengan nilai Ka 10-5.
Karena Ka biasanya dinyatakan dengan bilangan eksponen, keasaman sering
dinyatakan dalam pKa, logaritma negative dari Ka (pKa = -log Ka). Misalnya, jika Ka
= 10-5. Maka pKa = 5. Tabel 1.2 memuat tetapan keasaman beberapa asam karboksilat
dan beberapa asam. Dalam membandingkan data dalam table ini, perlu diingat,
bahwa semakin besar nilai Ka, semakin kecil nilai pKa, atau semakin kuat suatu asam.
Contoh soal:
Manakah lebih kuat asam format atau asam asetat dan berapa kali lipat
kekuatannya?
Jawab:
Asam format lebih kuat karena Ka-nya lebih besar, perbandingan keasamannya
ialah:
Tabel 2.4. Tetapan ionisasi beberapa asam
Nama Rumus Ka pKa

Format HCOOH 2.1 x 10-4 3.68


Asetat CH3COOH 1.8 x 10-5 4.74
Propanoat CH3CH2COOH 1.4 x 10-5 4.80
Butanoat CH3CH2CH2COOH 1.6 x 10-5 2.82
Kloroasetat ClCH2COOH 1.5 x 10-3 1.30
Dikloroasetat Cl2CHCOOH 5.0 x 10-2 0.70
Trikloroasetat CCl3COOH 2.0 x 10-1 2.85
2-klorobutanoat CH3CH2CH2ClCOOH 1.4 x 10-3 4.05
3-klorobutanoat CH3CHClCH2COOH 8.9 x 10-5 4.18
Asam benzoate C6H5COOH 6.6 x 10-5 2.90
-4
o-klorobenzoat o-Cl-C6H4COOH 12.5 x 10 3.80
m-klorobenzoat m-Cl-C6H4COOH 1.6 x 10-4 4.00
p-klorobenzoat p-Cl-C6H4COOH 1.0 x 10-4 10.0
p-nitrobenzoat P-NO2-C6H4COOH 4.0 x 10-4 5.40
Fenol C6H5OH 1.0 x 10-10 10.0
Etanol CH3CH2OH 1.0 x 10-16 16.0
2.7. Reaksi-reaksi Pembuatan Asam Karboksilat

Reaksi-reaksi
Pembuatan Asam
Karboksilat

Reaksi
Hidrolisis Oksidasi
Grignard

Ester Alkohol
Primer

Amida Aldehid

Anhidrida Alkena

Halida Asam Alkilarena

Nitril Metil Keton

Gambar 2.28. Flow Chart Reaksi-Reaksi Pembuatan Asam Karboksilat

Sejumlah besar jalur sintetik untuk mendapatkan asam karboksilat dapat


dikelompokkan dalam tiga tipe reaksi: hidrolisis derivate asam karboksilat, reaksi
oksidasi, dan reaksi Grignard
(1) Hidrolisis
Hidrolisis derivate asam karboksilat terjadi dari serangan air atau OH- pada
karbon karbonil (atau karbon CN pada suatu nitril) dari derivate itu. Hidrolisis suatu
ester yang menghasilkan suatu asam karboksilat dan alcohol adalah karakter dari
kelompok reaksi ini.
a. Ester

O
H+ atau OH-
RC-OR + H2O RCOOH + HOR

b. Amida

O
H+ atau OH-
RC-NR + H2O RCOOH + HNR2

c. Anhidrida

O
H+ atau OH-
RC-OR + H2O RCOOH + HOR

d. Halida Asam

O
H+ atau OH-
RC-X + H2O RCOOH + X-
e. Nitril

O
H+ atau OH-
RC N + H2O RCOOH + NH3

(2) Oksidasi
Kekurangan utama dari oksidasi alcohol ialah diperlukannya zat pengoksidasi
yang kuat sehingga dalam molekul itu tak boleh ada gugus fungsional yang dapat
dioksidasi (kecuali bila gugus itu dilindungi oleh suatu gugus blockade, seperti
dibromida dari suatu alkena atau asetal dari suatu aldehida). Bahkan dengan
kekurangan ini, oksidasi alcohol primer merupakan prosedur oksidatif yang paling
sering dilakukan untuk memperoleh asam karboksilat karena selalu tersedianya
alcohol.

H2CrO4
RCH2OH RCOOH

Tidak ada ikatan rangkap


yang tak terintangi,
aldehid, gugus benzil atau
gugus -OH lain

Gambar 2.29. Oksidasi menjadi asam karboksilat

Oksidasi aldehida berlangsung dengan zat pengoksidasi lembut (seperti Ag+)


yang tidak mengoksidasi gugus lain. Namun, aldehida tidak tersedia semudah alcohol
primer.
Oksidasi alkena terutama digunakan sebagai alat analitis, tetapi dapat juga
dimanfaatkan untuk mensintetis asam karboksilat. Seperti alcohol, alkena
memerlukan zat pengoksidasi yang kuat.

MnO4
HO2CCH2CH2CH2CH2CO2H
kalor
Asam heksanadioat
Sikloheksana

Oksidasi alkilbenzena tersubstitusi merupakan jalan yang bagus untuk


memperoleh asam-asam benzoate tersubstitusi. Suatu gugus fungsi karbonil adalah
pengarah-meta, tetapi suatu gugus alkil adalah pengaruh o-p. Substitusi elektrofilik
suatu alkilbenzena, yang disusul dengan oksidasi, menghasilkan asam benzoate
tersubstitusi-o dan p.

NO2 NO2

H2CrO4
O2N CH3 O2N CO2H
kalor

NO2 NO2
2,4,6-trinitrotoluena Asam 2,4,6-trinitrobenzoat
a. Oksidasi Alkohol primer

KMnO4/H2CrO4
RCH2OH RCOOH

b. Oksidasi Aldehid

O
Ag+
RCH RCOOH

c. Oksidasi Alkena

KMnO4/H2CrO4
RCH=CR2 RCOOH + R2C=O

d. Oksidasi alkilarena

Ar-R KMnO4/H2CrO4
ArCOOH

e. Oksidasi Metil Keton

O
OH-
RCCH3 + X2 RCOOH + CHX3
O
Mg CO2 H+
RX RMgX R C RCOOH
eter

OMgX

(3) Reaksi Grinard

Suatu reaksi Grignard antara suatu reagensia Grignard (primer, sekunder,


tersier, vinilik atau aril) dan karbon dioksida (berbentuk gas atau es kering) seringkali
merupakan metode terpilih untuk membuat suatu asam karboksilat.

CO2
MgBr COOH
H2O

Fenil magnesium bromida Asam benzoat

Berikut ini ringkasan jalur-jalur sintetik yang lazim untuk mendapatkan asam
karboksilat, dipandang dari segi lain yakni dilihat dari apa yang terjadi pada
molekul itu sebagai suatu keseluruhan. Sintesis dari suatu alkil halide lewat nitril atau
reagensia Grignard menghasilkan asam karboksilat yang satu karbon lebih banyak
daripada alkil halidanya.
Pemanjangan rantai :

Mg CO2 H+
RX RMgX RCOOH
eter
CN-
10 RX RCN H2O, H+ RCOOH
SN2

Oksidasi alcohol primer (atau aldehida) tidak mengubah panjang rantai,


demikian pula hidrolisis suatu derivate asam karboksilat.

KMnO4/H2CrO4
RCH2OH RCOOH

O
H+ atau OH-
RC-OR + H2O RCOOH + HOR

Oksidasi suatu alkena (kecuali bila alkena itu siklik) menyebabkan fragmentasi
rantai induk.

MnO4-
RCH=CR2 RCO2H + O=CR2
Kaor
2.8. Reaksi-reaksi Senyawa Asam Karboksilat

Reaksi-reaksi senyawa
asam karboksilat

Pemben Subtistu
Netrali Pemben Reduksi
Estersif tukan si Dekarb
tukan menjadi oksilasi
sasi ikasi Klorida Amida
Gugus
Alkohol alkil/aril
Asam

Gambar 2.30. Flow chart reaksi-reaksi senyawa asam


karboksilat

1. Netralisasi
2.
H2O
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

2. Estersifikasi

H+
RCOOH + ROH RCOOR + H2O

3. Pembentukan Klorida Asam

RCOOH + SOCl2 atau PCl RCCl


4. Pembentukan Amida

R C
O O
H2O
OH + NH3 R C R C

ONH4 NH2

5. Reduksi menjadi alcohol

LiAlH4
RCOOH RCH2OH

6. Subtitusi gugus alkil/aril


a. Alfa halogenasi pada asam alifatik

P
R-CH2-COOH + X2 R-CH-COOH + HX

X2 = Cl2, Br2 X

b. Subtitusi pada ring dari asam aromatic. Gugus COOH, kurang


mengaktifkan dan mengarahkan subtitusi pada kedudukan m dalm
subtitusi elektro filik
HNO3/H2SO4
COOH COOH

NO2

7. Dekarboksilasi

O
kalor
RCCR2COOH RCCHR2

kalor
HO2CCR2CO2H R2CHCOOH

2.8.1 Reaksi Asam Karboksilat dengan Basa


Reaksi suatu asam karboksilat dengan suatu basa akan menghasilkan
garam.Suatu garam organic mempunyai babyak sifat fisis dari garam anorganik
padanannnya. Seperti NaCl atau KNO3, suatu garam organic meleleh pada
tempratur tinggi, larut dalam aur, dan tak berbau.

CO2H + Na+ HCO3- CO2- Na+ + H2O + CO2

Asam sikloheksana-
karboksilat Natrium sikloheksana-
karboksilat
NH2 NH2
HOCCH2CH2CHCO2H HO2CCH2CH2CHCO2-Na+
Asam glutamat Mononatrium glutamat
Suatu asam amino yang dijumpai dalam Suatu zat penyedap (MSG)
protein

COOH

CH3CO2H CH3CO2Na
Asam asetat natrium asetat Asam benzoat

COONH4+

Amonium benzoat

HCO2H + Na+ OH- HCO- Na+ + H2O


Asam format natrium format

Anion karboksilat diberi nama dengan menghilangkan kata asam it dan


mengubah akhirannya menjadi at (Inggris: -ic acid menjadi ate). Pada nama
garam, nama kation mendahului anion sebagai kata terpisah.

Ion karboksilat merupakan basa lemah dan dapat bertindak sebagai suatu
nukleofil. Ester, misalnya dapat dibuat dengan mereaksikan alkil halide yang
reaktif dan karboksilat.
C6H5

CH3CO2- + CH2-Br C6H5CH2O2CCH3 + Br-


Ion asetat benzil bromida benzil asetat(suatu ester)

Karena lebih asam daripada asam karbonat, suatu asam karboksilat


mengalami reaksi asam-basa dengan natrium bikarbonat maupun basa-basa
yang lebih kuat seperti NaOH.

O O

CH3COH + HCO3- CH3CO- + [H2CO3] H2O + CO2

Sementara asam karboksilat dapdat bereaksi dengan natrium bikarbonat,


fenol memerlukan NaOH basa yang lebih kuat, dan alcohol membutuhkan basa
yang kebih kuat lagi, seperti NaNH2.

HCO3-
Dalam NaHCO3 : RCOOH RCO2- + CO2 + H2O

HCO3-
ArOH dan ROH tidak ada reaksi yang berarti
Dalam NaOH: RCOOH OH- RCO2- + H2O

ArOH OH- ArO- + H2O

ROH OH- Tidak ada reaksi yang berarti

Perbedaan antara fenol dan asam karboksilat dalam kereaktifaannya


terhadapa NaOH dan NaHCO3 merupakan dasar klasifikasi sederhana dan
prosedur pemisahan.Jika suatu senywa yang tak larut dalam air, larut dalam
larutan NaOH, tetapi tidak ked lam larutan NaHCO3, maka senyawa itu
mungkin sekali adalah fenol.Sebalikanya, bila melarut ke dalam keduanya,
agaknya senyawa itu adalah suatu asam karboksilat.
Suatu asam karboksilat dapat diekstrak dari dalam suatu campuran
senyawa organic yang tak larut dalam air, dengan larutan natrium bikarbonat.
Asam itu membentuk garam natrium dan menjadi larut dalam air, sedangkan
senyawa organic lain tetap tidak larut. Asam karboksilat bebas akan diperoleh
dari larutan air dengan pengasaman.
Bila digunakan sebagai suatu uji atau prosedur pemisahan, reaksi dnegan
natrium bikarbonat ini mempunyai pembatasan.Jiak bagian hidrokarbon dari
asam karboksilat itu panjang, maka senyawa itu mungkin tidak larut dalam
larutan NaHCO3, bahkan juga tidak dalam larutan NaOH. Disamping itu,
beberapa fenol, seperti nirtofenol, mempunyai keasaman yang sepadan dengan
asam karboksilat; fenol-fenol ini akan larut baik dalam larutan NaHCO3
maupun dalam NaOH.
2.7.2. Esterifikasi Asam Karboksilat
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung
gugus CO2R dengan R dapat berbentuk alkil ataupun aril. Suatu ester dapat
dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu
alcohol, suatu reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan
asam dan merupakan reaksi yang reversible.

H+

RCOOH + ROH RCOOR + H2O


Suatu asam Suatu alkohol Suatu ester
karboksilat

CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O


Asam asetat etanol etil asetat

H+
COOH + HO COO + H2O

Laju estersifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada


halangan sterik dalam alcohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam
karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan eter.
Kereaktifan alcohol terhadap esterifikasi :

ROH tersier ROH sekunder ROH primer CH3OH

Bertambahnya kereaktifan

Gambar 2.31. Kenaikan kereaktifan alkohol


Kereaktivan asam karboksilat terhadap esterifikasi :

R3CCO2H R2CHCO2H RCH2CO2H CH3CO2H HCOOH

Bertambahnya kereaktifan

Gambar 2.32. Kenaikan kereaktifan alkanoat berdasarkan gugus sampingnya

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam


karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotinasi.
Oksigen karbonil diprotonasi, alcohol nukleofilik menyerang karbon positif,
dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Mekanisme ini dapat
diringkas sebagai berikut:

OH
O O
H+
RCOH + ROH R-C-OH RCOR + H2O
Suatu asam karboksilat Suatu ester
OR

Gambar 2.33. Pembuatan ester


Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah
ikatan C-O dari asam karboksilat dan bukan ikatan O-H dari asam atau ikatan
C-O dari alcohol. Bukti untuk mekanisme ini ialah reaksi suatu alcohol
bertanda seperti CH3 18OH dengan suatu asam karboksilat. Dalam kasus ini, 18O
itu tetap bersama gugus metil.
Ikatan C-O tidak putus
OH
O
H+
COOH + CH3 OH 18 COH

18
OCH3

C- 18OHCH3 + H2O

Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Untuk memperoleh rendemen


tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik
untuk mencapai adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara
berlebihan. Teknik lain ialah membuang salah satu produk dari dalam
campuran reaksi (misalnya, dengan destilasi air secara aerotropik).
Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat-antara, laju
pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang.
Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupakan suatu reaksi yang bersifat
reversible dan spesi yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika
suatu eter yang meluah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur
sintetik lain, seperti reaksi antara suatu alcohol dan suatu anhidrida asam atau
suatu klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan yang
bereaksi dengan alcohol secara tak reversible.
Ester fenil (RCO2C6H5) umumnya tidak dibuat secara langsung dari fenol
dan asam karboksilat karena kesetimbangan lebih cenderung dapat diperoleh
dengan menggunakan derivate asam yang lebih reaktif.
2.7.3. Reduksi Asam Karboksilat
Karbon karbonil suatu asam karboksilat berada pada keadaan oksidasi
tertinggi yang dapat dicapai oleh karbon dan mamsih tetap merupakan bagian
dari suatu molekul organic. (keadaan oksidasi lebih tinggi berikutnya adalah
dalam C02). Kecuali terhadap pembakaran atau oksidasi oleh reagensia yang
sangat kuat, seperti H2SO4 CrO3 panas (larutan pembersih), gugus asam
karboksilat bersifat lamban ke arah reaksi oksidatif.
Mengherankan bahwa gugus asam karboksilat itu juga lamban (inert)
terhadap kebanyakan zat pereduksi (seperti hydrogen plus katalis).Kelambanan
ini menyebabakan perlunya dikembangkan metode reduksi alternative, seperti
mengubah asam karboksilat menjadi ester dan kemudian ester itu direduksi.
Namun, degan diperkenalkannya litium alumunium hidrida (LAH) pada akhir
tahun 1940-an menyebabkan reduksi itu dapat disederhanakan karena LiAlH4
meredukis gugus karboksil langsung menjadi gugus CH2OH.

LiAlH4/H2O
CH3CO2H CH3CH2OH
Asam asetat etanol

LiAlH4/H2O
COOH CH2OH
Suatu basa seperti
-
RCOO-
OH,-OR,atau HCO3- Suatu asam
RCOOH
Suatu asam karboksilat
larboksilat RO-H,H+,kalor
Dimana RCOOR
R=alkil,aril,H,dan Untuk asam tak terintangi dan Suatu ester
alkohol (reaksi reversible)
sebagainya
LiAlH4
RCH2OH
H2O, H+ suatu alkohol
primer

2.9. Aplikasi dan Kegunaan Asam Karboksilat


2.9.1. Bidang Kedokteran
Asam askorbat (vitamin C), penggunaannya sebagai suatu suplemen
vitamin C.

2.9.2. Bidang Makanan dan Minuman


Asam Format sebagai pengawet. Asam asetat atau asam etanoat yang
dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka
banyak digunakan sebagai pengawet makanan, dan penambah rasa makanan
(bakso dan soto). Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam
kaleng. Asam glutamat, digunakan sebagai bahan pembuatan penyedap
makanan (MSG).

2.9.3. Bidang Polimer


Asam karboksilat juga penting dalam pembuatan gemuk, krayon, dan
plastik. Bahan-bahan yang berguna seperti penurun kadar air dan aditif
superplasticizer untuk komposisi semen dibentuk dengan reaksi polimer asam
karboksilat dengan polieter, terutama campuran polieter monofungsional dan
difungsional, yang diturunkan dari epoksida C2-C4 dimana pemecahan sebagian
dari polieter dan esterifikasi polieter dan produk pemecahannya dengan reaktan
lain diperoleh. Dalam satu bentuk, asam sulfonat digunakan untuk mengkatalis
reaksi poli(asam akrilat), kopolimer etilen oksida-propilena oksida
monofungsional dan poli(propilena glikol) difungsional, pada suhu lebih dari
140oC.

2.9.4. Bidang Industri


Asam Format pada unggas industri kadangkadang ditambahkan untuk
memberi makan dengan tujuan untuk membunuh E. Coli bakteri, juga
digunakan sebagai silase, pencelupan dan finishing tekstil. Asam format juga
digunakan sebagai pengganti asam mineral untuk berbagai produk pembersih,
seperti limescale remover dan pembersih toilet . Beberapa format ester adalah
perasa buatan atau parfum. Asam format adalah sumber untuk formil kelompok
misalnya dalam formylation dari methylaniline N-methylformanilide dalam
toluena . Dalam kimia organik sintetik , asam format sering digunakan sebagai
sumber hidrida ion. The reaksi Eschweiler-Clarke dan reaksi Leuckart-Wallach
adalah contoh dari aplikasi ini, atau lebih umum azeotrop dengan trietilamina ,
juga digunakan sebagai sumber hidrogen dalam hidrogenasi transfer. Asam
stearat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Terutama digunakan untuk
membuat lilin. Asam propanoat, Garam dari asam ini digunakan sebagai
pencetak inhibitor dalam sereal dan roti. Asam butanoat, Agen penyebab bau
tengik dalam mentega. Asam heksanoat, Mengkarakteristik bau dari keju. Ester
lainnya yang diturunkan dari asam karboksilat, memiliki kegunaan yang
berbeda. Sebagai contoh, etil asetat ester adalah pelarut yang sangat baik dan
merupakan komponen utama dalam remover cat kuku. Beberapa contoh
termasuk persiapan penyangga pada pH yang lebih rendah, seperti yang
digunakan dari siklus TCA. Hal ini penting untuk industri yang menggunakan
mikroba untuk produksi metaboli. Asam Sitrat juga dipakai sebagai peningkat
kualitas terigu pada perusahaan roti. Berbagai asam lemak yang berasal dari
asam karboksilat digunakan untuk membuat sabun dan deterjen memiliki
aplikasi yang berbeda dalam masyarakat.

2.9.5. Bidang Pertanian dan Peternakan


Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asam semut merupakan
cairan tak berwarna dengan bau yang merangsang. Biasanya digunakan untuk :
menggumpalkan lateks (getah karet), obat pembasmi hama, dan antibakteri
pada ternak, peternak lebah menggunakan asam format sebagai miticide
terhadap tungau trakea ( Acarapis woodi ) dan tungau Varroa . Asam Sitrat,
juga dipakai sebagai aditif pada makanan ternak.

2.9.6. Bidang Laboratorium


Pada laboratorium, asam asetat, asam trifluoroasetat, dan asam format
digunakan sebagai pengubah pH stabil dalam HPLC dan elektroforesis kapiler .
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah asam karboksilat merupakan salah satu
turunan dari senyawa alkana, dimana satu atom H dari alkana diganti dengan
gugus karboksil.
Karena kedudukan dari gugus fungsi karboksi (-COOH) tidak boleh berubah
atau tetap di ujung rantai karbon maka isomer yang terjadi pada senyawa asam
karboksilat adalah isomer struktur. Jadi, yang memungkinkan untuk berubah
adalah rantai karbon alkilnya.
Asam karboksilat merupakan jenis asam lemah.Kekuatan asamnya ditentukan
oleh haraha konstanta kesetimbangan asamnya (Ka). Dengan basa kuat, asam
karboksilat akan bereaksi membentuk garam.
Titik didih asam karboksilat lebih tinggi dibandingkan senyawa alcohol yang
memiliki jumlah ataom C yang sama. Titk didih dari asam karboksilat akan terus
meningkat sesuai dengan bertambahnya atom C.
BAB IV
PERTANYAAN

1. Kenapa titik didih alcohol lebih kecil dari pada titik didih asam karboksilat
dimana alcohol dan asam karboksilat memiliki berat molekul yang sama?
Jawab :
Titik didih alcohol lebih kecil daripada titik didih asam karboksilat
karena asam karboksilat memiliki ikatan hydrogen yang lebih banyak
daripada alkohol. Asam karboksilat memiliki 2 ikatan hydrogen, sedangkan
alcohol hanya memiliki satu ikatan hydrogen.

2. Berikan contoh reaksi pembuatan asam karboksilat dengan hidrolisa ester!


- Pembuatan asam karboksilat dari hidrolisa ester
DAFTAR PUSTAKA

Fesenden. Organik chemistry third edition


Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat edisi kesebelas. Erlangga :
Jakarta
Kuswati, Tine Maria, dkk. 2007. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Polling C,Ir. 1979 . Ilmu Kimia Karbon jilid III. Jakarta : Erlangga
Respati, Ir. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai